Yesus di Dalam Qur’an
Di dalam Qur’an, Yesus diidentifikasikan sebagai Isa al-Masih. Namun demikian, harus diperhatikan bahwa nama Arab Isa tidak mempunyai kesamaan arti seperti yang dimiliki oleh nama Yesus, yang adalah versi Yunani dari nama Ibrani Joshua atau Jehoshuah yang berarti “Yahweh menyelamatkan.” Secara etimologis, Isa nampaknya lebih dekat dengan Esau. Nama Isa tidak dapat ditemukan dalam terjemahan Alkitab bahasa Arab sebab nama Yesus telah diterjemahkan secara tepat ke dalam bahasa Arab dengan Yasua. Maka, Alkitab bahasa Arab memberikan suatu kesaksian yang jelas mengenai misi Yesus Kristus sebagai “Juruselamat” dalam bahasa Arab.
Gelar-gelar Yesus Di Dalam Qur’an
Qur’an memberikan nama-nama dan gelar-gelar berikut ini kepada Yesus.
1. Al-Masih – “Mesias” (Surah 3:45)
Hanya Yesus Kristus yang diberikan gelar ini di dalam Qur’an. Ada sekitar 25 nabi disebut dalam Quran, tetapi hanya Yesus yang pantas dengan gelar yang mulia ini – Al-Masih.
Al-Masih berarti “yang diurapi” dan ini sama artinya dengan Mesias dalam bahasa Ibrani dan Kristos (Kristus) dalam bahasa Yunani. Nabi-nabi seperti Daud (Dawud) dan Salomo (Sulaiman) juga telah diurapi, tetapi mereka tidak menerima gelar al-Masih. Minyak yang dipergunakan untuk mengurapi mereka diperoleh di Yerusalem, tetapi Yesus diurapi dari surga.
2. Kalimatuhu – “Firman-Nya” Surah 4:171
Yang dimaksud oleh Quran adalah menunjuk Yesus sebagai Firman Tuhan, Kalimat Tuhan, atau Kalimatu’llah.
Gelar ini telah menjadi suatu point perdebatan yang kuat diantara komunitas Muslim, bagaimana menerapkan pengertian yang tepat mengenai kata Kalimat. Para penterjemah Qur’an ke dalam bahasa Inggris saling berbeda pendapat apakah akan menterjemahkan Kalimat sebagai “firman” dengan huruf “f” kecil atau “Firman” dengan huruf “F” besar. Seluruh dunia belum menerima suatu fatwa (suatu keputusan keagamaan atau hukum) mengenai hal tersebut.
Sudah diketahui bahwa penerjemahan dari, “firman” atau “Firman” mengandung perbedaan arti. Sedangkan Alkitab tanpa malu menunjuk pada Yesus sebagai “Sang Firman” (Yohanes 1:1f). Umat Muslim menolak pengajaran dalam bagian ini. Oleh karena itu, para penterjemah Quran cenderung menurunkan peran Yesus yaitu hanya sebagai “suatu kalimat.”
3. Ruhu-minhu – “suatu Roh dari Dia” (Surah 4:171; 21:91)
Maksudnya, Yesus ditunjukkan sebagai suatu Roh dari Tuhan (Ruhu-mina -llah). Tuhan mengatakan Yesus sebagai “Roh Kami”. Apakah ini Roh Tuhan? Biarlah umat Muslim menjawab pertanyaan ini dengan sungguh-sungguh.
Dalam perbandingan dengan nabi-nabi yang lain, kami melihat bagaimana Allah melihat:
Adam sebagai Safiyu’llah – pilihan Allah;
Nuh sebagai Nabiyu’llah – pengkhotbah Allah;
Abraham sebagai Khalilu’llah – sahabat Allah;
Musa sebagai Kalimu’llah – ramah dengan Allah;
Muhammad sebagai Rasulu’llah – utusan dari Allah;
Tetapi hanya Yesus sebagai Ruhu’llah – Roh Allah.
Dalam Islam, Allah tidak dapat disamakan dengan siapapun, Surah 112:4. Dia jauh lebih tinggi daripada para nabi, sebagaimana jelas ditunjukkan dalam penghormatan dari gelar-gelar mereka. Ada suatu pemisahan yang jelas dari keberadaan Allah ketika gelar-gelar tersebut secara hati-hati dianalisa. Bagaimanapun juga, ketika hal tersebut ditujukan pada Yesus, pemisahan tersebut dihilangkan, dan sebagai “Roh-Nya,” dia dibawa sangat dekat kepada keberadaan Allah.
Apakah kita tidak mengenali bahwa dengan mengidentifikasikan Yesus begitu dekat dengan DiriNya sendiri, Allah menyatakan ketuhanan Yesus Kristus, dimana umat Muslim sangat bernafsu menolaknya? Umat Muslim telah berusaha keras menurunkan Yesus pada tingkat yang sama dengan nabi-nabi lain, dengan mengecualikan Muhammad yang mereka anggap sebagai nabi yang terbesar.
4. Wajihan Fi’dunya wa’lakhirah – “Seorang terkemuka di dunia dan di akhirat” (Surah 3:45, Pickthall).
Gelar ini adalah yang telah Quran perlihatkan kepada kita mengenai Yesus Kristus. Akan tetapi, ini bukan pewahyuan yang baru untuk umat Kristen karena kebenaran yang sama juga terkandung di dalam Alkitab. Sungguh, umat Kristen telah mengetahui kebenaran tentang Yesus ini jauh sebelum kelahiran Muhammad.
Waraqa Ibn Naufal, seseorang tempat Muhammad berkonsultasi, yaitu setelah dia (Muhammad) mulai menerima pesan-pesan supranatural, adalah seorang biarawan Kristen. Dia pasti telah mengetahui dan membaca dari Alkitab bahwa Yesus duduk di sebelah kanan Tuhan:
Efesus 1:20-21
“..yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, 21 jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang..
Mengambil isi dari Quran sendiri, tidak seorangpun dari para nabi yang tersebut di dalamnya dapat dibandingkan dengan Yesus sejauh dikaitkan dengan kedudukan surgawi-Nya.
Yesus secara jelas menyatakan asal-usul kesurgawiannya di dalam Injil:
Yohanes 6:62 “Dan bagaimana jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat dimana Ia sebelumnya berada?”
Yohanes 8:23, 58
“Kamu berasal dari bawah; Aku dari atas. Kamu dari dunia ini; Aku bukan dari dunia ini.” …“Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu,” sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada”!”
Apabila kita mempertimbangkan pendapat dari seorang sarjana Muslim, kita melihat bahwa ketika Hammudah Abdalaati menulis bukunya “Islam in Focus,” dia menghilangkan berbagai pendapat umat Muslim tentang penyaliban, kematian dan kenaikan Yesus sebagai hal yang kecil pada keimanan Islam. Bagi dia, apa yang penting dan mengikat pada umat Muslim adalah apa yang Allah telah nyatakan. Jadi, sejauh mana dia dikaitkan, kerumitan pada isu ini dapat diselesaikan oleh wahyu yang diberikan kepada Muhammad bahwa Yesus tidak disalibkan (Surah 4:157) tetapi:
Surah 4:158
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Di lain pihak, anehnya, Hammudah Abdalaati, bagi seseorang yang hanya mengambil dari apa yang Qur’an katakan, kelahiran Yesus dari seorang perawan diperlakukan dengan remeh, dibandingkan dengan tokoh-tokoh mitologi seperti Bacchus, Apollo, Adonis dan Horus dimana dikatakan sebagai dewa yang lahir dari seorang perawan. Walau demikian, kita dapat bertanya, Di bagian manakah dalam Qur’an yang menyatakan bahwa dewa-dewa tersebut lahir melalui seorang perawan? Berlawanan dengan, cerita tentang pemberitahuan oleh malaikat mengenai kelahiran Yesus kepada Maria di dalam Qur’an yang jelas menunjukkan bahwa Maria adalah seorang perawan suci dan bahwa Tuhan sendirilah yang campur tangan untuk memampukannya mengandung sebagai perawan. (Surah 3:45-47; 19:16-22).
Faktanya, cerita yang sama ini telah dicatat di zamannya Lukas jauh sebelum kelahiran Muhammad. Walau demikian, Umat Muslim telah menghilangkan cerita Lukas di tempat tersebut sebagai desas-desus bahwa Lukas bukan merupakan salah satu dari para rasul yang ditunjuk oleh Yesus Kristus. Meskipun demikian, sejak desas-desus itu dinyatakan telah diubah menjadi wahyu dari Allah kepada Muhammad, hal tersebut membawa kita untuk menanggapinya dengan serius. Tanpa ada keraguan, Qur’an menghasilkan kesaksian tentang kelahiran Yesus Kristus dari seorang perawan, yang berlawanan dengan kelahiran Muhammad (Surah 21:91).
Di sisi lain, Qur’an secara penuh menolak pengajaran Kristen mengenai Trinitas, tetapi di waktu yang sama salah menyatakannya sebagai “Bapa, Putera dan Ibu,”, yang berlawanan dengan konsep “Bapa, Putera dan Roh Kudus” yang diberikan oleh Yesus dalam Matius 28:19.
Surah 5:116
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam! Adakah kamu mengatakan kepada manusia: “jadikanlah aku (Isa, sebagai Putera) dan ibuku (Maryam, sebagai Ibu) dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakan). Jika aku pernah mengatakannya bahwa tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.”
Umat Muslim dengan cepat menunjukkan bahwa kata “Trinitas” tidak dapat ditemukan di dalam Alkitab dan sepertinya, hal tersebut menunjukkan bahwa mereka telah lupa bahwa demikian juga kata “Tauhid” (“keesaan” dari Tuhan), dimana merupakan pasal pertama dari keimanan Islam, tidak ditemukan di dalam Qur’an. Meski demikian, sama halnya dengan Alkitab dan Qur’an membuat pernyataan-pernyataan menegaskan kepada Tauhid, demikian juga Alkitab membuat pernyataan-pernyataan yang jelas yang menegaskan kepada kebenaran bahwa Tuhan, meskipun satu, menyatakan diriNya sendiri dalam tiga pribadi (Trinitas). Kebenaran ini masuk akal dan dapat diterima oleh setiap orang yang melihat Yesus lebih tinggi diatas semua manusia.
Sulit bagi umat Muslim untuk memahami keajaiban tentang Tuhan, sebab Muhammad tidak mengajarkan dengan jelas kepada mereka, seperti juga Waraqa Ibn Nauful, orang yang dia ajak berkonsultasi mengenai Kekristenan.
Mujizat Yesus
Qur’an menyatakan bahwa Yesus mampu melakukan mujizat-mujizat:
Surah 3:49, (cf 5:113)
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka) “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mujizat) dari Tuhanmu yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orangbuta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit kusta: dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah ; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”
Mujizat No.1: Yesus Kristus menciptakan burung yang hidup dari tanah liat
Mujizat No.2: Yesus Kristus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir
Mujizat No.3: Yesus Kristus menyembuhkan orang yang sakit kusta
Mujizat No.4: Yesus Kristus menghidupkan orang mati
Meskipun mujizat menciptakan burung yang hidup dari tanah liat tidak dapat ditemukan di dalam Alkitab, rincian dari penyembuhan terhadap orang yang buta dan sakit kusta dan membangkitkan orang mati dapat ditemukan, (sebagai contoh: Matius 11:5; Yohanes 9:1-7; Markus 1:40-42; Lukas 7:12-15). Sebagai tambahan, Surah 3:49 menyatakan bahwa Yesus memiliki pengetahuan supranatural sebagaimana yang Alkitab juga nyatakan (Yohanes 1:47-48).
Bahwa Yesus menciptakan burung, sebagaimana yang Qur’an telah nyatakan, harus dipertimbangkan sebagai mujizat yang besar. Walau demikian, umat Muslim terbagi apakah akan menerimanya sebagai kebenaran atau sebagai metafora; atau apakah menganggapnya sebagai kebohongan. Dasar bantahan dari Ahmadis adalah meneranginya dalam semangat ini. Mereka membantah bahwa hal tersebut adalah metafora berdasarkan bahwa mujizat tersebut tidak disebutkan di dalam Alkitab. Dimana, apabila Yesus sungguh telah menciptakan burung, tidak ada alasan mengapa Alkitab telah gagal menyebutkannya, terutama karena penciptaan seekor burung adalah suatu mujizat yang belum pernah ditunjukkan oleh nabi–nabi Tuhan sebelumnya. Sungguh, penyebutan mujizat semacam itu tentunya akan menguatkan kemuliaannya yang besar diantara para nabi lainnya dan akan memberikan beberapa dukungan terhadap klaim ketuhanan, dimana mereka membantah bahwa hal itu telah disisipkan oleh para pengikutnya.
Dari argumentasi mereka kita dapat menetapkan beberapa poin berikut ini:
Tidak disebutkan mujizat itu dalam Alkitab, namun tidak ada alasan untuk menghilangkannya.
Penciptaan burung adalah unik dan mulia.
Tidak ada nabi Tuhan lainnya yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu.
Mujizat menguatkan kelebihan Yesus melebihi para nabi lainnya.
Kita akan mempelajari pengertian yang lengkap dari pandangan-pandangan tersebut dalam bagian selanjutnya.
Apakah Yesus Adalah Tuhan?
Sebagaimana yang telah kita lihat dalam bagian sebelumnya, gelar-gelar dan mujizat-mujizat Yesus yang dinyatakan dalam Qur’an mendukung klaim Alkitab bahwa Yesus adalah Tuhan (Roma 9:5, 1 Yohanes 5:20). Bilamana pembaca masih ragu, kami akan melanjutkan dengan memeriksa bukti dari klaim ini dengan lebih teliti.
Hanya Tuhan Yang Dapat Menciptakan
Surah 10:34
Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” katakanlah: “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?”
Ayat di atas dari Qur’an mengindikasikan bahwa tuhan-tuhan palsu tidak dapat menciptakan. Kemampuan untuk menciptakan adalah melekat pada Allah saja. Dalam Qur’an, tindakan penciptaan -khalq tidak pernah dilekatkan pada makhluk lain atau para sesuatu yang lain, selain Allah.
Surah 13:16
Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?”Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaratan bagi diri mereka sendiri?” Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.”
Surah 31:11
Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah?
Umat Muslim menemui kesulitan dan mustahil untuk menerima ketuhanan Yesus Kristus sebagaimana yang Alkitab nyatakan. Hal ini dikarenakan, keunggulan tersebut berlawanan dengan Qur’an yang tidak dengan spesifik menyatakan ketuhanan dari Kristus. Lebih lanjut, Qur’an mengutuk berhubungan dengan sekutu-sekutu atau makhluk lain atau sesuatu, dan menganggapnya Tuhan sebagai “Shirik”, dimana hal itu dianggap sebagai dosa terbesar di dalam Islam.
Sekalipun demikian, ketika kita memeriksa Qur’an dengan kritis dan dengan pikiran terbuka, kita dapat melihat bahwa Qur’an pun menyatakan ketuhanan Yesus. Walau demikian, benar untuk mengatakan bahwa kebenaran tersebut pada bagian-bagian yang lain ditolak.
Mari kita melakukan studi lebih lanjut dari mujizat yang dinyatakan dalam Qur’an (Surah 3:49; 5:113 –lihat halaman 115) ketika Yesus menciptakan burung-burung.
Ini adalah mujizat yang tidak pernah dilakukan/diperlihatkan oleh para nabi Allah sebelumnya. Daripada mempertimbangkan lebih jauh mujizat ini, banyak orang telah menjelaskan dengan mengatakan bahwa Allah-lah yang memberi Yesus pertolongan untuk melakukannya. Walau demikan, tetap ada pertanyaan, mengapa diberikan kepada Yesus dan tidak pada nabi lainnya?
Kita akan datang untuk memahami keunikan mujizat ini lebih baik dengan mengingatkan diri kita sendiri bahwa dosa terbesar dalam Islam adalah “Shirik”. Karena Qur’an (Surah 112:4) menekankan bahwa …tidak ada seorangpun yang seperti Dia. Kita masih perlu mengingatkan diri kita bahwa Qur’an yang sama menggambarkan Yesus sebagai Roh dari Allah (Ruh-mina-llah) dan Allah mengatakan Yesus sebagai bagian “dari Roh Kami”(lihat halaman 110-111).
Kita tidak dapat menghindari pertanyaan: Apakah ini Roh Tuhan? Mohon menjawab dengan tegas! Sebagaimana yang telah kita lihat, dari semua para nabi, Allah hanya melihat Yesus Kristus sebagai Ruhu’llah – “Roh dari Allah.” Apakah anda tidak dapat melihat keunggulan Yesus? Karena Yesus adalah “Roh dari Allah” kita tidak perlu terkejut atau merasa tidak nyaman jika dia mengulangi penciptaan. Sebagaimana Qur’an tekankan, bahwa tuhan-tuhan palsu tidak mampu berkekuatan seperti itu.
Surah 22:73
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah!
Sebagaimana telah kita, Ahmadis telah memberikan pertanyaan: “Jika Yesus sungguh telah menciptakan burung-burung mengapa hal tersebut tidak disebutkan di dalam Alkitab?” Di tempat ini mereka menolak mujizat sebagai kiasan. Secara mengejutkan, orang-orang yang sama menyokong fakta bahwa mujizat tersebut akan menguatkan keunggulan Yesus melebihi para nabi lainnya. Puji Tuhan!
Kita harus berpikir jernih dan rendah hati menerima kebenaran bahwa Yesus telah menciptakan burung-burung, suatu perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan. Hal ini membuktikan ketuhanan dari Yesus Kristus yang tak terbantahkan. Fakta bahwa mujizat dari Yesus tidak disebutkan dalam Alkitab tidak dapat membatalkan ketuhanannya. Bahkan, Rasul Yohanes memberitahu kita:
Yohanes 21:25
Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
Yohanes 20:30-31
Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahw Yesuslah Mesias, Anak Tuhan, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.
Sungguh, bagi siapa yang rindu untuk melihat, Alkitab akan menyatakannya, bukan hanya perbuatan Yesus menciptakan burung-burung, tetapi bahwa Dia bertanggung jawab atas semua!
Kolose 1:16
Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia
Yohanes 1:1-3
Pada mulanya adalah Firman; firman itu bersama-sama dengan Tuhan dan Firman itu adalah Tuhan. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Tuhan. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Apabila kita meminta bukti lebih lanjut dari ketuhanan Yesus, kita harus mengakui bahwa kematianpun tidak dapat menahannya sebagaimana dapat menahan manusia lain. Lebih jauh lagi, Qur’an menyatakan bahwa Yesus adalah suci:
Surah19:19
Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.”
Siapakah, selain dari Tuhan yang suci?
Akhirnya, kita tahu bahwa Setan dapat mengingatkan semua nabi atas dosa mereka, dimana dengan pengecualian Yesus, Ruhu’llah –Roh dari Tuhan, sebagai roh dari Tuhan tidak dapat dan tidak berdosa..
Sebagai kesimpulan, Yesus, Yang Suci tidak berdosa, yang adalah Roh Tuhan dan yang menciptakan burung-burung, suatu perbuatan yang melekat hanya pada Tuhan, pastilah Tuhan. Apakah anda masih meragukan ketuhanannya?
Yesus – Satu-satunya yang layak menjadi Juruselamat
Cerita besar mengenai keselamatan dan kebutuhan akan petunjuk dapat ditemukan kembali melalui Alkitab dan Qur’an pada penciptaan manusia. Sungguh, kita boleh beralasan bahwa cerita mengenai manusia dan cerita mengenai keselamata adalah satu dan sama. Mari kita mengikuti cerita yang dinarasikan oleh Alkitab dan Qur’an.
1. Tuhan menciptakan umat manusia
Tuhan menciptakan manusia dan memberikan kepadanya kehidupan, kebijaksanaan, pengetahuan dan kekuasaan –
Kejadian 2:7
“Ketika itu Yahweh Elohim membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”
Surah 32:7, 9
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur!
2. Tuhan menyediakan kebutuhan umat manusia
Tuhan menempatkan manusia di dalam suatu taman yang cukup dan menyediakan semua yang dia butuhkan. Semua yang Tuhan berikan kepadanya adalah baik
Kejadian 2:16-17
“Lalu Yahweh Elohim memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”.
Surah 2:35 (cf 7:19)
“Dan Kami berfirman; “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim”
3. Tuhan meminta ketaatan
Tuhan menyatakan kehendak-Nya kepada manusia supaya manusia tidak tinggal dalam ketidaktahuan. (lihat Kejadian 2:17 Surah 2:35 di atas).
4. Setan bersumpah akan membalas dendam
Surah 7:16-17
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
5. Setan memasuki Taman
Satan mencoba muslihatnya pada manusia dan berhasil menipu mereka.
Kejadian 3:1-10
“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Yahweh Elohim. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” 2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” 4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5 tetapi Tuhan mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Tuhan, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” 6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. 7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah Yahweh Elohim, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Yahweh Elohim di antara pohon-pohonan dalam taman. 9 Tetapi Yahweh Elohim memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” 10 Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”.”
Surah 7:20-22 (cf 2:36)
Maka Satan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua”. Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah katu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu “Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
6. Manusia tidak mentaati Tuhan
Adam dan Hawa mempercayai nasihat Setan dan mendengarkan dia lebih daripada kepada Tuhan. Ketidaktaatan kepada Tuhan adalah dosa dan mereka menjadi berdosa karena memilih melakukan jalan mereka sendiri.
Kejadian 3:6
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Kejadian 3:11
Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?”
7. Manusia terpisah dari Tuhan
Tuhan membenci dosa dan oleh karena itu dosa memisahkan manusia dari Tuhan.
Kejadian 3:23 Lalu Yahweh Elohim mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.
Surah 7:24 Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan.”
Yesaya 59:1-2
“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; 2 tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Tuhanmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.
Surah 2:38 “Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
8. Upah dari dosa
Menjadi jauh dari hadirat Tuhan adalah kematian rohani dan juga kematian jasmani memasuki dunia disebabkan dosa. Semua keluarga Adam telah berbuat dosa dan semua yang berdosa dibawah penghakiman yang sama atas diri mereka.
Roma 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan.
Roma 6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Tuhan ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Surah 16:61 (cf 35:45)
“Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumisesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya”.
Hadith: Anaaso Kuluhum, banuu Adama Wa Aadamo min turaabin.
Adam yang pertama jatuh melalui ketidaktaatannya, dia gagal untuk menegakkan Islam-nya (ketundukkan kepada Tuhan). Adam seharusnya menjadi teladan untuk menuntun ketaatan kita kepada Tuhan.
9. Tuhan mengirim para nabi
Mereka seharusnya hidup di atas dosa, menegakkan Islam yang murni sehingga mereka mampu membimbing orang-orang kepada Tuhan.
Surah 7:35
“Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Semua nabi-nabi adalah keturunan Adam dan mereka semua jatuh ke dalam dosa:
Adam jatuh dalam dosa Surah 7 :23
Nuh jatuh dalam dosa Surah 11 :47
Musa jatuh dalam dosa Surah 28 :16
Daud jatuh dalam dosa Surah 38 :24
Solomo jatuh dalam dosa Surah 38 :35
Muhammad jatuh dalam dosa Surah 48 :2
10. Tuhan mengirim Penuntun untuk menyelamatkan umat manusia
Surah 2:38 “Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Penuntun ini seharusnya berbeda, tidak boleh gagal seperti nabi-nabi sebelumnya. Kali ini Tuhan mengirim FirmanNya.
Surah 3:39 “Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.”
Firman tersebut adalah Yesus Kristus.
Surah 3:45 “Ingatlah ketika malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari pada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).”
11. Sang Firman datang untuk berhadapan dengan dosa
Yohanes 1:29 Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak Domba Tuhan, yang menghapus dosa dunia.
Setan tidak mampu menipu Yesus atau menyebabkannya berdosa.
Matius 4:4-11
Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan.” 5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Tuhan 6 lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Tuhan, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” 7 Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Yahweh, Tuhanmu!” 8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, 9 dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” 10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Yahweh, Tuhanmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” 11 Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.”
Yesus tetap suci dan tak berdosa
Surah 19:19
“Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”
Ibrani 4:15
…Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Karena Yesus tidak memiliki beban dosa, maka Dia layak untuk menolong yang lain
Surah 35:18
“Dan orang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulnya untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Seseungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikkan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali(mu).”
Oleh karena Dia, memanggil barang siapa yang berbeban untuk datang kepadanya.
Matius 11:28 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Dia adalah jalan kepada Tuhan
Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Dia adalah pintu yang melaluinya domba dapat memasuki kawanan.
Yohanes 10:7
Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.
Dialah satu-satunya yang layak untuk menjadi Penyelamat kita dan oleh karena itu, dialah satu-satunya orang yang layak untuk menghakimi.
Dunia menunggunya untuk penghakiman.
Surah 43:61
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutlah Aku. Inilah jalan yang lurus.”
September 28, 2009 at 9:59 am
APA YANG ALKITAB KATAKAN MENGENAI ALLAH DAN YESUS?
————————————————————
JIKA orang membaca Alkitab dari depan sampai belakang tanpa
memiliki gagasan sebelumnya mengenai Tritunggal, apakah
mereka dengan sendirinya akan sampai pada konsep tersebut?
Sama sekali tidak.
Apa yang dengan sangat jelas akan timbul dalam pikiran
seorang pembaca yang netral ialah bahwa Allah saja Yang
Mahatinggi, sang Pencipta, terpisah dan berbeda dari pribadi
manapun, dan bahwa Yesus, bahkan dalam keberadaannya sebelum
menjadi manusia, juga terpisah dan berbeda, suatu makhluk
yang diciptakan, lebih rendah daripada Allah.
Allah Itu Satu, Bukan Tiga
————————————————————
AJARAN Alkitab bahwa Allah itu esa atau satu disebut
monoteisme. Dan L. L. Paine, profesor sejarah gereja,
menyatakan bahwa monoteisme dalam bentuknya yang paling
murni tidak mengizinkan adanya Tritunggal: “Perjanjian Lama
secara tegas adalah monoteistis. Allah adalah suatu pribadi
tunggal. Gagasan bahwa suatu tritunggal dapat ditemukan di
dalamnya… sama sekali tidak berdasar.”
Apakah ada perubahan dari monoteisme setelah Yesus datang ke
bumi? Paine menjawab: “Mengenai hal ini tidak ada pemisah
antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tradisi
monoteistis terus dilanjutkan. Yesus adalah seorang Yahudi,
dilatih oleh orang-tua Yahudi dalam kitab-kitab Perjanjian
Lama. Ajarannya sepenuhnya Yahudi: memang suatu injil baru,
namun bukan suatu teologi baru… Dan ia menerima sebagai
kepercayaannya sendiri ayat agung dari monoteisme Yahudi:
‘Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita adalah satu
Allah'”
Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem
Bible (NJB) Katolik berbunyi: “Dengarlah, Israel: Yahweh
Allah kita adalah esa, satu-satunya Yahweh.”[1] Dalam tata
bahasa dari ayat itu. kata ìesaî tidak mengandung sifat
jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang
lain, yaitu bukan satu pribadi.
Catatan kaki:
[1] Nama Allah dinyatakan “Yahweh” dalam beberapa terjemahan,
“Jehovah” dalam terjemahan-terjemahan lain (dalam bahasa
Inggris).
Rasul Kristen Paulus tidak menunjukkan adanya perubahan
dalam sifat Allah, bahkan setelah Yesus datang ke bumi. Ia
menulis: “Allah adalah satu.” -Galatia 3: 20, lihat juga 1
Korintus 8:4-6.
Ribuan kali dalam seluruh Alkitab, Allah disebutkan sebagai
satu Pribadi. Bila Ia berfirman, ini adalah sebagai satu
Pribadi yang tidak terbagi. Alkitab benar-benar sangat jelas
dalam hal ini. Seperti Allah katakan: “Aku ini [Yehuwa],
itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada
yang lain. ” (Yesaya 42 :8) “Akulah Yahweh Allahmu… Engkau
tidak boleh memiliki allah-allah lain kecuali aku.” (Cetak
miring red.)-Keluaran 20: 2, 3, JB.
Untuk apa semua penulis Alkitab yang diilhami Allah akan
berbicara mengenai Allah sebagai satu Pribadi jika Ia
sebenarnya adalah tiga Pribadi? Apa gunanya hal itu, selain
dari menyesatkan orang? Tentu, jika Allah terdiri dari tiga
Pribadi, la akan menyuruh para penulis Alkitab-Nya untuk
membuat hal itu benar-benar jelas sehingga tidak mungkin ada
keraguan mengenai hal itu. Sedikitnya para penulis
Kitab-Kitab Yunani Kristen yang mempunyai hubungan pribadi
dengan Anak Allah sendiri tentu akan berbuat demikian.
Ternyata tidak.
Sebaliknya, apa yang dinyatakan dengan sangat jelas oleh
para penulis Alkitab ialah bahwa Allah adalah satu Pribadi;
Pribadi yang unik, tidak terbagi-bagi yang tidak setara
dengan siapapun juga: “Akulah [Yehuwa] dan tidak ada yang
lain; kecuali Aku tidak ada Allah. ” (Yesaya 45:5) “Engkau
sajalah yang bernama [Yehuwa], Yang Mahatinggi atas seluruh
bumi.”-Mazmur 83 :19.
Bukan Allah yang Jamak
————————————————————
YESUS menyebut Allah “satu-satunya Allah yang benar.”
(Yohanes 17:3) Ia tidak pernah menyebut Allah sebagai ilahi
yang terdiri dari pribadi-pribadi jamak. Itulah sebabnya
dalam Alkitab tidak ada satu pribadi pun selain Yehuwa yang
disebut Yang Mahakuasa. Jika tidak, arti kata “mahakuasa”
tidak berlaku lagi. Yesus maupun roh kudus tidak pernah
disebut demikian, karena hanya Yehuwa yang paling tinggi.
Dalam Kejadian 17:1 Ia berkata: “Akulah Allah Yang
Mahakuasa.” Dan Keluaran 18:11 berbunyi: “[Yehuwa] lebih
besar dari segala allah.”
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata ‘eloh’ah (allah) mempunyai
dua bentuk jamak, yaitu, ‘elo-him’ (allah-allah) dan
‘elo-heh’ (allah-allah dari). Bentuk-bentuk jamak ini
umumnya memaksudkan Yehuwa, dan dalam hal itu kata-kata
tersebut diterjemahkan dalam bentuk tunggal sebagai “Allah.”
Apakah bentuk-bentuk jamak tersebut menyatakan suatu
Tritunggal? Tidak. Dalam A Dictionary of the Bible, William
Smith berkata: “Gagasan khayalan bahwa [‘elo-him’]
memaksudkan tritunggal dari pribadi-pribadi dalam Keilahian,
sekarang hampir tidak mempunyai pendukung lagi di kalangan
para sarjana. Hal itu adalah apa yang disebut para ahli tata
bahasa bentuk jamak dari keagungan, atau itu menyatakan
kepenuhan dari kekuatan ilahi. Kuasa keseluruhan yang
diperlihatkan oleh Allah.”
The American Journal of Semitic Languages and Literatures
mengatakan tentang ‘elo-him.’ “Ini hampir selalu dijelaskan
dengan suatu predikat kata kerja tunggal, dan membutuhkan
atribut kata sifat tunggal.” Untuk menggambarkan ini, gelar
‘elo-him’ muncul 35 kali secara tersendiri dalam kisah
penciptaan, dan setiap kali kata kerja yang menggambarkan
apa yang Allah katakan dan lakukan adalah dalam bentuk
tunggal. (Kejadian 1:1-2:4) Jadi, publikasi itu
menyimpulkan: “[‘Elo-him’] agaknya harus dijelaskan sebagai
bentuk jamak yang bersifat intensif, yang menyatakan
kebesaran dan keagungan.”
‘Elo-him’ bukan berarti “pribadi-pribadi,” melainkan
“allah-allah.” Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini
menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri
politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena
ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal. Namun hampir
semua pendukung Tritunggal menolak pandangan bahwa
Tritunggal terdiri dari tiga allah yang terpisah.
Alkitab juga menggunakan kata-kata ‘elo-him’ dan ‘elo-heh’
bila menyebutkan sejumlah allah-allah berhala yang palsu.
(Keluaran 12:12; 20:23). Namun pada kesempatan lain hal itu
bisa memaksudkan hanya satu allah palsu, seperti ketika
orang-orang Filistin menyebutkan “Dagon, allah mereka
[‘elo-heh’].” (Hakim 16:23, 24) Baal disebut “allah
[‘elo-him]” (1 Raja 18:27) Selain itu, ungkapan ini
digunakan untuk manusia. (Mazmur 82:1, 6) Musa diberi tahu
bahwa dia akan menjadi “Allah [‘elo-him’]” bagi Harun dan
bagi Firaun.-Keluaran 4:16; 7:1.
Jelas, menggunakan gelar-gelar ‘elo-him’ dan ‘elo-heh ‘untuk
allah-allah palsu, dan bahkan manusia, tidak menyatakan
bahwa masing-masing adalah allah-allah yang jamak; demikian
juga menerapkan ‘elo-him’ atau ‘elo-heh’ pada Yehuwa tidak
berarti bahwa Ia lebih dari satu Pribadi, terutama bila kita
mempertimbangkan bukti dari ayat-ayat lain dalam Alkitab
mengenai pokok ini.
Yesus Ciptaan yang Terpisah
————————————————————
KETIKA berada di atas bumi, Yesus adalah seorang manusia,
meskipun manusia yang sempurna karena Allah telah
memindahkan daya kehidupan dari Yesus ke dalam rahim Maria.
(Matius 1: 18-25) Namun itu bukan awal kehidupannya. Ia
sendiri menyatakan bahwa ia “telah turun dari sorga.”
(Yohanes 3:13) Jadi wajarlah bila ia belakangan berkata
kepada para pengikutnya: “Bagaimanakah, jikalau kamu melihat
Anak Manusia [Yesus] naik ke tempat di mana Ia sebelumnya
berada?”-Yohanes 6:62.
Jadi. Yesus sudah hidup di surga sebelum datang ke bumi.
Tetapi apakah sebagai salah satu pribadi dalam Keilahian
tiga serangkai yang mahakuasa dan kekal? Tidak, karena
Alkitab dengan jelas menerangkan bahwa sebelum menjadi
manusia, Yesus adalah suatu makhluk roh yang diciptakan sama
seperti malaikat-malaikat adalah makhluk-makhluk roh yang
diciptakan oleh Allah. Para malaikat maupun Yesus tidak
hidup sebelum mereka diciptakan.
Yesus, sebelum hidup sebagai manusia, adalah ‘yang sulung
dari segala yang diciptakan.’ (Kolose 1:15) Ia adalah
“permulaan dari ciptaan Allah.” (Wahyu 3:14) “Permulaan”
[bahasa Yunani, ar-khe’] tidak dapat ditafsirkan bahwa Yesus
adalah ‘pemula’ dari ciptaan Allah. Dalam tulisan-tulisannya
di Alkitab, Yohanes menggunakan berbagai bentuk dari kata
Yunani ar-khe’ lebih dari 20 kali, dan ini selalu mempunyai
arti umum “permulaan.” Ya, Yesus diciptakan oleh Allah
sebagai permulaan dari ciptaan-ciptaan Allah yang tidak
kelihatan.
Perhatikan betapa erat hubungan antara acuan-acuan kepada
asal usul Yesus dengan pernyataan-pernyataan yang
diungkapkan oleh “hikmat” kiasan dalam buku Amsal di
Alkitab: “TUHAN [Yahweh, NJB] telah menciptakan aku sebagai
permulaan pekerjaanNya, sebagai perbuatanNya yang
pertama-tama dahulu kala. Sebelum gunung-gunung tertanam dan
lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum
Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran
yang pertama [“unsur-unsur pertama dari dunia,” NJB].”
(Amsal 8: 12, 22, 25, 26) Meskipun istilah “hikmat”
digunakan untuk mempersonifikasi pribadi yang Allah
ciptakan, kebanyakan sarjana setuju bahwa ini sebenarnya
adalah kata kiasan untuk Yesus sebagai makhluk roh sebelum
hidup sebagai manusia.
Sebagai “hikmat” sebelum menjadi manusia, Yesus selanjutnya
berkata bahwa ia berada “di sampingNya [Allah], seorang
pekerja ahli.” (Amsal 8: 30. JB) Selaras dengan peranan
sebagai pekerja ahli ini, Kolose 1:16 (BIS) mengatakan
tentang Yesus bahwa “melalui dialah Allah menciptakan segala
sesuatu di surga dan di atas bumi.”
Jadi melalui pekerja ahli inilah, seolah-olah mitra
kerja-Nya yang lebih muda, Allah Yang Mahakuasa menciptakan
semua perkara lain. Alkitab meringkaskan masalahnya sebagai
berikut: “Bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,
yang dari padaNya berasal segala sesuatu… dan satu Tuhan
saja, yaitu Yesus Kristus, yang melalui dia, segala sesuatu
telah dijadikan.” (Cetak miring red.)-1 Korintus 8:6,
Revised Standard Version, edisi Katolik; BIS.
Tiada sangsi lagi bahwa kepada pekerja ahli inilah Allah
berkata: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan
rupa Kita.” (Kejadian 1: 26) Ada yang mengatakan bahwa
“Kita” dalam pernyataan ini menunjukkan suatu Tritunggal.
Namun jika anda mengatakan, ‘Baiklah kita membuat sesuatu
untuk diri kita,’ tidak seorang pun akan secara wajar
memahami bahwa ini menyatakan beberapa orang digabungkan
menjadi satu di dalam diri anda. Anda hanya memaksudkan
bahwa dua pribadi atau lebih akan bersama-sama mengerjakan
sesuatu. Maka, demikian pula, ketika Allah menggunakan
“Kita,” Ia hanya menyapa suatu pribadi lain, makhluk roh-Nya
yang pertama, sang pekerja ahli, pramanusia Yesus.
Dapatkah Allah Dicobai?
————————————————————
DALAM Matius 4:1, Yesus dikatakan “dicobai Iblis.” Setelah
menunjukkan kepada Yesus semua kerajaan dunia dengan
kemegahannya,” Setan berkata: “Semua itu akan kuberikan
kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.” (Matius 4:8, 9)
Setan berupaya untuk membuat Yesus tidak loyal kepada Allah.
Tetapi ujian keloyalan macam apakah itu jika Yesus adalah
Allah? Dapatkah Allah memberontak melawan diri-Nya sendiri?
Tidak, tetapi malaikat-malaikat dan manusia dapat
memberontak melawan Allah dan telah berbuat demikian. Cobaan
atas Yesus hanya masuk akal jika ia, bukan Allah, melainkan
suatu pribadi yang terpisah yang mempunyai kehendak bebasnya
sendiri, pribadi yang bisa saja tidak loyal jika ia
memutuskan demikian, seperti halnya malaikat atau manusia.
Sebaliknya, kita tidak dapat membayangkan bahwa Allah dapat
berdosa dan tidak loyal kepada diri-Nya sendiri.
