11 Korban al Habib Hasan bin Jafar assegaf dirayu dengan doktrin tertentu. Dianggap mengkhianati alquran bila melawan. Pencabulan dilakukan tak pandang waktu dan tempat, bahkan saat umroh.

Keresahan jamaah dan santri Majelis Taklim Salawat dan Zikir Nurul Musthofa (NM) akhir-akhir ini makin menjadi-jadi. Keresahan ini sebenarnya sudah terjadi sejak setahun lalu. Semua dipicu kabar miring tentang pimpinan tertinggi NM, Al Habib Hasan Bin Jafar Assegaf. Aib sang habib menyebar melalui jejaring sosial facebook. Habib Hasan dikabarkan melakukan pencabulan terhadap sejumlah santri. Tuduhan ini tentu menjadi aib yang sangat besar, sebab Hasan adalah seorang yang bergelar habib. Gelar ini tidak bisa dimiliki sembarang orang. Sebutan habib dinisbatkan secara khusus terhadap keturunan Nabi Muhammad atau keturunan dari orang yang bertalian keluarga dengan sang nabi. Selain bergelar Habib, Hasan juga ulama yang cukup moncer di Jakarta dan sekitarnya. Pimpinan majelis yang bermarkas Jl. RM Kahfi I, Gang Manggis RT 01/01 No. 9A, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu punya ribuan pengikut. Ia juga kerap tampil di berbagai pengajian di masjid-masjid.

Tuduhan pencabulan ini sebenarnya bukan tuduhan pertama bagi Hasan. Sebelumnya, pada 2002, telah muncul tuduhan serupa. Namun, karena korban hanya satu orang, masalah diselesaikan secara kekeluargaan. Tapi kini santri yang mengaku dicabuli Hasan makin banyak, jumlahnya yang melapor mencapai belasan.

Habib Hasan sebenarnya juga bukan tidak peduli dengan gunjingan jamaah dan santri NM. Pada 7 November 2011, ia pun menemui pendiri Yayasan NM untuk berkeluh kesah sekaligus minta solusi. Menurut SY, salah seorang yang ikut dalam pertemuan yang digelar malam itu, wajah Hasan tampak pucat dan takut. Ketika ditanya tentang hobinya memasukkan santri pria ke dalam kamar, pria kelahiran 1 Januari 1977 itu mengakui dan merasa bersalah.

“Habib menjawab itu merupakan ‘haal’ dan dilakukannya secara tidak sadar. ‘Haal’ itu kata lainnya wangsit. Habib bilang “itu karena kewalian Ana,” kata SY menirukan ucapan Hasan kepada majalah detik. Setelah pertemuan itu, aib Habib Hasan pun menyebar ke kalangan habib lainnya di Jakarta. Rabithah Alawiyah, lembaga yang mencatat silsilah habib di Indonesia, juga sudah mengambil sikap. Informasi yang sampai ke majalah detik, Hasan sudah ‘disidang’ oleh Rabithah.

Pada 16 November 2011, Habib Salim Alatas dari Front Pembela Islam (FPI) mendatangi rumah SY untuk memperjelas kasus memalukan itu. Dalam kesempatan itu, Salim juga mendengarkan pengakuan salah satu korban pencabulan itu. Salim sebenarnya juga bermaksud menanyai Hasan. Tapi, sang habib seolah sembunyi. Saat dikonfirmasi, Salim tidak mau mengungkit cerita hari itu dengan alasan tidak mau mendahului Rabithah.

Beberapa hari setelah pertemuan di rumah SY, secara mengejutkan Hasan menyomasi 7 orang yang dituding aktif menyebar fitnah melalui facebook. Mereka yang disomasi yaitu Siti Maryam, Taslimah Nasofa, Indah F Sofiani, Muhlisoh, Usman, Fachrurrizal, dan Fachri. Menggandeng pengacara Sandy Arifin, somasi itu dilayangkan Hasan dua kali, karena somasi pertama tidak digubris.

“Kalau tidak dijawab juga, katanya, akan dilaporkan secara perdata dan ke polisi,” terang sumber yang mengetahui persis masalah ini kepada majalah detik. Akibat somasi itu pula masalah sang habib makin membesar dan terbuka lebih lebar ke para jamaah NM. Hingga akhirnya, pada 16 Desember 2011, korban dan keluarga yang diwakili Abdullah pun melapor ke Polda Metro Jaya. Kabid Humas Polda Metro AKBP Rikwanto membenarkan laporan bernomor TBL/4432/XII/2011/PMJ/Dir Reskrimum tentang pencabulan terhadap anak dengan terlapor Hasan bin Jafar.

