“Hingga apabila mereka (Solomo/Sulaiman dan tentaranya) sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: Hai semut-semut masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedang mereka tidak menyadari; maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu” (QS 27:18-19)

Di sini cacatnya Quran mulai keliatan …. darimana semut tau kalo orang itu bernama Sulaiman? Apakah semut tau tentang konsep tentara itu apa? Kok si semut bisa bilang : “agar kamu tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan tentaranya” …. Ingat yang diberi kuasa mengerti bahasa binatang di sini hanya Salomo/Sulaiman lho, bukan si semut juga diberi kemampuan mengenali bahasa manusia dan konsep berpikir manusia. Cobalah berpikir. Gunakan otak anda. Bagaimana si semut mengenali bahwa orang itu bernama SULAIMAN???? Bahkan konsep bahwa suatu individu itu perlu diberi nama juga besar kemungkinan kalau si semut tak tau apa-apa tentang itu.

Ini bukan sekedar perbedaan bahasa, di mana orang Inggris ketemu orang Rusia musti saling mempelajari bahasa masing2. Setelah kendala bahasa terlampaui, maka dengan mudah mereka akan bertukar pikiran. Itu pun kadang2 kendala budaya masih menghambat. Lhhaaah nyang ini antara manusia dan semut???? Bukan hanya kendala bahasa yang harus diatasi!!

Baiklah kalau memang misalnya Salomo bisa memahami bahasa semut. Tapi isi pembicaraan sang semut pasti cuma berkisar tentang bagaimana mencari sumber makanan, tempat membuat sarang yang baik.

Mustahil kalo isi “perbincangan” semut-semut itu menyangkut Salomo, sang raja sedang berjalan bersama pasukan tentaranya. Bagaimana semut mengenal Salomo, sedangkan si semut baru pertama kali ini bertemu Salomo. Tahu namanya darimana? Paling-paling kedatangan pasukan tentara akan dianggapnya sejenis gerombolan binatang yang lebih besar daripada mereka (semut).
Apakah semut punya otak untuk mempunyai konsep berpikir demikian? Bukankah otak serangga hanya semacam jaringan simpul-simpul saraf “sederhana”?

KARENA NILA SETITIK RUSAK SUSU SEBELANGA, begitu kata peribahasa jaman dahulu.

Maksud saya, karena Kitab Suci Anda diimlakan oleh Tuhan lewat Jibril, harusnya zero defect. Tidak ada satu kesalahan pun boleh terdapat dalam kitab suci ini. Kalau pun misalnya 6.665 ayat benar isinya, tapi bila ada 1 ayat saja salah, maka harus dianggap REJECT. Jadinya secara keseluruhan dianggap tidak ada kebenaran di dalamnya.

Dengan meminjam dalil “KARENA NILA SETITIK RUSAK SUSU SEBELANGA” tidak lah berlebihan untuk menguji kebenaran suatu kitab.