“PekerjaanNya sempurna… Allah yang setia,… adil dan
benar Dia.” (Ulangan 32:4) Jadi jika Yesus adalah Allah, ia
tidak mungkin dicobai.-Yakobus 1:13.
Karena bukan Allah, Yesus bisa saja tidak loyal. Namun ia
tetap setia, dengan mengatakan: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan [Yehuwa, NW],
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!”-Matius 4:10.
Berapa Besar Harga Tebusan Itu?
————————————————————
SALAH satu alasan utama Yesus datang ke bumi juga mempunyai
hubungan langsung dengan Tritunggal. Alkitab menyatakan:
“Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara
antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang
telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan [yang sesuai, NW]
bagi semua manusia.”-1 Timotius 2: 5,6.
Yesus, yang tidak lebih dan tidak kurang daripada seorang
manusia sempurna, menjadi tebusan yang dengan tepat
mengganti rugi apa yang telah dihilangkan Adam -hak untuk
hidup sebagai manusia sempurna di bumi. Jadi Yesus dengan
tepat dapat disebut “Adam yang akhir” oleh rasul Paulus,
yang berkata dalam ikatan kalimat yang sama: “Sama seperti
semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian
pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan
dengan Kristus.” (1 Korintus 15: 22, 45) Kehidupan manusia
yang sempurna dari Yesus adalah “tebusan yang sesuai” yang
dituntut oleh keadilan ilahi-tidak lebih, tidak kurang.
Suatu prinsip dasar bahkan dari keadilan manusia ialah bahwa
harga yang dibayar harus sesuai dengan kesalahan yang
dilakukan.
Tetapi, jika Yesus adalah bagian dari suatu Keilahian, harga
tebusan akan sangat jauh lebih tinggi daripada apa yang
dituntut oleh Taurat Allah sendiri. (Keluaran 21:23-25;
Imamat 24:19-21) Yang berdosa di Eden hanya seorang manusia
sempurna, Adam, bukan Allah. Maka tebusan itu, agar
benar-benar selaras dengan keadilan Allah, harus tepat sama
nilainya-seorang manusia sempurna, “Adam yang akhir.” Maka,
ketika Allah mengutus Yesus ke bumi sebagai tebusan itu, Ia
menjadikan Yesus sebagai sesuatu yang akan memenuhi
keadilan, bukan suatu inkarnasi, bukan manusia-allah,
melainkan manusia sempurna, “lebih rendah daripada
malaikat-malaikat.” (Ibrani 2:9; bandingkan Mazmur 8: 6, 7.)
Bagaimana mungkin suatu bagian dari Keilahian yang mahakuasa
-Bapa, Anak, atau roh kudus-dapat lebih rendah daripada
malaikat-malaikat?
Bagaimana “Satu-Satunya yang Diperanakkan”?
————————————————————
ALKITAB menyebut Yesus “Anak Tunggal” atau dalam bahasa
Inggris, “only-begotten Son” (“Anak satu-satunya yang
diperanakkan”). (Yohanes 1:14; 3:16, 18; 1 Yohanes 4:9) Para
penganut Tritunggal mengatakan bahwa karena Allah itu kekal,
maka Anak Allah juga kekal. Namun bagaimana seseorang bisa
menjadi anak dan pada waktu yang sama umurnya setua ayahnya?
Para penganut Tritunggal mengatakan bahwa dalam hal Yesus,
“satu-satunya yang diperanakkan” tidak sama dengan definisi
kamus untuk “memperanakkan” yang adalah “memberi kehidupan
sebagai bapa.” (Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary)
Mereka berkata bahwa dalam hal Yesus ini memaksudkan “sifat
dari hubungan tanpa asal usul,” semacam hubungan anak
tunggal tetapi tanpa ia diperanakkan. (Vine’s Expository
Dictionary of Old and New Testament Words, karya Vine)
Apakah hal itu kedengaran masuk akal bagi anda? Dapatkah
seorang pria menjadi ayah seorang anak tanpa memperanakkan
dia?
Selain itu, mengapa Alkitab menggunakan kata Yunani yang
sama untuk “satu-satunya yang diperanakkan” (seperti diakui
oleh Vine tanpa penjelasan apapun) untuk menggambarkan
hubungan antara Ishak dengan Abraham? Ibrani 11:17 menyebut
Ishak sebagai “anaknya [Abraham] yang tunggal,” atau dalam
bahasa Inggris “anak satu-satunya yang diperanakkan.” Tidak
mungkin ada keraguan bahwa dalam hal Ishak, ia satu-satunya
yang diperanakkan dalam arti yang normal, tidak sama dalam
umur atau kedudukkan dengan ayahnya.
Kata dasar bahasa Yunani untuk “satu-satunya yang
diperanakkan” yang digunakan untuk Yesus dan Ishak ialah
monogenes’, dari mo’nos, yang berarti “satu-satunya,” dan
gi’no-mai, sebuah akar kata yang berarti “menghasilkan,”
“menjadi (menjadi ada),” kata Exhaustive Concordance oleh
Strong. Maka, monogenes’ didefinisikan sebagai:
“Satu-satunya yang dilahirkan, satu-satunya yang
diperanakkan, artinya satu-satunya anak.”-A Greek and
English Lexicon of the New Testament, oleh E. Robinson.
Theological Dictionary of the New Testament,, dengan
penyunting Gerhard Kittel, berkata: “[Monogenes] berarti
‘keturunan satu-satunya’ yaitu, tanpa saudara laki-laki atau
perempuan.” Buku ini juga menyatakan bahwa dalam Yohanes
1:18; 3: 16, 18; dan 1 Yohanes 4:9, “hubungan Yesus tidak
hanya disamakan dengan hubungan seorang anak tunggal atau
satu-satunya anak dengan ayahnya. Ini memang hubungan antara
anak satu-satunya yang diperanakkan oleh sang Bapa.”
Jadi, kehidupan Yesus, Anak satu-satunya yang diperanakkan,
mempunyai permulaan. Dan Allah Yang Mahakuasa dengan tepat
dapat disebut Yang Memperanakkan dia, atau Bapa-Nya dalam
arti yang sama seperti seorang ayah jasmani di bumi, seperti
Abraham, memperanakkan seorang anak. (Ibrani 11:17) Maka,
bila Alkitab menyebut Allah sebagai “Bapa” dari Yesus, ini
memaksudkan tepat seperti yang dikatakannya -bahwa mereka
adalah dua pribadi yang terpisah. Allah yang senior. Yesus
yang yunior -dalam hal waktu atau umur, kedudukan, kuasa,
dan pengetahuan.
Bila seseorang mempertimbangkan bahwa Yesus bukan
satu-satunya makhluk roh, anak Allah yang diciptakan di
surga, halnya menjadi jelas mengapa istilah “Anak Tunggal”
atau “Anak satu-satunya yang diperanakkan” digunakan dalam
hal Yesus. Tidak terhitung banyaknya makhluk roh lain yang
diciptakan, malaikat-malaikat, juga disebut “anak-anak
Allah,” dalam arti yang sama seperti halnya Adam, karena
daya kehidupan mereka berasal dari Allah Yehuwa, Sumber
Kehidupan. (Ayub 38:7; Mazmur 36:10; Lukas 3:38) Namun
mereka semua diciptakan melalui “Anak Tunggal,” yang adalah
pribadi satu-satunya yang langsung diperanakkan oleh
Allah.-Kolose 1 :15-17.
Apakah Yesus Dianggap Allah?
————————————————————
MESKIPUN Yesus sering disebut Anak Allah dalam Alkitab,
tidak seorang pun pada abad pertama pernah menganggap dia
sebagai Allah Anak. Bahkan hantu-hantu, yang ‘percaya bahwa
hanya ada satu Allah,’ mengetahui dari pengalaman mereka di
alam roh bahwa Yesus bukan Allah. Maka, dengan tepat mereka
menyapa Yesus sebagai “Anak Allah” yang terpisah. (Yakobus
2:19: Matius 8:29) Dan ketika Yesus mati, para prajurit Roma
yang kafir itu yang sedang berjaga cukup mengetahui untuk
dapat mengatakan bahwa apa yang mereka dengar dari para
pengikut Yesus pasti benar, bukan bahwa Yesus adalah Allah,
melainkan bahwa “sungguh, ia ini adalah Anak Allah.”-Matius
27: 54.
Maka, ungkapan “Anak Allah” menunjuk kepada Yesus sebagai
makhluk yang terpisah dan diciptakan, bukan bagian dari
Tritunggal. Sebagai Anak Allah, ia tidak mungkin Allah
sendiri, karena Yohanes 1:18 berkata: “Tidak seorangpun yang
pernah melihat Allah.”
Murid-murid memandang Yesus sebagai ‘pengantara yang esa
antara Allah dan manusia,’ bukan sebagai Allah sendiri. (1
Timotius 2:5) Karena menurut definisi seorang pengantara
adalah seorang yang terpisah dari mereka yang membutuhkan
pengantara, suatu kontradiksi jika Yesus adalah satu
kesatuan dengan salah satu pihak yang ia coba perdamaikan.
Itu berarti ia pura-pura menjadi pengantara, padahal bukan.
Alkitab memang jelas dan konsisten berkenaan hubungan antara
Allah dengan Yesus. Allah Yehuwa saja Yang Mahakuasa. Ia
secara langsung menciptakan pramanusia Yesus. Jadi, Yesus
mempunyai permulaan dan tidak pernah dapat setara dengan
Allah dalam kuasa atau kekekalan.
————————————————————
HARUSKAH ANDA PERCAYA KEPADA TRITUNGGAL?
July 21, 2014 at 6:45 am
Pengertian TRITUNGGAL tidak seperti yg sdr sampaikan..
July 21, 2014 at 7:43 am
iye bener..parah tuh orang kang..
mosok TRITUNGGAL di pahamin kayak 3 biji gabung dalam 1 golongan?
eslamnye aja belon KELAR tuh ude mau ngefitnah macem2!!
September 18, 2015 at 10:05 am
Tuhan itu hanya ALLAH
ALLAH itu Maha Esa
Dan itu adalah AJARAN UTAMA
Markus 12:29
Yang kau jelaskan itu adalah AJARAN PAULUS
Pembunuh tuhan kau
KAU INGIN NABI ISA MATI DIBUNUH RASUL BEJAT DARI YAHUDI FARISI SETAN ITU ?
LALU NABI DIKATAKANNYA TUHAN ?
PERCAYA KAU DENGAN SETAN LICIK PENIPU ITU ?
September 19, 2015 at 10:17 am
SIAPAKAH YESUS ?
A,
KITA BELAJAR SOAL YESUS
TENTANG BANGKIT HARI KETIGA
PADAHAL NABI ISA ALMASIH DISELAMATKAN ALLAH DARI PENYALIBAN ADALAH HARI PERTAMA
BENARKAH YESUS ‘’BANGKIT’’ (BUKAN NAIK KELANGIT) HARI KETIGA ?
September 19, 2015 at 4:30 pm
BERTUHANKAN ‘TIGA’ GAK DISYARIATKAN dαlαm Kristen
itu hαnyα FITNAH qurαn CIPTAAN utsmαn doαng…!!
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA…
Yudαs 1:25. ALLAH yαng ESA…
1 Korintus 12:6…tetαpi ALLAH αdαlαh SATU…
Allαh itu ESA, tetαpi kαlαu NAMA Allαh ESA αpα KAGAK…ʔʔ
September 19, 2015 at 4:31 pm
ALLAH αdαlαh OKNUM dαn BUKAN NAMA
TRINITAS αdαlαh TIGA NAMA PANGGILAN kepαdα ALLAH
❶. Ϻαtiυs 28:19…ϑαlαm NAMA βαρα…
❷. 1 Petrυs 4:16…λllαɧ ϑαlαm NAMA Ƙrίѕʈυѕ…
❸. Ϻαtiυs 28:19…ϑαlαm NAMA…Ʀᴏɧ Kυϑυѕ,
September 19, 2015 at 4:32 pm
dαri Abdurrαhmαn bin Auf rα, sαw bersαbdα:
“Allαh berfirmαn: ‘Akulah Allαh DAN Aku αdαlαh Ar-Rαhmαn, Aku MENCIPTAKAN Ar-Rαhim yαng Ku-AMBIL dαri NAMA-Ku’.” (HR.Tirmidzi,1830)
Apakah itu bermakna ilah elu ada 99biji…??
September 20, 2015 at 2:56 am
TRINITAS ITU AJARAN SETAN YAHUDI
AJARAN NABI ISA ADALAH TUHAN ITU HANYA ALLAH
Markus 12:29
PAHAM KAU KELEDAI UMMAT SETAN YAHUDI ?
September 19, 2015 at 4:33 pm
❶. Ϻαtiυs 28:19…ϑαlαm NAMA βαρα…
September 19, 2015 at 4:34 pm
❷. 1 Petrυs 4:16…λllαɧ ϑαlαm NAMA Ƙrίѕʈυѕ…
September 19, 2015 at 4:35 pm
❸. Ϻαtiυs 28:19…ϑαlαm NAMA…Ʀᴏɧ Kυϑυѕ,
September 20, 2015 at 2:57 am
TRINITAS ITU AJARAN SETAN YAHUDI
AJARAN NABI ISA ADALAH TUHAN ITU HANYA ALLAH
Markus 12:29
PAHAM KAU KELEDAI UMMAT SETAN YAHUDI ?
KAU BUKAN UMMAT NABI ISA
KAU UMMAT YESUS
TUHAN CIPTAAN PAULUS
September 19, 2015 at 4:36 pm
❶. Yesus dαlαm keαdααn-Nyα sebαgαi mαnusiα
❷. Yesus dαlαm keαdααn-Nyα sebαgαi Tuhαn
September 20, 2015 at 2:58 am
Nabi Isa berkata
Tuhan itu hanya ALLAH
Itulah Nabi
PAULUS menjadikannya TUHAN
PAHAM KAU UMMAT SETAN PAULUS TURUNAN ULAR BELUDAK PEMBUNUH NABI ISA ALMASIH ?
KPR 26:15
September 28, 2009 at 9:59 am
APAKAH ALLAH SELALU LEBIH UNGGUL DARIPADA YESUS?
————————————————————
YESUS tidak pernah mengaku sebagai Allah. Segala sesuatu
yang ia katakan tentang dirinya menunjukkan bahwa ia tidak
menganggap dirinya sama dengan Allah dalam hal apapun -tidak
dalam hal kuasa, tidak dalam pengetahuan, tidak dalam umur.
Dalam setiap periode keberadaannya, tidak soal di surga atau
di atas bumi, ucapan-ucapan dan tingkah lakunya mencerminkan
kedudukan yang lebih rendah daripada Allah. Allah selalu
yang lebih unggul, Yesus adalah pribadi yang lebih rendah
yang diciptakan oleh Allah.
Yesus Dibedakan Dari Allah
————————————————————
BERULANG kali, Yesus menunjukkan bahwa ia adalah makhluk
yang terpisah dari Allah dan bahwa ia, Yesus, mempunyai
Allah di atas dirinya, Allah yang ia sembah, Allah yang ia
sebut “Bapa.” Dalam doa kepada Allah, yaitu sang Bapa, Yesus
berkata, “Engkau, satu-satunya Allah yang benar.” (Yohanes
17:3) Dalam Yohanes 20:17 ia berkata kepada Maria Magdalena:
“Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan
Allahmu.” Dalam 2 Korintus 1:3 rasul Paulus meneguhkan
hubungan ini: “Terpujilah Allah, Bapa [dari] Tuhan kita
Yesus Kristus.” Karena Yesus mempunyai Allah, Bapanya, ia
tidak mungkin pada waktu yang sama juga adalah Allah itu.
Rasul Paulus tidak mempunyai keraguan untuk menyebut Yesus
dan Allah sebagai pribadi-pribadi yang terpisah dan berbeda:
“Bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,… dan
satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus.” (1 Korintus 8:6)
Rasul itu menunjukkan perbedaannya ketika ia menyebutkan “di
hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat malaikat
pilihanNya.” (1 Timotius 5:21) Jadi sama seperti Paulus
menyebut Yesus dan para malaikat sebagai pribadi-pribadi
yang berbeda satu sama lain di surga, demikian pula Yesus
berbeda dengan Allah.
Kata-kata Yesus dalam Yohanes 8:17, 18 juga penting. Ia
berkata: “Dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian
dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diriKu
sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang
Aku.” Di sini Yesus menunjukkan bahwa ia dan sang Bapa,
yaitu Allah Yang Mahakuasa, harus dua kesatuan yang berbeda,
jika tidak bagaimana mungkin benar-benar ada dua saksi?
Yesus selanjutnya menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang
terpisah dari Allah dengan mengatakan: “Mengapa kaukatakan
Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah
saja.” (Markus 10:18) Jadi Yesus mengatakan bahwa tidak ada
pribadi lain manapun yang sebaik Allah, bahkan Yesus sendiri
tidak. Allah adalah baik dengan cara yang membuat Ia
terpisah dari Yesus.
Hamba Allah yang Menundukkan Diri
————————————————————
BERULANG kali, Yesus memberikan pernyataan-pernyataan
seperti: “Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya
sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya.”
(Yohanes 5:19) “Aku telah turun dari sorga bukan untuk
melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia
yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 6:38) “AjaranKu tidak
berasal dari diriKu sendiri, tetapi dari Dia yang telah
mengutus Aku.” (Yohanes 7:16) Bukankah yang mengutus lebih
unggul dari yang diutus?
Hubungan ini nyata dalam perumpamaan Yesus tentang kebun
anggur. Ia menyamakan Allah, Bapanya, dengan pemilik kebun
anggur, yang pergi ke luar negeri dan meninggalkan kebun itu
dalam tangan para penggarap, yang melambangkan imam-imam
Yahudi. Ketika sang pemilik kemudian mengutus seorang hamba
untuk mendapatkan hasil dari kebun anggur itu, para
penggarap memukul hamba tersebut dan mengusirnya dengan
tangan kosong. Kemudian sang pemilik mengutus hamba yang
kedua, dan kemudian yang ketiga, yang kedua-duanya mendapat
perlakuan sama. Akhirnya, pemilik kebun itu berkata: “Aku
akan menyuruh anakku [Yesus] yang kekasih, tentu ia mereka
segani.” Namun para penggarap yang korup itu berkata: “Ia
adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisan ini
menjadi milik kita. Lalu mereka melemparkan dia ke luar
kebun anggur itu dan membunuhnya.” (Lukas 20:9-16) Jadi
Yesus menggambarkan kedudukannya sendiri sebagai pribadi
yang diutus oleh Allah untuk melakukan kehendak Allah, sama
seperti seorang ayah mengutus seorang anak yang tunduk.
Para pengikut Yesus selalu memandangnya sebagai hamba Allah
yang menundukkan diri, bukan sebagai pribadi yang sama
dengan Allah. Mereka berdoa kepada Allah mengenai “Yesus,
HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi,… tanda-tanda dan
mujizat-mujizat [dilakukan] oleh nama Yesus, HambaMu yang
kudus.”-Kisah 4:23, 27, 30.
Allah Lebih Unggul Sepanjang Zaman
————————————————————
PADA awal mula pelayanan Yesus, ketika ia ke luar dari air
pembaptisan, suara Allah dari surga berkata: “Inilah Anak
yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” (Matius 3:16, 17)
Apakah Allah berkata bahwa Ia adalah Anak-Nya sendiri, bahwa
Ia berkenan kepada diri-Nya sendiri, bahwa Ia mengutus
diri-Nya sendiri? Tidak, Allah sang Pencipta mengatakan
bahwa Ia, sebagai yang lebih unggul, berkenan kepada pribadi
yang lebih rendah, Anak-Nya, Yesus, untuk melakukan
pekerjaan yang ada di hadapan.
Yesus menyatakan keunggulan Bapanya ketika ia berkata: “Roh
Tuhan [Yehuwa, NW] ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi
Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin.” (Lukas 4:18) Pengurapan adalah pemberian wewenang
atau tugas oleh orang yang lebih tinggi kepada seseorang
yang masih belum mempunyai wewenang. Di sini, Allah adalah
jelas yang lebih unggul, karena Ia mengurapi Yesus,
memberinya wewenang yang tidak ia miliki sebelumnya.
Yesus membuat jelas keunggulan Bapanya ketika ibu dari dua
murid memohon agar putra-putranya masing-masing duduk di
sebelah kanan dan di sebelah kiri Yesus bila ia memerintah
dalam Kerajaannya. Yesus menjawab: “Hal duduk di sebelah
kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak
memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi
siapa BapaKu [yaitu Allah] telah menyediakannya.” (Matius
20:23) Jika Yesus adalah Allah Yang Mahakuasa, ia berhak
memberikan kedudukan tersebut. Namun Yesus tidak dapat
melakukan itu, karena ini adalah hak Allah, dan Yesus bukan
Allah.
Doa Yesus sendiri merupakan contoh yang ampuh dari
kedudukannya yang lebih rendah. Ketika Yesus akan mati, ia
memperlihatkan siapa pribadi yang lebih unggul daripada dia
dengan berdoa: “Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah
cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan
kehendakMulah yang terjadi.” (Lukas 22:42) Kepada siapakah
ia berdoa? Kepada sebagian dari dirinya sendiri? Tidak, ia
berdoa kepada pribadi yang sama sekali terpisah darinya,
Bapanya, Allah, yang kehendak-Nya lebih unggul dan bisa saja
berbeda dari kehendaknya sendiri, satu-satunya Pribadi yang
dapat ‘mengambil cawan ini.’
Kemudian, ketika mendekati kematian, Yesus berseru:
“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus
15: 34) Kepada siapakah Yesus berseru? Kepada dirinya
sendiri atau bagian dari dirinya? Pasti seruan itu,
“Allahku,” tidak berasal dari seseorang yang menganggap
dirinya sendiri Allah. Dan jika Yesus adalah Allah, maka
oleh siapa ia ditinggalkan? Dirinya sendiri? Hal itu tidak
masuk akal. Yesus juga berkata: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu
Kuserahkan nyawaKu” (Lukas 23:46) Jika Yesus adalah Allah,
mengapa ia harus menyerahkan nyawanya kepada sang Bapa?
Setelah Yesus mati, ia berada dalam kuburan selama sebagian
dari tiga hari. Jika ia adalah Allah, maka Habakuk 1:12 (NW)
keliru ketika berkata: “Allahku, Yang Mahakudus, Engkau
tidak mati.” Namun Alkitab berkata bahwa Yesus mati dan
tidak sadar dalam kuburan. Dan siapakah yang membangkitkan
Yesus dari antara orang mati? Dan jika ia benar-benar mati,
ia tidak mungkin membangkitkan dirinya sendiri. Sebaliknya
jika ia tidak benar-benar mati, kematiannya yang pura-pura
tidak akan membayar harga tebusan untuk dosa Adam. Tetapi ia
benar-benar membayar harga itu sepenuhnya melalui
kematiannya yang sungguh-sungguh. Jadi “Allah [yang]
membangkitkan [Yesus] dengan melepaskan Dia dari sengsara
maut.” (Kisah 2:24) Yang lebih unggul, Allah Yang Mahakuasa,
membangkitkan yang kurang unggul, hamba-Nya Yesus, dari
kematian.
Apakah kesanggupan Yesus untuk melakukan mukjizat-mukjizat,
seperti membangkitkan orang, menunjukkan bahwa ia adalah
Allah? Nah, rasul-rasul dan nabi Elia serta nabi Elisa juga
mempunyai kuasa itu, namun hal itu tidak membuat mereka
lebih tinggi daripada manusia. Allah memberikan kuasa untuk
melakukan mukjizat-mukjizat kepada nabi-nabi, Yesus, dan
rasul-rasul untuk menunjukkan bahwa Ia mendukung mereka.
Namun hal itu tidak membuat mereka semua bagian dari
Keilahian yang jamak.
Pengetahuan Yesus Terbatas
————————————————————
KETIKA Yesus memberikan nubuatnya mengenai akhir sistem ini,
ia berkata: “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak
seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan
Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” (Markus 13:32) Jika Yesus
adalah Anak yang setara, bagian dari Keilahian, ia pasti
mengetahui apa yang diketahui sang Bapa. Namun Yesus tidak
tahu, karena ia tidak setara dengan Allah.
Demikian pula, kita membaca dalam Ibrani 5:8 bahwa Yesus
“belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya.”
Dapatkah kita membayangkan bahwa Allah harus belajar
sesuatu? Tidak, tetapi Yesus memang demikian, karena ia
tidak mengetahui segala sesuatu yang Allah ketahui. Dan ia
harus belajar sesuatu yang Allah tidak akan pernah perlu
pelajari -ketaatan. Allah tidak pernah harus menaati
siapapun.
Perbedaan antara apa yang Allah ketahui dan apa yang Kristus
ketahui juga nyata ketika Yesus dibangkitkan ke surga untuk
tinggal bersama Allah. Perhatikan kata-kata pertama dari
buku Alkitab yang terakhir: “Wahyu Yesus Kristus, yang
dikaruniakan Allah kepadaNya.” (Wahyu 1:1) Jika Yesus
sendiri adalah bagian dari Keilahian, apakah ia perlu diberi
Wahyu oleh bagian lain dari Keilahian itu -Allah? Pasti ia
sudah mengetahui semuanya, karena Allah mengetahuinya. Namun
Yesus tidak tahu, karena ia bukan Allah.
Yesus Tetap Lebih Rendah Kedudukannya
————————————————————
DALAM kehidupannya sebelum menjadi manusia, dan juga ketika
ia berada di atas bumi, Yesus lebih rendah dari Allah.
Setelah dibangkitkan, ia tetap berada dalam kedudukan yang
lebih rendah, nomor dua.
Ketika berbicara tentang kebangkitan Yesus, Petrus dan
orang-orang yang besertanya mengatakan kepada Sanhedrin
Yahudi: “Dialah [Yesus] yang telah ditinggikan oleh Allah
sendiri dengan [“ke,” NW] tangan kananNya.” (Kisah 5:31)
Paulus berkata: “Allah sangat meninggikan Dia.” (Filipi 2:9)
Jika Yesus adalah Allah, bagaimana mungkin Yesus
ditinggikan, yaitu dinaikkan kepada kedudukan yang lebih
tinggi yang sudah ia miliki sebelumnya? Ia tentu sudah
merupakan bagian dari Tritunggal dengan kedudukan yang
tinggi. Jika, sebelum ditinggikan, Yesus setara dengan
Allah, meninggikan dia lebih tinggi lagi akan membuatnya
lebih unggul daripada Allah.
Paulus juga berkata bahwa Kristus masuk “ke dalam sorga
sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan
kita.” (Ibrani 9:24) Jika anda muncul di hadapan hadirat
seseorang, bagaimana mungkin anda adalah orang itu juga?
Tidak mungkin. Anda harus berbeda dan terpisah.
Demikian pula, tepat sebelum dilempari batu sampai mati,
sang martir Stefanus “menatap ke langit, lalu melihat
kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.”
(Kisah 7:55) Maka jelas, ia melihat dua pribadi yang
terpisah -namun tidak melihat roh kudus, tidak melihat
Keilahian Tritunggal.
Dalam kisah di Wahyu 4: 8 sampai 5: 7, Allah diperlihatkan
duduk di atas takhta surgawi-Nya, tetapi Yesus tidak. Ia
harus menghampiri Allah untuk mengambil gulungan dari tangan
kanan Allah. Ini menunjukkan bahwa di surga Yesus bukan
Allah tetapi terpisah dari Dia.
Sesuai dengan yang dikatakan di atas, Bulletin of the John
Rylands Library di Manchester, Inggris, berkata: “Dalam
kehidupannya di surga setelah dibangkitkan, Yesus
digambarkan tetap memiliki kepribadian tersendiri sebagai
individu dalam segala hal, yang berbeda dan terpisah dari
pribadi Allah tepat seperti ketika ia hidup di atas bumi
sebagai Yesus di bumi. Di samping Allah dan dibandingkan
dengan Allah, ia memang muncul sebagai suatu pribadi surgawi
lain lagi di tempat surgawi Allah, sama seperti para
malaikat -walaupun sebagai Anak Allah, ia berada dalam
tingkatan yang berbeda, dan mempunyai kedudukan jauh di atas
mereka.” -Bandingkan Filipi 2 :11.
Bulletin juga berkata: “Namun, apa yang dikatakan mengenai
kehidupan dan fungsi-fungsinya sebagai Kristus surgawi tidak
berarti ataupun menyatakan bahwa dalam status ilahi ia
berdiri setingkat dengan Allah sendiri dan adalah sepenuhnya
Allah. Sebaliknya, dalam gambaran Perjanjian Baru mengenai
pribadi surgawi dan pelayanannya kita melihat seorang tokoh
yang terpisah dari Allah dan lebih rendah daripadaNya.”
Di masa depan yang kekal di surga, Yesus akan terus menjadi
hamba Allah yang terpisah dan lebih rendah. Alkitab
mengatakannya sebagai berikut: “Kemudian tiba kesudahannya,
yaitu bilamana Ia [Yesus di surga] menyerahkan Kerajaan
kepada
Allah Bapa … maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan
diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu
di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.”-1
Korintus 15:24, 28.
Yesus Tidak Pernah Mengaku Sebagai Allah
————————————————————
SIKAP Alkitab jelas. Allah Yang Mahakuasa, Yehuwa, bukan
hanya suatu Pribadi yang terpisah dari Yesus tetapi
sepanjang zaman Ia adalah Pribadi yang lebih unggul daripada
Yesus. Yesus selalu dinyatakan sebagai hamba Allah yang
rendah hati, terpisah dan lebih rendah. Itulah sebabnya
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa “Kepala dari Kristus
ialah Allah” dalam arti yang sama bahwa “Kepala dari
tiap-tiap laki-laki ialah Kristus.” (1 Korintus 11:3) Dan
itulah sebabnya Yesus sendiri berkata: “Bapa lebih besar
dari padaAku.”-Yohanes 14: 28.
Faktanya ialah, Yesus bukan Allah dan tidak pernah mengaku
demikian. Hal ini diakui oleh semakin banyak sarjana.
Seperti dikatakan Bulletin dari Rylands: “Faktanya harus
dihadapi bahwa penelitian Perjanjian Baru selama kira-kira
tiga puluh atau empat puluh tahun belakangan ini telah
menuntun semakin banyak sarjana Perjanjian Baru yang ternama
kepada kesimpulan bahwa Yesus … jelas tidak pernah
menganggap dirinya sendiri Allah.”
Bulletin itu juga mengatakan tentang orang-orang Kristen
abad pertama: “Maka, ketika mereka menyebut [Yesus] dengan
gelar-gelar penghormatan seperti Kristus, Anak manusia, Anak
Allah dan Tuhan, ini adalah cara mengatakan bahwa ia adalah,
bukan Allah, melainkan yang melakukan pekerjaan Allah.”
Jadi, bahkan ada sarjana-sarjana yang mengakui bahwa gagasan
Yesus adalah Allah bertentangan dengan seluruh kesaksian
Alkitab. Di sana, Allah selalu yang lebih unggul, dan Yesus
adalah hamba yang lebih rendah.
————————————————————
HARUSKAH ANDA PERCAYA KEPADA TRITUNGGAL?
July 21, 2014 at 6:46 am
Anda salah kaprah..
Pengertian TRITUNGGAL tidak seperti yg sdr sampaikan..
September 19, 2015 at 10:19 am
B.
Kita mulai dari : HARI PERTAMA PENYALIBAN
– Hari PERTAMA , adalah hari Nabi ISA ALMASIH DISALIB oleh YAHUDI FARISI
– Saat Nabi ISA ditangkap di tempat persembunyiannya , hadir SANG PENGHIANAT BERNAMA YUDAS ISKARIOT
– Pada saat ditangkap oleh PRAJURIT ROMAWI yang mereka bawa adalah YUDAS ISKARIOT yang berwajah ISA ALMASIH
– Pada saat ditangkap oleh PRAJURIT ROMAWI yang mereka bawa adalah YUDAS ISKARIOT yang berwajah ISA ALMASIH dan Isa Almasih berwajah YUDAS ISKARIOT
September 19, 2015 at 4:39 pm
dongeng elu…
kita bicara diatas dalil bukan asumsi atau persangkaan yg gak dapet dibuktiin lien…
September 19, 2015 at 4:40 pm
seandainya elu yg diserupain…apa elu gak protes…??
September 20, 2015 at 3:00 am
Kau tak pernah paham Al kitab kau
Kau hanya mendengar dongeng PAULUS SANG PENDUSTA MELIMPAH yang menipu kau yang tolol
September 19, 2015 at 4:41 pm
Allαh kαmi BUKAN TIGA melαinkαn ESA yaitu:
Allαh ʪrα℮ɭ yg di TULIS oleh Musα
Allαh ʪrα℮ɭ yg αdα di DALAM JASAD KRISTUS
September 20, 2015 at 3:01 am
Kau tak kenal ALLAH
ALLAH yang mengatakan di Hosea 4:1
Kau tak kenal ALLAH
Kau justru masuk AGAMA SETAN YAHUDI PEMBUNUH NABI2NYA
PAHAM KAU UMMAT SETAN YAHUDI ?
September 28, 2009 at 10:00 am
ROH KUDUS TENAGA AKTIF ALLAH
————————————————————
MENURUT doktrin Tritunggal, roh kudus adalah pribadi ketiga
dari Keilahian, setara dengan sang Bapa dan sang Anak.
Seperti dikatakan buku Our Orthodox Christian Faith: “Roh
Kudus adalah Allah sepenuhnya.”
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata yang paling sering digunakan
untuk “roh” ialah ru’ach, yang berarti “nafas; angin; roh.”
Dalam Kitab-Kitab Yunani, kata tersebut ialah pneu’ma, yang
mempunyai arti sama. Apakah kata-kata ini menunjukkan bahwa
roh kudus adalah bagian dari suatu Tritunggal?
Tenaga Aktif
“ROH kudus” yang digunakan dalam Alkitab n menyatakan bahwa
ini adalah suatu kekuatan atau tenaga yang dikendalikan yang
digunakan oleh Allah Yehuwa untuk melaksanakan berbagai
maksud-tujuan-Nya. Sampai taraf tertentu, ini dapat
disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan untuk
melakukan beragam fungsi.
Dalam Kejadian 1:2 Alkitab berkata bahwa “Roh [bahasa
Ibrani, ru’ach] Allah melayang-layang di atas permukaan
air.” Di sini, Roh Allah adalah tenaga aktif-Nya yang
bekerja untuk membentuk bumi.
Allah menggunakan roh-Nya untuk memberikan penerangan kepada
mereka yang melayani Dia. Daud berdoa: “Ajarlah aku
melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya
Roh[ru’ach]Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang
rata!” (Mazmur 143:10) Ketika 70 pria yang cakap ditunjuk
untuk membantu Musa, Allah berkata kepadanya: “Sebagian dari
Roh [ru’ach] yang hinggap padamu itu akan Kuambil dan
Kutaruh atas mereka.” -Bilangan 11:17.
Nubuat Alkitab dicatat ketika orang-orang dari Allah
‘didorong oleh Roh [bahasa Yunani, dari pneu’ma] Kudus.” (2
Petrus 1:20, 21) Dengan cara ini Alkitab “diilhamkan Allah.”
Kata Yunani untuk itu ialah The-o’pneu-stos, yang berarti
“dinafaskan oleh Allah.” (2 Timotius 3:16) Dan roh kudus
membimbing orang-orang tertentu untuk mendapat
penglihatan-penglihatan atau mimpi-mimpi nubuat. -2 Samuel
23:2; Yoel 2:28, 29; Lukas 1:67; Kisah 1:16; 2:32, 33
Roh kudus mendorong Yesus untuk pergi ke padang gurun
setelah ia dibaptis. (Markus 1:12) Roh itu seperti api dalam
diri hamba-hamba Allah, yang menyebabkan mereka mendapatkan
kekuatan dari tenaga itu. Dan ini memungkinkan mereka untuk
berbicara dengan berani dan tabah. -Mikha 3:8; Kisah
7:55-60; 18:25; Roma 12:11; 1 Tesalonika 5:19.
Melalui roh-Nya, Allah melaksanakan vonisNya atas manusia
dan bangsa-bangsa. (Yesaya 30: 27, 28; 59:18, 19) Dan roh
Allah dapat sampai ke mana-mana, bertindak demi orang-orang
atau melawan mereka. -Mazmur 139:7-12.
“Kekuatan yang Melimpah-limpah”
————————————————————
ROH Allah dapat juga memberikan “kekuatan yang
melimpah-limpah [“melebihi yang normal,” NW]” kepada mereka
yang melayani Dia. (2 Korintus 4:7) Ini memungkinkan mereka
untuk bertekun dalam ujian iman atau melakukan hal-hal yang
sewajarnya tidak dapat mereka lakukan.
Sebagai contoh, mengenai Simson, Hakim 14:6 menceritakan:
“Pada waktu itu berkuasalah Roh TUHAN [Yahweh, JB] atas dia,
sehingga singa itu dicabiknya … tanpa apa-apa di
tangannya.” Apakah suatu pribadi ilahi benar-benar memasuki
atau berkuasa atas Simson, menggunakan tubuhnya untuk
melakukan apa yang ia lakukan? Tidak, ini benar-benar “kuasa
TUHAN [yang] membuat Simson kuat.” -Today ‘s English Version
(TEV).
Alkitab berkata bahwa ketika Yesus dibaptis, roh kudus turun
ke atasnya dalam bentuk seekor burung merpati, tidak dalam
bentuk manusia. (Markus 1:10) Tenaga aktif dari Allah ini
memungkinkan Yesus untuk menyembuhkan orang sakit dan
membangkitkan orang mati. Seperti dikatakan dalam Lukas
5:17: “Kuasa Tuhan [Allah] menyertai Dia [Yesus], sehingga
Ia dapat menyembuhkan orang sakit.”
Roh Allah juga memberi kuasa kepada murid-murid Yesus untuk
melakukan hal-hal yang bersifat mukjizat. Kisah 2:1-4
menceritakan bahwa murid-murid itu sedang berkumpul bersama
pada hari Pentakosta ketika ‘tiba-tiba turun dari langit
bunyi seperti tiupan angin keras. Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu
kepada mereka untuk mengatakannya.’
Jadi roh kudus memberi Yesus dan hamba-hamba Allah yang lain
kuasa untuk melakukan apa yang biasanya tidak dapat
dilakukan oleh manusia.
Bukan suatu Pribadi
————————————————————
TETAPI, bukankah ada ayat-ayat Alkitab yang menyebut roh
kudus dengan istilah-istilah yang menyatakan ia seolah-olah
suatu pribadi? Memang, namun perhatikan apa yang dikatakan
teolog Edmund Fortman mengenai hal ini dalam The Triune God:
“Walaupun roh ini sering dipersonifikasikan, tampak jelas
sekali bahwa para penulis kitab-kitab suci [dari Kitab-Kitab
Ibrani] tidak pernah menganggap atau menyatakan bahwa roh
ini adalah suatu pribadi tersendiri.”
Dalam Alkitab, bukan suatu hal yang tidak lazim jika sesuatu
dipersonifikasikan. Hikmat dikatakan mempunyai anak-anak.