Lalu, pada 23 Desember 2011, korban mengadu ke Ketua FPI Habib Rizieq Shihab. Tapi rupanya para korban kalah gesit dibanding Hasan. Sang habib telah mendatangi Rizieq lebih dahulu. Di depan Rizieq, ia bersumpah tidak melakukan perbuatan cabul. “Yang bersangkutan bilang demi Allah katanya tidak melakukan perbuatan itu,” kata Salim. Rizieq sempat berinisiatif memediasi, tetapi hingga kini tidak pernah terwujud. Kasus itu terus bergulir. Sang habib lantas diadukan ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pada 30 Januari 2012, kepada MUI, para ibu korban menyerahkan kronologi perbuatan Hasan berikut doktrin sesat yang diajarkan di NM.

Tidak sampai di situ. Para korban juga terus berupaya membongkar tabiat Hasan. Selama dua hari berturut-turut, korban dan orang tuanya mendatangi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Salah seorang korban, RZ, mengatakan, ia dulu memilih diam karena takut dituduh kafir dan mengkhianati Alquran. “Sekarang menjadi kewajiban saya untuk membuka semuanya, karena melihat banyaknya korban, termasuk adik saya,” ujar RZ, yang juga sudah meminta perlindungan ke LPSK ini. KPAI mendesak polisi segera memeriksa Hasan. Komisi minta polisi memakai Undang-undang Perlindungan Anak No. 23/2002 untuk menjerat Hasan. KPAI tidak menoleransi setiap tindakan kekerasan terhadap anak.

“Kami minta Polda untuk melakukan pemanggilan kepada pihak terlapor,” ujar Komisioner KPAI Badriyah Fayumi. Rabithah juga bersikap sama dengan KPAI. Polisi diminta segera memeriksa Hasan. Bila terbukti berbuat cabul, Hasan harus dibawa ke pengadilan. Sebab, tidak dapat dibenarkan seorang guru melakukan tindakan tercela kepada murid-muridnya.
“Tapi bila tidak terbukti, namanya harus direhabilitasi,” kata Ketua Rabithah Alawiyah Habib Zain bin Smith kepada majalah detik. Hasan sendiri belum bersedia ditemui wartawan. Ia pun tidak memenuhi panggilan untuk diperiksa KPAI Jumat 17 Februari 2012. Majalah detik beberapa kali bertamu ke markas NM, tapi Hasan selalu tidak berhasil dijumpai. Surat permintaan wawancara yang dikirim ke Gang Manggis juga belum mendapat jawaban.

Namun, pengacara Hasan, Sandy Arifin yang sebelumnya selalu mengelak diwawancarai, akhirnya membantah tudingan pencabulan yang dilakukan Hasan. “Tidak ada, itu tidak benar. Habib tidak pernah melakukan perbuatan seperti itu,” bantahnya.

Pengacara: Habib Ikuti Proses Hukum

Lama enggan dikonfirmasi dengan alasan harus berkonsultasi dengan Al Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, Sandy Arifin akhirnya berbicara. Pengacara Hasan itu menyangkal kliennya berbuat cabul kepada para santri Majelis Taklim Salawat dan Zikir Nurul Musthofa (NM) seperti yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Hasan sendiri, kata Sandy, tak begitu terpengaruh oleh tuduhan pencabulan itu. Hasan tetap sibuk berdakwah. Namun, menurut Sandy, Hasan akan mengikuti proses hukum di kepolisian.

Berikut wawancana reporter majalah detik, Isfari Hikmat dengan Sandy Arifin melalui telepon, Kamis 16 Februari 2012:
Apakah benar Habib Hasan melakukan pencabulan terhadap santrinya?
Tidak ada, itu tidak benar. Habib tidak pernah melakukan perbuatan yang seperti itu.
Anda berniat melaporkan untuk pencemaran nama baik?
Tidak perlu. Tinggal mengikuti proses hukumnya saja. Kan sudah pernah dilaporkan ke Polda.
Habib dapat dijerat dengan pasal perlindungan anak atas perlakuan seksual terhadap anak di bawah umur. Bagaimana tanggapan Anda?
Kita serahkan semuanya kepada proses hukum yang berlaku.
Kasus ini tidak menghentikan kegiatannya berdakwah?
Habib (saat ini) masih terus sibuk berdakwah. Saya juga belum ketemu Habib.
Banyak korban yang melaporkan perbuatan Habib. Apakah ada maksud tertentu Habib dilaporkan atas kasus pelecehan seksual?
Saya tidak bisa memberikan penjelasan lebih banyak, karena belum banyak berkomunikasi dengan Habib.

