Doa bukan merefleksikan kepuasan seseorang terhadap dunia ini; doa merefleksikan ajaran-ajaran dari iman seseorang

“Allah, pukullah mereka dengan penyakit kanker…”

Oleh: Raymond Ibranim

Seseorang baru-baru ini mengirimkan pada saya sebuah Video dalam bahasa Arab yang berisi kotbah-kotbah yang disampaikan oleh para pemimpin Kristen dan Islam di Timur Tengah. Para pengkotbah Kristen menaikkan syafaat yang bersifat universal, yang di dalamnya ada ungkapan-ungkapan seperti “Oh Tuhan, yang mengasihi semua manusia dan menyelamatkan seluruh dunia”; mereka mengutip ayat-ayat Alkitab yang berbunyi seperti: “Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5: 44). Mereka juga berdoa supaya Tuhan “menyembuhkan semua orang yang ada di seluruh dunia dari sakit penyakit mereka.”

Sementara doa-doa yang umum dikenal seperti ini dinaikkan, ada juga doa-doa yang cukup mengejutkan beberapa orang yang hadir di situ, yang dinaikkan oleh para alim ulama Muslim. Ulama Mesir popular, Sheikh Muhammad al-Zoghbi, sebagaimana hasil rekaman video berdoa kepada Tuhannya sbb:

Semoga Allah memotong lidahmu! Semoga Ia membuat darah di urat nadimu menjadi beku! Semoga ia menulahimu dengan kanker dan tidak akan pernah menyembuhkanmu … Allah, pukullah mereka dengan semua jenis sakit penyakit, kesengsaraan dan kesakitan!

Allah, pukullah mereka dengan kanker! Allah biarlah Nabimu berkuasa atas mereka! Allah hancurkan mereka! Allah hancurkan mereka! Allah hancurkan mereka! Allah hancurkan para kriminal yang menantang Rasul yang mulia! [Kemudian dengan tatapan yang lembut ia mengarahkan matanya kepada orang-orang Muslim yang menontonnya:] sambil berkata: “Dan semoga damai sejahtera turun atas kamu, dan berkat serta karunia dari Allah.”

Abdullah Nihari memohonkan pada Allah untuk memukul orang kafir dengan semua yang buruk, “Dan meskipun mereka memohonkan untuk mati saja karena kesakitannya, tetapi jangan Engkau kabulkan permohonan mereka itu.”

Demikian juga dengan Sheikh Abdullah Nihari yang menaikkan syafaat pada Allah dengan lengan yang diacungkan: Tuhan, Tuhan, kami mengutuki mereka di hadapanMu!!! Bekukanlah darah di urat nadi mereka! Pukul mereka dengan yang jahat, atau setidaknya bekukan darah yang ada di urat nadi mereka – hingga mereka memohon untuk mati saja, tetapi jangan kabulkan permohonan mereka itu! O Tuhan! O Tuhan! O Tuhan!

Orang tidak perlu bisa berbahasa Arab untuk dapat mengapresiasi intensitas kebencian Sheikh Nihari: Perhatikan doa yang ia naikkan selama 45 detik, dimulai pada menit ke 2:15, dan perhatikan gerak tubuh ulama ini saat ia menyampaikan kutukan-kutukannya – sementara ia memukuli lantai dengan tongkatnya, membanting berulang-ulang sebuah gambar dengan kasar sebelum akhirnya melemparkannya, dan memukuli dinding.

Jamaah mengulangi doa-doa kutukan atas Yahudi dan Kristen yang diserukan melalui sebuah megaphone, saat mereka sembahyang di sekeliling Ka’bah

Juga kita bisa melihat sebuah doa formal lainnya di Mekkah, kota tersuci umat Islam. Sementara orang-orang Muslim berjalan mengitari Ka’bah, syafaat berikut ini dinaikkan melalui sebuah megaphone, yang kemudian diulangi oleh orang-orang Muslim yang ada di situ:

O Allah, lenyapkanlah orang-orang Kristen yang tidak jujur dan para kriminal Yahudi, yaitu para pengkhianat; pukullah mereka dengan murkamu; hancurkanlah hidup mereka; bawalah mereka ke dalam keputus-asaan tanpa akhir, kesakitan yang tidak tertanggungkan dan mengalami sakit penyakit yang serius; penuhi hidup mereka dengan kedukaan dan kesakitan dan pada akhirnya mengalami kehinaan dan penindasan; timpakan aniaya dan penghukumanmu pada orang-orang Kristen yang tidak lurus dan para kriminal Yahudi. Inilah syafaat kami ya Allah; kabulkanlah permohonan kami ini!

Bagaimana kita bisa menilai adanya kontras yang sedemikian besar antara doa-doa yang dinaikkan oleh orang Kristen dengan doa-doa yang dinaikkan oleh orang Muslim kepada Tuhan mereka? Tentu saja, pada masa lampau, pendekatan yang sangat kontradiktif seperti ini secara sederhana bisa kita tafsirkan sebagai refleksi natural dari yang ilahi dengan yang bersifat diabolik (Satanis).

Namun demikian, pada masa kini ketika relativisme moral mempotret semua agama secara setara – yaitu mengklaim bahwa semuanya sama-sama tidak memiliki makna karena tidak mempunyai pengaruh yang nyata pada hidup para pengikutnya – banyak orang yang menyimpulkan bahwa doa-doa orang Kristen, bersifat lemah lembut dan penuh dengan ucapan syukur, meskipun mereka banyak mengalami aniaya dibawah pemerintahan Islam, sementara doa-doa yang dinaikkan orang Muslim bersifat irasional jika tidak bisa dikatakan tidak waras, penuh dengan keluh kesah dan kemarahan.

Tak ada yang bisa lebih jauh lagi dari kebenaran. Jika doa dan permohonan adalah refleksi dari level kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan dunia ini, maka tentulah orang-orang Kristen yang tinggal di negara-negara Muslim – dimana seringkali gereja-gereja dan Alkitab mereka dibakar, anak-anak gadis mereka diculik dan dipaksa masuk Islam, dihukum mati jika dianggap menghina, atau hukuman mati yang dijatuhkan bagi mereka yang murtad dari Islam; namun orang-orang Kristen ini masih bisa berdoa agar Tuhan memberikan hal-hal yang baik pada orang-orang yang telah menganiaya mereka.

Para pemimpin Muslim biasanya dengan cepat merasionalisasikan doa-doa mereka yang penuh dengan kebencian itu. Itulah sebabnya, ketika Professor Abd al-Latif ditanyakan apakah hukum Syariah mengijinkan orang-orang Muslim berdoa supaya orang Yahudi dan Kristen dilenyapkan, ia katakan “Ya”, karena orang Yahudi tidak berlaku adil pada orang Palestina dan orang Kristen bertanggungjawab atas Abu Ghraib, sambil menambahkan bahwa “Nabi Islam sendiri seringkali menaikkan doa-doa kutukan seperti itu.”

Sesungguhnya, Muhammad sendiri menasehatkan para pengikutnya untuk mengutuki musuh-musuh Islam dengan, salah satu diantaranya adalah, menyuruh mereka untuk menggigit penis ayah mereka sendiri – mengutuki dan menyerukan Muslim untuk melakukan kekerasan terhadap orang-orang Kristen dan Yahudi.

Pelajarannya? Doa sesungguhnya tidaklah merefleksikan kepuasan seseorang terhadap dunia ini; doa merefleksikan ajaran-ajaran dari iman seseorang.

Sumber: raymondibrahim.com