(Lukas 7:35, Bode) Dosa dan kematian dikatakan berkuasa.
(Roma 5 :14, 2 1) Dalam Kejadian 4:7 The New English Bible
(NE) berkata: “Dosa adalah hantu yang mendekam di pintu,”
dosa dipersonifikasikan sebagai suatu roh jahat yang
mendekam di pintu Kain. Tetapi, tentu dosa bukan suatu
pribadi roh; demikian pula mempersonifikasikan roh kudus
tidak membuatnya menjadi suatu pribadi roh.
Demikian pula, dalam 1 Yohanes 5:6-8 bukan hanya roh tetapi
juga “air dan darah” dikatakan memberi “kesaksian.” Namun
air dan darah jelas bukan pribadi-pribadi, demikian pula roh
kudus bukan suatu pribadi.
Selaras dengan ini ialah penggunaan umum dari kata “roh
kudus” dalam Alkitab dengan cara yang tidak menunjukkannya
sebagai suatu pribadi, seperti pada waktu menyejajarkannya
dengan air dan api. (Matius 3:11; Markus 1:8) Orang-orang
dianjurkan agar menjadi penuh dengan roh kudus dan bukan
dengan anggur. (Efesus 5:18) Mereka dikatakan dipenuhi
dengan roh kudus dengan cara yang sama seperti mereka
dipenuhi dengan sifat-sifat seperti hikmat, iman, dan
sukacita. (Kisah 6:3; 11: 24; 13:52) Dan dalam 2 Korintus
6:6 roh kudus dimasukkan di antara sejumlah sifat.
Pernyataan-pernyataan seperti itu tidak akan digunakan jika
roh kudus benar-benar suatu pribadi.
Kemudian, walaupun beberapa ayat Alkitab mengatakan bahwa
roh itu berbicara, ayat-ayat lain menunjukkan bahwa ini
sebenarnya dilakukan melalui manusia atau malaikat. (Matius
10:19, 20; Kisah 4:24, 25; 28:25; Ibrani 2:2) Tindakan roh
dalam peristiwa-peristiwa tersebut adalah seperti gelombang
radio yang mengirimkan berita dari satu orang kepada orang
lain di tempat yang jauh.
Dalam Matius 28:19 disebutkan “nama … Roh Kudus.” Namun
kata “nama” tidak selalu berarti nama pribadi, dalam bahasa
Yunani maupun bahasa Indonesia. Bila kita mengatakan “atas
nama hukum” kita tidak menunjuk seseorang. Kita memaksudkan
apa yang diwakili oleh hukum itu, yaitu wewenangnya. Word
Pictures in the New Testament karya Robertson mengatakan:
“Penggunaan nama (onoma) di sini umum dilakukan dalam
Septuaginta dan papirus lain untuk kuasa atau wewenang.”
Jadi pembaptisan ‘dalam nama Roh Kudus’ menyatakan seseorang
mengakui wewenang roh itu, bahwa ini berasal dari Allah dan
berfungsi melalui kehendak ilahi.
“Penolong”
————————————————————
YESUS menyebut roh kudus sebagai “seorang Penolong,” dan ia
berkata bahwa roh ini akan mengajar, membimbing, dan
berbicara. (Yohanes 14:16, 26; 16:13) Kata Yunani yang ia
gunakan untuk penolong (para’kletos) adalah kata yang
berjenis laki-laki atau maskulin. Jadi ketika Yesus
menyatakan apa yang akan dilakukan penolong itu, ia
menggunakan kata ganti nama pribadi laki-laki. (Yohanes
16:7, 8) Sebaliknya, bila kata Yunani yang berjenis netral
untuk roh (pneu’ma) digunakan, kata ganti yang netral “it”
dalam bahasa Inggris itulah yang digunakan.
Kebanyakan penerjemah yang menganut Tritunggal
menyembunyikan fakta ini, seperti diakui oleh New American
Bible Katolik berkenaan Yohanes 14:17: “Kata Yunani untuk
‘Roh’ ialah berjenis netral, dan walaupun kita menggunakan
kata ganti nama pribadi dalam bahasa Inggris (‘he,’ ‘his,’
‘him’), kebanyakan MSS [manuskrip] Yunani menggunakan kata
[bahasa Inggris] ‘it.'”
Jadi bila Alkitab menggunakan kata ganti nama pribadi
berjenis laki-laki sehubungan dengan para’kletos dalam
Yohanes 16:7, 8, hal ini sesuai dengan peraturan tata
bahasa, bukan menyatakan suatu doktrin.
Bukan Bagian dari suatu Tritunggal
————————————————————
BERBAGAI sumber mengakui bahwa Alkitab tidak mendukung
gagasan bahwa roh kudus adalah pribadi ketiga dari suatu
Tritunggal. Sebagai contoh:
The Catholic Encyclopedia: “Kita tidak menemukan satu ayat
pun dalam Perjanjian Lama yang dengan jelas menunjukkan
adanya suatu Pribadi Ketiga.”
Teolog Katolik Fortman: “Orang-orang Yahudi tidak pernah
menganggap roh itu sebagai suatu pribadi; juga tidak ada
bukti yang kuat bahwa ada penulis Perjanjian Lama yang
menganut pandangan ini … Roh Kudus biasanya dinyatakan
dalam Sinoptiks [Injil-Injil] dan dalam buku Kisah sebagai
suatu kekuatan atau kuasa ilahi.”
New Catholic Encyclopedia: “P[erjanjian] L[ama] dengan jelas
tidak menggambarkan roh Allah sebagai suatu pribadi. Roh
Allah hanyalah kuasa dari Allah. Jika ini kadang-kadang
dinyatakan sebagai sesuatu yang berbeda dari Allah, ini
adalah karena nafas Yahweh bertindak di luar diri-Nya.” Buku
itu juga mengatakan: “Mayoritas naskah-naskah P[erjanjian]
B[aru] menyatakan roh Allah sebagai sesuatu, bukan
seseorang; ini terutama terlihat dalam kesejajaran antara
roh dan kuasa Allah.” -Cetak miring red.
A Catholic Dictionary: “Secara keseluruhan, Perjanjian Baru,
seperti [Perjanjian] Lama, berbicara tentang roh itu sebagai
suatu energi atau kuasa ilahi.”
Jadi, orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kristen yang
mula-mula tidak memandang roh kudus sebagai bagian dari
suatu Tritunggal. Ajaran itu muncul berabad-abad kemudian.
Seperti dikatakan A Catholic Dictionary: “Pribadi ketiga itu
diteguhkan pada Konsili Aleksandria pada tahun 362 … dan
akhirnya oleh Konsili Konstantinopel pada tahun
381”-kira-kira tiga setengah abad setelah roh kudus memenuhi
murid-murid pada hari Pentakosta!
Tidak, roh kudus bukan suatu pribadi dan bukan bagian dari
suatu Tritunggal. Roh kudus adalah tenaga aktif Allah yang
Ia gunakan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Roh kudus tidak
setara dengan Allah tetapi selalu dipakai oleh-Nya dan lebih
rendah daripada Dia.
July 21, 2014 at 6:48 am
Anda salah menafsirkan..
Pengertian TRITUNGGAL tidak seperti yg sdr sampaikan..
September 19, 2015 at 10:21 am
– (ALLAH menjelaskan di AL QURAN yang disalib bukanlah ISA tetapi orang yang diserupakan dengan WAJAH ISA ALMASIH
– Wajah ISA saat itu berwajah YUDAS ISKARIOT
– YUDAS sangat pantas di AZAB oleh ALLAH dengan disalib karena berkhianat kepada nabi ISA
Yudas yang memberitahu persembunyian Isa
Dan bahkan YUDAS LAH YANG MENGATUR PENANGKAPAN ISA ALMASIH UNTUK HUKUM MATI DENGAN DIGANTUNG
September 19, 2015 at 4:42 pm
nape elu percaya kepada quran si pendusta sih…??
September 19, 2015 at 4:43 pm
kejam bener Allah kok tega-teganya menyerupakan Yudas sebagai Isa…!!
September 20, 2015 at 3:03 am
KAU INGIN YANG MATI NABI ISA ALMASIH ?
MEMANG KAU UMMAT SETAN YAHUDI BEJAT
KAU BELA KAUM SETAN PEMBUNUH NABI2 ITU
DASAR OTAK KAU DIDENGKUL KAU
September 19, 2015 at 4:43 pm
Mαtius 6:24. TAK seorαngpun DAPAT MENGABDI kepαdα DUA TUAN…
September 28, 2009 at 10:01 am
BAGAIMANA DENGAN “AYAT-AYAT BUKTI” UNTUK TRITUNGGAL?
————————————————————
DIKATAKAN bahwa beberapa ayat Alkitab memberikan bukti untuk
mendukung Tritunggal. Tetapi, apabila kita membaca ayat-ayat
tersebut, kita harus selalu mengingat bahwa bukti-bukti
Alkitab maupun sejarah tidak mendukung Tritunggal.
Ayat-ayat Alkitab apapun yang diajukan sebagai bukti harus
dipahami sejalan dengan konteks dari ajaran seluruh Alkitab
yang konsisten. Sering kali arti yang sesungguhnya dari ayat
yang diajukan tersebut dijelaskan oleh konteks atau ikatan
kalimat ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.
Tiga dalam Satu
————————————————————
NEW Catholic Encyclopedia mengajukan tiga “ayat bukti”
demikian tetapi juga mengakui: “Doktrin Tritunggal Kudus
tidak diajarkan dalam P[erjanjian] L[ama]. Dalam
P[erjanjian] B[aru] bukti yang tertua terdapat dalam
surat-surat Paulus, khususnya 2 Kor 13.13 [ayat 14 dalam
beberapa Alkitab], dan 1 Kor 12.4-6. Dalam keempat Injil
bukti mengenai Tritunggal secara jelas hanya terdapat dalam
rumus pembaptisan di Mat 28.19.”
Dalam ayat-ayat tersebut ketiga “pribadi” itu didaftarkan
sebagai berikut. Dua Korintus 13:13 (14) menggabungkan
ketiganya dengan cara berikut: “Kasih karunia Tuhan Yesus
Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus
menyertai kamu sekalian.” Satu Korintus 12:4-6 berbunyi:
“Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa
pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai
perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan
semuanya dalam semua orang.” Dan Matius 28:19 berbunyi:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”
Apakah ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah, Kristus, dan
roh kudus membentuk suatu Keilahian Tritunggal, bahwa
ketiganya sama dalam bentuk, kekuasaan, dan kekekalan?
Tidak, tidak demikian, sama halnya menyebutkan tiga orang,
seperti Amir, Budi dan Bambang, tidak berarti bahwa mereka
tiga dalam satu.
Bukti semacam ini, menurut Cyclopedia of Biblical,
Theological, and Ecclesiastical Literature karya McClintock
dan Strong, “hanya membuktikan bahwa ada tiga subyek yang
disebutkan, … tetapi hal itu sendiri tidak membuktikan
bahwa ketiga-tiganya pasti tergabung dalam satu sifat ilahi,
dan memiliki kemuliaan ilahi yang sama.”
Meskipun mendukung Tritunggal, sumber itu mengatakan
mengenai 2 Korintus 13:13 (14): “Kita tidak dapat dengan
tepat menarik kesimpulan bahwa mereka memiliki wewenang yang
sama, atau sifat yang sama.” Dan mengenai Matius 28:18-20
dikatakan: “Tetapi, ayat ini jika diambil begitu saja, tidak
akan membuktikan dengan pasti bahwa ketiga subyek yang
disebutkan masing-masing adalah satu pribadi, atau bahwa
mereka setara atau bersifat ilahi.”
Ketika Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga
disebutkan dalam konteks yang sama. Yesus “melihat roh Allah
seperti burung merpati turun ke atasNya.” (Matius 3:16)
Tetapi, ini tidak berarti bahwa ketiganya adalah satu.
Abraham, Ishak, dan Yakub banyak kali disebutkan
bersama-sama, tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi
satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan bersama-sama,
tetapi itu tidak membuat mereka menjadi satu juga. Lagi
pula, roh Allah turun ke atas Yesus pada saat
pembaptisannya, yang menunjukkan bahwa sebelum itu Yesus
tidak diurapi dengan roh. Maka, bagaimana mungkin ia menjadi
bagian dari suatu Tritunggal padahal ia tidak selalu satu
dengan roh kudus7
Kutipan lain yang menyebutkan ketiganya bersama-sama
terdapat dalam beberapa terjemahan Alkitab yang lebih tua
dalam 1 Yohanes 5:7. Namun, para sarjana mengakui bahwa
kata-kata ini pada mulanya tidak terdapat dalam Alkitab,
tetapi baru ditambahkan belakangan. Kebanyakan terjemahan
modern dengan benar menghilangkan ayat yang palsu ini.
“Ayat-ayat bukti” yang lainnya hanya mengupas hubungan
antara dua -sang Bapa dan Yesus. Mari kita bahas beberapa
dari antaranya.
“Aku dan Bapa Adalah Satu”
————————————————————
AYAT itu, dalam Yohanes 10:30, sering dikutip untuk
mendukung Tritunggal, meskipun pribadi ketiga tidak
disebutkan di sana. Tetapi Yesus sendiri menunjukkan apa
yang ia maksud dengan menjadi “satu” dengan sang Bapa. Dalam
Yohanes 17:21, 22, ia berdoa kepada Allah agar
murid-muridnya “semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya
Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga
di dalam Kita, … supaya mereka menjadi satu, sama seperti
Kita adalah satu.” Apakah Yesus berdoa agar semua muridnya
menjadi satu kesatuan tunggal? Tidak, Yesus jelas berdoa
agar mereka dipersatukan dalam pikiran dan tujuan, seperti
halnya dia dan Allah. -Lihat juga 1 Korintus 1:10.
Dalam 1 Korintus 3:6, 8, Paulus berkata: “Aku menanam,
Apolos menyiram, … Baik yang menanam maupun yang menyiram
adalah sama.” Paulus tidak memaksudkan bahwa ia dan Apolos
adalah dua pribadi di dalam satu; ia memaksudkan bahwa
mereka menjadi satu dalam tujuan. Kata Yunani yang Paulus
gunakan di sini untuk “sama” (hen) berjenis netral, secara
aksara: “satu (perkara),” yang menunjukkan persatuan dalam
tindakan. Ini adalah kata yang sama yang Yesus gunakan dalam
Yohanes 10:30 untuk menjelaskan hubungannya dengan Bapanya.
Ini juga kata yang sama yang Yesus gunakan dalam Yohanes
17:21, 22. Jadi ketika ia menggunakan kata “satu” (hen)
dalam kasus-kasus ini, ia memaksudkan persatuan dalam
pikiran dan tujuan.
Mengenai Yohanes 10:30, John Calvin (seorang penganut
Tritunggal) mengatakan dalam buku Commentary on the Gospel
According to John: “Orangorang zaman dulu menyalahgunakan
ayat ini untuk membuktikan bahwa Kristus adalah … dari zat
yang sama dengan sang Bapa. Karena di sini Kristus tidak
berbicara mengenai persatuan dalam zat, tetapi mengenai
kesepakatan antara dia dengan sang Bapa.”
Dalam konteks dari ayat-ayat setelah Yohanes 10:30, Yesus
dengan tegas menjelaskan bahwa kata-katanya bukan pengakuan
dirinya sebagai Allah. Ia bertanya kepada orang-orang Yahudi
yang salah mengambil kesimpulan itu dan ingin melemparinya
dengan batu: “Mengapa kalian mengatakan aku menghujat Allah
karena berkata aku Anak Allah? Padahal aku dipilih oleh Bapa
dan diutus ke dunia.” (Yohanes 10:31-36, BIS) Tidak, Yesus
tidak mengaku bahwa ia, Allah Anak, melainkan Anak Allah.
“Menyamakan DiriNya dengan Allah?”
————————————————————
AYAT lain yang diajukan untuk mendukung Tritunggal adalah
Yohanes 5:18. Di sana dikatakan bahwa orang-orang Yahudi
(seperti dalam Yohanes 10:31-36) ingin membunuh Yesus karena
ia “menyamakan diriNya dengan Allah.”
Tetapi siapa yang mengatakan bahwa Yesus menyamakan dirinya
dengan Allah? Bukan Yesus. Ia membela diri menghadapi
tuduhan-tuduhan palsu ini langsung dalam ayat berikutnya
(19): “Maka Yesus menjawab mereka, katanya: … ‘Anak tidak
dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri jikalau tidak
Ia melihat Bapa mengerjakannya.'”
Dengan ini Yesus menunjukkan kepada orang-orang Yahudi bahwa
ia tidak sama dengan Allah dan karena itu tidak dapat
bertindak atas prakarsanya sendiri. Dapatkah kita
membayangkan seseorang yang setara dengan Allah Yang
Mahakuasa berkata bahwa ia “tidak dapat mengerjakan sesuatu
dari diriNya sendiri?” (Bandingkan Daniel 4:34, 35.)
Menarik, bahwa ikatan kalimat dari Yohanes 5:18 maupun 10:30
menunjukkan bahwa Yesus membela dirinya terhadap
tuduhan-tuduhan palsu dari orang-orang Yahudi, yang seperti
para penganut Tritunggal, mengambil kesimpulan-kesimpulan
yang salah!
“Setara Dengan Allah?”
————————————————————
DALAM Filipi 2:6 Alkitab Katolik Douay Version (Dy) tahun
1609 berkata mengenai Yesus: “Yang karena dalam rupa Allah,
tidak menganggap salah kesetaraannya dengan Allah.” King
James Version (KJ) tahun 1611 juga berkata serupa. Sejumlah
versi terjemahan seperti itu masih digunakan oleh beberapa
orang untuk mendukung gagasan bahwa Yesus setara atau sama
dengan Allah. Tetapi perhatikan bagaimana
terjemahan-terjemahan lain menyatakan ayat ini:
1869: “yang, karena dalam rupa Allah, tidak menganggap
sebagai sesuatu yang harus diupayakan agar [ia] menjadi sama
dengan Allah.” The New Testament oleh G. R. Noyes.
1965: “Ia -yang benar-benar bersifat ilahi!- tidak pernah
dengan sombong menganggap dirinya sama dengan Allah.” Das
Neue Testament, edisi revisi, oleh Friedrich Pfafflin.
1968: “yang, meskipun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah sesuatu hal yang dengan serakah
harus ia miliki.” La Bibbia Concordata.
1976: “Ia senantiasa memiliki sifat Allah, tetapi ia tidak
pernah berpikir bahwa ia perlu berupaya dengan paksa untuk
menjadi sama dengan Allah.” Today’s English Version.
1984: “yang, meskipun berada dalam rupa Allah, tidak pernah
berupaya untuk merampas [kedudukan], yaitu, bahwa ia harus
sama dengan Allah.” New World Translation of the Holy
Scriptures.
1985: “Yang, dalam rupa Allah, tidak menganggap kesamaan
dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dikejar.” The New
Jerusalem Bible.
Tetapi, beberapa orang mengatakan bahwa bahkan
terjemahan-terjemahan yang lebih saksama ini memaksudkan (1)
Yesus sudah setara dengan Allah tetapi tidak ingin berkukuh
memegang hal itu atau bahwa (2) ia tidak perlu mengejar
kesamaan dengan Allah karena memang ia sudah setara.
Sehubungan dengan ini, Ralph Martin, dalam The Epistle of
Paul to the Philippians. berkata mengenai bahasa Yunani
aslinya: “Namun, dipertanyakan apakah makna dari kata kerja
itu dapat bergeser dari arti yang sebenarnya yaitu
‘merampas’, ‘merebut dengan kekerasan’ dan diubah menjadi
‘mempertahankan.'” The Expositor’s Greek Testament juga
berkata: “Kami tidak dapat menemukan ayat yang menyebutkan
bahwa arpazw [harpa’zo] atau kata-kata turunannya memiliki
makna ‘memiliki,’ ‘mempertahankan.’ Tampaknya hal itu selalu
berarti ‘merebut,’ ‘merampas dengan kekerasan’. Jadi tidak
boleh ada penggeseran dari makna yang sebenarnya yaitu
‘berupaya mendapat’ menjadi makna yang sama sekali berbeda
yaitu, ‘mempertahankan.'”
Dari pembahasan ini terlihat dengan jelas bahwa para
penerjemah dari Alkitab seperti Douay dan King James membuat
perubahan-perubahan untuk mendukung Tritunggal. Sebaliknya
dari mengatakan bahwa Yesus merasa pantas untuk setara
dengan Allah, Filipi 2:6 dalam bahasa Yunani, bila dibaca
secara obyektif, justru menunjukkan sebaliknya, bahwa Yesus
merasa hal itu tidak pantas.
Ikatan kalimat dari ayat-ayat sebelum dan sesudahnya (3-5,
7, 8) membuat jelas bagaimana ayat 6 harus dipahami.
Orang-orang Filipi dianjurkan: “Hendaklah dengan rendah hati
yang seorang menganggap yang lain lebih utama [“mulia,” Dy]
dari pada dirinya sendiri.” Kemudian Paulus menggunakan
Kristus sebagai contoh yang sangat baik untuk sikap ini:
“Biarlah pikiran ini ada dalam kamu, yang juga ada dalam
Kristus Yesus.” (Dy) “Pikiran” apa? ‘Menganggap bahwa bukan
sesuatu yang salah untuk setara dengan Allah?’ Tidak, itu
justru bertentangan dengan pokok yang sedang ditekankan di
sini! Sebaliknya, Yesus, yang ‘menganggap Allah lebih mulia
dari pada dirinya sendiri,’ tidak akan pernah ‘berupaya
menjadi sama dengan Allah.’ Tetapi sebaliknya ia
“merendahkan diriNya dan taat sampai mati.”
Tentu, semua ini tidak mungkin berlaku atas suatu bagian
dari Allah Yang Mahakuasa. Pembicaraan ini adalah mengenai
Yesus Kristus, yang dengan sempurna menggambarkan pokok yang
ditandaskan Paulus di sini -yaitu pentingnya kerendahan hati
dan ketaatan kepada yang lebih tinggi dan Pencipta, Allah
Yehuwa.
“Aku Adalah”
————————————————————
DALAM Yohanes 8:58 sejumlah terjemahan, misalnya The
Jerusalem Bible mengutip Yesus berkata: “Sebelum Abraham
jadi, Aku adalah.” Apakah, seperti dinyatakan oleh para
penganut Tritunggal, Yesus di sini sedang mengajarkan bahwa
ia dikenal dengan gelar “Aku adalah?” Dan, sesuai dengan
pengakuan mereka, apakah ini memaksudkan bahwa ia adalah
Yehuwa yang terdapat dalam Kitab-Kitab Ibrani, karena dalam
Keluaran 3:14 berbunyi: “Firman Allah kepada Musa; AKU
ADALAH AKU?”
Dalam Keluaran 3:14 ungkapan “AKU ADALAH” digunakan sebagai
gelar bagi Allah untuk menunjukkan bahwa Ia sungguh-sungguh
ada dan akan melaksanakan janji-Nya. The Pentateuch and
Haftorahs, dengan penyunting Dr. J. H. Hertz, berkata
mengenai ungkapan ini: “Bagi orang-orang Israel dalam
perbudakan, arti kata-kata ini adalah, ‘Meskipun Ia belum
menunjukkan kuasa-Nya terhadap kamu, Ia akan melakukan hal
itu; Ia kekal dan pasti akan membebaskanmu.’ Kebanyakan
penerjemah modern mengikuti Rashi [komentator Alkitab dan
Talmud berkebangsaan Perancis] dalam menerjemahkan [Keluaran
3:14] ‘Aku akan menjadi apa yang Aku akan menjadi. ‘ ”
Pernyataan dalam Yohanes 8:58 jauh berbeda dari yang
digunakan dalam Keluaran 3:14. Yesus tidak menggunakan hal
itu sebagai nama atau gelar, ia menggunakannya untuk
menunjukkan keberadaannya sebelum menjadi manusia. Maka,
perhatikan bagaimana beberapa terjemahan Alkitab lain
menyatakan Yohanes 8:58:
1869: “Sejak sebelum Abraham ada, aku telah ada.” The New
Testament, oleh G. R Noyes.
1935: “Aku ada sebelum Abraham lahir!” The Bible -An
American Translation, oleh J. M. P. Smith dan E. J.
Goodspeed.
1965: “Sebelum Abraham lahir, aku sudah menjadi siapa aku
ini.” Das Neue Testament, oleh Jorg Zink.
1981: “Aku sudah hidup sebelum Abraham lahir!” The Simple
English Bible.
1984: “Sebelum Abraham menjadi ada, Aku telah ada.” New
World Translation of the Holy Scriptures.
1985: “Sebelum Abraham lahir aku sudah ada.” Alkitab dalam
Bahasa Indonesia Sehari-hari.
1987: “Sebelum Abraham jadi, Aku Ada.” Terjemahan Baru.
Lembaga Alkitab Indonesia
Jadi, makna yang sesungguhnya dari bahasa Yunani yang
digunakan di sini adalah bahwa ‘anak sulung’ Allah yang
diciptakan, Yesus, telah ada lama sebelum Abraham lahir.
-Kolose 1: 15; Amsal 8:22, 23,30; Wahyu 3:14.
Sekali lagi, ikatan kalimatnya menunjukkan bahwa ini adalah
pengertian yang benar. Kali ini orang-orang Yahudi ingin
melempari Yesus dengan batu karena mengaku “telah melihat
Abraham” padahal seperti mereka katakan, ia belum berumur 50
tahun. (Ayat 57) Tanggapan Yesus yang wajar adalah
memberitahukan kebenaran mengenai usianya. Jadi pantas jika
ia mengatakan kepada mereka bahwa ia “sudah hidup sebelum
Abraham lahir!” -The Simple English Bible.
“Firman itu Adalah Allah”
————————————————————
YOHANES 1:1 berbunyi: “Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
Para penganut Tritunggal mengaku bahwa ini berarti “Firman
itu” (Yunani, ho lo’gos) yang datang ke bumi sebagai Yesus
Kristus adalah Allah Yang Mahakuasa sendiri.
Tetapi, perhatikan bahwa di sini pula ikatan kalimatnya
memberikan dasar untuk pengertian yang benar. Ayat itu
berbunyi “Firman itu bersama-sama dengan Allah.” (Cetak
miring red.) Seseorang yang “bersama-sama” dengan pribadi
lain tidak mungkin sama dengan pribadi yang lain itu. Sesuai
dengan ini, Journal of Biblical Literature, dengan
penyunting imam Yesuit Joseph A. Fitzmyer, mengomentari
bahwa jika bagian akhir dari Yohanes 1:1 dianggap
mengartikan Allah sendiri, hal ini “akan bertentangan dengan
ungkapan sebelumnya,” yang mengatakan bahwa Firman itu
bersama-sama dengan Allah.
Perhatikan juga, bagaimana terjemahan-terjemahan lain
menyatakan bagian dari ayat ini:
1808: “dan firman itu adalah suatu allah.” The New Testament
in an Improved Version, Upon the Basis of Archbishop
Newcome’s New Translation With a Corrected Text.
1864: “dan suatu allah firman itu.” The Emphatic Diaglott
terjemahan baris demi baris, oleh Benyamin Wilson.
1928: “dan Firman itu adalah “suatu pribadi ilahi.” La Bible
du Centenaire, L’Evangile selon Jean, oleh Maurice Goguel.
1935: “dan Firman itu ilahi.” The Bible -An American
Translation, oleh J. M. P. Smith dan E. J. Goodspeed.
1946: “dan Firman itu memiliki sifat ilahi.” Das Neue
Testament, oleh Ludwig Thimme.
1950: “dan Firman itu adalah suatu allah.” New World
Translation of the Christian Greek Scriptures.
1958: “dan Firman itu adalah suatu Allah.” The New Testament
oleh James L. Tomanek.
1975: “dan suatu allah (atau, memiliki sifat ilahi) Firman
itu.” Das Evangelium nach Johannes, oleh Siegfried Schulz.
1978: “dan bersifat ilahi Logos itu.” Das Evangelium nach
Johannes, oleh Johannes Schneider.
Dalam Yohanes 1:1 kata benda Yunani the-os’ (allah) muncul
dua kali. Yang pertama memaksudkan Allah Yang Mahakuasa,
dengan siapa Firman itu ada bersama-sama (“Firman itu
[lo’gos] bersama-sama dengan Allah [bentuk dari the-os'”).
The-os’ yang pertama didahului oleh kata ton (bahasa
Inggris, the), suatu bentuk kata sandang tertentu bahasa
Yunani yang menunjuk kepada identitas yang pasti, dalam hal
ini Allah Yang Mahakuasa (“Firman itu bersama-sama dengan
Allah [bahasa Inggris, “(the) God”]”).
Sebaliknya, tidak ada kata sandang di depan kata the-os’
yang kedua dalam Yohanes 1:1. Jadi terjemahan yang aksara
akan berbunyi, “Firman itu allah.” Namun kita telah melihat
bahwa banyak terjemahan menyebutkan the-os’ (kata benda yang
menjadi predikat) yang kedua ini sebagai “bersifat ilahi,”
“seperti allah,” atau “suatu allah.” Dengan wewenang apa
mereka melakukan ini?
Bahasa Yunani Koine (sehari-hari) mempunyai kata sandang
tertentu (bahasa Inggris, the), namun tidak memiliki kata
sandang tidak tentu (bahasa Inggris, a atau an, atau suatu).
Jadi bila sebuah kata benda yang menjadi predikat tidak
didahului oleh kata sandang tertentu, bisa jadi ini tidak
tentu, bergantung pada ikatan kalimatnya.
Journal of Biblical Literature berkata bahwa istilah-istilah
“yang mempunyai predikat [tanpa kata sandang] yang
mendahului kata kerja, terutama mengandunq arti kualitatif
[menunjukkan sifat sesuatu].” Seperti dikatakan Journal, ini
menunjukkan bahwa lo’gos bisa disamakan dengan suatu allah.
Juga dikatakan tentang Yohanes 1:1: “Kekuatan kualitatif
dari predikatnya begitu menonjol sehingga kata bendanya
[the-os’l tidak dapat dianggap tertentu.”
Jadi Yohanes 1:1 menonjolkan sifat dari Firman, bahwa ia
“ilahi,” “seperti allah,” “suatu allah,” namun bukan Allah
Yang Mahakuasa. Ini selaras dengan ayat-ayat lain dalam
Alkitab, yang menunjukkan bahwa Yesus, yang di sini disebut
“Firman” dalam peranannya sebagai Juru Bicara Allah, adalah
suatu pribadi lebih rendah yang taat, diutus ke bumi oleh
Atasan-Nya, Allah Yang Mahakuasa.
Ada banyak ayat-ayat Alkitab lain yang oleh hampir semua
penerjemah secara konsisten disisipi kata sandang “suatu”
(bahasa Inggris, a) pada waktu mereka menerjemahkan
kalimat-kalimat Yunani yang mempunyai susunan yang sama ke
dalam bahasa-bahasa lain. Sebagai contoh, dalam Markus 6:
49, ketika murid-murid melihat Yesus berjalan di atas air,
King James Version menyatakan: “Mereka mengira bahwa ini
adalah suatu roh.” Dalam bahasa Yunani Koine, tidak ada kata
“suatu” di depan “roh.” Namun hampir semua terjemahan dalam
bahasa lain menambahkan kata “suatu” agar cocok dengan
ikatan kalimatnya. Dengan cara yang sama, karena Yohanes 1:1
memperlihatkan bahwa Firman itu bersama-sama dengan Allah,
ia tidak mungkin adalah Allah melainkan “suatu allah,” atau
“ilahi.”
Joseph Henry Thayer, seorang teolog dan sarjana yang ikut
mengerjakan American Standard Version, menyatakan dengan
sederhana: “Logos itu ilahi, bukan Pribadi ilahi tertinggi
itu sendiri.” Dan imam Yesuit John L. McKenzie menulis dalam
karyanya Dictionary of the Bible: “Yoh 1:1 harus dengan
saksama diterjemahkan … ‘firman itu suatu pribadi ilahi.'”
Melanggar Aturan?
————————————————————
TETAPI, ada yang mengatakan bahwa terjemahan-terjemahan
seperti itu melanggar suatu aturan dalam tata bahasa Yunani
Koine yang diterbitkan oleh sarjana bahasa Yunani E. C.
Colwell pada tahun 1933. Ia menegaskan bahwa dalam bahasa
Yunani sebuah kata benda yang menjadi predikat “mempunyai
kata sandang [tertentu] bila kata itu sesudah kata kerja;
[tetapi] tidak mempunyai kata sandang [tertentu] bila
mendahului kata kerjanya.” Dengan ini ia maksudkan bahwa
sebuah kata benda yang menjadi predikat yang mendahului kata
kerjanya harus dimengerti seolah-olah mempunyai kata sandang
tertentu (bahasa Inggris, “the”) di depannya. Dalam Yohanes
1: 1 kata benda kedua (the-os’), predikatnya, sebelum kata
kerjanya -“dan [the-os’] adalah Firman itu.” Jadi, kata
Colwell, Yohanes 1:1 harus dibaca “dan Allah [bahasa
Inggris, “(the) God”] adalah Firman itu.”
Namun pertimbangkan dua contoh yang terdapat dalam Yohanes
8:44. Di sana Yesus berkata tentang si Iblis: “Ia adalah
pembunuh manusia” dan “ia adalah pendusta.” Sama seperti
dalam Yohanes 1: 1, kata-kata benda yang menjadi predikat
(“pembunuh manusia” dan “pendusta”) dalam bahasa Yunani
mendahului kata kerja (“adalah”). Tidak ada kata sandang
tidak tentu di depan masing-masing kata benda karena dalam
bahasa Yunani Koine tidak ada kata sandang tidak tentu.
Namun kebanyakan terjemahan menyisipkan kata “adalah” atau
“adalah seorang” (bahasa Inggris, a) karena tata bahasa
Yunani dan ikatan kalimatnya menuntut itu. -Lihat juga
Markus 11:32; Yohanes 4:19; 6:70; 9:17; 10:1; 12:6.
Colwell harus mengakui ini sehubungan dengan kata benda yang
menjadi predikatnya, karena ia berkata: “[Kata sandangnya]
tidak tertentu [“suatu” atau ”seorang”] dalam hal ini,
hanya bila ikatan kalimatnya menuntut hal tersebut.” Jadi ia
pun mengakui bahwa bila ikatan kalimat menuntut hal itu,
para penerjemah dapat menyisipkan kata sandang tidak tentu
di depan kata benda dalam susunan kalimat sejenis ini.
Apakah ikatan kalimatnya menuntut kata sandang tidak tentu
dalam Yohanes 1: 1? Ya, karena bukti dari seluruh Alkitab
menunjukkan bahwa Yesus bukan Allah Yang Mahakuasa. Jadi,
yang harus membimbing penerjemah dalam hal-hal seperti itu
bukan peraturan tata bahasa dari Colwell yang meragukan,
tetapi ikatan kalimatnya. Dan jelas dari banyak
terjemahan-terjemahan yang menyisipkan kata sandang tidak
tentu “suatu” dalam Yohanes 1:1 dan di ayat-ayat lain, bahwa
banyak sarjana tidak menyetujui peraturan yang dibuat-buat
seperti di atas, demikian juga Firman Allah.
Tidak Bertentangan
————————————————————
APAKAH mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah “suatu allah”
bertentangan dengan ajaran Alkitab bahwa hanya ada satu
Allah? Tidak, karena kadang-kadang Alkitab menggunakan
istilah itu untuk memaksudkan pribadi yang berkuasa. Mazmur
8:6 (Klinkert) berbunyi: “Engkau telah menjadikan dia
[manusia] kurang sedikit dari pada segala malaekat [bahasa
Ibrani, ‘elohim’, NW, pribadi-pribadi seperti Allah”].”
Dalam pembelaan Yesus terhadap tuduhan orang Yahudi, bahwa
ia mengaku sebagai Allah, ia mengatakan bahwa “Taurat
menggunakan kata allah-allah untuk mereka kepada siapa
firman Allah ditujukan,” yaitu yang dimaksudkan hakim-hakim
manusiawi. (Yohanes 10: 34, 35, Jerusalem Bible; Mazmur
8Z:1-6) Bahkan Setan disebut “ilah zaman ini” dalam 2
Korintus 4:4.
Yesus mempunyai kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada
para malaikat, manusia yang tidak sempurna, atau Setan.
Karena pribadi-pribadi itu disebutkan sebagai “allah-allah,”
pribadi-pribadi yang berkuasa, tentu Yesus pun dapat
dianggap “suatu allah” dan memang demikian. Karena
kedudukannya yang unik dalam hubungannya dengan Yehuwa,
Yesus adalah “Allah Yang Perkasa [“Berkuasa,” NW].” -Yohanes
1: 1; Yesaya 9: 5.
Namun bukankah “Allah Yang Berkuasa” dengan huruf-huruf
besar menunjukkan bahwa Yesus dalam hal tertentu setara
dengan Allah Yehuwa? Sama sekali tidak. Yesaya hanya
menubuatkan ini sebagai salah satu dari empat nama yang akan
diberikan kepada Yesus, dan dalam bahasa Indonesia nama-nama
tersebut ditulis dengan huruf besar. Tetapi, sekalipun Yesus
disebut “Berkuasa,” hanya ada satu pribadi yang “Mahakuasa.”
Menyebut Allah Yehuwa “Mahakuasa” tidak akan mempunyai arti
jika tidak ada pribadi-pribadi lain yang juga disebut
allah-allah namun menduduki jabatan lebih rendah.
Bulletin of the John Rylands Library di Inggris menyatakan
bahwa menurut teolog Katolik Karl Rahner, meskipun the-os’
digunakan dalam ayat-ayat seperti Yohanes 1: 1 untuk
menyebutkan Kristus, “dalam ayat-ayat tersebut the-os’ tidak
pernah digunakan sedemikian rupa sehingga menyatakan Yesus
sama dengan Dia yang di tempat lain dalam Perjanjian Baru
disebut sebagai ‘ho Theos,’ yaitu, Allah Yang Paling
tinggi.” Dan Bulletin menambahkan: ‘Jika para penulis
Perjanjian Baru menganggap sangat penting agar orang-orang
yang setia mengakui Yesus sebagai ‘Allah,’ mengapa pengakuan
semacam ini tidak ada sama sekali dalam Perjanjian Baru?’
Tetapi bagaimana dengan kata-kata rasul Tomas, “Ya Tuhanku
dan Allahku!” kepada Yesus dalam Yohanes 20:28? Bagi Tomas,
Yesus adalah seperti “allah,” terutama dalam mukjizat yang
ia lihat yang mendorongnya untuk mengeluarkan seruan itu.
Beberapa sarjana mengatakan bahwa Tomas mungkin hanya
mengucapkan seruan keheranan yang emosional, yang diucapkan
kepada Yesus namun ditujukan kepada Allah. Dalam hal apapun,
Tomas tidak berpikir bahwa Yesus adalah Allah Yang
Mahakuasa, karena ia dan semua rasul lain tahu bahwa Yesus
tidak pernah mengaku dirinya sebagai Allah melainkan
mengajar bahwa Yehuwa saja “satu-satunya Allah yang benar.”