Hati ente kotor benar. Banyak setannya, nih. Mau dibersihin nggak hatinya?”

RZ tidak akan pernah lupa dengan kalimat itu meski 10 tahun sudah berlalu. Kalimat itu merupakan rayuan Al Habib Hasan Bin Jafar Assegaf sebelum melakukan pencabulan. RZ, yang kini berusia 28 tahun itu adalah salah satu korban Hasan.
“Pertama-tama Habib mencoba membaca pikiran saya. Ia membuka kejelekan saya, sehingga saya merasa berdosa dan menangis,” kata RZ saat ditemui majalah detik. Setelah itu, Hasan menyuruh RZ untuk memijat kaki sang guru. Puas dipijat, gantian Hasan yang beraksi. Ia meraba-raba dada RZ sambil terus membisikkan rayuan ke telinga santrinya itu. Aksi bejat Hasan terhadap RZ pertama kali dilakukan sekitar akhir 2002 di rumah Haji Atung di Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Awal-awal berdakwah di ibu kota, habib kelahiran Kramat Empang Bogor itu memang masih menumpang di sejumlah tempat. Sepuluh tahun lalu, RZ boleh dibilang masih murid baru di Majelis Taklim Salawat dan Zikir Nurul Musthofa (NM). Ia menuturkan, setiap habis pengajian rutin Rabu malam, Hasan selalu memanggilnya masuk ke kamar. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang oleh Hasan.

Seiring berjalannya waktu, perlakuan Hasan terhadap RZ semakin jauh. RZ bercerita, ia diminta mencium bibir Hasan serta menelan air liurnya. “Dia bilang, ‘ayo luapin nafsu ente. Anggap aja ane pacar atau istri ente,” bujuk Hasan.

Puncaknya sekitar tahun 2006, Hasan meminta RZ membuka kain sarung yang melingkar di pinggangnya. RZ seketika menolak. Sejak itu, ia tak pernah dipanggil lagi ke kamar. Tahun 2007, RZ memutuskan keluar dari NM. Menurut RZ, banyak rekan-rekannya di NM saat itu yang sudah menjadi korban pencabulan. Namun, semua mengunci mulut. Di samping itu, para korban takut terkena tulah dari seorang yang mengaku wali apabila berani bicara.

“Di Nurul Musthofa itu, perintah guru adalah amar atau wajib ditaati,” kata bekas salah satu kru NM itu. Orang yang melawan kemauan sang guru akan dianggap mengkhianati Alquran dan dicap sebagai bukan muslim lagi. Pernah, pada 2002 seorang santri membongkar pencabulan itu. Masalah itu selesai secara musyawarah, tapi santri malang itu tetap saja dianggap golongan lain.

Pada 2004, Hasan pernah berjanji akan menyetop kebiasaan menyimpang itu setelah menikah. Namun, kenyataannya perbuatan itu kian langgeng dilakukan. “Justru sekarang korbannya makin banyak. Termasuk adik saya sendiri,” kata RZ, yang ditemui usai melapor ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pekan lalu itu.

Sampai saat ini, para korban pencabulan di NM yang telah mengadu ke Polda Metro Jaya dan KPAI ada 11 orang. Selain kru NM, korban berasal dari keluarga yang sempat dekat dengan Hasan, yaitu mereka yang ikut mendirikan dan membesarkan Yayasan NM. Perbuatan Hasan makin menjadi ketika ia telah mempunyai rumah sendiri di Jl. RM Kahfi, Gang Manggis, Jagakarsa. Rumah yang juga difungsikan sebagai pusat kegiatan NM itu dikenal dengan sebutan Istana Seggaf.