-Yohanes 17:3.
Sekali lagi, ikatan kalimatnya membantu kita memahami hal
ini. Beberapa hari sebelumnya Yesus yang telah dibangkitkan
menyuruh Maria Magdalena memberi tahu murid-murid: “Aku akan
pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.”
(Yohanes 20:17) Meskipun Yesus sudah dibangkitkan sebagai
roh yang berkuasa, Yehuwa masih tetap Allahnya. Dan Yesus
terus menyebut Dia demikian bahkan dalam buku terakhir dari
Alkitab, setelah ia dimuliakan. -Wahyu 1: 5,6: 3:2,12.
Tepat tiga ayat setelah seruan Tomas, dalam Yohanes 20:31,
Alkitab menjelaskan masalahnya lebih lanjut dengan
menyatakan “Semua yang tercantum di sini telah dicatat,
supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah,”
bukan bahwa ia adalah Allah Yang Mahakuasa. Dan ini berarti
“Anak” secara aksara, sebagaimana seorang ayah aksara dan
seorang anak, bukan sebagai suatu bagian yang misterius dari
Keilahian Tritunggal.
Harus Selaras Dengan Alkitab
————————————————————
ORANG-ORANG mengatakan bahwa beberapa ayat lain mendukung
Tritunggal. Namun sama dengan yang telah dibahas di atas,
bila diperiksa dengan saksama. ayat-ayat itu tidak
benar-benar mendukungnya. Ayat-ayat tersebut hanya
menggambarkan bahwa dalam mempertimbangkan pernyataan yang
dikatakan mendukung Tritunggal, seseorang harus bertanya:
Apakah penjelasannya selaras dengan ajaran yang konsisten
dari seluruh Alkitab -bahwa hanya Allah Yehuwa yang Paling
Tinggi? Jika tidak, maka penjelasannya pasti salah.
Kita juga perlu ingat bahwa tidak ada satu “ayat bukti” pun
yang mengatakan bahwa Allah, Yesus, dan roh kudus adalah
satu dalam suatu Keilahian yang misterius. Tidak ada satu
ayat pun dalam Alkitab yang mengatakan bahwa ketiga-tiganya
sama dalam zat, kuasa, dan kekekalan. Alkitab konsisten
dalam menyingkapkan bahwa Allah Yang Mahakuasa, Yehuwa,
adalah satu-satunya Pribadi Yang Paling Tinggi, Yesus adalah
Anak-Nya yang diciptakan, dan roh kudus adalah tenaga aktif
Allah.
July 21, 2014 at 6:50 am
Sebaiknya sdr tanyakan kepada ahlinya daripada ngaco.
Pengertian TRITUNGGAL tidak seperti yg sdr sampaikan..
September 19, 2015 at 10:22 am
C.
– YUDAS ISKARIOT dibawa PRAJURIT ROMAWI menuju tiang salib
YUDAS yang berteriak-teriak kepada Nabi ISA , kenapa Isa tidak menolongnya sebagai muridnya “Eli Eli lama sabakhtani ”
– Lalu Nabi ISA dengan berwajah YUDAS ISKARIOT pulang untuk menemui IBUNYA SITI MARYAM
– Nabi ISA memberitahu ibu dan sekalian berpamitan bahwa dia akan dibawa kelangit oleh malaikat JIBRIL kesisi ALLAH
– ISA memberitahu dia akan disalib oleh YAHUDI Farisi
– ISA memberitahu bahwa YANG AKAN DISALIB ADALAH BUKAN DIRINYA MELAINKAN SI YUDAS ISKARIOT BERWAJAH DIRINYA
September 19, 2015 at 4:46 pm
Roh Isa adalah Allah
Jasad Isa adalah Manusia
saat Allah akan meninggalkan Jasad Isa, saat itulah Jasad Isa berseru: “Allah-Ku, Allah-Ku nape Engkau meninggalkan Jasad-Ku.”>/i>
September 19, 2015 at 4:54 pm
begitu ditinggalin ama Roh-Nya, maka Jasad Isa-pun Mati, tetapi Roh Isa yg adalah Allah itu tetep hidup dan memberitakan Injil ke alam roh yaitu roh2 yg mati pada zaman Adam sampai Nuh yg belon sempet bertobat.
1 Petrυs 3:18-20…Kristυs TELAH MATI…dαlαm KEADAAN-Nyα sebαgαi MANUSIA, tetαpi yαng TELAH DIBANGKITKAN menurut Roh…di dαlαm Roh itυ jυgα Iα PERGI MEMBERITAKAN INJIL…kepαdα roh-roh merekα yαng DAHULU pαdα wαktυ Nυh TIDAK TAAT kepαdα Allαh…
September 19, 2015 at 4:56 pm
kelar urusan di alam roh…maka Roh Allah kembali kepada Jasad Kristus dan Jasad Kristus bangkit hidup kembali
Yᴏhαnes 6:63. Rᴏhlαh yαnɡ MEMBERI HIDUP…
Rᴏmα 8:2. Rᴏh, yαnɡ MEMBERI HIDUP…
Yαkᴏƅυs 2:26…TUBUH tαnρα ROH αdαlαh MATI…
September 19, 2015 at 4:59 pm
gue yakin elu ude paham…
tetapi kalau elu ngakuin penjelasan Alkitabiyah itu, maka otomatis elu ude menyangkal quran yg elu imanin tulkagak.
saran gue selama elu islam, ya elu bantah aja dah okay…
September 19, 2015 at 4:59 pm
Lukαs 16:13. Seorαng hαmbα TIDAK DAPAT MENGABDI kepαdα DUA TUAN…
September 28, 2009 at 10:01 am
SEMBAHLAH ALLAH MENURUT SYARAT-SYARAT DIA
————————————————————
YESUS berkata dalam doa kepada Allah: “Inilah hidup yang
kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah
Engkau utus.” (Yohanes 17: 3) Pengenalan atau pengetahuan
macam apa? “[Allah] menghendaki supaya semua orang
diselamatkan dan memperoleh pengetahuan [yang saksama, NW]
akan kebenaran.” (1 Timotius 2:4) The Amplified Bible
menerjemahkan bagian terakhir dari ayat ini sebagai berikut:
“Mengetahui dengan tepat dan benar tentang Kebenaran
[ilahi].”
Jadi Allah ingin agar kita mengenal Dia dan
maksud-tujuan-Nya dengan saksama selaras dengan kebenaran
ilahi. Dan Firman Allah, Alkitab, adalah sumber dari
kebenaran tersebut. (Yohanes 17:17; 2 Timotius 3: 16,17)
Bila orang belajar dengan saksama apa yang Alkitab katakan
tentang Allah, maka mereka tidak akan menjadi seperti
orang-orang yang disebut dalam Roma 10:2, 3, yang
“sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian
yang benar.” Atau seperti orang-orang Samaria, kepada siapa
Yesus berkata: “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal. ”
-Yohanes 4:22.
Maka, jika kita ingin mendapat perkenan Allah, kita perlu
bertanya kepada diri kita sendiri: Apa yang Allah katakan
mengenai diri Dia sendiri? Bagaimana Ia ingin disembah? Apa
maksud-tujuanNya dan bagaimana kita harus menyesuaikan diri
dengan itu? Pengetahuan yang saksama tentang kebenaran akan
memberi kita jawaban-jawaban yang benar atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan demikian kita dapat
menyembah Allah menurut syarat-syarat Dia.
Tidak Menghormati Allah
————————————————————
“SIAPA yang menghormati Aku, akan Kuhormati,” kata Allah. (1
Samuel 2 :30) Apakah kita menghormati Allah dengan menyebut
pribadi lain setara dengan Dia? Apakah kita menghormati Dia
dengan menyebut Maria “Bunda Allah” dan “Perantara …
antara sang Pencipta dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya,”
seperti disebutkan dalam New Catholic Encyclopedia? Tidak,
gagasan tersebut menghina Allah. Tidak ada pribadi manapun
yang setara dengan Dia, Ia juga tidak mempunyai ibu jasmani,
karena Yesus bukan Allah. Dan tidak ada “Perantara”
perempuan karena Allah hanya mengangkat ‘satu pengantara
antara Allah dan manusia,’ yaitu Yesus. -1 Timotius 2:5; 1
Yohanes 2:1,2.
Tiada sangsi lagi, doktrin Tritunggal telah membingungkan
dan mengencerkan pengertian orang tentang kedudukan Allah
yang sesungguhnya. Hal itu menghalangi orang untuk dengan
saksama mengenal Penguasa Universal, Allah Yehuwa, dan untuk
menyembah Dia menurut syarat-syarat-Nya. Seperti dikatakan
teolog Hans Kung: “Untuk apa seseorang ingin menambahkan
sesuatu kepada gagasan tentang keesaan dan keunikan Allah
yang hanya dapat mengencerkan atau meniadakan keesaan dan
keunikan itu?” Namun itulah yang telah dilakukan dengan
percaya kepada Tritunggal.
Mereka yang percaya kepada Tritunggal tidak “berpegang
kepada Allah dalam pengetahuan yang saksama.” (Roma 1:28,
NW; Bode) Ayat itu juga berkata: “Allah menyerahkan mereka
kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka
melakukan apa yang tidak pantas.” (Terjemahan Baru) Ayat
29-31 menyebutkan beberapa dari hal-hal yang “tidak pantas”
itu, seperti ‘pembunuhan, perselisihan, tidak setia, tidak
penyayang, tidak mengenal belas kasihan.’ Justru hal-hal
itulah yang telah dipraktekkan oleh agama-agama yang
menerima Tritunggal.
Sebagai contoh, para penganut Tritunggal sering menganiaya
dan bahkan membunuh orang-orang yang menolak doktrin
Tritunggal. Dan mereka bahkan telah bertindak lebih jauh.
Mereka telah membunuh sesama penganut Tritunggal dalam masa
perang. Apa yang lebih “tidak pantas” lagi daripada orang
Katolik membunuh orang Katolik, orang Ortodoks membunuh
orang Ortodoks, orang Protestan membunuh orang
Protestan-semua dalam nama Allah Tritunggal yang sama?
Namun, Yesus dengan jelas berkata: “Dengan demikian semua
orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:35) Firman Allah
berbicara lebih banyak mengenai hal ini, dengan berkata:
“Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap
orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari
Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi
saudaranya.” Mereka yang membunuh saudara-saudara rohani
mereka disamakan dengan “Kain, yang berasal dari si jahat
[Setan] dan yang membunuh adiknya.” -1 Yohanes 3: 10-12.
Jadi, diajarkannya doktrin-doktrin yang membingungkan
tentang Allah telah menimbulkan tindakan-tindakan yang
melanggar hukum-hukum-Nya. Sesungguhnya, apa yang telah
terjadi dalam seluruh Susunan Kristen adalah seperti
digambarkan oleh teolog Denmark Søren Kierkegaard: “Susunan
Kristen telah menyingkirkan Kekristenan tanpa benar-benar
menyadarinya.”
Keadaan rohani Susunan Kristen sesuai dengan apa yang
ditulis rasul Paulus: “Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi
dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji
dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.”
-Titus 1: 16.
Tidak lama lagi, pada waktu Allah mengakhiri sistem yang
jahat yang ada sekarang, Susunan Kristen yang menganut
Tritunggal akan dimintai pertanggungjawaban. Dan ia akan
mendapat vonis yang mencelakakan karena tindakan-tindakan
dan doktrin-doktrinnya yang tidak menghormati Allah. -Matius
24: 14,34; 25:3134, 41, 46; Wahyu 17:1-6, 16; 18:1-8, 20,
24; 19: 17-21.
Tolaklah Tritunggal
————————————————————
KEBENARAN Allah tidak dapat dikompromikan. Maka, menyembah
Allah menurut syarat-syarat Dia berarti menolak doktrin
Tritunggal. Doktrin tersebut bertentangan dengan apa yang
dipercayai dan diajarkan oleh para nabi, Yesus, rasul-rasul,
dan orang Kristen yang mula-mula. Hal itu bertentangan
dengan apa yang Allah katakan mengenai diriNya dalam
Firman-Nya sendiri yang terilham. Maka, Ia menasihati:
‘Akuilah bahwa aku Allah, dan tak ada lainnya, dan tak ada
yang seperti aku.’ -Yesaya 46:9, BIS.
Kepentingan Allah dirugikan dengan membuat Dia membingungkan
dan misterius. Sebaliknya, makin bingung orang mengenai
Allah dan maksud tujuan Dia, makin senang musuh Allah, Setan
si Iblis, ‘ilah dunia ini.’ Dialah yang menganjurkan doktrin
palsu tersebut untuk ‘membutakan pikiran orang-orang yang
tidak percaya.’ (2 Korintus 4:4)
Dan doktrin Tritunggal juga menjadi alat bagi golongan
pendeta yang ingin mempertahankan kendali mereka atas
orang-orang, karena mereka memberi kesan seolah-olah para
teolog saja yang dapat mengertinya. -Lihat Yohanes 8:44.
Pengetahuan yang saksama tentang Allah benar-benar
mendatangkan kelegaan. Hal itu membebaskan kita dari
ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Firman Allah
dan dari organisasi-organisasi yang telah murtad. Seperti
Yesus katakan: “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan
kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” -Yohanes 8:32.
Dengan menghormati Allah sebagai yang paling tinggi dan
menyembah Dia menurut syarat-syaratNya, kita dapat
menghindari hukuman yang segera akan Ia timpakan atas
Susunan Kristen yang murtad. Sebaliknya kita dapat
menantikan perkenan Allah pada waktu sistem ini berakhir:
“Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang
yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”
-1 Yohanes 2:17.
July 21, 2014 at 6:52 am
Sajian sdr penuh persangkaan..
Pengertian TRITUNGGAL tidak seperti yg sdr sampaikan..
September 19, 2015 at 10:24 am
D.
–KUBURAN ISA DIGALI IBUNYA DENGAN DIBANTU MURID-MURID ISA PADA TENGAN MALAM
TUJUANNYA UNTUK MEMBUKTIKAN BAHWA
SESUAI KATA ANAKNYA BUKAN DIA YANG DISALIB
Dan yang disalib adalah YUDAS ISKARIOT
ITU LAH MENJADI ALASAN
September 19, 2015 at 5:04 pm
jujur itu lebih baik dari pade berdusta melawan kebenaran lien…
September 19, 2015 at 5:05 pm
Yαkobus 1:8. Sebαb orαng yαng MENDUA HATI TIDAK αkαn TENANG dαlαm hidupnyα.
September 28, 2009 at 10:36 am
Fenomena Yesus
Yesus yang antara lain diberi gelar dan nama “Kristus” dan yang menjadi sasaran iman kepercayaan Kristen, diandaikan saja bahwa sungguh-sungguh seorang tokoh yang pernah tampil di panggung sejarah. Dikatakan kenyataan itu diandaikan saja oleh iman kepercayaan itu. Sebab apa yang paling penting ialah: Yesus Kristus yang pernah ada, tetap sampai sekarang dan hingga akhir zaman relevan dan bermakna. Bukan misalnya “ajaran-Nya” melainkan orangnya. Dia itulah yang menjadi sasaran iman kepercayaan.
Namun pra-andaian tersebut mahapenting. Sebab malah dicantumkan dalam syahadat resmi umat Kristen. Sebab salah satu butirnya berbunyi: “Yang menderita di masa pemerintahan Pontius Pilatus.” Pontius Pilatus, wali negara Roma di Palestina pada tahun 26 – 36, masuk ke dalam syahadat iman Kristen oleh karena dengan cara demikian umat Kristen mau menyatakan bahwa Yesus Kristus, sasaran kepercayaannya, memang seorang tokoh historis, yang tampil di panggung sejarah pada saat tertentu, di tempat tertentu dalam kerangka etno-politik tertentu juga. Secara negatif penegasan itu berarti bahwa sasaran iman kepercayaan Kristen bukan sebuah dongeng atau mitos, ciptaan manusia. Secara positif ditegaskan bahwa kepercayaan Kristen terikat pada saat tertentu dan pada tokoh tertentu dalam sejarah umat manusia. Dan semuanya itu demi isi real seluruh iman kepercayaan Kristen. Keselamatan umat manusia bergantung pada kejadian real di muka bumi ini dan bukanlah pada ajaran tertentu atau pada buah khayal dan pikiran manusia sendiri.
Namun demikian hanya relatif sedikit dapat diketahui tentang tokoh historis itu secara terinci. Kesaksian tentang tokoh Yesus itu hampir saja secara eksklusif ditemukan dalam karangan-karangan umat yang percaya kepada-Nya. Karangan-karangan itu kemudian terkumpul dalam Perjanjian Baru. Di mana lingkup umat Kristen sendiri hampir saja tidak ada berita. Dan dengan demikian jelaslah tampilnya tokoh itu tidak terlalu menghebohkan dunia di masanya. Baiklah disadari bahwa tidak satupun dari karangan-karangan Kristen tersebut bermaksud memberi laporan tentang Yesus orang Nazareth. Semuanya memberi kesaksian tentang iman kepercayaan orang Kristen kepada Yesus Kristus. Tidak dilaporkan apa yang dapat diamati setiap orang yang hadir di zaman itu dan sempat bertemu dengan Yesus itu. Semua karangan itu berdasarkan keyakinan bahwa Yesus itu pernah ada, tetapi tidak sengaja merepotkan diri dengan kenyataan itu. Karangan itu tidak memberitakan apa yang diamati, melainkan apa yang diimani orang Kristen dua-tiga generasi pertama, antara tahun ±40 – 100. Dengan mengumpulkan karangan-karangan itu menjadi Kitab Sucinya, umat Kristen mengakui kesaksian karangan-karangan itu sebagai kesaksian yang benar-benar mengenai sasaran iman kepercayaan umat, tetapi bukan sebagai laporan mengenai Yesus orang Nazareth. Itu diandaikan saja, tak perlu ditegaskan, apalagi dibuktikan.
Namun demikian melalui kesaksian iman Kristen itu orang toh masih dapat secara umum melihat sedikit Yesus yang bagaimana dapat diamati oleh orang sezamannya. Rekonstruksi berikut ini sebagian besar hipotesis. Nas-nas yang dikutip sukar dipastikan bobot historisnya. Maka gambaran Yesus yang disajikan di sini bukanlah suatu “potret,” tapi kurang tebih mendekati kenyataan sejarah.
Orang Yahudi yang bernama Yesus itu berasal dari sebuah desa, bernama Nazareth (Kis 10:37), di daerah Palestina yang bernama Galilea (Mrk 1:9), suatu daerah Yahudi tetapi dengan cukup banyak penghuni yang tidak berbangsa dan tidak beragama Yahudi (Mat 4:15). Di Nazareth itu Yesus rupanya menjadi tukang (kayu?) (bandingkan dengan Mrk 6:3). Jadi Yesus berasal dari lapisan rendah masyarakat, tetapi tidak dari kalangan proletariat. Boleh diandaikan bahwa Yesus menempuh pendidikan yang lazim bagi anak Yahudi pada lapisan masyarakat itu. Boleh dikatakan bahwa berkat pendidikan itu Yesus tahu membaca dan menulis (hal itu memang biasa di masa itu sehubungan dengan peranan penting yang dipegang Kitab Suci dalam agama Yahudi). Yesus pasti juga tahu sedikit banyak tentang isi Alkitab dan tradisi keagamaan Yahudi, meskipun Yesus bukan “ahli kitab atau ahli tradisi” (bandingkan dengan Yoh 7:15). Boleh jadi Yesus juga tahu sedikit bahasa Yunani, sebab di masa itu bahasa Yunani menjadi bahasa kedua amat banyak orang, apa pula di Galilea tempat agak banyak penduduk berbahasa Yunani.
Waktu berumur ± 30 tahun (Luk 3:23) Yesus tampil ke depan dengan meninggalkan tempat asal-Nya, famili dan mata pencaharian-Nya (Mrk 3:31-35.21; Luk 4:23). Mungkin Yesus terpengaruh oleh seorang tokoh lain, bernama Yohanes dan bergelar Pembaptis, yang pada masa itu tampil di daerah Yudea (Yoh 4:1-3). Yohanes yakin bahwa penghakiman Allah mendekat dan orang hanya bisa terluput dengan bertobat dan menjalani pembasuhan sebagai tandanya di sungai Yordan (bandingkan dengan Mrk 1:4-5; Mat 3:7-12). Mirip dengan Yohanes Yesus sambil berkeliling khususnya di Galilea, mulai memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk 1:14-15). Gagasan “Kerajaan Allah” suatu gagasan yang tradisional pada bangsa Yahudi (bandingkan dengan Yes 52:7; Mi 2:12-13; 4:6-8; Zef 3:14-15; Za 14:9.16-17; Yes 24:23; Dan 4:34). Istilah itu berarti bahwa Allah (di masa mendatang) akan membuat kuasa-Nya menjadi nyata di bumi bagi umat-Nya dan itu menjadi keselamatan umat – asal menerima dan mengakui kuasa Allah itu – (segi itu ditekankan Yesus) atau penghakiman, kebinasaan (segi itu ditekankan Yohanes). Penyataan kuasa Allah itu diharapkan untuk masa mendatang dan, dalam aliran apokaliptis, pada akhir zaman. Baik Yohanes (Mat 3:2) maupun Yesus (Mat 4:17) memberitakan bahwa Kerajaan Allah dan dengan demikian akhir zaman sudah dekat dan orang mesti siap mengakui dan menerimanya. Tidak akan ada lagi suatu penyataan lain lagi. Yang dekat itu sungguh yang terakhir (bandingkan dengan Mrk 9:1; Luk 10:9-11; 9:27).
Sama seperti Yohanes Yesus pun tidak hanya yakin bahwa penyataan kuasa Allah, Kerajaan-Nya, sudah dekat, tetapi juga mutlak perlu. Dua-duanya yakin bahwa situasi religius umat Israel, yang diakui sebagai umat pilihan Allah, buruk sekali (Luk 11:29; Luk 13:1-5; Mrk 8:12; 7:6). Dari segi umat manusia, malah situasi itu tanpa harapan. Tentu saja diterima, sesuai dengan tradisi umat yang tercantum dalam Alkitab, bahwa Allah dahulu sudah melimpahkan karunia dan belas kasih-Nya kepada umat (Mat 8:12; 15:24; 10:6), tetapi ternyata bahwa itu tidak cukup. Kalau hanya itu umat hanya dapat jatuh binasa (Luk 21:23; Mat 23:33). Mesti terjadi sesuatu yang lain, suatu penyataan kuasa Allah yang baru. Dan penyataan itu benar-benar yang terakhir dan kini sudah amat dekat.
Dan memang demikian. Pada masa Yohanes dan Yesus situasi umat Israel amat jelek. Dari segi sosio-politis (yang tidak terpisah dari segi religius) bangsa Yahudi sudah lama menjadi daerah penjajahan Roma (sejak th. 62 SM) yang hanya berusaha menarik untung sebesar-besarnya, kerap kali dengan pertolongan penguasa setempat, seperti di Palestina Raja Herodes Agung serta keturunannya dan pendukung-pendukungnya. Dan di masa Yohanes dan Yesus negeri terus dilanda kerusuhan sosio-poiltis yang dengan kekerasan ditumpas para penguasa (Kis 5:36-37; 21:38). Dari segi religius pun situasi umat Israel tidak menggembirakan. Ada berbagai aliran keagamaan yang tidak hanya berbeda tetapi juga berlawanan satu sama lain. Ada aliran Farisi (dengan berbagai cabang) yang dengan sistem peraturan yang semakin teliti berusaha, supaya Hukum Taurat tetap dilaksanakan dalam hidup sehari-hari. Ada golongan imam, khususnya dari kalangan atas (Saduki) yang meletakkan tekanan pada ibadat, upacara korban dalam Bait Allah di Yerusalem, yang dengan meriah diselenggarakan. Ada aliran apokaliptis (dengan berbagai varian), yang tidak punya harapan lagi sehubungan dengan keadaan nyata, dan bermimpi tentang akhir zaman yang pasti membawa keselamatan bagi para pengikut mereka, padahal bagi yang lain hanya tersedia kebinasaan. Dan ada lagi kelompok-kelompok dan aliran yang berdasarkan keyakinan religius dengan kekerasan senjata berusaha menumbangkan sistem sosio-politis yang ada. Tentu saja masih ada banyak orang yang sungguh takwa dan saleh, tetapi pada umumnya iman kepercayaan lama (yang terungkap dalam Alkitab, khususnya para nabi) sudah merosot menjadi suatu sistem keagamaan (hukum Taurat dan ibadat) yang dianggap dapat menjamin keselamatan manusia dengan dilaksanakan secara saksama. Baik Yohanes maupun Yesus menilai situasi itu serba salah (Mat 3:9; 5:20). Allah sendiri sajalah yang masih dapat menjadi andalan (Luk 7:29), satu-satunya yang masih mampu mengubah situasi itu. Dan oleh karena yakin tentang kesetiaan Allah, maka Yohanes dan Yesus yakin pula bahwa tidak lama lagi Allah akan menyatakan kuasa-Nya untuk kali terakhir.
Meskipun mirip satu sama lain, namun Yohanes Pembaptis dan Yesus dalam pemberitaan mereka tentang Kerajaan Allah toh berbeda sedikit juga.
Yohanes memberitakan bahwa penghakiman Allah dekat dan sungguh menjadi ancaman bagi seluruh umat (Mat 3:7-10,12; Luk 3:7-9). Tentu saja orang masih dapat luput dari penghakiman itu dan sesudah itu turut serta dalam keselamatan yang dikerjakan Allah. Tetapi mutlak perlu orang bertobat dahulu dan segera bertobat. Bertobat berarti berubah haluan hidup, seluruh cara berpikir dan menilai, tentang dirinya dan situasinya. Nyatanya bertobat berarti: tidak percaya pada apa saja, kecuali pada Allah semata-mata, sebab dari segi umat tidak ada dasar apa saja untuk mengharapkan keselamatan dari Allah. Agama seadanya tidak memberi harapan, sejarah penyelamatan dahulu tidak memberi harapan, kepilihan Israel tidak memberi harapan. Hanya Allah saja yang masih dapat menyelamatkan orang yang mengakui situasi tanpa harapan itu (Luk 3:17;Mat 3:12). Tentu saja orang hanya dapat bertobat atlas dasar belas kasihan Allah semata-mata. Tobat itu diperagakan dengan pembasuhan dalam sungai Yordan, yang melambangkan penghakiman Allah. Dan mereka yang bertobat dengan cara demikian akan terluput dari murka Allah dan ikut serta dalam keselamatan terakhir, Kerajaan Allah. Kerajaan itu kini belum ada tapi nanti menyusul penghakiman.
Yesus di lain pihak tidak hanya memberitakan bahwa Kerajaan Allah, penyataan kuasa Allah Penyelamat, sudah dekat. Sebaliknya: Kerajaan Allah itu sedang terjadi, sudah mulai menyatakan diri, menembus ke dalam situasi tanpa harapan (Mat 12:28; Lpk 11:20; 10:21; Mat 13:16-17; Luk 10:23-24). Allah tidak menunggu sampai orang bertobat, tetapi sebaliknya sudah merangkul orang berdosa, umat dalam situasi buruknya. Bila dalam pemberitaan Yohanes penghakiman mendahului Kerajaan Allah, pada Yesus Kerajaan Allah mendahului penghakiman. Tentu saja Yesus pun memberitakan penghakiman (Mat 11:22-24; 12:41-42; 10:15). Tetapi penghakiman ilu menyusul penyataan Kerajaan Allah yang sudah dimulai. Dalam pendekatan Yohanes halnya dipikirkan sebagai berikut: Kini ada zaman yang serba buruk. Segera Allah melaksanakan penghakiman-Nya, lalu Kerajaan penyelamatan menjadi nyata. Yesus melihat halnya secara lain. Allah dalam zaman yang buruk itu sudah menyatakan Kerajaan penyelamatan-Nya (Luk 19:42; Mrk2:18-22; Mat 16:3). Atas dasar itu orang dapat dan harus bertobat dan tetap menjadi peserta dalam Kerajaan Allah itu, mengalami keselamatan-Nya (Mrk 9:43-47; Mat 22:11-13). Tetapi apa yang kini sudah mulai di dalam dunia yang buruk ini nanti akan diselesaikan (Mat 24:32-35; Luk 21:29-31). Dan penyelesaian itu akan didahului penghakiman terakhir (Mat 7:24-27).
Dengan demikian Allah yang diberitakan Yesus berbeda sedikit dengan Allah yang diberitakan Yohanes. Yohanes melihat Allah penyelamat terutama sebagai hakim. Melalui penghakiman Allah menyelamatkan orang yang bertobat. Sebaliknya, Yesus melihat Allah sebagai Allah yang kini sebagai Bapa (Mat 7:11; 6:8, 26-32; Luk 12:32) mendekati orang malang untuk menyelamatkan mereka tanpa memasang syarat apa saja. Hanya bagi orang yang setelah mengalami Allah sebagai Bapa yang merangkulnya tanpa syarat toh menolak-Nya, Allah menjadi hakim yang menolak mereka yang menolak-Nya (Mrk 12:1-9; Mat 22:1-7). Bila dalam pendekatan Yohanes Allah Hakim menjadi Bapa bagi mereka yang bertobat, maka dalam pendekatan Yesus Allah Bapa menjadi Hakim bagi mereka yang tidak bertobat.
Dan Yesus bertindak seolah-olah kuasa penyelamatan Allah, Kerajaan-Nya, sebenarnya sudah menjadi nyata melalui Yesus sendiri, melalui perbuatan dan pemberitaan-Nya.
Secara demonstratif Yesus menyatakan banwa perwujudan Kerajaan Allah tidak bergantung pada pelaksanaan hukum agama yang berlaku (Mat 11:12-13). Atas dasar keyakinan itu Yesus tidak segan melanggar hukum agama, bila itu perlu untuk mendekati orang yang malang. Yesus tidak segan menyingkirkan hukum Sabbat (Mrk 2:27; 3:4; Mat 12:11-12) yang dengan keras melarang orang “bekerja,” kecuali dalam keadaan darurat seperti ditetapkan oleh ahli Taurat. Yesus tidak begitu saja melanggar hukum Sabbat itu, tetapi Ia sendiri menentukan kapan itu tidak berlaku lagi dan selalu demi kepentingan orang lain. Yesus tidak segan menyingkirkan hukum agama mengenai najis dan tahir, halal dan haram, oleh karena hati orang jauh lebih penting daripada aturan lahiriah (Mrk 7:15; Luk 11:38). Dan Yesus tidak segan “memperbaiki” hukum lama (Mat 5:21-22, 27-28, 31-32, 33-37) dengan mendasarkan diri pada tata penciptaan (Mat 5:43-45; 19:4-6) yang mendahului hukum Musa.
Tetapi dengan berlaku demikian Yesus bertindak seolah-olah lebih berwewenang daripada Musa (Mat 12:8), yang dalam tradisi Yahudi paling berwewenang, utusan dan kuasa Allah sendiri. Yesus berlaku seolah-olah melalui diri-Nya Allah memulai sesuatu yang baru, yang lain dari yang sudah-sudah (Mrk 1:27; 2:21-22).
Yesus pun secara menyolok bergaul dan berkerabat, makan bersama dengan orang yang menurut agama justru terkucil dari umat Allah, dari ibadat dan dengan demikian terkucil dari keselamatan Allah (Mrk 2:15; Luk 7:34). Yesus berkerabat dengan “orang berdosa,” pemungut cukai dan pelacur, mereka yang tidak ambil pusing tentang hukum agama, hukum Allah (Mat 11:19; Luk 15:2; 5:30; 19:1-2). Yesus tidak menunggu dan tidak menuntut mereka “bertobat” dahulu, kembali ke jalan lurus sesuai dengan hukum (Luk 19:7; 7:36-40.49-50). Begitu saja Ia mendekati mereka. Kelakuan itu semacam “perumpamaan.” Dengan tindakan-Nya Yesus sebenarnya menyatakan tindakan Allah, Kerajaan-Nya yang mendatangi orang malang, orang berdosa, tanpa prasyarat apa pun.
Yesus juga mendekati orang malang pada umumnya, mereka yang cacat, sakit, dianggap kerasukan roh najis (Mat 4:23; 8:16; 9:35; 15:30; 21:14), Dan Ia terutama mendekati rakyat jelata, mereka yang secara sosio-ekonomis dan politis tidak berdaya (Luk 4:18-19; 6:20-26; 7:22-23). Meskipun semua ceritera terinci yang tercantum dalam keempat Injil tidak boleh dinilai sebagai “laporan” tentang kejadian nyata, namun dalam ceritera-ceritera itu terungkap sebuah kesan umum yang ditinggalkan Yesus pada orang sekitar-Nya. Dan justru semua orang tak berdaya itu dengan satu dan lain cara juga secara religius dinilai kurang memadai, kurang diberkati oleh Allah. Orang cacat, sakit, kerasukan roh jahat dianggap tidak mengambil bagian dalam berkat Allah perjanjian, Allah umat Israel (Im 21:18-20; Ul 23:1-2; Im 20:27; 13:45-46). Meskipun dalam tradisi Israel, seperti tercantum dalam Perjanjian Lama (Yes 56:3-7; Mzm 146; Keb 3:13-14; 4:7), sudah ada pandangan lain, pandangan itu tidak berhasil menjadi suatu pandangan umum. Dan bagaimanapun juga selalu toh mesti ada “takwa,” kesalehan, ketaatan kepada Allah dan hukum-Nya. Dan semuanya itu oleh Yesus seolah-olah tidak diperhitungkan.
Seluruh kelakuan Yesus tersebut yang menyimpang dari yang lazim dalam rangka masyarakat dan agama Yahudi di zamannya sebenarnya semacam perumpamaan. Yesus memperagakan dan begitu memperlihatkan dan mewujudkan kelakuan Allah seperti Ia memahami-Nya, yang mendekati orang malang, orang berdosa dan orang yang di segala bidang tidak berdaya sama sekali. Begitu diperlihatkan bahwa Kerajaan Allah yang diberitakan Yesus sebenarnya sudah mulai mewujudkan diri. Bila Yesus mengutamakan orang miskin, rakyat jelata, orang cacat dan sakit serta yang dianggap kerasukan roh jahat yang bermusuhan dengan Allah, maka mereka tidak diutamakan justru oleh karena miskin, sakit, berdosa dan sebagainya, tetapi oleh karena pada merekalah paling nyata dan paling tampak betapa parah keadaan seluruh umat di hadapan Allah. Bila tindakan Yesus boleh disebut semacam “perumpamaan” tindakan dan sikap Allah, maka orang malang itu merupakan semacam “perumpamaan” situasi umat, situasi dunia, manusia yang nyata.
Kelakuan dan tindakan Yesus didukung oleh pewartaan-Nya. Dalam cara mengajar Yesus sudah berbeda dengan “guru-guru agama” lain di zaman-Nya (Mat 7:29; Mrk 1:27). Yesus tidak mendasarkan diri dan ajaran-Nya pada tradisi, pada Alkitab Yahudi dan tafsirannya. Begitulah cara para “ahli agama” Yahudi mengajar. Mereka tidak mau “mengajar sesuatu yang baru.” Selalu mesti ada dukungan dari Alkitab atau tradisi “nenek moyang” (Mat 15:2; Mrk 7:3-5) dahulu. Bahkan kalau sebenarnya ada sesuatu yang baru, maka dengan macam-macam cara toh dicari dasarnya dalam Alkitab dan tafsirannya. Sebaliknya Yesus mengajar seolah-olah mempunyai wewenang khusus (Mat 15:17-20), melebihi wewenang Musa dan wewenang Alkitab (Yoh 5:45-46; Mat 19:7), sehingga nampaknya menghaki wewenang Allah sendiri (Mat 19:17-21). Dan itulah sebabnya Yesus malah memberanikan diri mencabut hukum agama yang tercantum dalam Alkitab (Mat 5:33-34). Secara baru Yesus menyatakan kehendak Allah sendiri (Mat 6:33.20), kehendak Allah semula dan murni, kehendak Allah yang belum “diperlunak” demi “kekerasan hati manusia” (Mrk 10:5). Dengan wewenang-Nya sendiri Yesus menentukan mana intipati hukum Allah (Mrk 12:28-31).
Dalam mewartakan Kerajaan Allah dan kehendak Allah Yesus menggunakan pelbagai cara, seperti tradisional di lingkungan-Nya. Ia memakai “pepatah,” “teka-teki,” “petuah,” wejangan dan sebagainya. Tetapi Ia terutama menggunakan jenis sastra yang disebut “perumpamaan.” Di satu pihak dalam hal itu Yesus berdekatan dengan para ahli kitab yang juga gemar akan perumpamaan. Tetapi ada perbedaan yang cukup menyolok. Para ahli Taurat Yahudi menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan dan menafsirkan Alkitab dan hukum Musa. Tetapi Yesus tidak menjelaskan dan menafsirkan Alkitab dan hukum Taurat. Yesus memberitakan Kerajaan Allah yang sudah dekat dan mulai menembus ke dalam dunia ini (Mat 13:5-9). Melalui perumpamaan Yesus justru menggambarkan Kerajaan Allah yang mendekat dan sedang terjadi. Bagaimana jadinya dengan manusia yang menerima pewartaan Yesus dan terangkul oleh Allah yang berdaulat itu (Mat 13:44-46). Diperlihatkan bagaimana Kerajaan Allah, kasih Allah yang dialami mengubah diri manusia dan kehidupannya. Dan juga dalam pewartaan Yesus itu Kerajaan Allah dengan daya kekuatan-Nya mendekati dan mengubah manusia serta kehidupannya (Mat 13:33; Luk 16:1-8). Dalam pewartaan-Nya pun Yesus “penuh kuasa.” Dan kalau Kerajaan Allah yang melalui pemberitaan Yesus mendekati manusia ditolak, maka Kerajaan penyelamatan itu berubah menjadi penghakiman (Mat 22:1-13). Hanya sedangkan Kerajaan itu sekarang sudah terjadi, penghakiman nanti baru akan menyusul, meskipun rupanya Yesus yakin bahwa tidak lama lagi penghakiman itu akan berlangsung bertepatan dengan penyelesaian Kerajaan Allah dan kedatangan Anak manusia sebagai hakim (Mat 10:23; Mrk 13:29).
Seluruh pewartaan Yesus serta kelakuan-Nya yang sesuai berdasarkan suatu pengalaman pribadi. Bekas pengalaman itu kiranya terdapat dalam Luk 10:18. Di sana Yesus menegaskan bahwa la pernah melihat “Iblis jatuh seperti kilat dari langit.” Dalam alam pikiran apokaliptis dunia seadanya memang dalam genggaman Iblis (Mat 4:9; Yoh 12:31). Tetapi Yesus “melihat” tahta “raja dunia ini” sudah tertumbang. Iblis sudah dikalahkan dan dicabut kekuasaannya (Mrk 3:27). Dan hanya Allah dapat menumbangkan Iblis itu. Maka Allah sudah mulai “meraja,” mengganti Iblis. Pengalaman itulah yang membuat Yesus memberitakan Kerajaan Allah sebagai sesuatu yang sedang terjadi. Dan Yesus sendiri menjadi utusan Allah yang mewujudkannya di bumi ini (Luk 10:23-24; Mat 11:5-6; Luk 11:29-32) sebagai awal penyelesaiannya nanti.