Di dalam ‘istana’ nan megah itu, terdapat basement tempat menginap para kru NM. Sementara kamar sang habib berada di lantai 1 dan 2. Menurut cerita yang berkembang dari sejumlah korban, perbuatan cabul itu kadang dilakukan di kamar
lantai 1 maupun 2.

Bila dahulu Hasan memanggil santrinya sehabis pengajian, maka permintaan itu kini dikirim melalui SMS, BlackBerry Messenger (BBM), maupun via facebook. Majalah detik memeroleh salinan pesan panggilan Hasan itu melalui dua akun facebook-nya: “Mengemis Doa Kalian” dan “Assegaf Beda Cara”.

Melalui pesan facebook, Hasan meminta santrinya masuk ke dalam kamar dengan kode-kode tertentu. Misalnya, “Spg”, “coli”, dan “ke kamar jangan kelihatan orang satupun”. Kata-kata yang mirip juga dituliskan oleh Hasan saat membujuk
santrinya menggunakan SMS seperti “emut” dan “kangen”.

Di kamar Istana Seggaf, praktik asusila itu juga berkembang sedemikian parah. Menurut salah satu korban, ST, suatu kali ia pernah diundang masuk ke kamar habib. Di kamar itu, selain diraba dadanya dengan alasan untuk mengusir setan jahat, ia juga dioral. ‘Ayo, keluarin nafsunya,’ ucap ST menirukan Hasan. Skandal seks itu disebut-sebut tak hanya dilakukan sang guru dengan seorang santrinya, melainkan lebih dari dua laki-laki. Hasan juga sering menyuruh sesama santrinya untuk melakukan adegan persetubuhan. Adegan itu dimintanya difoto dan dikirim kepadanya melalui handphone.

Pelecehan seksual itu juga terjadi tanpa memandang waktu dan tempat lagi. ST menambahkan, ia pernah dihubungi Hasan pada bulan puasa 2010. Selepas salat tarawih, panggilan ke kamar habib pun datang. Setelah melakukan oral seks,
ia diberi uang Rp 100 ribu dan disuruh makan sahur bersama teman-temannya. Seorang ibu menuturkan, Hasan mencabuli anaknya, H, ketika berada di Mekkah, Arab Saudi. Ceritanya, pada 2009 itu, ia diajak umroh oleh Hasan dan istrinya ke tanah suci. Seusai salat Isya di Masjidil Haram, Hasan dan H menghilang entah ke mana.
“Eh, tahu-tahu sudah di kamar hotel saja. Anak saya duduk di pangkuannya dengan atasan terbuka,” terang ibu tersebut kepada majalah detik.

Sama dengan RZ, rata-rata korban habib yang berusia belasan tahun itu cuma bisa memendam masalahnya dalam hati. Lagi pula, mereka tak berani melawan kemauan Hasan. Selain karena ulama besar, sang guru selalu menyatakan tindakannya itu berdasarkan sifat kewalian yang dipunyainya. Selain pihak-pihak yang membongkar tabiat Hasan, banyak pula para jamaah NM yang tetap memercayai kesucian sang habib. Tak ayal, ‘perang’  di jagad maya pun terjadi antara mereka yang berpihak kepada korban dan kepada Hasan.

Jamaah Habib yang Terhipnotis Karisma Habib

Sementara di dunia nyata, dukungan terhadap Hasan juga tetap besar. Acara pengajian Nurul Musthofa di Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu 12 Februari 2012 malam lalu dihadiri oleh ribuan jamaah. Hasan juga tampil percaya diri di tengah-tengah jamaah pengajian.

Dalam pengajian itu, ia juga membawa serta istri, dan seorang anaknya yang masih kecil, Ali, seolah ingin menegaskan tidak ada yang salah dengan dirinya. Di panggung bahkan ia bercerita soal kehamilan sang istri yang akan melahirkan anak keempat. “I love you mom, I love you full,” kata Hasan yang disambut tawa jamaah.

Sementara sang anak diminta tampil di panggung untuk membacakan doa pada orang tua. “Anak gua aja ini bisa, noh duduk,” kata Hasan setelah Ali selesai membaca doa. Orang di lingkaran dekat Hasan, Abdurrahman, menyatakan apa yang dibeberkan para korban itu adalah fitnah. Fitnah itu dikhawatirkannya akan memecah belah kesatuan umat Islam. “Anda memang nggak mau menyelamatkan umat yang sedang dipecah belah gini?” tanyanya kepada majalah detik.
Pengacara Hasan, Sandy Arifin juga memberikan bantahan soal dugaan pencabulan si habib. “Tidak ada, itu tidak benar. Habib tidak pernah melakukan perbuatan seperti itu,” bantah Sandy.