Melalui karangan Perjanjian Baru, khususnya keempat Injil, yang tidak mau “melapor” apa yang sesungguhnya terjadi, orang masih juga dapat merasakan betapa tampilnya Yesus, pewartaan dan kelakuan-Nya menggegerkan mereka yang menyaksikannya. Umumnya Yesus menjadi teka-teki bagi mereka. Tercetuslah pertanyaan: Siapa gerangan orang ini? (Mat 8:27; 21:23; Mrk 6:2). Ia tidak memadai tokoh-tokoh yang dikenal tradisi Yahudi. Ia dapat dinilai sebagai seorang nabi (Mat 16:14; Luk 7:16; Mat 21:11) atau pun dicurigai sebagai tukang sihir dan nabi gadungan (Mrk 3:22; 14:65). Kadang-kadang orang berkesan Yesus punya ambisi menjadi “mesias” yang tampilnya diharapkan sementara orang Yahudi (Yoh 6:15; Mrk 11:9-10). Oleh karena sering “mengajar” Yesus mirip seorang rabi (Luk 12:13), tetapi baik cara mengajar maupun ajaran-Nya toh berbeda juga. Bahkan bagi mereka yang mendukung-Nya dan menaruh harapan pada Yesus Ia menjadi teka-teki yang sukar dipahami sepenuhnya (Mrk 8:18; 9:32). Sudah pasti Yesus mendapat sejumlah pendukung yang secara khusus dibimbing-Nya, yang menjadi teman dan pembantu-Nya. Dalam hal ini Yesus juga mirip dengan rabi-rabi pada bangsa Yahudi. Tetapi Yesus toh tidak sama juga. Guru-guru Yahudi mengumpulkan sejumlah murid yang menghafalkan ajaran sang rabi. Lalu mereka sendiri dapat menjadi guru dan rabi pada gilirannya. Tetapi Yesus mengumpulkan sejumlah orang dan mengikat mereka pada diri-Nya. Mereka menjadi senasib dengan Yesus, tidak datang untuk menghafalkan ajaran-Nya. Dan mereka tidak pernah “tamat.” Dan apa yang dituntut Yesus dari mereka yang mau bergabung dengan diri-Nya atas panggilan Yesus amat radikal dan jauh melebihi tuntutan pribadi yang bisa dibebankan seorang rabi Yahudi (Mrk 10:21.28-30; Mat 10:37-38; Luk 9:57-62). Ikatan pribadi macam itu tidaklah lazim. Maka Yesus dengan kelompok-Nya tidak bisa dimasukkan ke dalam salah satu aliran atau mazhab yang ada pada bangsa Yahudi di zamannya. Kadang-kadang Yesus tampaknya mirip dengan kalangan Farisi (Mat 23:2-3), lain kali dengan kalangan para apokaliptik (Luk 17:22-37), seperti misalnya yang bermukim di Qumram, dan apa yang dikatakan Yesus kadang-kadang mirip dengan apa yang dikatakan golongan orang yang mencita-citakan dan memperjuangkan pembebasan dari kuasa Roma dan antek-anteknya (Mat 10:34; Luk 22:36-38). Hanya dengan para imam kalangan atas (Saduki) tidak ada kemiripan. Dan selalu di samping kemiripan ada kelainan. Yesus terasa sebagai sesuatu yang baru, meskipun masih juga dalam tradisi bangsa Yahudi. Dan akhirnya Yesus selalu tinggal sebuah teka-teki untuk lingkungan-Nya.
Yesus tidak hanya menggegerkan masyarakat Yahudi dan menjadi teka-teki besar, tetapi Ia juga memancing perlawanan. Perlawanan itu tidak datang pertama-tama dari pihak penguasa politik (Roma, Herodes, keturunan dan pendukungnya), tetapi dari pihak pemimpin religius bangsa Yahudi (Mrk 3:6,22; 8:11; 12:12, 13; 14:1). Baiklah diingat bahwa di masa itu “agama” dan “negara” belum terpisah. Segala gerakan religius mempunyai dimensi politik dan gerakan politik mempunyai dimensi religius (Luk 9:7-9; 13:31).
Yesus ternyata mengakui bahwa umat Israel memang umat Allah yang terpilih. Seluruh kegiatan-Nya secara eksklusif tertuju kepada umat itu (bandingkan dengan Mat 10:6; 15:24). Hampir pasti bahwa Yesus tidak pernah mengarahkan pewartaan-Nya dan perbuatan-Nya kepada orang bukan Yahudi, meski penduduk Galilea sekali pun. Hanya menurut keyakinan Yesus umat Allah seadanya tidak menjadi sasaran berkat Allah melainkan sasaran kemurkaan-Nya (Luk 21:23; Mrk 11:13-14). Seluruh sistem agama yang dianggap berasal dari Musa dan bahkan dari Allah oleh Yesus dinilai sebagai sesuatu yang kini dan seadanya tidak berguna untuk keselamatan umat (Mat 15:9,13). Nyatanya Yesus menyingkirkan pelaksanaan hukum Taurat sebagai jalan penyelamatan (Mrk 7:5,8), seperti diyakini para pemimpin Yahudi. Bait Allah (Mrk 13:2) serta ibadatnya pun oleh Yesus dinilai tidak berguna (bandingkan dengan Mat 9:13; 15:8-9; Mrk 12:33; 14:58), padahal khususnya para imam (Yoh 11:48) menilai ibadat itu sebagai sarana penyelamatan, yang diberikan oleh Allah sendiri. Yesus tidak hanya memberitakan bahwa akhir zaman dan Kerajaan Allah sudah dekat, tetapi juga bahwa Kerajaan Allah kini sudah terjadi dan tidak hanya merangkul orang benar, tetapi justru orang berdosa. Dan dengan demikian Yesus tidak sesuai dengan keyakinan para apokaliptisi di zaman-Nya. Yesus menegaskan bahwa semua umat mesti “bertobat” setelah dirangkul kuasa penyelamatan Allah. Dan setelah umat bertobat dan menjadi peserta dalam keselamatan bangsa-bangsa lain pun akan turut serta dalam keselamatan (Mat 8:11), seperti dikatakan sementara nabi dahulu tetapi oleh banyak orang Yahudi di zaman Yesus tidak dapat diterima. Semua bangsa kafir hanya sasaran kemurkaan Allah, begitu keyakinan populer.
Maka oleh seluruh pimpinan religius-politik bangsa Yahudi di masa itu Yesus mesti dirasakan sebagai suatu ancaman terhadap seluruh sistem sosio-religius yang mereka pimpin, pertahankan dan bela (Yoh 11:48). Dan ketegangan yang semakin hebat antara Yesus dan para pemimpin bangsa Yahudi akhirnya mengakibatkan kematian Yesus. Oleh pimpinan Yahudi, entahlah siapa persis, Yesus akhirnya diserahkan kepada kuasa politik Roma. Di masa itu kuasa, yang dipegang oleh wali negeri Pontius Pilatus dan Raja Herodes di Galilea itu, sangat peka terhadap segala macam kerusuhan dalam masyarakat (Luk 23:2,5), Dan dalam situasi nyata juga suatu gerakan religius, seperti berkembang sekitar Yohanes Pembaptis dan Yesus, selalu mempunyai dimensi politik dan sosial. Maka langsung atau tak langsung menjadi ancaman terhadap kuasa politik Roma. Maka kuasa politik Roma itu akhirnya bertindak. Yesus dinilai dan dieksekusi sebagai pengacau, perusuh dan pemberontak (Mrk 15:26).
Menjelang akhir hidup-Nya Yesus sendiri pun hampir pasti memfirasatkan bahwa jalan hidup-Nya akan berakhir dalam celaka (Luk 9:44; Mrk 9:31a; Mat 23:37a). Dan oleh karena mau setia kepada tugas-Nya, maka Yesus rela menempuh nasib malang, kalau menjadi suatu kenyataan. Itu dapat dinilai-Nya sebagai konsekuensi terakhir dari keyakinan-Nya dan akibat kesetiaan-Nya kepada Allah (Luk 13:32-33). Dan karena tidak dapat ragu-ragu tentang kesetiaan Allah dan kekuasaan-Nya Yesus dapat yakin bahwa Allah Penyelamat yang diberitakan-Nya toh akan menyatakan kuasa-Nya baik sebagai Penyelamat maupun sebagai Hakim umat-Nya. Kematian Yesus sendiri pasti tidak bisa menghalangi Allah untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai-Nya dengan Yesus sendiri, yaitu mewujudkan Kerajaan-Nya secara definitif (Mrk 14:25). Dan dengan demikian Yesus dapat menilai kematian-Nya, kalau terjadi, sebagai termasuk ke dalam tugas-Nya dan sesuai dengan kehendak Allah, Penyelamat dan Hakim sekaligus. Dan kematian-Nya malah dapat dinilai Yesus sebagai awal dari penghakiman Allah menjelang akhir zaman (Luk 12:50), yang membawa keselamatan terakhir bagi mereka yang setia kepada Allah. Tidak dapat diragukan bahwa Yesus yakin bahwa Ia sendiri menjadi peserta dalam keselamatan terakhir itu (bandingkan dengan Luk 22:29-30).
Tidak dapat tidak nasib malang Yesus di salib membingungkan para pengikut-Nya dahulu. Tampaknya kehidupan Yesus berakhir dalam kegagalan belaka. Apakah Yesus keliru dalam pewartaan dan kelakuan-Nya? Kalau Yesus dahulu sudah menjadi suatu teka-teki yang tidak bisa ditebak secara tuntas, apa pula sekarang. Nasib malang Yesus hanya memperbesar teka-teki itu. Kalau Yesus menjelang akhir hidup-Nya dapat memahami nasib-Nya dan barangkali menjelaskannya kepada pengikut-pengikut-Nya, tidakkah dalam hal itu pun Yesus keliru? Apakah semuanya yang dahulu terjadi masih dapat dinilai sebagai tanda dan awal Kerajaan Allah? Benarkah dalam kehidupan Yesus kuasa Allah Penyelamat terakhir menjadi nyata? Yesus malah tidak dapat dinilai sebagai “pahlawan nasional,” sebab oleh pemimpin bangsa-Nya sendiri Ia ditolak dan diserahkan kepada kuasa Roma. Kebingungan para pengikut Yesus, yang dapat diduga, masih ada bekasnya dalam Injil Lukas (24:19-21). Yesus dahulu dinilai sebagai nabi dari Allah dan bakal pembebas umat Israel, tetapi kepercayaan itu kini diragu-ragukan dan pengharapan dahulu padam sama sekali. Tidak dapat diketahui persis apa yang dibuat pengikut-pengikut Yesus dahulu. Tetapi rupanya mereka pulang saja ke tempat asalnya, ke Galilea. Mungkin akhir Injil Matius (28:16) dan akhir Injil Yohanes (21:1-3) masih memelihara ingatan akan hal itu setelah Mrk 14:50 menegaskan bahwa semua murid Yesus lari, entah kemana.
July 21, 2014 at 6:54 am
Anda salah paham saja pak.
September 19, 2015 at 10:25 am
E.
KENAPA KUBURAN ISA DIGALI
DAN KUBURAN ITU
DIGALI PADA HARI PERTAMA PENYALIBAN
KUBURAN ISA ALMASIH DIGALI DUA KALI
PERTAMA KALI DIGALI IBUNYA
UNTUK MEMBUKTIKAN ANAKNYA TIDAK MATI DISALIB
DAN ANAKNYA DINAIKKAN ALLAH KELANGIT
DAN DIGALI PADA HARI PERTAMA
DAN KEDUA KALI DIGALI PAULUS BERSAMA TUA-TUA FARISI
PADA HARI KETIGA
UNTUK MEMBUKTIKAN BERITA BEREDAR DI SELURUH YERUSALEM
BAHWA YANG MATI ADALAH YUDAS ISKARIOT
BUKAN ISA ALMASIH
September 19, 2015 at 5:06 pm
Ϻαtius 12:18. “Lihαtlαh, itu HAMBA-Ku yαng Ku-PILIH, yαng Ku-KASIHI, yαng kepαdα-Nyα JIWA-Ku berkenαn; Aku αkαn MENARUH Roh-Ku ke ATAS-Nyα, dαn Iα αkαn memαklumkαn HUKUM kepαdα BANGSA-BANGSA.
September 19, 2015 at 5:06 pm
①. JASAD Kristυs αdαlαh UTUSAN Allαh
②. JIWA Kristυs αdαlαh SIFAT2 Allαh
③. Roh Kristυs αdαlαh ALLAH
④. NAMA Kristυs αdαlαh ASMA Allαh
⑤. DIRI Kristυs αdαlαh KEGENAPAN HUKUM TAURAT yαitu KASIH
September 19, 2015 at 5:07 pm
©om cαsper Sαys: “kenapa anda malah menyembah isa bukannya bapa yg diperintahkan isa(yesus)??????????”
PADA BAE om:
Yohαnes 10:30. Aku dαn Bαpa αdαlαh SATU.”
SEMAKNA dengαn:
Qs 29:46…ilαh kαmi dαn Ilαhmu αdαlαh SATU…
September 28, 2009 at 10:40 am
Setelah Yesus, orang Nazareth, hilang dari panggung sejarah mulailah berkembang sesuatu yang boleh diistilahkan sebagai “kristologi.” Mereka yang dahulu menjadi pengikut Yesus mulai memikirkan, mengkonsepsualkan dan membahasakan Yesus dan pengalaman mereka dengan Yesus. Lama-kelamaan mereka menebak “teka-teki” yang ditinggalkan Yesus, semakin memahami dan menangkap relevansi Yesus bagi manusia, kedudukan dan peranan-Nya dalam tata penyelamatan Allah. Sama seperti Yesus dahulu, pengikut-pengikut-Nya tetap yakin tentang Allah dan kesetiaan-Nya. Maka kedudukan dan peranan Yesus dalam hubungan manusia dengan Allah langkah demi langkah dapat dijernihkan.
1. Titik tolak kristologi: pengalaman paska
Setelah Yesus dieksekusi, terjadi sesuatu yang lain lagi yang bersangkutan dengan Yesus tetapi dialami mereka yang dahulu mengikuti-Nya. Tidak dapat diragukan – seluruh Perjanjian Baru adalah buktinya – bahwa beberapa waktu setelah Yesus hilang, muncul sekelompok orang yang mengakui dirinya sebagai pengikut Yesus (Kis 24:5,14; 11:26) dan mengatakan bahwa Yesus sebenarnya hidup, tetap berarti, bermakna dan relevan bagi manusia.
Maka antara kematian Yesus dan tampilnya kelompok itu mesti terjadi sesuatu, suatu pengalaman yang meyakinkan mereka bahwa Yesus masih juga berpengaruh bagi mereka. Ada sejumlah orang – Paulus berkata tentang paling sedikit 500 orang (bandingkan dengan 1Kor 15:6) – yang mendapat pengalaman yang meyakinkan mereka bahwa Yesus yang tadinya mati di salib masih juga hidup dan aktif, sebagaimana dialami mereka sendiri. Dan dalam alam pikiran Yahudi hal itu hanyalah mungkin bila Yesus oleh Allah dibangkitkan dari antara orang mati. Tetapi sekaligus ada perubahan juga. Yesus yang dibangkitkan termasuk suatu dunia lain daripada dunia seperti dapat diamati dengan pancaindera manusia. Sebab, di satu pihak Yesus dialami sebagai hidup, karena pengaruh-Nya sungguh terasa. Di lain pihak Yesus toh tidak kembali kepada keadaan-Nya dahulu di dunia ini, ialah dunia mereka yang mengalami Yesus. Yesus ternyata hidup, tetapi tidak seperti dahulu. Ia dialami, tetapi tidak diamati seperti dahulu. Manusia di dunia ini tidak dapat mengalami sesuatu atau seseorang, kalau tidak ada unsur inderawi dan jasmani, tetapi Yesus yang dialami toh tidak “jasmani” seperti dahulu (1Kor 15:45, 47, 49).
Apa yang persis terjadi memang sukar diketahui orang yang tidak langsung mendapat pengalaman itu. Dikatakan, bahwa “Yesus tampak oleh mereka” (1Kor 15:5; Luk 24:34; Kis 13:31). Istilah itu dalam bahasa Yunani suka dipakai sehubungan dengan Allah (Kis 7:2), malaikat (Luk 1:11; Mat 17:3) atau dewa-dewi yang “tampak.” Dengan demikian, belum juga jelas apa yang persis dimaksud dengan ungkapan “Yesus tampak.” Hanya mereka yang mendapat pengalaman itu yakin bahwa sungguh-sungguh Yesus yang tadinya mati dengan cara demikian “tampak.” Dan kalau demikian, Ia “dibangkitkan” dari keadaan “mati.” Sebab “mati” justru berarti bahwa tidak ada relasi yang dapat dihayati.
Pengalaman itu pun dihubungkan dengan apa yang diistilahkan sebagai “Roh Kudus” (Yoh 16:7-11; 20:19-23; IPtr 1:12). Roh Kudus merupakan suatu gagasan dari tradisi Yahudi yang mengungkapkan bahwa Allah berkarya di dunia ini, suatu daya kekuatan atau pengaruh dari Allah yang hidup. Dalam tradisi Yahudi “Roh Kudus” diharapkan untuk zaman terakhir (Yl 2:28-29), zaman keselamatan. Daya kekuatan Allah secara khusus akan menjadi nyata. Para bekas murid Yesus mengartikan pengalaman barunya setelah Yesus mati sebagai pengalaman Roh Kudus, pengalaman akan zaman keselamatan terakhir (Kis 2:1-4, 14-32). Tetapi mereka menghubungkan “Roh Kudus” itu dengan Yesus (Kis 2:33), yang justru dengan cara itu menyatakan bahwa masih juga “hidup” dan karena itu dibangkitkan (Rm 8:11; 1:4). Malah boleh dikatakan bahwa pengalaman akan apa yang dipahami sebagai “Roh Kudus” menjadi awal segala sesuatu (1Kor 12:3). Tetapi juga jelas bahwa Roh Kudus yang dialami itu dialami sebagai berasal dari Allah melalui Yesus (Luk 4:18; Tit 3:6; Rm 8:9; Gal 4:6).
Tentu saja sukar sekali menentukan lebih lanjut apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam keempat Injil dan Kis tercantum sejumlah ceritera mengenai Yesus yang “tampak” oleh sejumlah orang. Dalam 1Kor 15:5-8 terdapat sebuah tradisi yang sudah ada waktu Paulus memberitakan Injil di kota Korintus. Boleh diduga tradisi itu sudah ada sekitar tahun 40 Mas, jadi l.k. sepuluh tahun setelah Yesus tersalib. Tradisi itu menyajikan semacam daftar orang yang mendapat pengalaman paska, yang olehnya Yesus yang tadinya mati “tampak” sebagai hidup. Paulus menyamakan pengalamannya sendiri dengan pengalaman orang lain itu. Dan tentang pengalamannya itu Paulus memberikan laporan dalam Gal 1:16. Berita Paulus itu memang cukup kabur juga. Tetapi cukup jelas bahwa ada suatu pengalaman pribadi yang tidak direncanakan atau dicari. Dan objek pengalaman pribadi itu ialah Yesus, yang memang hidup namun tidak hidup di dunia kita ini. Ia kan dialami, disingkapkan sebagai “Anak Allah,” bukan sebagai “Yesus orang Nazareth.” Meskipun tidak perlu demikian, boleh diduga bahwa pengalaman orang-orang lain (1Kor 15:6 malah berkata tentang lima ratus orang sekaligus) mirip dengan pengalaman Paulus, yang menurut 1Kor 9:1 “melihat Yesus, Tuhan kita.” Ceritera-ceritera tentang Yesus yang tampak seperti tercantum dalam keempat Injil dan Kis tidak boleh dinilai sebagai suatu laporan. Ceritera-ceritera itu agak simpang siur dan tidak meliputi semua orang yang terdaftar dalam 1Kor 15:3-8. Ceritera-ceritera yang kadang-kadang tampaknya amat “materialistis” (bandingkan dengan Luk 24:37-43; Yoh 20:20, 27; 21:13; Kis 1:4) selalu memuat unsur-unsur yang memperlihatkan bahwa Yesus tidak “dilihat” sebagai salah satu “objek” di samping objek-objek lain yang bisa diamati dengan pancaindera. Ia kan dilihat tapi tidak segera “dikenal” oleh orang yang dahulu akrab bergaul dengan-Nya (Yoh 20:15; Luk 24:16). Ia bisa berjalan-jalan dengan orang entah berapa jauh, tetapi tidak dikenal kembali. Ia sendiri mesti “membuka mata orang” (Luk 24:16.31). Yesus begitu saja bisa menembus pintu-pintu yang terkunci (Yoh 20:19, 26) dan tiba-tiba hilang lenyap (Luk 24:31). Dan dalam Kis 10:41 di tegaskan bahwa Yesus hanya bisa tampak oleh mereka yang ditentukan Allah. Maka ceritera-ceritera itu ternyata hanya sebuah sarana yang dipakai umat untuk mewartakan Yesus dan mengungkapkan keyakinannya bahwa Yesus yang tadinya mati di salib masih juga hidup, relevan dan berarti bagi manusia. Baiklah dibandingkan apa yang dikatakan Paulus sendiri tentang pengalamannya (Gal 1:16) dan bagaimana pengalaman itu diceritakan dalam Kis 9:3-9; 22:6-16; 26:12-18.
Pengalaman paska dalam Roh Kudus itu menjadi titik tolak seluruh refleksi umat purba mengenai Yesus, hal ihwal, kedudukan dan peranan-Nya dalam tata penyelamatan Allah. Refleksi itu ditangkap secara konsepsual dan diungkapkan dalam bahasa mereka sendiri. Dan itulah namanya “kristologi/soteriologi.” Pengalaman paska mencetuskan kristologi itu. Selagi Yesus hidup tentu saja sudah mulai dipikirkan juga, tetapi pemikiran itu tidak menjadi mantap. Sebab Yesus terlebih suatu problem, suatu teka-teki yang tak tertebak. Dan selebihnya: Yesus selagi hidup belum “selesai” (Luk 13:32; Yoh 19:30), sehingga belum dapat secara bulat dipahami dan diungkapkan. Kematian Yesus, pengalaman-Nya yang terakhir, termasuk ke dalam eksistensi-Nya dan turut membentuk diri Yesus, turut menentukan kedudukan dan peranan-Nya. Dan apa yang masih terjadi dengan Yesus sesudah itu dan yang diistilahkan sebagai “kebangkitan” menjadi unsur yang mutlak perlu bagi pemahaman tentang Yesus. Boleh ditanyakan apakah peristiwa “paska” sendiri masih “menambah” sesuatu pada diri Yesus sendiri. Tentu saja kejadian itu menyangkut Yesus sendiri dan mempunyai makna kristologis. Peristiwa itu pun “membenarkan” seluruh eksistensi Yesus. Tapi “isi” baru agaknya tidak ada. Di salib itu Yesus seluruhnya selesai, seluruhnya terbentuk. situasi Yesus berubah, tapi situasi baru itu mengenai Yesus yang lama. Dari segi itu tidak ada tambahan. Tetapi kematian Yesus membentuk dan menyelesaikan Yesus. Maka sebelum kematian-Nya paling-paling bisa berkembang semacam “Yesuologi,” tetapi suatu “kristologi” belum juga mungkin.
Pengalaman paska pertama-tama meyakinkan sejumlah orang bekas pengikut Yesus (tetapi rupanya belum semua juga, bandingkan dengan Mat 28:17), bahwa Allah “membenarkan” Yesus (1Tim 3:16). Yesus dahulu bukanlah seorang durhaka, penjahat, penipu yang pantas disalibkan. Yesus ternyata mempunyai hubungan akrab dan malah tunggal dengan Allah, sebab sebelumnya belum pernah seseorang dibangkitkan oleh Allah. Dalam tradisi Yahudi memang ada orang yang diangkat oleh Allah, seperti Henokh dan Elia (Kej 5:22; 2Raj 2:11). Dalam tradisi Yahudi (1Raj 17:22; 2Raj 4:35) dan malah dalam tradisi Injil (Mrk 5:42; Luk 7:15) ada orang mati yang dihidupkan kembali. Tetapi “membangkitkan orang” tidak sama dengan “menghidupkan kembali” orang, yang kemudian meneruskan hidupnya di dunia. Hanya Yesuslah yang “dibangkitkan Allah” dan secara unik dibenarkan oleh-Nya (Yoh 16:10).
Dan sekaligus pengalaman paska itu meyakinkan bekas pengikut Yesus bahwa Yesus dalam pewartaan dan tindakan-Nya dahulu tidaklah keliru. Yesus mewartakan Kerajaan Allah yang sudah dekat, sudah mulai mewujudkan diri justru dalam pewartaan dan tindakan Yesus. Allah seperti diwartakan dan diperagakan Yesus benar-benar Allah seadanya. Allah sejati bukanlah buah khayal dan mimpi Yesus sendiri. Dengan demikian pengalaman paska menyingkapkan selubung dari kehidupan dan diri Yesus dahulu. Dan kehidupan Yesus, yang dahulu sebuah teka-teki kini menjadi lebih jelas, dapat dipahami. Apa yang tersembunyi dalam Yesus dan hidup-Nya dahulu kini menjadi nyata. Atas dasar pengalaman paska seluruh kehidupan Yesus dapat ditinjau kembali di bawah sorotan tindakan Allah yang terakhir, ialah: membangkitkan Yesus dari antara orang mati.
July 21, 2014 at 7:00 am
Bukan begitu maksudnya Pak.
Kalau Bpk tdk keberatan, ada baiknya di baca dulu posted diatas, setelah itu silahkan Bpk sanggah seandainya ada yg janggal di hati Bp..
September 19, 2015 at 10:27 am
F.
Tidak ada alasan apapun
menggali kuburan seseorang
Kecuali karena ”’PENASARAN”
Ibunya Maryam PENASARAN KARENA JELAS YANG DISALIB ADALAH ANAKNYA
PAULUS DAN TUA-TUA FARISI PENASARAN
KARENA BERITA YANG BEREDAR DISELURUG YERUSALEM
SAMPAI KE TELINGA MEREKA PADA HARI KETIGA
September 19, 2015 at 5:08 pm
dαri Abu Al-Aliyαh. Qαtαdαh bin Di’αmαh MENYATAKAN bαhwα: “SIMEON. YOHANES dαn PAULUS αdαlαh UTUSAN Kristus yαng DIUTUS kepαdα penduduk kotα ANTIOKHIA.” (Tαfsir Ibnu Kαtsir,Qs 36:14)
SHAM’UN (شمعون) αdαlαh Simeon
YUHANNA (يوحنا) αdαlαh Yohαnes
BULOUSH (بولس) αdαlαh Pαulus
September 19, 2015 at 5:09 pm
PAULUS αdαlαh UTUSAN ISA
dαri Abu Al-‘Aliyαh Qαtαdαh bin Di’αmαh, berkαtα:
“SIMEON (شمعون = SHAM’UN), YOHANES (يوحنا = YUHANNA) dαn PAULUS (بولس = BULOUSH) αdαlαh UTUSAN ISA ALMASIH ke kotα ANTOKHIA.”
(Tαfsir Ibnu Kαtsir,Qs 36:13-15)
September 28, 2009 at 10:42 am
Generasi-generasi itu dengan bertitik tolak pengalaman paska sejumlah orang, mulai merefleksikan, memikirkan, mengkonsepsualkan iman ke-percayaannya kepada Yesus, Yesus sendiri dan pengalaman mereka dengan Yesus baik sesudah maupun sebelum ia mati di salib. Kesadaran akan situasi itu hanya bisa menimbulkan rasa kagum atas prestasi teologis yang menjadi jasa unggul dua-tiga generasi Kristen pertama seperti yang tercantum dalam karangan-karangan Perjanjian Baru. Dan mereka memikirkan, mengkonsepsualkan dan membahasakan iman kepercayaannya dengan pertolongan sarana-sarana yang tersedia.
Mula-mula umat Kristen terdiri atas orang-orang Yahudi, bahkan orang Yahudi pribumi dari Palestina. Sama seperti Yesus dahulu mereka hidup, bergerak dan berpikir dalam rangka agama Yahudi, sebagaimana tercantum dalam Alkitab dan dalam tradisi Yahudi selanjutnya. Dan orang-orang itu, kebanyakan rupanya orang Galilea (Kis 2:7; 13:31), tidak termasuk golongan cendekiawan (Kis 4:13). Untuk memikirkan dan membahasakan iman kepercayaannya mereka berdasarkan pengalamannya dengan Yesus, baik sesudah dibangkitkan maupun sebelumnya. Mereka tentu saja masih ingat akan pewartaan Yesus sendiri yang di satu pihak tinggal dalam rangka tradisi Yahudi, di lain pihak toh terasa sebagai suatu pembaharuan. Para pengikut Yahudi Yesus itu lebih lanjut memanfaatkan gagasan, istilah, ungkapan yang sudah lazim dalam tradisi religius Yahudi itu, khususnya yang tercantum dalam Perjanjian Lama, tetapi sebagaimana Alkitab itu ditafsirkan oleh tradisi Yahudi juga. “Tafsiran” macam itu kini masih dapat dikenal sedikit melalui karangan-karangan Yahudi yang masih tersedia – misalnya Targum, naskah-naskah dari jemaah di Qumram, Midrasyim dan sebagainya, meskipun boleh jadi tradisi Yahudi itu baru di kemudian hari dibukukan. Jadi, dengan pertolongan Alkitab, tradisi Yahudi, pewartaan Yesus dan pengalaman mereka sendiri para pengikut Yesus semula mengartikan, menafsirkan fenomena Yesus dan mengungkapkan iman kepercayaan kepada Yesus yang kini hidup dan dipuja mereka.
Tetapi tidak lama kemudian juga sejumlah orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani menjadi percaya dan di Palestina menggabungkan diri dengan bekas pengikut Yesus, orang Nazareth (Kis 6:1-5). Dengan demikian sebuah unsur baru, unsur Yunani mulai memasuki refleksi umat Kristen. Orang Yahudi itu tentu saja bergerak dalam tradisi Yahudi pula, tetapi tradisi Yahudi yang digabungkan sedikit banyak dengan alam pikiran Yunani. Sebuah contoh penggabungan itu tercantum dalam Kitab Suci sendiri (tetapi waktu itu belum umum diterima sebagai Kitab Suci), yaitu kitab Kebijaksanaan Salomo atau kitab 2Makabe. Dan tokoh terkenal dalam hal ini ialah Filo dari Aleksandaria, orang yang sezaman dengan generasi Kristen pertama.
Justru orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani (diistilahkan: Helenis) sekitar tahun 40 mulai menyebarkan iman kepercayaan Kristen di luar Palestina, tidak hanya di Samaria, tetapi juga di daerah Siria, Mesir dan Afrika Utara (Kis8:4-5;9:10, 19,31; 11:19-20; 13:1; 18:24). Dan pewartaan juga diarahkan kepada orang bukan Yahudi, yang “Yunani” tanpa latar belakang tradisi Yahudi, seperti halnya dengan orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani di Diaspora. Akibatnya ialah: pengaruh alam pikiran Yunani atas refleksi umat mengenai iman kepercayaannya bertambah besar dan kuat. Dua-tiga generasi Kristen pertama tentu saja tidak seluruhnya lepas dari asal usulnya, lingkup Yahudi pribumi. Tetapi asal usul itu semakin bergabung dengan alam pikiran Yunani dan akhirnya unsur Yunani menjadi unsur utama dalam pemikiran umat Kristen.
Alam pikiran Yunani pada awal tarikh Masehi memang serba sinkretis. Di dalamnya terserap macam-macam unsur dari kebudayaan-kebudayaan lain, tetapi secara mendasar alam pikiran itu tetap Yunani. Sinkretisme itu meliputi segala sesuatu dan boleh dikatakan terutama pemikiran religiuslah yang serba sinkretis. Segala apa dicampuradukkan melebur menjadi satu, tetapi sekaligus serba kabur tidak keruan. Dan di samping sinkretisme populer itu masih ada aliran filsafat bermacam-macam, yang berpangkal pada tokoh-tokoh seperti Plato, Arestoteles, Epikurus, Zenon (Stoa), Diogenes dan sebagainya. Dan filsafat itu sedikit banyak “merakyat” ke mana-mana dan juga bercampur aduk. Orang-orang Yahudi di Diaspora, yang berkebudayaan Yunani tentu saja tidak terluput dari sinkretisme umum itu.
Meskipun perbedaannya tidak boleh terlalu dibesar-besarkan, namun antara alam pikiran Yahudi dan alam pikiran Yunani ada perbedaan cukup besar. Alam pikiran Yahudi, cara mereka berpikir, visinya atas realitas secara menyeluruh, boleh dikatakan “dinamis.” Yang penting bukanlah apa yang ada, melainkan apa yang terjadi, peristiwa yang menyangkut manusia, mana gunanya atau ruginya bagi manusia serta dunianya, mana pengaruhnya yang nyata. Yang penting bukanlah adanya sesuatu, melainkan adanya bagi orang; bukan halnya sendiri yang penting, tetapi hubungannya dengan orang. Tidak ditanyakan: apa itu, siapa orang itu, tetapi apa yang dikerjakan sesuatu, seseorang, mana kedudukan dan peranannya. Dan dengan cara itu pun Allah dilihat dan dipikirkan. Bahwa Allah ada, tidak terlalu penting sebab tidak ada seorang pun yang meragukan adanya Allah, dewa-dewi dan sebagainya. Tetapi yang penting ialah: Apakah Allah secara aktif hadir, bagaimana Allah bertindak dan berbuat, berkarya di dunia ini. Tanpa berpikir panjang orang Yahudi, sampai dengan Paulus (1Kor 8:5), tidak mempersoalkan adanya dewa-dewi bermacam-macam. Namun, bagi mereka sendiri hanya ada satu Allah, yaitu Allah yang secara aktif hadir bagi mereka, bertindak, berbuat dan berkarya dalam sejarah mereka. Bukan adanya, melainkan relevansi Allah yang ditanyakan. Alam pikiran Yahudi, visinya atas realitas dengan arti demikian boleh dikatakan “dinamis”.
Sebaliknya alam pikiran Yunani, visinya atas realitas, boleh diistilahkan sebagai “statis” dan “esensial.” Realitas dunia tidak dilihat sebagai serangkaian kejadian dan peristiwa dengan awal dan akhir, melainkan sebagai suatu “kosmos,” semacam bulatan yang mantap dan serba teratur, meskipun kelihatannya berubah-ubah. Ada beberapa tingkat dalam kosmos itu, di mana setiap realitas mempunyai tempatnya sendiri yang mantap. Antara tingkat paling atas – tingkat bagi yang ilahi – dan tingkat paling bawah – tingkat bagi manusia dan dunianya – terbentang bertahap tingkat lain. Tingkat-tingkat itu dihuni macam-macam makhluk dan kuasa “rohani” yang turut mengatur dan menguasai tingkat manusia. Maka pentinglah manusia tahu akan makhluk-makhluk dan kuasa-kuasa itu untuk melindungi dirinya dan sedikit banyak – melalui magi – mengatur kuasa-kuasa itu. Maka yang paling penting bukanlah apa yang terjadi, melainkan apa yang ada. Permukaan yang tampak mesti ditembusi untuk menemukan di belakangnya mana dasarnya yang stabil. Orang Yunani pertama-tama bertanya: Apa itu, siapa orang itu? Sebab adanya sesuatu dan seseorang di dalam dirinya sendiri menjelaskan peranan dan kedudukannya dalam keseluruhan. Dengan cara demikian pun Allah didekati. Mereka bertanya dan memeriksa: Apa itu Allah? Siapa Allah itu? Apakah hanya ada satu Allah atau banyak? Tentu saja orang yang berpikir mesti mengatakan: Hanya satu Allah mungkin dan tidak bisa ada temannya. Maka semua dewa-dewi hanya rupa berbeda dari Allah yang satu, yang tentu saja sukar ditangkap dan didekati. Dan orang Yunani juga menanyakan: Mana hubungan Allah itu dengan dunia yang kita lihat yang meski berubah-ubah sekali pun, serba mantap dan teratur? Dan kalau ada hubungan, bagaimana hubungan itu dapat dipikirkan?
Maka refleksi dua-tiga generasi Kristen pertama atas “fenomena” Yesus dan pengalaman umat sendiri terjadi dalam alam pikiran seperti yang digariskan di atas. Mula-mula refleksi itu tinggal dalam rangka alam pikiran dan tradisi religius Yahudi, yang hanya sedikit terpengaruh oleh alam pikiran Yunani. Tetapi lama-kelamaan pengaruh alam pikiran Yunani bertambah besar. Sarana pemikiran yang mula-mula Yahudi semakin menjadi Yunani. Maka iman kepercayaan Kristen yang mula-mula ditampung dalam gagasan, istilah Yahudi lama-kelamaan dipindahkan kepada gagasan Yunani, meskipun istilahnya kerap kali sama. Gagasan dan istilah pinjaman diisi kembali dengan pokok iman kepercayaan Kristen. Mula-mula gagasan dan istilahnya tradisional Yahudi yang diisi kembali, kemudian gagasan dan istilah Yunani (meskipun secara fonetis sama dengan istilah Yahudi) diisi kembali dengan iman kepercayaan Kristen.
Dan begitu jadinya bahwa Yesus Kristus yang tetap sama, kemarin, hari ini, untuk selama-lamanya, seolah-olah bertransmigrasi dari Yerusalem, pangkal dan pusat kebudayaan Yahudi, ke Atena, pangkal dan pusat kebudayaan Yunani. Dan boleh diandaikan saja bahwa transmigrasi itu tidak terjadi tanpa kesulitan. Ada bentrokan antara alam pikiran Yahudi-Kristen semula dengan alam pikiran Yunani-Kristen kemudian, dan antara iman kepercayaan Kristen dan alam pikiran Yahudi dan Yunani.