Besar karena Assegaf Beda Cara

Al Hasan Bin Jafar Assegaf Adalah fenomena. Majelis Taklim salawat dan Zikir nurul musthofa yang didirikannya punya puluhan ribu pengikut. Namun, Berhembus cerita miring di Balik kesuksesan nm itu.

Jl. Raya Kalibata akhir pekan lalu mendadak ramai. Ribuan warga yang kebanyakan anak muda, berbondong-bondong datang ke sebuah masjid Habib Ahmad, yang terletak di belakang mal Kalibata itu. Parkir sepeda motor tampak membludak. Deretan umbul-umbul bertuliskan Majelis Taklim Salawat dan Zikir Nurul Mustofa (NM) pun berjejer sepanjang 1 Km dari lokasi pengajian. Di lokasi pengajian juga berjajar pasar kaget yang menjual aneka aksesori busana muslim maupun buku-buku tentang agama. Malam semakin larut. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 22.30 WIB, habib yang dielu-elukan pun akhirnya datang. Turun dari mobil Toyota New Camry bernopol B 1 NM, Al Habib Hasan Bin
Jafar Assegaf langsung berjalan menuju panggung yang terletak di depan Makam Habib Ahmad. Duarr, duarr! Kembang api menyalak mengiringi langkah sang habib. Salawat pun bergemuruh menyambut Habib Hasan.

Malam itu jubah merah dipadu sorban putih tampak membalut tubuh Habib Hasan. Tak tertinggal kacamata dan sebilah tongkat yang selalu dibawa setiap mengisi pengajian. Tema ceramah yang dibawakannya adalah tafsir surat al-Asr, surat pendek yang berbicara tentang waktu.

Setelah menafsirkan surat al-Asr dengan singkat, habib lantas bercerita tentang perjalanan kehabibannya beserta keluarganya. Tak sekali pun Habib Hasan menyinggung tudingan pelecehan seksual yang dialamatkan kepadanya oleh bekas santrinya di NM.

Usai pengajian, Habib Hasan tak buru-buru turun dari panggung. Ia harus menunggu jamaahnya yang ‘tumplek-blek’ di sepanjang jalan membubarkan diri. Sebagian sengaja menunggunya di belakang panggung untuk mencium tangan sang habib. Namun, untuk mencium tangan habib bukan perkara mudah, sebab begitu habib turun, puluhan pengawal yang mengenakan kemeja putih, jas hitam, dan dasi berwarna ungu langsung membuat pagar hidup untuk memudahkan sang habib berjalan menuju kendaraannya.

Pulang ke kediamannya di kawasan Jagakarsa, sang habib kembali mendapat pengawalan ekstra ketat dari pengikutnya. Mereka mengawal Habib Hasan dengan menumpang dua unit mobil Fortuner serta sebuah Mercedes Benz bernopol B 3 NM. Bagi sebagian warga Jakarta, Habib Hasan adalah fenomena.  Mereka begitu gandrung dengan sosok sang habib, yang disebut-sebut punya garis keturunan langsung ke Rasulullah SAW. Apalagi usia sang habib itu masih muda dan berwajah tampan.

Habib Hasan lahir di Kramat Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor, 1 Januari 1977. Ia merupakan putra Habib Jafar bin Umar Assegaf. Habib Hasan merupakan anak sulung yang memiliki tiga adik, yaitu Yakut Mustofa, Abdullah, dan Khosim.
Bila dilihat dari silsilah keturunan, Habib Hasan merupakan cicit dari Al Habib Abdulloh bin Muksin Alatas, seorang ulama besar di Bogor. Bahkan, hingga kini makam kakeknya sering diziarahi masyarakat. Makam ini dikenal sebagai Makam Kramat Empang karena letaknya tak jauh dari Pasar Empang dan Kebun Raya Bogor.

Hasan kecil sudah rajin mengaji. Untuk belajar huruf Arab dari Syaikh Usman Baraja, ia belajar bahasa Arab dari Syaikh Abdul Odin Ba’salamah. Sementara belajar Ilmu Nahwu dan Shorof kepada Syaikh Ahmad Bafadhol. Itu dilakukannya sejak duduk di SD hingga SMA. Selepas itu, Hasan kuliah di IAIN Sunan Ampel, Malang. Selama di Kramat Empang, Hasan pernah memimpin Majelis Taklim Al Irfan pada 1998. Hasan pertama ke Jakarta dibawa oleh Usman Aray pada awal 2000. Saat itu, Usman berpromosi sang habib bisa menyedot warga Jakarta dalam setiap pengajian. Sebab, banyak warga Jakarta yang gandrung dengan kharisma para habib. “Tapi sekarang disebut bukan saya yang bawa. Saya sih bersyukur saja karena jadi tak tersangkut dengan kasus Habib,” kata Usman kepada majalah detik.

Karena belum punya tempat tinggal, Hasan yang dulunya berperawakan kurus itu ‘numpang’ di Masjib Baiturrahman. Lalu, ia ditampung di rumah beberapa tokoh seperti di kediaman Haji Atung, Haji Makmum, Haji Nurul, yang terletak di wilayah Jakarta Selatan. Kegiatan dakwah Habib Hasan awalnya dilakukan secara keliling dari kampung ke kampung. Santrinya masih sangat sedikit. Lantas, didirikanlah Yayasan NM oleh Habib bersama orang-orang yang pernah ditumpanginya untuk hidup. Hasan kemudian punya rumah sendiri yang disebut sebagai Istana Seggaf. Rumah di Jl. RM Kahfi I, Gang Manggis, Jagakarsa, itu menjadi pusat kegiatan NM hingga saat ini. Habib Hasan lalu menikahi Syarifah Muznah binti Ahmad Al Haddad (Al Hawi) pada 2004 dan dikaruniai tiga anak. Kini Syarifah sedang mengandung anak keempat.

Jamaah Habib

NM mulai berkembang pesat pada 2006. Tak bisa dipungkiri, sukses NM itu sebagian berkat adanya Majelis Rasulullah (MR) yang telah hadir terlebih dahulu di Jakarta. Seorang bekas kru NM mengatakan, saat itu MR memang menjadi rujukan NM dalam menggelar pengajian-pengajian. Bahkan, beberapa ornamen seperti hadrah, umbul-umbul, dan dokumentasi dipinjam NM dari MR.

NM lantas membentuk tim tersendiri untuk memoles citra majelis. Usaha itu membuahkan hasil. NM makin semarak, jamaah NM pun berkembang pesat. Boleh dikata, NM telah menguasai seluruh Jakarta dan menjadi majelis taklim terbesar kedua setelah MR.

Saat ini, jumlah jamaah NM diklaim sebanyak 50 ribu orang. Tak mau kalah dengan MR, sejumlah pejabat mulai dari Fauzi Bowo hingga Presiden SBY pernah menghadiri pengajian NM.
Namun, di balik kesuksesan NM itu, berhembus cerita-cerita tak sedap. Para kru NM dibaiat untuk selalu setia dan mencurahkan seluruh hidupnya kepada Habib Hasan. Mereka didoktrin akan menjadi pasukan terdepan NM melawan orang-orang kafir dan dajal.

“Doktrin-doktrin seperti itulah yang bikin kita semangat karena seolah membela panji-panji Islam dan nabi. Makanya ini yang disebut Assegaf Beda Cara,” kata seorang bekas kru NM. Assegaf Beda Cara itu menjadi salah satu akun facebook NM.

Karena harus 24 jam ikut Habib Hasan, tak sedikit kru NM yang mayoritas masih muda-muda itu putus sekolah. Bekas kru NM itu, sebut saja RZ, sempat mencecap bangku kuliah di sebuah universitas di Jakarta. Namun, karena waktunya habis untuk NM, kuliahnya terbengkalai.

“Habib bilang ngapain kamu sekolah? Mending ikutan habib akan dapat berkah,” ujarnya. Tak cukup sampai di situ. Para kru NM juga dituntut loyalitasnya kepada majelis secara materi. Tak jarang para kru mesti ‘nombok’ untuk menutupi biaya pengajian maupun akomodasi Habib Hasan setiap hari. “Untuk pengawalan dua kan harus bayar total Rp 2,9 juta. Yang Rp 900 ribu saya yang nombokin dengan menjual HP,” katanya. NM juga mendapat penghasilan yang besar dari setiap pengajian. Dari pihak pengundang saja, NM mematok biaya Rp 15-20 juta per pengajian. Belum lagi dari biaya parkir ribuan kendaraan baik roda dua maupun empat yang dibawa oleh setiap jamaah ke tempat pengajian. Kabarnya, setiap jamaah NM juga diminta memberikan infak sebesar Rp 20 ribu per orang.