Proses transmigrasi itu, proses perkembangan kristologi, refleksi umat Kristen semula atas fenomena Yesus terutama tercermin dalam karangan-karangan yang terkumpul dalam Perjanjian Baru. Tetapi sukar sekali, malah mustahil mengikuti jalan transmigrasi dan proses perkembangan itu. Sebab karangan-karangan itu tidak bercorak uraian sistematis dan teratur. Karangan-karangan itu semua agak fragmentaris. Ditulis dengan alasan tertentu, pada kesempatan tertentu, oleh orang tertentu dan bagi sidang pembaca tertentu. Semua karangan itu dikarang setelah umat Kristen sudah berkembang sedikit, ditulis antara tahun + 50 dan tahun ± 120. Dan tidak jarang di dalamnya bercampur aduk apa yang sudah “tradisional” dan apa yang baru, apa yang berasal dari umat Kristen yang murni Yahudi dengan apa yang disumbangkan umat Kristen yang murni Yunani. Dan bagi kita sukar dipisahkan unsur-unsur yang berbeda-beda latar belakangnya. Sudah penting bahwa seluruh Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan hanya sana-sini masih ada bekas dari bahasa Aram yang menjadi bahasa Yesus dan bahasa jemaah awal (Mrk 14:36; Rm 8:15; Mrk 15:34; 5:41; 1Kor 16:22; Yoh 1:41). Itu berarti bahwa bagi kita tidak lagi tersedia ungkapan iman umat Kristen dalam bentuknya yang paling awal. Semuanya sudah diolah sedikit oleh mereka yang terpengaruh oleh alam pikiran Yunani. Memang masih mungkin melihat bagian-bagian yang ciri Yahudinya cukup kentara, misalnya Kitab Wahyu dan beberapa bagian dari ketiga Injil sinoptik, dan ada bagian yang corak Yunaninya menyolok, seperti misalnya surat-surat pastoral. Tetapi kebanyakan karangan Perjanjian Baru terlibat dalam peralihan dari alam pikiran Yahudi ke alam pikiran Yunani. Hal itu misalnya paling terasa dalam karangan-karangan Paulus dan Injil Yohanes. Tetapi semua karangan itu memberi kesaksian tentang pergumulan umat Kristen semula dengan fenomena Yesus Kristus, dengan identitas kepercayaannya dan kesinambungan dengan awal. Terasa bagaimana umat itu mencari-cari gagasan dan ungkapan yang paling memadai dan terasa pula bentrokan antara yang lama dengan yang baru. Memang orang seolah-olah menyaksikan bagaimana kristologi dan soteriologi sedang dibentuk.
Mengingat asal usul dan ciri corak sumber yang tersedia (Perjanjian Baru) tidak mengherankan, bahkan wajar sekali bahwa di dalam Perjanjian Baru, hasil generasi Kristen yang pertama ditemukan pelbagai macam kristologi dan soteriologi. Tidak ada keseragaman. Ada beberapa tahap dalam perkembangan, tetapi juga ada perbedaan yang boleh dikatakan “lokal.” Jemaah di Antiokhia misalnya memikirkan Kristus dan hal ihwal-Nya secara lain daripada jemaah di Yerusalem yang sendiri serba majemuk. Jemaah-jemaah di Asia Depan, di Yunani dan di Mesir dengan caranya sendiri bergumul dengan Yesus Kristus yang diwartakan kepada mereka. Mereka menangkap serta memikirkan halnya dengan caranya sendiri pula. Belum ada suatu “instansi” umum yang bisa “mengatur” iman kepercayaan Kristen itu, Meskipun agak segera sudah terbentuk rumus-rumus pendek yang meringkaskan pokok iman kepercayaan bersama (1Kor 15:3-6; Rm 10:9; 1:3-4; 1Kor 8:6), namun rumus yang sama bisa dikembangkan dengan cara berbeda-beda, malah dipahami dengan cara lain. Dan tidak ada yang “mengawasi” semuanya. Hanya di kemudian hari umat Kristen menyaring sejumlah karangan (Perjanjian Baru) yang dijadikan tolok ukur bersama. Tetapi apa yang disaring sendiri sudah serba majemuk dan mencerminkan kemajemukan dan kekayaan kristologi umat Kristen semula.
Kupasan-kupasan berikut ini mau menyingkapkan sedikit kemajemukan dan kekayaan yang terkandung dalam Perjanjian Baru. Mengingat ciri corak karangan-karangan itu tentu saja mustahil “merekonstruksikan” perkembangan kristologi semula. Kalau dicoba memperlihatkan semacam garis perkembangan, maka baiklah disadari bahwa ini hanya garis-garis besar saja dan berupa hipotesis yang lebih kurang berdasar. Tetapi dengan cara demikian toh menjadi tampak betapa kaya dan berisi kristologi umat purba.
July 21, 2014 at 7:03 am
Maaf, Anda perlu belajar lagi tentang Kristologinya pak.
September 19, 2015 at 10:27 am
G.
KESIMPULAN HARI PERTAMA PENYALIBAN
HARI PERTAMA
HARI NABI ISA DITANGKAP UNTUK DISALIB
HARI PERTAMA WAJAH YUDAS DISERUPAKAN DENGAN ISA ALMASIH
ADALAH HARI NABI ISA DINAIKKAN KELANGIT
HARI KENAIKAN ISA ALMASIH
HARI NABI ISA DISELAMATKAN ALLAH DARI PEMBUNUHAN YAHUDI FARISI
HARI PERTAMA (MALAM) KUBURAN ISA DIGALI DAN DITUTUP LAGI
HARI PERTAMA PEMBUKTIAN BAHWA YANG DISALIB BUKANLAH ISA ALMASIH
HARI PERTAMA MEMBUKTIKAN YANG DISALIB ADALAH YUDAS ISKARIOT
HARI PERTAMA DINYATAKAN ‘’KENAIKAN ISA ALMASIH (YESUS TIDAK DIKENAL PADA SAAT ITU, YESUS DIKENALKAN PAULUS 10 TAHUN SETELAH PENYALIBAN DAN DIKENALKAN DENGAN RAJA ROMAWI SEBAGAI TUHAN BAGI AGAMA YANG DIBUAT PAULUS YAITU KRISTEN)
September 19, 2015 at 5:11 pm
Mαtius 28:18. Yesus mendekαti merekα dαn berkαtα: ”KEPADA-Ku telαh DIBERIKAN segαlα KUASA di SORGA dαn di BUMI.
Qs 3:45…nαmαnyα Al Mαsih Isα ANAK Mαryαm, seorαng TERKEMUKA di DUNIA dαn di AKHIRAT..
September 19, 2015 at 5:13 pm
dαri Jαbir bin Abdullαh rα, sαw bersαbdα:
“Berdoαlαh kαmu dengαn mengucαpkαn, ‘Yα Rαbb, berikαnlαh wαsilαh dαn keutαmααn kepαdα Muhαmmαd. Bαngkitkαnlαh iα pαdα kedudukαn yαng terpuji’.“ (HR.Bukhαri,579)
kesian muhammad ya…
September 28, 2009 at 10:43 am
Sejauh masih dapat digali dari Perjanjian Baru, khususnya ketiga Injil sinoptik yang memanfaatkan tradisi lebih tua, umat Kristen Yahudi semula melihat Yesus, yang tadinya mati tersalib, sebagai Anak Manusia yang tidak lama lagi sebagai Juru Selamat dan Hakim akan tampak untuk menyelesaikan apa yang selagi hidup di dunia sudah diwartakan dan dimulai, yaitu Kerajaan Allah. Dengan hangat-hangat kedatangan Yesus itu dinantikan dan diharapkan. Gagasan “Anak Manusia” memang sudah tersedia dalam tradisi Yahudi, meskipun tidak banyak dipakai; gagasan itu sebenarnya berpangkal pada kitab Daniel (7:13-14), suatu kitab dari aliran apokaliptis. Mungkin sekali Yesus dalam pewartaan-Nya juga pernah memakai gagasan itu. Anak Manusia dipikirkan sebagai tokoh surgawi yang menjelang akhir zaman sebagai wakil dan kuasa Allah datang untuk menjalankan penghakiman Allah dan menyelamatkan orang benar. Umat Kristen Yahudi atas dasar pengalaman paska, yang membenarkan Yesus, memahami bahwa Yesus sendirilah Anak Manusia (Luk 10:21-22; Mat 28:18), yang oleh Allah dilantik sebagai Anak Manusia. Gelar “Anak Manusia” hampir saja terdapat dalam keempat Injil melulu (kecuali Kis 7:56; Why 1:13; 14:14) dan selalu Yesus sendirilah yang berbicara tentang “Anak Manusia” itu (Mat 8:20; 9:6; 10:23; 11:19; 12:8,32,40; 13:37; 16:13,27,28; 17:9, 12, 22; 19:28; 20:28; 24:27, 30, 44; 26:64; Mrk 8:31; Luk 6:22; 12:8; 17:22; 18:8; 19:10; 21:36; 22:48; Yoh 1:51; 3:13, 14; 5:27; 6:27, 53; 9:35; 12:23; 13:31). Yang paling asli mungkin ucapan Yesus dalam Mrk 8:38; Luk 12:8-9. Yesus sendiri rupanya tidak pernah menyamakan diri dengan “Anak Manusia.” Umat Kristen keturunan Yahudi berbuat demikian. Yesus akan mewartakan Kerajaan Allah yang dekat, bahkan sudah menembus ke dunia ini tapi masih mesti diselesaikan nanti, Yesus oleh Allah dibangkitkan dari antara orang mati. Tetapi kebangkitan orang mati ialah awal akhir zaman dan awal penyelesaian Kerajaan Allah. Maka Yesuslah terbukti sebagai utusan Allah yang terakhir, yang sudah mulai menyelesaikan semuanya. Dan awal penyelesaian itu – seperti diberitakan Yesus – akan disusul penghakiman. Dan semuanya itu cocok, dengan apa yang dipikirkan tentang “anak Manusia” dan peranan-Nya. Maka Yesus, yang tadinya mati terbunuh, nyatanya Anak Manusia yang secara pribadi sudah mewujudkan akhir zaman yang dimulai. Dan oleh karena waktunya pendek, maka perlulah pewartaan Yesus diteruskan, sehingga sebanyak mungkin orang percaya kepada Injil-Nya itu, bertobat (Kis 3:17-19; 5:31) dan menjadi selamat di akhir melalui penghakiman yang mendekat.
Rupanya mula-mula umat Kristen Yahudi meneruskan saja pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah (Luk 10:3-11). Kebangkitan membuktikan benarnya pewartaan Yesus. Maka tidak lama lagi semuanya akan selesai dan berakhir (Luk 10: 2, 9; 11:49-52). Dan Yesus yang dibangkitkan akan menyelesaikan semua, selaku wakil dan kuasa Allah, sebagai Anak Manusia. Tetapi agak segera disadari bahwa dengan diri Yesus penyelesaian sudah terwujud dan akhir zaman sudah dimulai; kebangkitan Yesus menjadi awal kebangkitan umum (Mat 27:51-53; Kis 4:2; 26:23).
Dalam rangka ini nasib malang Yesus di salib dapat dipahami juga. Dengan membangkitkan Yesus Allah membenarkan Yesus sendiri serta pewartaan-Nya. Maka nyatalah Yesus seorang “benar” (Luk 23:47; Kis 3:14; 22:14; IPtr 3:18) dan malah utusan Allah, bahkan utusan Allah yang terakhir (Luk 13:34; 11:49-52). Dalam tradisi Yahudi ditemukan pikiran bahwa orang benar, khususnya menjelang akhir zaman akan menderita banyak kesusahan (Dan 11:33-35; 12:1) dan seorang nabi mesti mengalami nasib malang (Neh 9:26) dengan dibunuh oleh bangsa-Nya sendiri (Luk 13:33-34). Yesus memang seorang “benar” dan mirip seorang nabi. Maka kematian-Nya di salib tidak berlawanan dengan kedudukan dan peranan-Nya dalam rencana penyelamatan Allah (Kis 2:23; 3:18). Ia mengalami nasib orang benar menjelang akhir zaman dan sebagai seorang nabi Ia dibunuh oleh bangsa-Nya sendiri (1Tes2:15). Dalam tradisi Yahudi di luar Palestina juga tersedia gagasan bahwa kematian orang benar berguna untuk orang lain, orang benar mengganti umat yang berdosa (4Mak 6:28-29; 17:22). Maka orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani di Palestina dapat memahami kematian Yesus sebagai sesuatu yang berguna untuk mereka yang berdosa (Mrk 10:45). Dan karena itu malah bangsa Yahudi yang menolak Yesus masih juga dapat bertobat dan ikut diselamatkan pada waktu Yesus sebagai Anak Manusia datang (Luk 21:27-28).
Yesus yang melalui kebangkitan-Nya dinyatakan sebagai utusan Allah dan Anak Manusia nanti, menjadi pelaksana rencana penyelamatan Allah. Dalam tradisi Yahudi Peranjian Lama penciptaan dan penyelamatan Allah dikaitkan dengan hikmat kebijaksanaan Allah. Hikmat kebijaksanaan itu tidak lain kecuali “rencana” penciptaan dan penyelamatan Allah. Kalau boleh dilihat sebagai pelaksana penyelamatan Allah, maka Yesus sebenarnya pelaksana hikmat kebijaksanaan Allah. Hikmat kebijaksanaan itu dalam tradisi Yahudi (Ams 8; Sir 24; Bar 3) sudah diperorangkan, dipikirkan sebagai semacam “tokoh” ilahi. Sebagai pelaksana rencana penyelamatan Allah Yesus dapat dipahami sebagai utusan hikmat kebijaksanaan-Nya (Luk 11:49; Mat 11:28-30). Bahkan dalam Yesus hikmat kebijaksanaan itu sendiri “tampil” di muka bumi itu. Secara dinamis Yesus boleh disamakan dengan hikmat kebijaksanaan Allah itu. Dengan Yesus hikmat kebijaksanaan Allah tampil dalam sejarah dan Dia itu sebagai Anak Manusia nanti menyelesaikan apa yang sudah dimulai sesuai dengan rencana penyelamatan Allah (Mat 28:20).
Dalam tradisi Yahudi di zaman Perjanjian Baru terdapat suatu gagasan lain yang tersebar luas dan jauh lebih penting daripada gagasan Anak Manusia. Gagasan itu ialah “Mesias.” “Orang Yang (sebagai raja ataupun imam) Diurapi” oleh Allah sebagai wakil dan kuasa-Nya. Mesias yang juga diberi gelar “Anak Daud,” keturunan Daud (Mat 12:23; 12:30; Mrk 12:35), biasanya dipikirkan sebagai “Raja” dengan ciri politik-nasional yang cukup menyolok. Tentu saja dalam tradisi Yahudi gagasan “Mesias” itu agak kabur juga dan Mesias tidak selalu dipikirkan secara sama. Tetapi gagasan itu cukup populer. Pada awal tarikh Masehi pada bangsa Yahudi lebih kurang secara teratur tampil tokoh-tokoh yang menyatakan diri sebagai “Mesias” atau pun dinilai demikian oleh orang. Yesus dieksekusi sebagai “Raja” orang Yahudi (Mrk 15:26), berarti: Mesias gadungan (Mrk 15:32). Boleh jadi oleh sementara orang Yesus benar-benar dinilai sebagai “Mesias” (politik-nasional) (Mrk 11:9-10). Bila Yesus oleh Allah dibenarkan melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati, maka terbukti pula bahwa Yesus bukan Mesias gadungan, melainkan Mesias sejati. Begitu Ia dinyatakan dan serentak “dilantik” oleh Allah sebagai Mesias atau – Yunaninya – Kristus dalam kebangkitan-Nya (Kis 2:36; 4:26). Maka mereka yang percaya kepada Yesus dan kebangkitan-Nya boleh mengakui Yesus sebagai Mesias dari Allah, kuasa dan wakil-Nya (Mrk 8:29; Luk 9:20; Kis 5:42; 8:5; 9:22).
Hanya nasib malang Yesus disalib, khususnya bahwa ditolak oleh bangsa-Nya sendiri, oleh umat Allah, menjadi soal besar. Bagaimana kematian itu dapat digabungkan dengan Yesus yang diakui sebagai “Mesias”? Dalam tradisi Yahudi memang tidak ada pikiran bahwa Mesias akan menderita dan ditolak oleh bangsa-Nya sendiri. Kalau dibunuh oleh musuh, tewas dalam pertempuran, masih dapat dihormati sebagai pahlawan nasional dan toh diakui sebagai orang “Yang Diurapi” oleh Allah. Yesus tidak dibunuh oleh musuh (orang Roma), tetapi ditolak oleh para pemimpin bangsa Yahudi sendiri. Bagaimana Yesus itu masih bisa diakui dan dipuja sebagai Mesias? Kematian Yesus jelas bagi umat Kristen keturunan Yahudi menjadi suatu problem besar yang mereka gumuli (Mat 16:22; Mrk 9:32). Toh mereka berusaha dan sedikit banyak berhasil memecahkan masalah itu dan memahami kematian Yesus di salib. Allah kini jelas menyatakan Yesus sebagai Mesias. Maka penderitaan dan kematian Yesus tidak dapat tidak sesuai dengan kehendak dan rencana Allah (Kis 4:28; 3:18; 17:3; 26:23). Justru penderitaan dan kematian itulah yang bagi Yesus menjadi jalan menuju kemuliaan-Nya sekarang sebagai Mesias (Luk 24:26). Maka Yesus kini menjadi Mesias bukanlah kendati penderitaan dan kematian-Nya, melainkan justru berkat nasib malang-Nya di dunia. Maka kematian Yesus tidak hanya mempunyai arti negatif (pembunuhan atas orang benar, nabi dan bakal Mesias), tetapi makna positif kristologis.
Tradisi Yahudi masih menyediakan gagasan lain yang dapat menjelaskan fenomena Yesus. Seorang raja dan juga seorang nabi dilengkapi dengan daya kekuatan Allah sendiri, ialah Roh Kudus, untuk menunaikan tugas-Nya (Yes 11:2; 61:7). Dan baik seorang raja (Kis 4:25) maupun seorang nabi (Yer 7:25) diberi gelar Hamba Allah. Tentu saja baru melalui kebangkitan Yesus dilantik sebagai Mesias. Tapi untuk itu sejak awal Ia ditentukan oleh Allah (Kis 3:20). Mengingat kehidupan Yesus, pewartaan dan tindakan-Nya, khususnya kesetiaan-Nya sampai akhir, maka Yesus dahulu sekarang dapat dipahami. Sejak awal penampilan-Nya Yesus dilengkapi dengan Roh ilahi (Mrk 1:10) dan berkat Roh itulah Ia menunaikan tugas-Nya (Luk 4:18; Kis 10:38). Meskipun bakal Mesias, selagi hidup-Nya Yesus menunaikan tugas seorang nabi, didorong dan dibimbing oleh Roh ilahi (Mat 12:18). Maka Yesus bakal raja Mesias dahulu menunaikan tugas sebagai Hamba Allah, nabi yang setia hingga akhir.
Mudah saja dalam tradisi Yahudi Yesus diberi gelar “Anak” atau “Anak Allah.” Tradisi itu sudah biasa menggunakan gelar itu untuk menyebut orang istimewa yang mempunyai hubungan khusus dengan Allah. Seluruh umat pilihan Allah boleh disebut Anak-Nya atau pun anak sulung-Nya (Kel 4:22; Yer 31:9), berarti: Anak yang terkasih, Anak dengan segala hak istimewa seorang anak sulung, entahlah masih ada anak lain atau tidak. Seorang raja yang dianggap wakil dan kuasa Allah boleh diberi gelar “Anak Allah” (Mzm 89:28), yang pada hari penobatannya “diperanakkan” oleh Allah (Mzm 2:7). Dan malah semua orang benar boleh digelari “anak Allah” (Keb 2:13,18). Di mana ada “anak” di situ pun ada “ayah.” Maka wajar sekali Allah disebut Bapa umat Israel (Ul 32:6), Bapa seorang raja (2Sam 7:14), Bapa orang benar (Sir 23:1). Meskipun belum terbukti bahwa tradisi Yahudi pernah menyebut Mesias sebagai “Anak Allah,” pasti tidak ada seorang pun Yahudi yang mempunyai keberatan fundamental terhadap penggelaran semacam itu. Gelar “Anak” bagi Mesias sesuai sama sekali dengan tradisi Yahudi.
Jemaah Kristen keturunan Yahudi yang menghormati dan mengakui Yesus yang dibangkitkan sebagai Mesias dan karena itu pun sebagai anak (keturunan) Daud hampir saja terpaksa menyebut-Nya juga sebagai Anak Allah. Apalagi jika Yesus juga dipahami sebagai orang benar dan mirip seorang nabi, bahkan mirip nabi yang unggul. Dan tentu saja Yesus dapat dipahami sebagai Anak Allah tidak hanya kini, setelah dilantik sebagai Mesias (Kis 13:33; Rm 1:3), tetapi juga dahulu waktu sebagai orang benar dan utusan Allah menunaikan tugas-Nya. Cocok sekali dengan diri-Nya sebagai Anak Allah bahwa Yesus taat kepada Bapa-Nya sampai akhir. Dan Yesus bukan Anak Allah seperti lain-lain orang yang sudah lazim. Bekas pengikut-pengikut Yesus masih ingat bahwa Yesus selagi hidup selalu tampak sebagai seseorang yang mempunyai dan menghayati relasi khusus dengan Allah. Bukankah Yesus biasa menyapa Allah sebagai “abba” (Mrk 14:36)? Sapaan “abba” itu dipakai anak yang secara mesra dan akrab menyapa ayahnya. Sejauh diketahui hanya Yesus sajalah yang berani memakai sapaan takzim itu. Dan itulah sebabnya mengapa sapaan dalam bahasa Aram itu terpelihara dalam tradisi Kristen sampai tercantum dalam Perjanjian Baru (Rm 8:15; Gal 4:6). Kecuali itu Yesus dahulu selalu berbicara dengan wewenang yang melebihi wewenang siapa pun, bertindak seolah-olah memperagakan Allah sendiri. Dan seolah-olah dengan kekuasaan-Nya sendiri Yesus menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Kini disadari bahwa dahulu sungguh-sungguh kuasa penyelamatan Allah sendiri, Kerajaan-Nya, menjadi nyata dalam diri Yesus dan tindakan-Nya. Maka kalau Yesus diberi gelar Anak Allah, maka gelar tradisional itu oleh jemaah Kristen diberi isi baru, isi jauh lebih mendalam dan padat daripada yang sudah menjadi biasa. Secara khusus dan sempurna Yesus mewujudkan gagasan Anak Allah. Dan itulah sebabnya mengapa akhirnya muncul gelar (Anak) Tunggal Allah (Yoh 1:14; 3:16) dan “Anak Sulung” (Rm 8:29; Ibr 1:6). Yesus adalah Anak Allah dengan lain cara daripada semua anak Allah yang lain. Dan Yesus Kristus yang melalui kebangkitan-Nya oleh Allah dinyatakan sebagai Mesias dan Anak Allah (Rm 1:4; Kis 13:33), sebenarnya sejak awal hidup-Nya sudah demikian. Maka jemaah-jemaah tertentu mulai berceritera tentang Kelahiran Yesus. Dengan ceritera-ceritera itu jemaah-jemaah mengungkapkan keyakinannya bahwa sejak awal hidup-Nya Yesus sudah Anak Daud, Mesias, Tuhan, Anak dari Yang Mahatinggi, Anak Allah (Luk 1:32.35; 2:11). Sejak awal Ia dilengkapi dengan Roh Kudus, bahkan oleh roh itu Ia dijadikan Anak Allah (Luk 1:35).
Tidak terlalu maju, jika jemaah Kristen yang mengakui Yesus yang dibangkitkan sebagai Mesias dan Anak Allah secara khusus, juga menyebut-Nya dan menyapa Dia “Tuhan.” Agak segera setelah Yesus diakui sebagai Anak Manusia (dan Mesias), Ia pun dipanggil dengan sebutan dalam bahasa Aram, yaitu “Maran.” Seruan yang agaknya berlatar belakang ibadat jemaah yang berbahasa Aram itu malah sampai tercantum dalam Perjanjian Baru yang berbahasa Yunani (1Kor 16:22). Dan sebutan itu secara wajar diterjemahkan dengan “Kyrios” (Tuhan) (Why 22:20). Umat amat tertolong oleh Mzm 110:1, di mana Tuhan (Allah) berkata kepada Tuhan (Raja). Mazmur itu oleh tradisi Yahudi dihubungkan dengan Mesias. Melalui kebangkitan-Nya Yesus menjadi Tuhan (Kis 2:36), tetapi agak segera jemaah juga menyebutnya “Tuhan” selagi hidup dahulu (Mat 17:4; Luk 7:13; 11:1; 17:5). Sebab Yesus memang tetap sama. Hanyalah Yesus yang sekarang menjadi Tuhan dahulu “bakal Tuhan”.
Sama seperti gelar Anak Allah, demikian pun gelar Tuhan pada diri-Nya kabur sekali, baik dalam bahasa Ibrani (adonai), bahasa Aram (mare, maran) dan bahasa Yunani (kyrios). Terjemahan yang paling tepat ialah terjemahan ke dalam bahasa Jawa, yakni “Gusti.” Sebab gelar “kyrios,” sama seperti gelar gusti, dipakai untuk menyebut dan menyapa: Allah, dewa/dewi, raja, orang terkemuka dan istimewa dan akhirnya malah menjadi sapaan sopan santun (Kis 16:30) antara orang yang terdidik baik. Maka pada dirinya gelar itu hanya menyatakan bahwa orang yang disapa dan disebut demikian dianggap dan diakui sebagai “lebih” daripada yang menyebut dan menyapanya demikian. Gelar itu paling cocok dengan raja dan Allah (dewa/dewi). Sebab raja dan Allah sungguh lebih, terutama lebih berkuasa. Kuasa itu mau diakui, juga secara praktis, oleh mereka yang menyapa Allah, raja sebagai “Tuhannya”.
Maka, jika Yesus dianggap dan dipuja orang Kristen sebagai Mesias ialah Raja, wakil dan kuasa Allah, kalau disebut sebagai Anak Allah secara istimewa, wajar sekali Yesus disapa dan diakui sebagai Tuhan jemaah, apalagi bila diakui bahwa dalam Yesus kuasa Allah penyelamat menjadi nyata (Luk 5:17).
Tetapi kalau yang terakhir diyakini dan diakui, maka gelar tradisional dan serba kabur itu mendapat isi yang jelas dan padat sekali. Yesus diakui dan disapa sebagai Tuhan, oleh karena pada diri-Nya dan karya-Nya dilihat suatu segi ilahi. Baiklah diingat bahwa nama diri Ayahnya Israel, yaitu Yahwe, dialihbahasakan oleh orang Yahudi yang berbahasa Yunani justru dengan gelar “Tuhan” (kyrios) itu. Adapun “Yahwe” tidak begitu saja dapat disamakan dengan Allah (Ibraninya elohim, Yunani: theos). Yahwe ialah Allah yang secara khusus menghubungi umat-Nya dan oleh umat itu secara khusus diakui dan dipuja sebagai berkuasa atas dirinya, sebagai “Raja” umat. Yahwe ialah Allah perjanjian, yang hadir, melindungi, mendukung, tetapi juga dapat menghakimi dan menghukum umat-Nya yang tidak setia. Maka dalam rangka itu, dalam tradisi Yahudi yang berbahasa Yunani, gelar “kyrios” mendapat ciri ilahi. Jika umat Kristen menjadi yakin bahwa kuasa penyelamatan (dan penghakiman) Allah menjadi nyata dan terwujud dalam Yesus, baik sekarang maupun dahulu, maka gelar Kyrios yang diberikan kepada Yesus mendapat isi yang mirip dengan isi gelar Kyrios yang diberikan kepada Allahnya Israel, Yahwe. Maka oleh jemaah Kristen keturunan Yahudi akhirnya Yesus diakui dan disapa serta dipuja sebagai Dia yang menjadi penyataan kuasa Allah penyelamat dan hakim jemaah Kristen. Malah Yesus diakui sebagai “hakim orang hidup dan mati” (Kis 10:42). Memang Allah tetap “Tuhan langit dan bumi” (Mat 11:25), tetapi kepada Yesus yang dibangkitkan juga diberikan “kuasa atas langit dan bumi” (Mat 28:18). Maka Yesus dalam hal kekuasaan amat dekat dengan Allah dan layak disapa sebagai Tuhan. Dan itulah sebabnya mengapa ayat yang dalam Perjanjian Lama mengenai Tuhan Yahwe, begitu saja dipindahkan kepada Tuhan Yesus (Kis 2:21).
Jemaah Kristen keturunan Yahudi terus bergumul dengan nasib malang yang nyatanya dialami Yesus yang kini diakui dan dipuja sebagai Anak Allah, Mesias yang jaya dan sebagai Tuhan jemaah, Kalau sudah ditemukan dan dipahami bahwa penderitaan dan kematian Yesus merupakan pembunuhan atas orang benar dan seorang nabi, bila nasib Yesus sesuai dengan rencana, maksud dan kehendak Allah dan menjadi jalan menuju kemuliaan Yesus sekarang, maka tetap tinggal masalah: mengapa harus terjadi demikian dan untuk apa terjadi demikian. Ini soal yang paling pelik dan hanya lama-kelamaan jemaah sampai memahaminya.
Dalam menggumuli masalah itu dan memahami kematian Yesus di salib, umat amat tertolong oleh sebuah nas Perjanjian Lama, yaitu Yes 52:13 – 53:12. Dalam nas itu tampil seorang tokoh yang cukup misterius. Ia diberi gelar “Hamba Tuhan” dan mirip seorang nabi. Tokoh itu sangat dihina lain orang dan akhirnya dibunuh. Namun oleh Allah toh dimuliakan dan ditinggikan. Penderitaan dan kematian Hamba Tuhan itu dihubungkan dengan dosa-dosa lain orang. Hamba itu memikul dosa orang itu dan mengalami kematian dengan rela demi dosa-dosa lain orang. Ia mati untuk orang banyak dan kematian diartikan sebagai suatu korban penebus salah. Nas Yes itu memang sukar dipahami dan tradisi Yahudi sudah lama bergumul dengan nas itu, tetapi tidak berhasil dengan tuntas mengartikannya. Jemaah Kristen keturunan Yahudi tentu saja mengenal nas itu. Dan pada latar belakang nubuat Yes itu kematian ngeri Yesus dapat dipahami. Dosa-dosa manusialah yang menyebabkan kematian itu (Rm 4:25; 2Kor 5:21; Gal 3:13). Tetapi sekaligus kematian itu berguna untuk manusia, orang banyak, justru sehubungan dengan dosa-dosa mereka (Mrk 10:45; 14:24; 1Kor 15:3; 11:24). Yesus memikul dosa-dosa orang banyak, menderita bagi mereka dan sebagai pengganti mereka dan dengan kematian-Nya justru membenarkan orang yang tidak benar. Kematian Yesus menghapus dosa orang banyak, sehingga tidak lagi menjadi halangan bagi tindakan penyelamatan Allah. Bahkan tindakan penyelamatan Allah itu justru berwujud kematian Yesus di salib. Allah sendiri menyerahkan Yesus kepada penderitaan dan kematian (Rm 4:25; 1Kor 11:23), dan sebagai Hamba dan Anak yang taat Yesus turut menyerahkan diri-Nya (Rm 8:32; Gal 2:20) demi untuk manusia (Gal 1:4; 2:20; Rm 5:6-8).
Dengan jalan demikian jemaah Kristen berhasil memahami kematian Yesus di salib sebagai suatu peristiwa penyelamatan. Dan dengan menerapkan Yes 52:13 – 53:12 pada Yesus yang mati di salib jemaah menghubungkan dua gagasan yang belum pernah digabungkan, yaitu gagasan Mesias dan gagasan penderitaan bagi dosa-dosa orang lain. Tradisi Yahudi tidak dapat menerima seorang Mesias yang direndahkan, dihina dan menderita secara ngeri seperti diketahui Yesus menderita dan mati. Baiklah diingat apa artinya dalam masyarakat di zaman itu: Mati tersalib. Mesias yang mati dengan cara demikian memang menjadi “batu sandungan” (1Kor 1:23). Jemaah Kristen mengakui Yesus yang mengalami nasib itu sebagai Mesias yang oleh Allah dimuliakan (Kis 3:13) dan ditinggikan (Kis 2:33; 5:31). Dan justru gagasan itulah yang tercantum dalam Lagu Hamba Tuhan yang mati secara terhina. Dan begitu masalah yang tidak dapat tidak menjadi tekanan batin bagi jemaah Kristen semula, dapat diatasi dan salib Yesus dipahami. Tetapi tentu tidak terlepas dari kebangkitan Yesus. Kebangkitan itulah yang akhirnya juga menerangi salib sebagai peristiwa penyelamatan.
Dan pemahaman itu malah dapat berpangkal sedikit pada pemahaman Yesus sendiri tentang kematian-Nya. Memang tidak dapat dibuktikan dengan tuntas bahwa Yesus sudah menghubungkan nasib malang-Nya dengan Hamba Tuhan yang digambarkan Yes 52:13 – 53:12. Tetapi, seperti sudah dijelaskan di muka, Yesus menjelang akhir hidup-Nya melihat kematian yang mungkin mesti dialami-Nya sebagai akibat dan konsekuensi dari kesetiaan-Nya kepada Allah dan tugas panggilan-Nya sebagai pewarta Kerajaan Allah. Maka kematian tidak berlawanan dengan kehendak Allah. Dan justru itulah yang dijelaskan nubuat Yes tersebut. Hamba yang setia mengalami nasib malang sesuai dengan kehendak Allah yang menyelamatkan. Dan kesetiaan Hamba itulah sebabnya mengapa Ia oleh Allah dimuliakan, seperti Yesus dimuliakan dalam kebangkitan. Maka pengartian jemaah Kristen atas kematian Yesus tidak berlawanan dengan pemahaman Yesus sendiri, tetapi melanjutkan dan menjernihkan pemahaman itu lebih jauh.
Apakah Yesus (dan Hamba Tuhan) yang mati untuk dosa-dosa orang lain semacam “kambing hitam” yang dibebani dengan dosa orang, supaya mereka sendiri dapat menganggap dirinya tidak bersalah? Dalam masyarakat memang ada suatu gejala yang tersebar luas. Gejala itu ialah sebagai berikut: Kalau ada suatu bencana atau malapetaka yang menimpa masyarakat, maka orang condong mencari sebabnya. Dan mereka mempersalahkan orang atau golongan tertentu sebagai biang keladi. Orang atau golongan itu menjadi sasaran kebencian dan kemarahan. Boleh jadi mereka, yang dengan cara demikian dipersalahkan, dianiaya dan dibunuh. Itulah “kambing hitam.” Boleh jadi sebagai pengganti “kambing hitam real,” dicari pengganti, yang secara ritual dikorbankan sebagai “kambing hitam.” “Kambing hitam” sebenarnya tidak bersalah sama sekali, tetapi oleh mereka yang salah dijadikan korban, dianggap bersalah. Kesalahan mereka sendiri dipindahkan kepada yang tidak bersalah, yang dikorbankan saja untuk mencuci tangan. Sudah barang tentu dalam tradisi Yahudi ada seekor kambing yang tampaknya sebagai “kambing hitam” macam itu. Dalam kitab Im 16 disajikan sebuah upacara “pendamaian” atau pentahiran, yang setahun sekali dirayakan untuk memulihkan dosa umat Israel. Dalam upacara itu ada seekor kambing yang secara ritual dibebani dengan dosa-dosa umat, lalu diusir ke gurun (Im 16:10.21-22). Tetapi “kambing hitam itu” tidaklah sama dengan apa yang dalam sosiologi dikatakan “kambing hitam.” Sekali-sekali tidak dikatakan bahwa kambing itulah yang menyebabkan “kemurkaan Allah.” Israel tidak menganggap diri tidak bersalah. Sebaliknya mereka justru mengakui kesalahannya dan mengharapkan pengampunan dari Allah dan pendamaian dari Tuhan. Kambing hitam itu tidak dianggap sebuah “korban penghapus dosa.” Sebaliknya. Dalam upacara itu masih ada kambing lain (Im 16:9.15). Dan justru kambing lain itulah yang dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban penghapus dosa.
Bagaimana kematian Hamba Tuhan dan Yesus dilihat? Kematian ngeri Hamba Tuhan dianggap “korban penebus salah” lain orang dan Hamba itu menjadi pengganti orang-orang durhaka. Demikian pun Yesus dianggap pengganti orang berdosa dari kematian-Nya di salib dinilai sebagai korban penghapus dosa (Rm 3:25-26) yang” disediakan Allah. Surat kepada orang-orang. Ibr – sebuah karangan Yahudi-Yunani – menjajarkan kematian Yesus dengan upacara pendamaian yang tercantum dalam Im 16. Hamba Tuhan dan Yesus memang disingkirkan masyarakat, oleh karena dianggap pengacau masyarakat dan suatu ancaman. Jadi, Hamba Tuhan dan Yesus benar-benar “kambing hitam”? Bila duduk perkaranya dalam Kitab Suci dilihat dengan saksama, maka jelaslah Hamba Tuhan dan Yesus bukan “kambing hitam.” Mereka yang menciptakan Yes 52:13 – 53:12 dan umat Kristen yang dengan pertolongan nas itu mengartikan kematian Yesus sebagai “korban,” justru menyatakan lain-lain orang berdosa. Hamba Tuhan dan Yesus dengan rela menempuh nasib malangnya sebagai pengganti orang berdosa. Begitulah menurut mereka yang menilai kematian Hamba dan Yesus sebagai korban (lYoh 2:2; 4:10; Ef 5:2). Mereka yang melakukan pembunuhan itu sekali-sekali tidak dilihat sebagai “tak bersalah.” Sebaliknya. Jadi, jika mereka yang nyatanya membunuh Hamba Tuhan dan Yesus, masih boleh dikatakan bahwa memperlakukan Hamba Tuhan dan Yesus sebagai “kambing hitam,” maka umat yang percaya tidak berbuat demikian. Bagi mereka Yesus bukan “kambing hitam” yang dipakai untuk mencuci tangan. Sebaliknya: umat yang percaya mengakui dirinya sebagai berdosa dan bersalah.
Jadi, Yesus yang mati bukanlah “kambing hitam,” tetapi kematian-Nya memang diartikan sebagai “korban penebus salah.” Cara bicara dan pemahaman yang berdasarkan Yes 53:10 tentu saja bahasa kiasan. Kematian Yesus bukanlah “korban” berarti “upacara.” Tetapi apa yang mau dicapai oleh korban penghapus dosa, yakni pendamaian orang berdosa dengan Allah, memang menurut pengartian Kristen tercapai melalui kematian sukarela Yesus di salib. Bukan demikian duduk perkaranya seolah-olah Allah yang murka diperdamaikan oleh “korban” kematian Yesus. Sebaliknya: Kuasa penyelamatan Allah yang mendapat wujud Yesus Kristus mendamaikan manusia berdosa dengan diri-Nya (2Kor 5:18-19; Rm 5:10). Dalam hal ini Yesus ada di pihak Allah. Sebagai utusan Allah, wakil dan kuasa-Nya, Yesus memang datang untuk “menyelamatkan orang berdosa,” meskipun itu berarti: mati tersalib.