Saking terpesonanya dengan NM dan Habib Hasan, sebagian jamaah bahkan merelakan harta bendanya untuk NM. Ada cerita, beberapa jamaah menjual tanah, rumah, dan mobilnya untuk disumbangkan kepada NM. Akibat terlalu loyal salah seorang kepada Habib NM, sampai-sampai seorang jamaah itu dicerai oleh istrinya.

Namun, seluruh kabar negatif itu dibantah oleh salah seorang kru Habib Hasan. “Soal infak wajib itu nggak ada. Kalau sampai ada yang jual rumah atau tanah untuk yayasan itu juga nggak benar. Nggak ada itu,” katanya kepada majalah detik. (WAN/DEN/YOG)

Melongok Istana Sang Habib
Reporter: Isfari Hikmat, M. Rizal, Deden Gunawan, Bahtiar Rifai
Setelah dilaporkan ke polisi atas tudingan pencabulan, Habib Hasan bin Jafar Assegaf lebih banyak mengurung diri di istana Seggaf, markas Nurul Mustofa. Seperti apa istana ini?

Istana Seggaf. Ini adalah nama sebutan untuk  markas Habib Hasan bin Jafar Assegaf, yang terletak di Jalan Manggis, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Istana itu merupakan tempat tinggal sekaligus kantor Yayasan Nurul Mustofa (NM) tempat sang habib menggelar pengajian rutin setiap hari. Istana sang habib terletak di Jalan RM Kahfi I, Gang Manggis, RT 001/RW 01 No. 9A, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Untuk mencari markas sang habib sangat mudah, sebab di mulut jalan papan nama berukuran 3×4 meter bertuliskan Majelis Nurul Musthofa dapat jelas terlihat.

Di depan gang menuju markas sang habib terdapat kios yang menjual buku, kalender, poster Habib Hasan, buku agama Islam, souvenir seperti tasbih, minyak wangi, pakaian muslim hingga pulsa seluler. Semua kios itu dikelola murid-muridnya. Tepat di belakang kios terdapat pagar besi bercat hijau. Di balik gerbang terdapat rumah petak sebanyak 3 pintu. Rumah ini juga dihuni sejumlah muridnya yang bertugas sebagai penerima tamu.

Lebih ke dalam, terdapat bangunan rumah yang cukup besar bercat hijau. Di rumah itulah Habib Hasan tinggal bersama istri dan tiga orang anaknya.  Selain itu, di kawasan itu terdapat aula tempat sang habib menggelar pengajian rutin setiap malam, di luar akhir pekan.

Belakangan, pascalaporan tudingan pencabulan pada mantan jamaahnya, sang habib dikabarkan lebih banyak mengurung diri di dalam “istananya”. Ia tidak mau menerima kunjungan tamu lagi. Begitu juga dengan wartawan yang berupaya minta klarifikasi terkait laporan beberapa jamaahnya ke Polda Metro Jaya, 16 Desember 2011.

Majalah detik dan wartawan ANtv sempat mendatangi istana sang habib pekan lalu. Namun penjaga rumahnya menolak memperkenankan masuk dengan alasan harus membawa surat tugas dari kantor media masing-masing. Padahal wartawan yang datang sudah dilengkapi ID Card sebagai tanda penugasan liputan. Bahkan seorang jamaahnya langsung memotret wartawan yang datang. Beberapa hari kemudian majalah detik mencoba mendatangi lagi markas sang habib. Kali ini dibekali surat tugas berikut daftar pertanyaan untuk sang habib. Namun lagi-lagi petugas jaga di Istana Seggaf tidak juga memperkenankan majalah detik untuk wawancara.