Dan dengan demikian, kematian Yesus pun dapat diartikan dan dipahami sebagai “korban peneguh perjanjian.” Gagasan perjanjian memang sesuatu yang penting sekali dalam tradisi Yahudi. Dengan istilah sosio-politis itu mau diungkapkan bahwa antara Allah dan umat Israel terjalin hubungan luar biasa dan istimewa. Dan prakarsa datang dari Allah, yang menawarkan ikatan khusus itu yang oleh umat diterima dan diamini. Ikatan khusus dan peneguhannya diperagakan dalam sebuah korban, seperti diceritakan Kel 24:5-8. Adapun Yesus Ia setia kepada Allah dan tugas panggilan-Nya sampai mati. Yesus secara bulat menerima tawaran yang melalui dirinya disampaikan Allah penyelamat kepada umat. Kematian-Nya di salib menjadi tanda bukti kesetiaan Yesus dan pengaminan-Nya terhadap tawaran Allah. Dan dalam pemahaman jemaah Kristen Yesus menjadi wakil manusia, umat yang berdosa, seperti ditegaskan Yes 53:4,6,10,12 tentang Hamba Tuhan. Maka kematian Yesus, yang meneguhkan secara definitif ikatan Allah dengan umat, perjanjian antara Allah dan manusia, boleh dibandingkan dengan dan dilihat sebagai “korban peneguhan perjanjian,” sekaligus korban penghapus dosa dan penyilih (Mrk 14:24; 1Kor 11:25; Mat 26:28). Dan tidak dapat tidak jemaah yang tahu Alkitab teringat akan Yer 31:31-33 yang berkata tentang “Perjanjian Baru” yang melanjutkan sekaligus melampaui dan mengganti perjanjian yang lama, yang pelaksanaannya terhalang oleh ketidaksetiaan, dosa-dosa umat. Dengan demikian kematian Yesus di salib diartikan sebagai korban, artinya: sarana peneguh Perjanjian Baru antara Allah dan umat dengan sekaligus menyilih dosa dan pelanggaran yang menjadi halangan pelaksanaan perjanjian itu.
September 19, 2015 at 5:15 pm
dαri Abdullαh bin ‘Amr bin αl-‘Ash, sαw bersαbdα:
“BERSHALAWATLAH kepαdαku, mohonkαnlαh WASILAH kepαdα Allαh untukku SUPAYA AKU MENDAPAT tempαt di syurgα.” (HR.Muslim,577)
kesian nasib muhammad ya…
untuk keselametannya dia sangat berharap penuh kepada orang islam dan bukan berharap kepada Allah
September 28, 2009 at 10:45 am
Agak segera dan dengan cepat sekali iman kepercayaan Kristen yang berpangkal di Palestina dan alam pikiran Yahudi tersebar juga di dunia Yunani. Sudah dikatakan bahwa alam pikiran Yunani berbeda sedikit dengan alam pikiran Yahudi, meskipun alam pikiran Yahudi itu terpengaruh oleh kebudayaan Yunani. Dunia Yunani serta kenyataannya pada awal tarikh Masehi serba sinkretis. Dan dalam dunia Yunani itu tidak hanya kepercayaan Kristen yang disebarkan dan diwartakan. Kepercayaan Kristen mesti bersaingan dengan macam-macam agama dan aliran keagamaan dan filsafat yang mencari penganut dan pendukung.
Sekitar awal tarikh Masehi dunia Yunani-Romawi dilanda suatu gelombang semangat religius/keagamaan yang baru. Disebarluaskan pelbagai “agama rahasia” yang membentuk macam-macam kelompok yang hanya dapat dimasuki melalui upacara-upacara khusus. Apa yang pada pokoknya ditawarkan oleh “agama-agama rahasia” itu ialah: semacam “keselamatan ” dan “penebusan” dari suatu keadaan serba gelap dan tanpa banyak harapan. Melalui upacara-upacara pemasukan yang khas orang mendapat pengetahuan baru tentang yang Ilahi (dewa/dewi tertentu), menjalin hubungan mesra dan akrab dengan yang Ilahi, menjadi peserta dalam kebahagiaan, boleh jadi kebahagiaan kekal dan kebakaan.
Maka ketika kepercayaan Kristen masuk ke dalam dunia Yunani itu, tidak dapat tidak kepercayaan Kristen terpengaruh oleh alam pikiran itu dan mau tidak mau sedikit banyak menyesuaikan diri. Pemikiran jemaah keturunan Yahudi sekitar Yesus Kristus tentu saja dibawa serta dan diteruskan, tetapi juga ditinjau kembali dan berkembang, kini dalam alam pikiran Yunani itu.
Ada beberapa gagasan yang penting dalam alam pikiran Yahudi, tetapi kurang dapat dipahami oleh orang-orang Yunani yang tidak hidup dalam tradisi religius Yahudi itu. Karena itu, tidak mengherankan bahwa beberapa gagasan dari kristologi awal tidak lagi dipakai atau diperkembangkan.
Ternyata bahwa gagasan “Mesias” sebenarnya sedikit banyak hilang dari pemikiran umat Kristen. Gagasan itu memang kurang relevan bagi mereka yang tidak hidup dalam pengharapan Yahudi yang berpusatkan Raja Penyelamat, Mesias itu. Bagi orang Yunani tidak terlalu penting apakah Yesus Mesias atau tidak. Gelar Ibrani/Aram “Mesias” itu sudah diterjemahkan dengan kata Yunani “Khristos.” Kata itu memang terus dipakai, tetapi bukan sebagai gelar kerajaan, jabatan, melainkan sebagai nama diri saja (Rm 5:6; 6:4; 8:9;1Kor 1:12; Ef 2:12). Yesus mendapat nama majemuk ialah: Yesus Kristus atau pun Kristus Yesus. Tetapi kata “Kristus” sudah kehilangan bobotnya. Dalam tata bahasa Yunani itu sudah terasa. Sebab kata sandang di depan Kristus hilang. Mula-mula dikatakan: Yesus ialah Kristus (Kis 5:42; 18:5; lYoh 5:1), tetapi selanjutnya orang berkata: Yesus Kristus/Kristus Yesus. Nasib yang sama dialami gelar kristologi lain dan yang barangkali paling tua, yaitu Anak Manusia. Ungkapan ini bagi orang Yunani memang tidak ada artinya. Bahkan bisa menyesatkan! Sebab ungkapan itu dapat dipahami seolah-olah sejalan dengan gelar: Anak Allah. Seperti Yesus adalah “Anak Allah,” demikian pun Ia “anak manusia,” serentak ilahi dan manusiawi. Tetapi itu bukan maksud dan arti ungkapan dan gelar: Anak Manusia, yang hanya berbobot dalam tradisi Yahudi tertentu, yakni apokaliptis. Maka umat Kristen yang berkebudayaan Yunani meninggalkan gelar itu, yang hanya sebagai bahan baku terus terpelihara dalam tradisi tanpa dipikirkan lebih lanjut, atau diartikan kembali seperti terjadi dalam Injil Yohanes.
Gagasan yang menjadi pokok inti pewartaan Yesus, yaitu Kerajaan Allah semakin kurang penting dalam pewartaan Kristen dan artinya berubah. Sudah dijelaskan bahwa Kerajaan Allah (atau pun: Kerajaan Surga, yang sama artinya: “Surga” merupakan Nama Allah saja dalam tradisi Yahudi) ialah: Kuasa Allah Penyelamat dan Hakim. Dalam pewartaan Yesus Kerajaan Allah itu sekaligus sudah dekat dan mulai terwujud justru dalam pewartaan dan perbuatan Yesus. Mula-mula pewartaan Yesus tentang Kerajaan. Allah diteruskan. Hanya ada perbedaan ini: Yesus melalui kebangkitan dilantik menjadi Anak Manusia yang tidak lama lagi datang menyelesaikan Kerajaan Allah itu. Bahkan Kerajaan itu sudah sepenuh-penuhnya terwujud dalam Yesus yang dibangkitkan dan mempribadikan Kerajaan Allah itu. Hanya dalam alam pikiran Yunani istilah “Kerajaan Allah” tidak terlalu jelas artinya. Dan lama-kelamaan menjadi kentara bahwa Anak manusia tidak kunjung datang juga. Peranan dan kedudukan Yesus seka-rang ini semakin dipahami dan semakin ditonjolkan. Orang mulai berkata tentang “Kerajaan Kristus” (Mat 20:21; Luk 22:30; Ef 5:5; Kol 1:13; 2Tim 4:1), yang sudah real sekarang. Dan akhirnya “Kerajaan Allah” dipahami sebagai “Kerajaan surgawi” (Kis 14:22; 2Tim4:18). Kerajaan itu ditempatkan di tingkat alas, di surga, atau disamakan dengan “hidup kekal” (Yoh 3:5). Dan itu memang sesuai dengan pikiran Yunani mengenai “Jagat Raya” dan susunannya dan manusia yang menjadi peserta dalam yang ilahi. Kendati demikian tradisi lama tetap ada, yaitu tradisi yang memikirkan Kerajaan Allah sebagai sesuatu yang nanti baru akan sepenuh-penuhnya terwujud, di akhir zaman, meskipun kini sudah turut menentukan kehidupan orang percaya (Rm 14:17; 1Kor6:9; Gal 5:21; 2Tes 1:5). Dan Kristus paling akhir akan mengembalikan “Kerajaan-Nya,” ialah kuasa dan martabat kerajaan, kepada Allah (1Kor15:24-28).
Oleh karena orang di luar Palestina tidak pernah langsung mengalami Yesus selagi hidup di dunia dan para pewarta Injil pun sudah tidak mengenal Yesus sendiri, maka mula-mula orang tidak memberi banyak perhatian kepada kehidupan Yesus dahulu. Yang penting hanyalah akhir hidup-Nya dan kebangkitan-Nya (1Tes 1:9-10; 2:19; 4:14; 5:10). Sebab hanya dengan cara itulah Yesus sendiri menjadi penting bagi mereka, Yesus Kristus yang aktual dengan Roh Kudus-Nya berkarya menjadi Juru Selamat (1Kor1:4-9; 2:6-16; Tit 3:4-7; 2:11-14). Hanya ada satu unsur dari riwayat hidup Yesus yang memikat orang-orang Yunani. Yaitu mukjizat-mukjizat Yesus (Kis 10:38; 2:22). Tentu saja Yesus membuat mukjizat, tetapi selalu dalam rangka pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah. Mukjizat tidak dipakai sebagai “tanda bukti” bahwa Yesus seorang tokoh luar biasa. Tradisi Yahudi memang sudah tahu akan mukjizat-mukjizat. Tetapi mukjizat-mukjizat dikaitkan terutama pada “nabi-nabi.” Mukjizat mesti membuktikan bahwa sang nabi bukan nabi gadungan. Yesus sendiri tidak pernah memakai mukjizat untuk dengan cara demikian “melegitimasikan did.” Bahkan ia blak-blakan menolak “tanda bukti” semacam itu (Mat 12:38-39; 16:1,4). Tetapi orang Yunani di masa itu sangat gemar akan keajaiban dan mukjizat. Ada banyak ceritera tentang pembuat mukjizat dan keajaiban. Dan keajaiban itu menyatakan bahwa tokoh itu mempunyai sakti luar biasa, berdekatan dengan yang ilahi (Kis 8:9-10). Pokoknya: pembuat mukjizat dan keajaiban ialah seorang tokoh ilahi. Adapun orang Yunani yang masuk Kristen senang kalau Yesus pun digambarkan sebagai “tokoh ilahi,” pembuat mukjizat, lepas dari pewartaan-Nya (Mrk 6:32 dst. 45 dst.; 8:22 dst.; 5:3 dst.). Mukjizat-mukjizat itu membuktikan bahwa Yesus seorang tokoh sakti, tokoh ilahi (Luk 5:8; Mrk 6:49) dan bisa mengalahkan semua dukun dan pembuat mukjizat di kalangan Yunani. Maka orang Kristen Yunani itu senang berceritera tentang Yesus sebagai tokoh gaib, pembuat mukjizat.
Dan ada dua gelar Kristus yang sudah tradisional yang tanpa keberatan dapat dipakai orang Yunani, yaitu gelar Anak Allah dan Tuhan. Orang Yunani sudah lama biasa dengan istilah macam itu. Biasa saja bahwa dewa/dewi punya anak. Tidak jarang juga raja dianggap dan disebut “anak Allah” (dewa tertentu), hasil campuran seorang dewa dengan permaisuri. Lain-lain tokoh pun boleh digelari sebagai ilahi atau Anak Allah, karena kesaktiannya terbukti. Gelar “Tuhan” juga sudah biasa dipakai, khususnya untuk menyapa dewa/dewi, raja-raja dan tokoh-tokoh gaib lainnya.
Jadi, orang Yunani bisa saja mengambil alih gelar tradisional itu, Anak Allah dan Tuhan. Tetapi jelas pulalah bahwa bagi mereka gelar-gelar itu tidak sama artinya dengan artinya bagi orang Yahudi. Serta merta mereka berpikir tentang Yesus sebagai seorang tokoh gaib yang berasal dari Allah. Tentu saja ada bahaya yang tidak kecil bahwa orang Yunani itu sedi-kit banyak melupakan bahwa Yesus seorang tokoh manusiawi, yang dahulu hidup dan mati, bahkan tersalib. Orang Yahudi secara spontan memikirkan hubungan Yesus dengan Allah secara dinamik. Tetapi orang Yunani mudah memikirkannya secara statis. Yesus tidak hanya mengerjakan pekerjaan Allah dan menyampaikan firman Allah, tetapi Yesus menjadi penampakan Allah di muka bumi itu (Tit 2:11; 3:4; 2Tim 1:10; 1Tim 3:16; IPtr 1:20; lYoh 1:2), mirip dengan penampakan dewa-dewi yang dikenal tradisi Yunani (Kis 14:11-12).
Kalau Yesus Kristus dipahami secara demikian, maka gelar “Tuhan” diberi isi yang sesuai. Dalam tradisi Yahudi gelar itu antara lain suatu gelar (dan nama) Allah. Yesus boleh disebut Tuhan juga, tidak seperti seorang raja, tetapi lebih dari itu. Sebab kuasa Allah, Tuhan, sudah menjadi nyata dan berwujud Yesus Kristus. Orang Yunani mudah saja meneruskan pikiran itu dan oleh karena Yesus dilihat sebagai penampakan Allah, maka gelar “Tuhan” mendapat ciri ilahi seperti dipikirkan orang Yunani. Dan sebagai tokoh ilahi Yesus melebihi kaisar dan lain-lain tokoh yang lazimnya disapa sebagai Tuhan, bahkan sebagai Tuhan Allah (1Kor8:4-6).
Umat Kristen Yunani melalui pewartaan dapat tahu bahwa Tuhan Yesus yang mereka puja bukan seorang dewa yang tinggal di dunia kedewataan. Ia pun bukan seorang pahlawan dari masa purba yang mempunyai ciri ilahi. Yesus dikenal sebagai seorang Yahudi yang belum lama berselang hidup di daerah Palestina dan mati tersalib. Masih ada orang yang langsung berkenalan dengan Dia dan dengan mata kepala sendiri mengamatinya (1Kor15:3-5; IPtr 2:22-25; 3:18-20). Jadi, Yesus ton seorang manusia, mes-kipun seorang manusia luar biasa, seperti digarisbawahi dalam ceritera-ceritera yang beredar tentang keajaiban-keajaiban yang dikerjakan-Nya.
Maka tidak dapat tidak umat Kristen Yunani mulai berpikir. Mana hubungan antara Yesus Kristus, yang mereka puja sebagai Tuhan dan Anak Allah dengan manusia Yesus, orang Nazareth dahulu? Tentu saja orangnya sama. Tetapi mana yang lebih dahulu. Anak Allah dan Tuhan atau Yesus orang Nazareth itu? Jemaah Kristen keturunan Yahudi sudah memahami bahwa dengan Yesus, orang Nazareth, Kerajaan Allah, Kuasa Allah Penyelamat dan Hakim menjadi nyata di bumi dan kini sepenuh-penuhnya terwujud dalam Yesus, Kristus dan Tuhan, yang dibangkitkan. Dan Yesus layak disebut Anak Allah oleh karena hubungan-Nya dengan Tuhan, Allahnya Israel, memang unik. Jemaah Yahudi juga sudah menghubungkan Yesus dengan hikmat kebijaksanaan ilahi, rencana penyelamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus Kristus. Dan tradisi Yahudi-Yunani dahulu sudah sampai memperorangkan hikmat kebijaksanaan ilahi yang berupa Hukum Taurat dan Bait Allah serta ibadat-Nya tampil di bumi (Sir 24:10-11, 23; Bar 3:38 – 4:1), Mereka yang masuk Kristen lalu menyamakan Yesus (yang dahulu hidup dan melalui kebangkitkan dibenarkan Allah) dengan hikmat kebijaksanaan ilahi yang diperorangkan itu (Kol 2:3; 1Kor2:7-8; 1:30).
Umat Kristen Yunani meneruskan pemikiran itu. Sama seperti hikmat kebijaksanaan Allah (yang kadang kala disebut “putri Allah”) Yesus Kristus, Anak Allah dan Tuhan, sudah ada sebelum tampil di muka bumi. Tentu saja bukan “manusia” (Yesus, orang Nazareth) itu yang lebih dahulu. Tetapi Anak Allah dan Tuhan yang berwujud manusia itu lebih dahulu dari penampilan-Nya di muka bumi ini. Dan itulah sebabnya mengapa orang Kristen yang berkebudayaan Yunani mulai berkata tentang Anak Manusia, Anak Allah yang turun dari atas, dari surga, datang dari Allah (Yoh 3:13; 6:38, 62); sejak awal mula Ia ada, sebelum Yohanes Pembaptis, sebelum Abraham, sebelum dunia dijadikan (Yoh 1:30; 8:58; 17:5). Yesus Kristus, Tuhan jemaah, sejak awal berupa Allah dan setara dengan-Nya, lalu menampakkan diri (Flp 2:6-7) dan berupa manusia merendahkan diri. Yesus Kristus yang sejak awal ada, lebih dahulu dan lebih utama dari segala sesuatu (Kol 1:17-18), “diutus ke bumi” (Gal 4:4; Rm 8:3; Yoh 7:29; 10:36; 17:18). Dan tentunya setelah tugasnya dibumi selesai Ia kembali ke tempat-Nya dahulu, naik ke atas melintasi petala langit, ditinggikan dan dimuliakan (Yoh 13:1; 14:12; 6:62; Ibr 1:3; 4:14; 7:26; Ef 4:10; 4:8).
Mudah saja pikiran dasar itu diteruskan dan diperkembangkan lebih lanjut, sebagaimana nyatanya terjadi. Kalau Yesus disamakan dengan hikmat kebijaksanaan Allah yang diperorangkan, kalau dikatakan bahwa sama seperti hikmat kebijaksanaan itu Ia ada sebelum sekalian zaman (Kol 1:15, 17), maka segala apa yang dahulu dikatakan tentang hikmat kebijaksanaan ilahi, khususnya oleh orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani, boleh dipindahkan kepada Yesus juga. Yesus adalah “Anak Allah,” seperti hikmat kebijaksanaan ilahi adalah putri-Nya. Yesus boleh disebut “gambar Allah” (2Kor4:4; Kol 1:15; Ibr 1:3), apalagi oleh karena seorang anak memang “gambar ayahnya” (Kej 5:3) dan penerus pekerjaan ayah (Sir 30:6; Yoh 5:19). Yesus adalah pantulan kemuliaan (= daya kekuatan) Allah (Ibr 1:3). Yesus turut menciptakan semesta dunia (Yoh 1:3; Kol 1:16; Ibr 1:2), sehingga menjadi lebih utama dari segala sesuatu (Kol 1:18). Ia menjadi kepala jagat raya dan menaklukkan segala kuasa (Kol 1:16; 2:10; Ef 1:22). Dan Ia dahulu sudah berkarya, yaitu waktu umat Israel (oleh hikmat kebijaksanaan) diantar ke luar dari Mesir melalui padang gurun (Yud 5; 1Kor10:4).
Salah satu peran hikmat kebijaksanaan ilahi ialah menyatakan Allah dan kehendak-Nya di bumi bagi umat. Dalam tradisi Yahudi kadang kala hikmat kebijaksanaan disamakan dengan firman Allah, yang menciptakan alam semesta tetapi juga menyatakan Allah dan kehendak-Nya kepada manusia. Dalam rangka pemikiran itu Yesus dapat disebut “firman Allah.” Dan gagasan ini sangat menarik orang Yunani. Di dunia Yunani gagasan “logos” sudah terkenal. Logos itu menciptakan dunia, mengatur segala sesuatu dan menjadi “jiwa dunia semesta” dan tentu saja alat komunikasi, alat penyataan. Kalau Yesus dilihat demikian dan diberi gelar “Firman,” maka jelaslah bahwa Yesus dilihat terutama sebagai penyataan Allah, sebagai pewahyu. Tetapi bukan “pewahyu” dengan arti: pemberi tahu, melainkan dengan arti: penyataan (Yoh 1:18). Dalam Yesus, Firman Allah, Anak Tunggal Allah (Yoh 1:1, 14), Allah Bapa, Allah yang menghubungi manusia, menyatakan diri kepada manusia, dapat dikenal (Mat 11:27; Yoh 14:7; 17:3), diimani dan dihubungi (Yoh 14:6) oleh manusia. Dengan Yesus Kristus, firman Allah, yang menciptakan segala sesuatu (Yoh 1:3), secara nyata tampil di muka bumi secara kelihatan. Ia menjadi “daging” (Yoh 1:14), menempuh sejarah umat manusia, langsung melibatkan diri dalam hal ihwalnya dan dengan demikian menyatakan siapa sebenarnya Allah bagi manusia.
Akhirnya umat Kristus yang berkebudayaan Yunani sampai menyebut Tuhan Yesus sebagai “Allah.” Dalam karangan-karangan Perjanjian Baru tidak sering sebutan itu tampil, Beberapa ayat (Rm 9:4-5; Tit 2:13; 2Ptr 1:1; 2Tes 1:12) tidak jelas. Tapi ada ayat yang jelas menyebut Yesus Kristus sebagai “Allah” (Yoh 1:1; lYoh 5:20; Yoh 20:28). Hanya baiklah diingat betapa kabur arti kata Yunani: “theos” (allah). Dengan kata itu disebut macam-macam tokoh, oleh karena dianggap amat dekat dengan “yang Ilahi.” Namun, tokoh-tokoh itu tidak begitu saja disamakan dengan Allah yang satu (pada orang-orang Yunani memang sudah berkembang semacam monoteisme). Maka penggunaan kata “Allah”itu belum juga menyamakan Yesus Kristus begitu saja dengan Allah Mahaesa (Mat 23:9; Rm 3:30; 1Kor8:4, 6; Gal 3:20; 1Tim 2:5; Yak 2:19). Yesus Kristus tentu saja dianggap “ilahi” tapi kata “Allah” tidak dengan tuntas dan jelas mengungkapkan bagaimana dan sejauh mana Yesus “ilahi.” Bagi manusia Yunani (yang percaya) Yesus Kristus memang “Allahnya” (Yoh 20:28).
Tentu saja cara berpikir dan berbicara macam itu, yang dipinjam dari alam pikiran Yunani yang serba sinkretis (populer), berbau mitologi. Bahasa itu jelas bahasa mitologis. Hanya umat Kristen Yunani dengan bahasa mitologis itu selalu mau berbicara tentang tokoh tertentu dalam sejarah, yaitu Yesus Kristus, orang Nazareth, yang pernah hidup dan mati, tetapi menurut keyakinan mereka, kini hidup dan berkuasa (Rm 14:9). Dan tokoh itu bukan suatu idea abstrak atau buah khayal manusia, seperti “logos” filsafat Yunani, dewa-dewi dan pahlawan ilahi dalam mitologi Yunani suatu idea atau buah khayal manusia. Dengan bahasa mitologis itu umat Kristen hanya mau menegaskan bahwa Tuhan yang mereka puja sekarang sebagai relevan, berarti dan bermakna bagi mereka. Dan yang sama dengan Yesus, orang Nazareth itu, sebenarnya sejak awal melampaui semua batas manusia, batas ruang dan waktu. Dengan tokoh historis dan konkret itu Allah sendiri mendekati manusia, merangkul manusia dengan kekuatan kasih-Nya (Yoh 3:16-17; lYoh 4:9; Rm 5:8) dan serentak mendekatkan manusia kepada diri-Nya (Ef 2:17; IPtr 3:18). Dengan jalan itulah dijembatani jurang yang memisahkan Allah dengan dunia-Nya. Yesus Kristus, Tuhan jemaah dan Anak Allah, menjadi perwujudan hubungan unik Allah dengan manusia. Dan dengan demikian menjadi nyata Allah yang bagaimana diandalkan, dipuja dan disembah umat Kristen. Dan memang demikian Allah pada diri-Nya, sejak awal dan kekal, justru oleh karena Ia Allah yang setia kepada diri-Nya. Tidak disangkal bahwa bahasa mitologis itu dapat menyebabkan salah paham dan dapat menjadi bahaya bagi identitas iman kepercayaan Kristen. Tetapi cara berpikir dan berbahasa itu merupakan suatu usaha untuk lebih jauh menjelaskan teka-teki Yesus Kristus. Semuanya hanya merupakan lanjutan, dalam tata bahasa dan alam pikiran lain, dari apa yang sudah terasa sejak Yesus tampil. Melalui Yesus, pewartaan dan karya-Nya, kuasa Allah penyelamat dan hakim, sudah menjadi terwujud. Semuanya dibenarkan dan diperteguh serta diselesaikan melalui kebangkitan Yesus. Hanya itulah yang diteruskan oleh umat yang berkebudayaan Yunani, sehingga Yesus Kristus tetap dapat relevan bagi mereka juga, meskipun Ia memang tetap sama, kemarin dan hari ini untuk selama-lamanya.
Tetapi dalam pendekatan Yunani tersebut yang terlebih berpusatkan Yesus, Tuhan dan Anak Allah yang kini berkuasa, nasib malang Yesus mesti dipikirkan juga. Kematian Yesus bagi orang Yahudi menjadi batu sandungan tetapi bagi orang Yunani menjadi kebodohan belaka (1Kor1:23). Dan tambah lagi: Bila kebangkitan Yesus bagi jemaah Yahudi memberi kelegaan, oleh karena membenarkan Yesus serta pemberitaan-Nya dan menyatakan-Nya sebagai Mesias, maka bagi orang Yunani kebangkitan itu menjadi problem (Kis 17:32).
Mendengar tentang Yesus yang mengalami kematian di salib, orang Yunani tidak dapat tidak berkesan bahwa Yesus itu seorang pemberontak yang oleh pemerintah dieksekusi (Ibr 12:2; 13:13). Bagaimana orang macam itu dapat dipuja sebagai Tuhan dan Anak Allah? Dan setelah mereka sampai percaya soalnya belum juga hilang. Sebab kalau Yesus yang kini hidup dipuja sebagai Tuhan, Anak Allah yang mendekatkan Allah pada manusia dan manusia pada Allah, pernah turun dari Allah ke bumi, mengapa Ia mesti menempuh nasib yang begitu malang, memalukan dan terhina?
Untuk memahami penderitaan dan kematian Yesus ada dua jalan yang ditemukan, yang satu diketemukan oleh karangan-karangan Yohanes, yang kedua khususnya oleh S. Paulus. Penderitaan dan kematian Yesus dapat ditempatkan dalam rangka tugas-Nya sebagai penyataan Bapa. Yesus, Anak Tunggal Allah, turun ke bumi, ke luar dari Bapa (Yoh 8:42) untuk menyatakan Bapa (Yoh 7:16-18, 29). Setelah tugas selesai Yesus kembali kepada Bapa {Yoh 13:3; 16:28), tempat asal-Nya. Seluruh kehidupan Yesus di bumi menjadi penyataan Bapa, penyataan kasih Allah (Yoh 4:17; 17:26), penyataan kemuliaan Bapa – yang sekaligus kemuliaan Anak – , ialah daya penyelamatan dan penghakiman Bapa (Yoh 13:31-32; 17:5, 22, 24). Adapun kasih Bapa dan Anak, daya penyelamatan-Nya, kemuliaan-Nya menjadi paling nyata justru dalam kematian Yesus (Yoh 17: 1-5; 19:30). Betapa besar, radikal dan tanpa pamrih kasih Bapa terbukti waktu blak-blakan ditolak oleh “dunia” yang tidak mau dihakimi melainkan diselamatkan (Yoh 12:47). Kendati demikian kasih itu tidak ditarik kembali, asal saja orang kini mau menerimanya. Justru dari Yesus yang mati di salib berpancarlah “roh kehidupan ilahi” (Yoh 7:38-39; 19:34) yang menerangi kehidupan manusia yang dikasihi Allah dan Anak sampai akhir. Maka justru di salib “kebenaran Allah” (Yoh 18:37), siapa sebenarnya Allah bagi manusia, menjadi sepenuhnya tersingkap (lYoh 4:9-10). Dan dengan cara demikian kematian Yesus sungguh menguntungkan bagi manusia. Satu-satunya yang diminta dari “dunia” ialah: percaya kepada Anak Allah dan bahwa Bapa di dalam Anak dan Anak di dalam Bapa (Yoh 14:11).
Cara yang kedua untuk mengartikan kematian Yesus di salib ialah memperdalam paham yang sudah tercapai: Yesus mati bagi manusia, bagi dosa-dosa manusia. Pemikiran dapat bertitik tolak keadaan malang manusia, semua manusia dengan tidak ada yang terkecuali (Gal 3:22; Rm 3:9; 11:32). Keadaan malang itu meliputi dan seolah-olah mengurung manusia dari semua seginya (Rm 7:24; 8:2, 8). Keadaan malang menyeluruh itu berurat berakar dalam dosa (Rm 5:12, 16-19). Dosa itu pada dasarnya ialah: menolak Allah, secara praktis tidak mengakui-Nya sebagai instansi tertinggi yang menentukan kehidupan manusia (Rm 1:18, 28-32). Dosa itu bukanlah salah satu tindakan atau pelanggaran, melainkan suatu sifat dasar manusia yang sejak awal, sejak “Adam” menjerat manusia (Rm 5:19) demikian rupa sehingga manusia tidak dapat membebaskan dirinya sendiri. Meskipun bebas, namun manusia tidak dapat tidak menolak Allah, membenci-Nya (Km 5:10; 8:8). Dan tanda kemalangan umum itu ialah ke-matian yang tak terelakkan (Rm 6:23). Maka tidak hanya ada dosa, melainkan ada kedosaan, keadaan tetap di mana manusia terkurung, tidak dapat keluar. Manusia berada dalam perbudakan terhadap Dosa dan terhadap Maut (Rm6:20;5:14).
Yesus sendiri dahulu juga sudah menilai situasi umat Israel sebagai situasi malang, dengan tidak ada harapan lagi dari segi manusia dan tidak tersedia sarana mana pun yang dapat membebaskan umat, kecuali Allah. Dan kalau keadaan umat Allah sudah demikian, apalagi keadaan manusia lain, di luar lingkup umat Allah yang terpilih. Di sana juga kemalangan fisik, sosial, politik hanya tanda bukti keterasingan mendasar manusia dari sumber kehidupan sejati, sumber kehidupan selamat.
Visi yang begitu pesimistis terhadap manusia dan situasinya kurang sesuai dengan tradisi Yahudi, tetapi cocok dengan pandangan yang cukup tersebar di dunia Yunani pada awal tarikh Masehi. Di sana pesimisme cukup maharajalela. Manusia sebenarnya tidak berdaya terhadap dunia dan hal ihwalnya. Semua dikuasai oleh “Nasib” yang secara membabi buta menentukan segala sesuatu, termasuk para dewa/dewi. Manusia menjadi permainan nasib itu. Ia diombang-ambingkan tidak menentu dan seluruh usahanya tidak berguna sedikit pun (1Tes 4:13; 1Kor15:32). Ia menjadi korban dan mangsa segala macam kuasa buruk dan tidak berdaya terhadapnya (Gal 4:3, 9). Dunia sebenarnya suatu teka-teki besar yang tidak tertebak. Memang ada macam-macam aliran dan agama yang menawarkan keselamatan, tetapi kurang berhasil menjelaskan mengapa keadaan manusia tampaknya begitu malang. Dengan melanjutkan pikiran yang sudah tercantum sedikit dalam Perjanjian Lama pandangan Kristen tersebut dapat menjelaskan situasi manusia. Mengapa ia berada dalam kemalangan? “Nasib” yang mempermainkan manusia sebenarnya berasal dari manusia sendiri seperti juga kematian seperti nyata dialami. Semuanya berasal dari manusia yang berdosa, yang menoiak Allah dan sendiri rnenciptakan situasi tanpa harapan.
Tetapi gambaran yang amat hitam tersebut dipaparkan dengan maksud semakin memperlihatkan Allah yang bagaimana diandalkan orang Kristen dan mana peranan dan kedudukan Yesus Kristus. Allah yang dipercayai orang Kristen tetap mau dan nyata menyelamatkan manusia dari kemalangan melalui Yesus Kristus, Anak-Nya (Gal 1:4 Rm 5:18-19; 2Kor 5:19). Dan sarana penyelamatan yang utama ialah Yesus Kristus, yang mati tersalib tapi oleh Allah dibangkitkan. Dan gagasan dasar yang dipakai ialah: Yesus, Anak Allah, atas prakarsa Allah menjadi senasib dengan manusia yang malang, supaya manusia yang malang menjadi senasib dengan Yesus yang tersalib dan dibangkitkan dan hidup bagi Allah.
Karena itu gambaran hitam yang dipaparkan itu tidak memerikan keadaan nyata. Gambaran – yang sedikit banyak berdasarkan pengalaman – berupa suatu hipotesis, yaitu: seandainya Yesus Kristus tidak pernah ada dan Allah tidak seperti yang diandalkan umat Kristen, keadaan manusia memang seburuk itu.
Yesus Kristus, Anak Allah, sejak kekal berada dalam rupa Allah dan mempunyai suatu kesamaan dengan Allah (Flp 2:6). Tetapi pada saat tertentu Allah mengutus Anak-Nya (Gal 4:4). Dan Ia menghampakan diri menjadi serupa dengan manusia (Flp 2:7-8), bahkan serupa dengan manusia yang berdosa (Rm 8:3), yang secara mendasar malang (Ibr 2:14-15; 5:7; 2:9-10). Tentu saja Anak Allah, Yesus Kristus, tidak berdosa (2Kor 5:21), melainkan taat kepada Bapa sampai akhir (Flp 2:8; Rm 5:19), sampai mati di salib. Namun demikian Yesus, Anak Allah sungguh menjadi senasib dengan manusia yang malang, manusia berdosa yang karena itu mesti mengalami kematian orang berdosa. Meskipun sendiri tidak berdosa, Yesus Kristus terjerat dalam keadaan nyata manusia (2Kor 5:21; Gal 3:13). Dan tidak hanya atas kehendak-Nya sendiri (Gal 2:20; Ef 5:2), melainkan atas kehendak Bapa yang menyerahkan Yesus kepada kematian orang berdosa, meskipun Yesus Anak tunggal-Nya yang terkasih (Rm 8:32). Begitu dalam Anak-Nya sendiri Allah penyelamat mendekati manusia (2Kor 5:19). Tetapi tidak dapat tidak manusia yang seolah-olah secara kodrati tidak taat terhadap Allah (Ef 2:2-3; Tit 3:3), menolak tawaran Allah itu. Dan penolakan itulah yang menyalibkan Yesus. Maka dosa manusia, kedosaannya menyebabkan kematian Yesus di salib. Nyatanya Yesus memang disalibkan di tempat tertentu dan oleh orang tertentu. Tapi itu sedikit “kebetulan” secara historis. Yesus sebagai tawaran Allah, tidak dapat tidak ditolak manusia, kapan saja dan di mana saja Ia tampil di antara manusia mana pun.
Apakah dengan demikian tawaran Allah batal? Tidak. Sebab nyatanya Allah yang menyerahkan Anak-Nya kepada kematian disalib, membangkitkan Yesus dari antara orang mati, dari keadaan paling parah yang dikarenakan dosa manusia. Dan adapun alasannya Allah membangkitkan Yesus ialah: ketaatan Yesus sampai mati disalib (Flp 2:8). Begitu ketidaktaatan manusia diimbangi, malah dilampaui oleh ketaatan Yesus Kristus demi untuk manusia (Rm 5:19, 16). Maka atas dasar itu Allah tidak lagi memper-hitungkan dosa manusia (Rm 4:8), dosa tidak menjadi rintangan mutlak bagi penyelamatan Allah, bagi kasih-Nya. Atas dasar ketaatan Yesus yang memuncak dalam kematian-Nya Allah mendamaikan manusia dengan diri-Nya, mau membenarkan dan menguduskannya (1Kor6:11) dan membebaskannya dari perbudakan dosa (Rm 6:18-20; 8:2). Dosa-dosa, meskipun tetap terjadi, tidak lagi mampu menawan manusia, tidak mampu menghalang Allah terus membenarkan dan menyelamatkan orang berdosa (Rm 4:5). Dosa tidak lagi secara definitif memutuskan persatuan manusia dengan Allah (Rm 8:38-39). Satu-satunya yang diminta dari manusia ialah: percaya kepada Allah yang membangkitkan Yesus Kristus dan yang membenarkan dan menguduskan orang berdosa (Rm 4:24; 10:9; 1Kor1:30).
Kesetiakawanan timbal balik antara Yesus Kristus dan manusia, sudah terungkap dalam rumus tradisional yaitu: Yesus Kristus mati (dan bangkit) demi untuk kita, dosa-dosa kita (1Kor15:3-4; Rm 4:25; 8:32). Gagasan itu tradisional dalam tradisi Yahudi yang tercantum dalam Alkitab. Hanya gagasan itu diperdalam dan ditonjolkan dalam karangan-karangan Paulus. Ia suka menggunakan kata kerja, ciptaannya sendiri, untuk menekankan solidaritas timbal balik: Dikubur bersama Kristus (Rm 6:4), disalibkan bersama Kristus (Gal 2:19; Rm 6:6), dimuliakan bersama Kristus (Rm 8:17), hidup bersama Kristus (Rm 6:8), diubah rupa bersama Kristus (Flp 3:10; Rm 8:29; Flp 3:21), menjadi waris bersama Kristus (Rm 8:17), dibangkitkan bersama Kristus (Kol 2:12; 3:1; Ef 2:6), dihidupkan bersama Kristus (Kol 2:13; Ef 2:5), ditahtakan bersama Kristus (Ef 2,6), menderita bersama Kristus (2Kor 1:5; Flp 3:10-11; 2Kor 4:10; Rm 8:17). Dan persekutuan itu dipertegas lagi, bila dikatakan: Oleh karena satu manusia (Kristus) mati, maka semua mati (1Kor15:22; 2Kor 5:14), dan oleh karena satu orang bangkit/dibangkitkan maka semua bangkit/dibangkitkan (1Kor15:21-22). Dan Yesus yang dibangkitkan menjadi yang pertama dari orang mati (Kol 1:18; 1Kor 15:20) dan yang sulung di antara semua saudara-Nya (Rm 8:29).