Bukan hanya di Istana Seggaf, Hasan sulit ditemui. Majalah detik juga beberapa kali mendatangi tablig akbar yang telah dijadwalkan akan dihadiri sang habib. Namun setelah dinanti, sang habib tak kunjung menunjukan batang hidungnya. Majalah detik juga sempat menyambangi rumah orang tua sang habib di Jalan Lolongok, Empang, Kota Bogor. Di sana merupakan rumah orang tua sang habib. Namun saat didatangi rumah orangtuanya, Syarifah Fatimah, selalu sepi. Bahkan warga setempat mengatakan kalau Habib Hasan sudah tidak pernah lagi datang ke rumah tempat sang habib dilahirkan dan dibesarkan itu.

Menurut beberapa jamaah yang ditemui di rumah sang Habib, untuk menemui Habib Hasan bukanlah perkara mudah. Para santri mengaku tidak terlalu sering bertemu Habib, meski di lokasi yang sama. Kesibukannya berkeliling daerah untuk berdakwah membuat para santri mafhum sulit menemuinya. “Kalau ada pengajian khusus, biasanya ada (Habib),”
ujar salah seorang santri yang enggan di sebut namanya.

“Hadiri saja majelisnya,” ujarnya. Namun pria yang sudah menyantri di NM 5 tahun lebih ini pun tidak menjamin dapat menemui habib. Seringkali mereka sendiri mengaku hanya melihat dari layar proyektor. Mereka juga menolak untuk sekadar menjelaskan kegiatan di yayasan. Sesuai dengan perintah Habib, semua penjelasan hanya dapat disampaikan oleh Habib sendiri. “Cuma Habib yang dapat memberikan penjelasan, atau lihat saja di web kami,” terangnya. Upaya untuk menemui Habib di Istana Seggaf sebutan untuk pesantren binaannya, juga bukan perkara mudah.

Sejumlah murid seperti dikomando untuk bungkam. Padahal pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sudah menjadwalkan untuk memanggil Habib guna mendengarkan penjelasan Habib pada Rabu, 15 Februari 2012, dan Kamis, 16 Februari 2012. Namun Habib Hasan tidak datang. Yang hadir hanya utusan khusus sang habib, Gondho Yu distiro. “Saya hanya utusan untuk menyampaikan kalau beliau tidak bisa hadir,” kata Gondho setelah menemui KPAI.

“(Habib Hasan) Beliau sibuk berdakwah,” kata Abdulrahman, salah seorang pengurus yayasan. Namun kegiatan di Yayasan NM masih seperti biasa, pada Rabu, 15 Februari 2012, malam. Sejumlah santri tetap melakukan kegiatan taklim
bersalawat selepas magrib. Jumlahnya tidak seramai saat ada kegiatan  acara besar. Setelah azan Isya, mereka melakukan persiapan untuk menggelar tablig akbar pengajian NM saban malam Minggu.

Beberapa santri tampak sibuk mengangkut perlengkapan, termasuk menerima baju koko dan aksesori lainnya yang dijual di toko milik yayasan. Sementara tumpukan bambu untuk pemasangan umbul-umbul juga dibawa ke atas mobil bak. “Malam minggu ini ada acara di Utan Kayu,” terang salah seorang santri yang  ditemui di lokasi pekan lalu. Persiapan ren-
cananya untuk menyambut 25.000 jamaah se-Jabodetabek.

Kegiatan itu sudah dipastikan menutup jalan, mengingat pusat kegiatan hanya di masjid. Layar monitor dan sound system termasuk genset sudah dikerahkan. Meski diterpa masalah, para santri mengaku jumlah santri setiap kegiatan tablig tidak berkurang. “Bahkan jumlahnya terus bertambah,” ujar pria asal Sumatera Utara itu. Koordinator lapangan NM, Abdulrahman, menjelaskan Habib tidak susah ditemui. Hanya saja setiap usai ber dakwah ia selalu kecapaian dan langsung pulang.  Abdulrahman menjelaskan dalam sehari, Habib memiliki kegiatan dakwah cukup banyak. Paling sering dilakukan pada sore hingga malam, bahkan pernah juga sampai pagi dini hari.

Mengenai permasalahan yang me nimpa Habib, dia menjelaskan itu semua hanya hasutan dan fitnah. “Umat sedang di pecah belah, kasihan umat jadi kocar-kacir,” lanjutnya. (DEN/YOG)

Sumber: Majalah DETIK Edisi 12, 20 Februari 2012

Bandingkan juga dengan versi tulisan Ar-Rahmah.com Habib Mencabuli Belasan Remaja selama Belasan Tahun