Maka manusia yang percaya menjadi senasib dengan Yesus Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan dan kini ada dalam keberadaan ilahi untuk tetap selama-lamanya. Yesus menjadi senasib dengan manusia yang malang, tetapi dengan demikian Anak Allah menjadi senasib dengan manusia berdosa. Dan akibatnya: ada kaitan yang tak terputus antara Yesus Kristus dan umat manusia seanteronya. Dan oleh karena itu, kini ada kaitan tak terputuskan antara umat manusia dan Yesus Kristus yang tersalib tapi dibangkitkan dan sudah masuk ke dalam keberadaan definitif yang teruntuk bagi semua, keadaan selamat dari segala kemalangan oleh karena selamat dari dosa dan kedosaan. Dan kalau orang sungguh beriman, maka ia secara pribadi dipersatukan dengan Yesus Kristus yang tersalib tapi dibangkitkan. Dan dengan demikian kini ia sudah mendapat jaminan untuk masa depan, bila semuanya menjadi terselesaikan, seperti sudah terselesaikan dalam Yesus Kristus (Flp 3:20-21).
Dan persatuan dengan Kristus tersebut, jaminan untuk masa depan, berupa Roh Kudus, Roh Allah dan Roh Kristus (1Kor 15:20; 2Kor 1:22; 5:5; Ef 1:14; Gal 4:6). Sebab Allah justru dengan Roh itu membangkitkan Yesus dari keadaan orang mati (Rm 8:11) dan oleh Yesus Roh itu dikurniakan kepada mereka semua yang percaya kepada-Nya. Dan orang Yunani yang masuk Kristen sudah mengalami Roh ilahi (Rm 15:17-19), kekuatan ilahi yang hadir pada mereka (1Kor 3:16). Boleh jadi Roh itu memperlihatkan dirinya dalam macam-macam gejala lebih kurang aneh (1Kor 12:4). Tetapi pada pokoknya ia berada dalam setiap orang yang percaya (Rm 5:5). Dan berkat Roh itu orang percaya juga dapat hidup sesuai dengan keadaan barunya (Gal 5:25), sesuai dengan dirinya sebagai ciptaan baru (2Kor 5:17; Gal 6:15) yang berada dalam dan bersatu dengan Kristus yang dibangkitkan (Rm 6:11; 1Kor 1:30; 2Kor 5:17).
Arti dan daya penyelamatan kematian Yesus disalib, yang tak terpikir lepas dari kebangkitan-Nya, dapat diungkapkan dengan pertolongan berbagai istilah, bergantung pada sudut pandangan. Jika dosa/kedosaan dilihat sebagai permusuhan manusia dengan Allah (tidak sebaliknya), maka dapat dikatakan: Allah dalam Yesus Kristus yang mati disalib mendamaikan manusia dengan diri-Nya (2Kor 5:18-19; Kol 1:21-22). Jika dosa/kedosaan dibandingkan dengan perbudakan dan penawanan, maka dikatakan: manusia ditebus oleh kematian Yesus Kristus (1Kor 1:30; Rm 3:24; Ef 1:7). Kematian itu dibandingkan dengan “uang tebusan”. Dapat juga dikatakan: manusia dibeli dengan harga lunas (1Kor 6:20; 7:23; Gal 3:13) atau pun dibebaskan (Rm 6:18-22). Dalam tradisi Yunani seperti dalam tradisi Yahudi ada sarana tertentu, yakni korban, untuk.memulihkan dosa umat, menghapus dosa itu, kembali menjalin hubungan dengan yang ilahi. Oleh karena semuanya itu tercapai oleh Yesus yang mati di salib, maka kematian itu dapat dibandingkan dengan korban pemulihan dosa dan pemulihan kesalahan. Maka kematian Yesus dapat disebut “sarana (korban) pendamaian atau korban penebusan” (Rm 3:25; 1Yoh 2:2).
Kalau kematian Yesus diartikan sebagai (dibandingkan dengan) korban (penghapus dosa), maka Yesus yang karena taat dengan rela mati, mati untuk orang berdosa, dapat dibandingkan dengan imam (besar) yang mempersembahkan korban. Gagasan itu diperkembangkan khususnya oleh surat kepada orang Ibrani (hanya di situ terdapat) (Ibr 5:5, 10; 7:21; 4:14). Karangan itu suatu karangan yang bercirikan Yunani, tetapi YunaniYahudi. Segala apa yang (dengan percuma) diusahakan keimaman selama kurun Perjanjian Lama (dan boleh ditambah: apa yang diusahakan segala macam keimaman) akhirnya tercapai oleh Yesus Kristus melalui kematianNya (lbr 9:6-12, 25; 10:11-14). Kematian Yesus dibandingkan dengan upacara hari pendamaian yang tercantum dalam Im 16. Tetapi apa yang pada pokoknya mau dikatakan ialah: Yesus dengan kematian-Nya di salib atas nama umat (manusia) menghapus dosa dan memulihkan hubungan manusia dengan Allah penyelamat. Dan itu sekali untuk selamanya (Ibr 9:12; 7:27). Yesus tetap menjadi sebab penyelamatan bagi semua yang taat, yang beriman (Ibr 5:9)!
Di kalangan umat Kristen yang berkebudayaan Yunani, dalam rangka pemikiran tentang peranan Yesus dalam penyelamatan manusia, khususnya dalam rangka pemikiran tentang makna kematian-Nya, suatu gelar menjadi populer ialah; Juru Selamat (Yoh 4:42; Kis 5:31; Ef 5:23; Flp 3:20; 2Tim 1:10; Tit 1:4; 2:13; 3:6; 2Ptr 1:11; 2:20; 3:18; 1Yoh 4:14). Gelar itu bukan ciptaan umat Kristen itu. Tradisi Yahudi, a.l. yang tercantum dalam Alkitab Perjanjian Lama sudah biasa menyebut Ailah “Juru Selamat” (dan Penebus) umat-Nya (Yes 43:3, 11; 45:15, 21). Ada juga manusia tertentu yang sebagai wakil Allah, utusan-Nya, diberi gelar itu (Hak 3:9). Gelar yang sama sudah lazim di dunia Yunani juga. Macam-macam orang, dewa/ dewi, raja, dokter dan sebagainya disebut demikian. Khususnya Kaisar Roma (dan raja-raja lain) suka disanjung-sanjung sebagai “juru selamat”, bahkan “juru selamat dunia”. Umat Kristen memindahkan gelar itu kepada Yesus. Lalu Yesuslah Juru Selamat tunggal mereka. Yesuslah Juru Selamat dunia (Yoh 4:42), Juru Selamat semua manusia, yang membebaskan mereka dari kemalangan.
Tentu saja umat Kristen tidak mau menyingkirkan atau mengganti Allah sebagai Juru Selamat (1Tim 1:1; 4:10). Maka kedudukan Yesus dijelaskan dengan berkata Yesus adalah (Juru Selamat) Pengantara antara Allah dan manusia, dan sebaliknya (1Tim 2:5). Ini tidak berarti bahwa Yesus menjadi semacam penengah, yang berdiri antara Allah dan manusia, sehingga malah memisahkan manusia dari Allah. Maksudnya ialah: Yesus menjadi titik sambung antara Allah dan manusia, di dalam Yesus Kristus Allah dan manusia bertemu dan bersatu. Dan itu berkat kematian Yesus. Dengan jalan itu Allah menjadi nyata sebagai Juru Selamat, menjadi real bagi manusia. Dan Yesus tetap dan terus berperan demikian: Sebagai Juru Selamat dari Allah, yang melalui Yesus Kristus tetap mau menyelamatkan manusia dan hanya melalui Yesus Kristus. Yesuslah titik sambung aktif antara manusia yang harus (dan mau) diselamatkan dari kemalangan, dan Allah satu-satunya Juru Selamat manusia, tetap dan terus-menerus. Maka malah pada akhir zaman Yesus Kristus masih juga menyelamatkan “dari murka Allah” (1Tes 1:10) atau menjadi hakim (Kis 17:31). Itulah gagasan yang terungkap dalarn harapan, yang pada awal hangat-hangat, akan kedatangan Yesus Kristus sebagai Anak Manusia yang menyelamatkan atau
menghakimi (1Tes 2:19; 3:13; 4:15; 5:23; 1Kor 15:23). Tetap ada keyakinan bahwa Yesus dalam kebangkitan-Nya dilantik menjadi Juru Selamat (Kis 5:31) dan hakim orang hidup dan mati (Kis 10:42). Kalau harapan hangat akan kedatangan Yesus lama-kelamaan mengendor, namun keyakinan dasariah itu tetap rnempertahankan diri: Seorang juru selamat lain tidak boleh diharapkan.
Dan justru oleh karena Yesus Kristus Juru Selamat tetap, peranan-Nya tidak secara langsung dihubungkan dengan kematian-Nya. Namun demikian justru kematian itulah yang menjadi praandaian dan landasan peranan Yesus sebagai Juru Selamat. Hanyalah dalam gelar itu tekanan tidak terletak pada yang sudah-sudah, melaknkan pada peran aktual Yesus Kristus sebagai Juru Selamat kaum beriman dan pada prinsipnya semua manusia. Dan Tuhan Yesus Kristus tetap Juru Selamat oleh karena sama dengan Yesus yang tersalib, tapi dibangkitkan. Kebangkitan seolah-olah mengabadikan hal ihwal Yesus.
Dalam alam pikiran Yunani tidak hanya salib menjadi kebodohan, tetapi kebangkitan pun tidak mudah dipahami (bandingkan dengan Kis 17:32). Sebagian tradisi Yahudi tahu dan percaya ada kebangkitan orang mati di akhir zaman. Dan tradisi Yahudi-Kristen melanjutkan kepercayaan itu (Kis 4:2; 23:6). Maka kebangkitan Yesus tidak menjadi masalah prinsip dan dapat dipahami sebagai awal kebangkitan umum. Dan tentu saja hanya Aliahlah yang dapat membangkitkan orang. Dan itulah sebabnya mengapa Yesus juga dibangkitkan oleh Allah. Baru dalam perkembangan lebih lanjut orang Kristen berkata bahwa Yesus sendiri bangkit (Kis 10:41; 1Tes 4:14). Dan setelah Yesus dipahami sebagai Anak Allah yang diutus “dari surga”, maka Yesus Kristus juga dianggap sebagai yang membangkitkan orang mati (Yoh 5:21; 6:44), tentu saja sebagai utusan, wakil dan kuasa Allah, yang melakukan pekerjaan Bapa (Yoh 6:39-40).
Tetapi gagasan “kebangkitan” macam itu dalam alam pikiran Yunani terbentur pada kesulitan prinsipial. Dalam alam pikiran Yunani pada awal tarikh Masehi manusia yang sebenarnya ialah: jiwanya atau “akalnya” (logos, nous). Jiwa itu terkurung dalam badan yang merupakan beban bagi manusia (bandingkan dengan Keb 8:19-20, 15). Pada saat kematian menusia sejati itu meninggalkan badan, keluar dari kurungan, dan kembali ke asal-usul ilahinya, dunia yang sebenarnya, tempat wajar bagi manusia sejati. Maka pemberitaan tentang kebangkitan Yesus Kristus dan orang mati pada umumnya terbentur pada skepsis dan malah ada orang Kristen yang tidak dapat percaya akan kebangkitan orang mati (1Kor 15:12). Kebangkitan (badan) suatu kemunduran bagi manusia sejati, suatu celaka.
Maka umat Kristen terpaksa memikirkan lebih lanjut kebangkitan Yesus dan mencoba memahami maknanya. Dipertahankan bahwa tanpa kebangkitan kematian Yesus pun tidak berguna sedikit pun (1Kor 15:16-17). Kematian Yesus terlepas tidak menyelamatkan orang dari dosanya. Justru dengan membangkitkan Yesus dari antara orang mati Allah menyatakan bahwa kematian Yesus bukan mati konyol. Dan dengan jalan itu barulah Yesus menjadi Juru Selamat untuk selamanya. Bila Yesus dalam kematianNya menjadi senasib dengan manusia berdosa, maka manusia berdosa, yang turut disalib bersama Yesus, menjadi senasib dengan Yesus yang dibangkitkan. Dan itu berarti bahwa sejak sekarang orang percaya sudah menjadi peserta dalam hidup Yesus Kristus yang dibangkitkan dan tidak mati lagi (Rm 6:9). Dan itulah “keselamatan” sekarang yang menjamin keselamatan utuh nanti. Kebangkitan Yesus menjamin kebangkitan orang yang percaya kepada-Nya (1Kor 15:20-21). Maka, bila orang percaya akan keselamatannya sekarang, tidak dapatlah ia menyangkal bahwa Allah telah membangkitkan Yesus dan akan membangkitkan kita pula (Rm 8:11; 1Kor 6:14). Tentu saja bagaimana semuanya nanti terjadi sukar dipikirkan atau dibayangkan dan juga tidak perlu diketahui (1Kor 15:35-36). Pokoknya ialah: seluruh manusia akan diselamatkan dan tidak hanya “jiwanya”. Eksistensi manusia di dunia jasmani ini melibatkan kejasmanian dan dengan demikian manusia mewujudkan diri. Bila eksistensi itu tidak mau percuma dan hampa-kosong, maka juga kejasmanian manusia dengan satu atau lain cara mesti diikutsertakan dalam eksistensi definitifnya bersama Allah dan Tuhan Yesus Kristus (1Kor 15:58). Allah Pencipta menjadikan seluruh dunia dan seluruh manusia dan Allah Pencipta sama dengan Allah Juru Selamat. Tidak dapat karya penyelamatan Allah lebih sempit daripada karya penciptaan-Nya. Seluruh ciptaan Allah akhirnya turut diselamatkan bersama dengan manusia dalam Yesus Kristus (Rm 8:19-23). Seluruh ciptaan mendapat eksistensi baru, menjadi langit dan bumi baru, meskipun bagaimana tidak dapat dipikirkan sekarang. Sebab bagaimanapun juga mesti terjadi suatu perubahan dasariah (1Kor 15:40-52). Dunia seadanya “darah dan daging” tidak dapat masuk ke dalam “Kerajaan Allah” definitif (1Kor 15:50). Tapi yang berubah ialah manusia dan dunia yang sekarang ada. Maka ada juga kesinambungan dalam ketidaksinambungan.
Bagaimanapun juga “keselamatan” tidak hanya menyangkut “jiwa” atau “roh manusia” (1Tes 5:23). Keselamatan yang berurat berakar dalam hubungan Allah dengan manusia, meliputi seluruh manusia di segala dimensinya, tidak hanya nanti tetapi dalam bentuk terbatas juga sekarang. Yesus sudah mewartakan Kerajaan Allah yang tidak hanya mewujudkan diri nanti, tetapi kini dalam dunia ini menjadi nyata. Yesus menyembuhkan orang sakit dan memberi makan kepada yang lapar sebagai tanda terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini. Dan gagasan itu selalu dipertahankan dalam tradisi Kristen, kalaupun segi “rohani”dan religius keselamatan mendapat tekanan. Selalu tinggal keyakinan bahwa “keselamatan” yang dinikmati, mewujudkan diri juga di dalam dimensi sosial dan material manusia. Meskipun bukan manusialah yang menyelamatkan diri, Allah, satusatunya Juru Selamat dalam Yesus Kristus, tidak menyelamatkan manusia di luar manusia seadanya, melainkan di dalam manusia seadanya, meskipun dalam bentuk sementara dan terbatas sekali pun menuju ke keselamatan utuh sempurna.
September 19, 2015 at 5:16 pm
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn menyebut ASMAUL HUSNA…
Yᴏhαnes 14:14. Jikα kαmυ MEMINTA sesυαtu kepαdα-Kυ dαlαm NAMA-Kυ, Akυ αkαn MELAKUKANNYA.”
September 28, 2009 at 10:46 am
Yesus anak Maria dan Anak Allah
Uraian yang dipaparkan di atas kiranya memperlihatkan betapa majemuk dan kaya kristologi/soteriologi yang dihasilkan dua-tiga generasi Kristen yang pertama. Dan uraian ini belum juga memperlihatkan segala segi dan unsur yang dapat ditemukan dalam karangan-karangan Perjanjian Baru. Juga jelas – meskipun dalam uraian tersebut belum cukup ditekankan – betapa majemuk dan tidak seragam kristologi/soteriologi itu. Ada pelbagai pendekatan yang tidak selalu dapat diselaraskan satu sama lain. Umat Kristen purba jelas masih juga mencari jalan dan perkembangan belum juga “selesai”.
Namun demikian, orang dapat menemukan dalam karangan-karangan Perjanjian Baru dua garis pemikiran yang berbeda. Tentu saja nyatanya kedua garis itu tidak jarang bercampur dan tumpang tindih. Namun demikian, dua pendekatan boleh dibedakan, asal saja tidak secara radikal dipisahkan atau malah diperlawankan satu sama lain. Kedua pendekatan itu dapat diringkaskan dengan dua sebutan yang ditemukan dalam Perjanjian Baru. Yesus Kristus kadang-kadang disebut “Anak Maria” (Mrk 6:3), bahkan bin Yusup pun ditemukan (Yoh 1:45). Tetapi lebih sering disebutkan sebagai “Anak Allah”.
Garis pemikiran yang satu, yang menyebut Yesus anak Maria, bertitik tolak pengalaman sementara orang dengan Yesus, orang Nazareth, baik sebelum mati di salib maupun sesudahnya. Khususnya pengalaman paska mencetuskan pemikiran. Pada dasar pengalaman itu akhir hidup Yesus, orang Nazareth, ternyata bukan kegagalan definitif. Allah jelas memulihkan kegagalan Yesus. Yesus yang tadinya mati tetap dipahami sebagai yang menghubungkan manusia dengan Allah. Pengalaman itu diartikan dengan pertolongan gagasan “Roh Kudus,” yang dalam pengharapan bangsa Yahudi menjadi ciri khas akhir zaman. Maka dengan pembangkitan Yesus, yang disusul pengalaman akan “Roh Kudus” itu, Allah sudah memulai akhir zaman, zaman keselamatan definitif, yang (tidak lama lagi) akan diselesaikan-Nya dengan Yesus itu juga. Kalau demikian, Yesus ternyata Anak Manusia dan Mesias yang diharapkan, tokoh penyelamatan, wakil dan kuasa Allah. Oleh karena Yesus yang ternyata hidup namun tidak begitu saja kembali ke “dunia” ini, maka Yesus sudah menikmati eksistensi baru. Itu berarti Yesus “ditinggikan,” diangkat, pindah ke dunia lain, dunia baru yang dinantikan. Yesus berada “di dunia” Allah, di pihak Allah dan mengerjakan apa yang dikerjakan Allah Juru Selamat umat, dan Hakimnya.
Dengan bertitik tolak akhir hidup Yesus yang ternyata bukan kegagalan definitif seluruh kehidupan Yesus dahulu menjadi lebih jelas. Pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah yang sudah dekat dan malah kini diwujudkan ternyata bukan kekeliruan. Dan dalam tindakan Yesus dahulu Allah sudah memperlihatkan kekuasaan penyelamatan-Nya yang juga membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Dan kekuasaan Allah itu ternyata tidak terhalang oleh dosa manusia yang menolak Yesus, bahkan membunuh-Nya di salib. Kalau Yesus kini di pihak Allah, mendapat kuasa ilahi yang mewujudkan pengampunan dosa dan keselamatan bagi manusia, maka dahulu juga sudah begitu. Kuasa yang sama menjadi nyata dalam kehidupan Yesus. Perkataan dan perbuatan-Nya dahulu sudah memperlihatkan kuasa ilahi itu. Dan kuasa ilahi itu tidak lain dari Roh ilahi yang dahulu dalam Yesus berkarya seperti sekarang berkarya melalui Yesus yang dibangkitkan.
Dalam rangka pemikiran ini kematian Yesus di salib dapat dipahami. Kematian itu memang tetap suatu pembunuhan, suatu kejahatan. Namun demikian, kematian itu sesuai dengan rencana penyelamatan dan kehendak Allah, bukan sesuatu tanpa arti dan makna. Kematian Yesus dalam rencana Allah menjadi jalan menuju peralihan kepada peranan dan kedudukan Yesus sekarang sebagai Mesias dan Anak Allah yang ada di pihak Allah dan mewujudkan keselamatan manusia. Maka dalam analisis terakhir kematian Yesus malah menguntungkan bagi manusia yang berdosa, sebab membuka zaman keselamatan, di mana Yesus sebagai Mesias, Anak Allah dan Tuhan tetap berkuasa. Dosa manusia ternyata tidak menghalangi karya penyelamatan Allah, bahkan ditiadakan oleh-Nya sebagai rintangan keselamatan. Dan semuanya itu dimulai dengan tampilnya Yesus dan diteruskan sesudah kematian dan kebangkitan-Nya.
Dalam garis pemikiran yang bertitik tolak pengalaman dahulu dengan Yesus, seorang manusia, dalam refleksi umat seolah-olah menjadi ilahi, semakin ditempatkan di pihak Allah. Yesus menjadi seorang manusia yang diilahikan. Hanya dalam garis pemikiran ini tidak menjadi terlalu jelas bagaimana manusia Yesus dari Nazareth menjadi ilahi, kapan diilahikan. Waktu dibangkitkan? Waktu mulai berkarya dahulu? Waktu dilahirkan dan diperkandung? Hanya jelaslah Yesus seorang manusia lain dari siapa pun. Ia sungguh-sungguh unggul, seorang tokoh yang bertindak sebagai utusan Allah, sebagai wakil dan kuasa Allah sendiri dan atas dasar itu sedikit banyak dapat disamakan dengan Allah yang menghubungi manusia. Garis pemikiran yang kedua justru menjelaskan kekaburan tersebut. Sejak awal eksistensi-Nya Yesus ada di pihak Allah, sejak awal Ia “Anak Allah.” Maka Yesus mesti pikirkan dengan bertitik tolak Allah sendiri. Dengan Yesus orang Nazareth itu Allah menggenapi janji-Nya, kesetiaan-Nya pada diri-Nya dan kepada umat-Nya. Yesus merupakan pelaksanaan penuh rencana penyelamatan Allah. Dan sejauh itu Yesus malah sudah ada sebelum tampil di muka bumi. Dari segi itu Yesus seabadi dengan Allah sendiri, seperti rencana keselamatan Allah abadi. Maka boleh dikatakan Yesus turut menciptakan alam semesta dan memimpin seluruh sejarah menuju ke puncaknya perwujudan rencana keselamatan dalam Yesus Kristus. Dengan tampilnya Yesus Allah Penyelamat tampil dan melibatkan diri dalam sejarah manusia. Dan kalau Yesus disebut “Anak Allah” dan “Tuhan,” maka gelar itu menggarisbawahi ciri ilahi Yesus Kristus. Dengan arti tertentu Yesus malah boleh disebut Allah (Rm 9:5; Yah 1:1; Tit 2:13; 2Ptr 1:1; 2Tes 1:12), sebab dengan-Nya Allah Penyelamat sudah tampil di bumi. Dan dengan memikirkan halnya secara demikian orang boleh berkata bahwa Yesus Kristus “turun dari Allah,” berasal dari Allah, dari surga.
Dan dalam rangka pemikiran itu kehidupan dan kematian Yesus menjadi lebih berarti lagi. Ternyata bahwa dalam Yesus Allah sendiri menjadi senasib dengan manusia yang malang dan berdosa. Allah sendiri menjadi terjerat dalam kedosaan manusia. Tetapi oleh karena Yesus ternyata bangkit dan hidup, maka terbukti bahwa Allah sudah mengatasi keadaan malang dan berdosa itu. Manusia kendati dosa dan kemalangan toh tidak secara mendasar dan definitif terasing dari Allah, terpisah dari kehidupan sejati bersama dengan dan dalam Allah sendiri. Dalam Yesus nyata bahwa manusia menjadi peserta dalam kehidupan Allah sendiri yang menjadi kehidupan manusia.
Dalam pendekatan tersebut pemikiran seolah-olah turun dari Allah menuju manusia. Titik tolaknya ialah Allah yang menghubungi manusia, lalu bertindak dalam sejarah. Dan itu terjadi dengan Yesus, orang Nazareth, yang menjadi penampakan aktif Allah dalam sejarah dan di bumi. Maka yang tampak sebagai manusia Yesus orang Nazareth, sungguh unik, Anak Tunggal Allah dengan tidak ada taranya dan bandingnya. Dan Allah dalam Yesus Kristus berupa kekuatan, Roh-Nya, tetap tinggal aktif hadir dalam sejarah manusia sampai akhir. Manusia – asal percaya – menjadi peserta dalam daya kekuatan Allah, dalam kehidupan Allah yang pernah tampak dalam Yesus.
Pendekatan dari atas, yang “menurun” itu, tentu saja Sangat menolong untuk mengkonsepsualkan dan membahasakan keunggulan Yesus, kedudukan dan peranan tunggal-Nya. Tetapi konsep dan bahasa itu agak mitologis dan menjadi agak kaburlah bagaimana dan sejauh mana Yesus Kristus masih seorang manusia di tengah-tengah manusia lain dengan segala keterbatasan. Kalau juga jelas bahwa Yesus itu Anak Tunggal, tetapi bagaimana ia masih juga anak Maria! Cara memikirkan Yesus itu agak cocok dengan alam pikiran Yunani yang gemar akan dewa-dewi yang turun dari surga dan menjelma sebagai manusia. Hanya dewa/dewi itu sebenarnya bukan manusia, tetapi terlebih “bertopeng” manusia. Tetapi Yesus jangan dipikirkan sebagai dewa yang bertopeng manusia. Dan justru itulah bahaya yang terkandung dalam pendekatan dari atas dan yang menurun itu.
Pada awal abad II tersedia dua pendekatan tersebut dan kedua-duanya tercantum dalam karangan-karangan yang menjadi Perjanjian Baru. Dan justru itulah tandanya bahwa kedua pendekatan itu perlu dipertahankan. Dua-duanya berat sebelah dan dua-duanya bisa mencetuskan pikiran yang mengubah Yesus Kristus yang mesti tetap sama, kemarin, hari ini untuk selama-lamanya. Kedua pendekatan itu seharusnya saling melengkapi dan saling mengimbangi. Tetapi memang sukar sedikit menyelaraskan kedua pendekatan itu. Dua-duanya berusaha lebih jauh menjelaskan Yesus Kristus, sasaran iman kepercayaan umat Kristen. Tetapi Yesus Kristus toh terus meluputkan diri dari pemahaman tuntas manusia. Tidak tersedia konsep dan bahasa yang sungguh dapat mengungkapkan Yesus Kristus, Anak Maria, Anak Allah, Tuhan dan Juru Selamat.
September 19, 2015 at 5:17 pm
Qs 17:110…’SERULAH Allαh αtαu SERULAH Ar-Rαhmαn. Dengαn NAMA yαng mαnα sαjα kαmu SERU, Diα mempunyαi AL ASMA-UL HUSNA…
1 Korintus 1:2…BERSERU kepαdα NAMA TUHAN kitα Yesυs Kristυs…
September 28, 2009 at 10:49 am
Menjelang akhir abad I Masehi kepercayaan Kristen sudah tersebar luas. Di mana-mana terbentuk jemaah-jemaah Kristen. Menurut petunjuk yang dapat digali dari karangan-karangan yang terkumpul dalam Perjanjian Baru, refleksi umat Kristen atas fenomena Yesus dan pengalaman umat sendiri semakin terpengaruh oleh alam pikiran Yunani. Para penerus Paulus (penulis Ef, Kol, surat pastoral), penulis 2Ptr, Yud, Kis, Ibr, sudah bergerak dalam alam pikiran yang ciri Yunaninya menyolok. Demikian pun karangan-karangan yang berasal dari tradisi Yohanes. Pengaruh kebudayaan Yahudi mundur.
Tradisi awal yang berpangkal pada Yesus sendiri dan pada jemaah semula mulai dibukukan dalam karangan-karangan yang kemudian disebut “Injil-injil sinoptik.” Tentu saja tradisi itu pun sudah diolah dan pengolahan itu terpengaruh oleh kebudayaan Yunani. Di samping karangan-karangan itu serta karangan-karangan lain yang kemudian terkumpul dalam Perjanjian Baru, tercipta dan beredar karangan-karangan lain. Sebagian dari karangan-karangan itu pada abad XVII terkumpul menjadi “Patres Apostolici” (Bapa-bapa rasuli). Jumlah karangan yang dimasukkan ke dalam kumpulan itu tidak selalu sama. Boleh disebutkan “Didakhe,” ialah “Pengajaran kedua belas Rasul” (disusun sekitar th. 90/100). Didakhe itu merupakan suatu Tata tertib Gereja/Jemaah. Ada sebuah karangan yang disebut “Surat Klemens Romanus,” ialah sepucuk surat yang dialamatkan oleh jemaah di Roma kepada jemaah di Korintus. Ditulis sekitar tahun 100. Lagi sebuah karangan yang disebut “Surat Barnabas” yang ditulis sekitar tahun 120. Ada tujuh surat yang oleh Ignatius, uskup Antiokhia di Siria, sekitar tahun 107 dikirim kepada sejumlah jemaah di Asia Depan, Roma dan uskup Smirna, Polykarpus. Polykarpus ini sekitar tahun 107 menulis sepucuk surat kepada jemaah di Filipi. Selama abad II sejumlah besar karangan lain beredar. Hanya saja sukar dipastikan kapan persis karangan-karangan itu disusun. Tetapi di antaranya (Misalnya: Injil yang disebut Injil Tomas) ada yang menjelang akhir abad I atau pada awal abad II digubah, sehingga sezaman dengan beberapa karangan yang tercantum dalam Perjanjian Baru.
Seperti terbukti oleh karangan-karangan Perjanjian Baru dan lain-lain karangan, maka umat Kristen pada awal abad II jauh dari seragam, baik dalam organisasinya maupun dalam pengungkapan iman kepercayaannya. Sebuah Kitab Suci Kristen belum ada. Satusatunya Kitab Suci yang diterima ialah Kitab Suci Yahudi, Perjanjian Lama yang dibaca dan ditafsirkan dengan kaca mata Kristen, ialah pengalaman umat Kristen dengan Yesus dan Roh Kudus. Tetapi sudah terbentuk beberapa rumus pendek yang meringkaskan pokok-pokok inti kepercayaan Kristen (Ibr 5:12; 6:1-2). Beberapa dari rumus itu tercantum dalam Perjanjian Baru (1Kor15:3-5; 1Tes 4:14; Rm 1:3-4; 4:25; 10:9-10; 1Ptr3:18-19; 1Tim 3:16; 2:5; Kis 8:37). Hanya baiklah diingat bahwa rumus-rumus itu tidak sama di mana-mana dan karangan-karangan yang tercantum dalam Perjanjian Baru cukup terbatas lingkup peredarannya dan boleh jadi dicurigai (2Ptr 3:15-16).
Meskipun tidak ada suatu “pusat” umum, mirip dengan Roma yang di kemudian hari menjadi pusat Gereja (Katolik), ada beberapa tempat yang luas pengaruhnya. Yerusalem sebagai pangkal dan awal mula segala-galanya tetap penting. Tetapi di samping itu berkembanglah beberapa pusat lain: Antiokhia di Siria, Efese di Asia Depan, Roma dan kiranya juga Aleksandria di Mesir (1Kor 1:12; 16:12; Kis 18:12, 24; 28:15).
Kekristenan yang tidak seragam itu toh sudah menjadi dua cabang, masing-masing dengan cirinya sendiri. Tentu saja tidak jelas terpisah dan kadang kala tumpang tindih, namun ada dua arus dalam kekristenan. Ada kekristenan Yahudi, yaitu jemaah-jemaah yang terutama terdiri atas orang yang berbangsa Yahudi. Pusat jemaah-jemaah itu tentu saja Yerusalem, tetapi mereka toh terutama tersebar di Diaspora dan terpengaruh oleh alam pikiran dan sinkretisme Yunani. Rupanya jemaah-jemaah Kristen-Yahudi itu terutama terdapat di Palestina, Siria, Asia Depan dan Mesir. Dan ada kekristenan Yunani, ialah jemaah-jemaah yang secara eksklusif atau terutama terdiri atas orang yang tidak berbangsa Yahudi dan seluruhnya berkebudayaan Yunani. Karangan-karangan Perjanjian baru, khususnya karangan-karangan Paulus, membuktikan bahwa antara kedua cabang kekristenan itu ada ketegangan yang juga menyangkut caranya Yesus Kristus dipikirkan dan dinilai. Paulus memang berbangsa Yahudi, tetapi toh tampil sebagai suara jemaah-jemaah Yunani. Dan jelaslah antara Paulus dan jemaah di Yerusalem, pusat kekristenan Yahudi, ada ketegangan dan malah permusuhan (Kis 15:1, 39; Gal 2:4, 12; 6:13; 1Kor11:21; Flp 3:2-3; Rm :30-31). Dan kekristenan Yahudi selama abad II terus bermusuhan dengan Paulus, yang dinilai sebagai “pengkhianat” dan “murtad”.
Tiap-tiap cabang kekristenan, Yahudi, dan Yunani, menempuh perkembangannya sendiri. Dan perkembangan yang berbeda itu pun menyangkut refleksi atas fenomena Yesus. Muncullah “kristologi” yang berbeda.
September 19, 2015 at 5:18 pm
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
Qs 17:110…’SERULAH Allαh αtαu SERULAH Ar-Rαhmαn. Dengαn NAMA yαng mαnα sαjα kαmu SERU, Diα mempunyαi AL ASMA-UL HUSNA…
1 Korintus 1:2…BERSERU kepαdα NAMA TUHAN kitα Yesυs Kristυs…
September 28, 2009 at 10:53 am
Tentang kekristenan Yahudi selama abad II-III tidak amat banyak diketahui dengan pasti. Nyatanya kekristenan itu semakin mundur dan akhirnya hilang lenyap dari panggung sejarah. Itu antara lain disebabkan oleh dihancurkannya pusat kekristenan itu, yaitu Yerusalem, oleh tentara Roma sampai dua kali, yakni pada tahun 70 dan tahun 135. Ada berita bahwa menjelang tahun 70 jemaah Yerusalem melarikan diri ke Pela, sebuah kota di seberang sungai Yordan di wilayah Dekapolis. Kemudian jemaah itu kembali. Tetapi sejak tahun 135 orang-orang Yahudi dilarang menetap di Yerusalem. Maka jemaah Kristen di sana menjadi jemaah Yunani. Kekristenan Yahudi di Diaspora kehilangan pusatnya. Mereka masih cukup lama dapat mempertahankan diri, khususnya di Siria dan Mesir, tetapi pengaruhnya semakin lemah. Mereka pun jauh dari seragam dan semakin terpecah-belah.
Kekristenan Yahudi terutama menggabungkan diri dengan Petrus, Yohanes dan teristimewa dengan Yakobus, saudara Tuhan. Yakobus itu menjadi pemimpin jemaah di Yerusalem, setelah Yakobus bin Zebedeus dibunuh oleh Raja Herodes Antipas (th 43/44) (Gal 1:18-19; 2:7, 9, 12; Kis 12:17; 15:13; 21:18; 1Kor15:7). Jemaah-jemaah Kristen keturunan Yahudi tetap setia dan semakin ketat setia kepada adat kebiasaan Yahudi, termasuk hukum Taurat, ibadat dan sunat (Mat 5:17-19; 6:16; 5:23; 23:2-3, 23; Kis 2:46; 3:1; 10:9; 21:20-24, 26; 16:1-3). Mereka mengakui Yesus, orang Nazareth, sebagai Mesias (Kis 5:42; 8:5; 9:22) dan begitu membedakan diri dengan kelompok-kelompoknya Yahudi yang lain (Kis 24:5, 14; 28:22). Juga setelah pada tahun ± 90 M dikeluarkan dari masyarakat keagamaan Yahudi (Yoh 9:22, 34; 12:42; 16:2), mereka tetap setia dan menganggap dirinya lanjutan Israel sejati, mirip dengan kelompok-kelompok Yahudi yang sebelum tahun 70 menetap di Qumran. Tidak mustahil sebagian dari jemaah Qumram itu masuk Kristen dan membawa serta semangat dan alam pikirannya. Itu menjelaskan mengapa (sebagian dari) jemaah-jemaah Kristen-Yahudi itu menolak ibadat korban di Yerusalem.
Jemaah-jemaah Kristen keturunan Yahudi itu menghasilkan sejumlah karangan (antara lain Didakhe, Pastor, karangan Hermas, Surat para Rasul, sejumlah “Apokalips,” yang dikemudian hari dinilai “gadungan,” apokrip). Mereka pun mengolah beberapa karangan Yahudi yang sudah tersedia (Misalnya: Kenaikan Yesaya, 4Ezra, 2Henokh, Wasiat XII Bapa Bangsa, Oracula Sibyllarum). Mereka pun menyusun Injil-injilnya sendiri, seperti Injil menurut orang-orang Ibrani, sama dengan Injil orang Nasrani.
Sejak awal jemaah-jemaah Kristen keturunan Yahudi gemar akan jenis sastra dan alam pikiran yang diistilahkan sebagai “Apokaliptik.” Kegemaran itu sudah terasa dalam Perjanjian Baru yang memuat juga Kitab Wahyu (apokalipsi) Yohanes, Mrk 13; 2Tes; 2Ptr; Yud. Ini warisan dari aliran tertentu dalam agama Yahudi yang tentu saja diadaptasikan pada kepercayaan Kristen yang secara mendasar berbeda dengan kepercayaan yang menjiwai para apokaliptisi Yahudi. Jenis sastra apokaliptis suka akan macam-macam gambar dan lambang yang bagi kita terasa aneh; akan rahasia-rahasia jagat raya yang terdiri atas pelbagai tingkat: Dari langit tertinggi (boleh jadi yang ketujuh, yaitu “surga” bandingkan dengan 2Kor 12:2-4) sampai tingkat terbawah, yaitu dunia orang mati di bawah keping bumi. Astronomi/astrologi berperan besar seperti juga malaikat-malaikat yang ada berbagai tingkatnya dan roh-roh jahat. Malaikat-malaikat dan roh-roh jahat itu seolah-olah membentuk semacam dunia sendiri, masing-masing dengan kepalanya, dan menghuni tingkat-tingkat jagat raya antara langit tertinggi dan bumi. Bagi kita alam pikiran Yahudi-apokaliptis dengan bahasanya yang khas memang ganjil rasanya dan amat fantastis. Namun demikian, cara berpikir dan cara berbicara itu pun legitim dan tidak boleh begitu saja ditolak sebagai kekanak-kanakan, prailmiah, primitif dan sebagainya. Hanya bagi kita sedikit sukar memahami apa yang persis dimaksudkan, lalu memindahkannya ke dalam alam pikiran lain, alam pikiran kita. Tetapi kesulitan yang sama kita hadapi, bila mau memahami alam pikiran dan bahasa seperti misalnya laku di kalangan kebatinan Jawa.
Maka wajar sekali kekristenan Yahudi itu mengungkapkan kepercayaannya dengan menggunakan alam pikiran dan bahasa Yahudi-apokaliptis itu. Dalam rangka pemikiran itu pun mereka berusaha mengungkapkan siapa sebenarnya Yesus Kristus bagi mereka, mana peranan dan kedudukan-Nya dalam karya penyelamatan Allah. Tetap mesti diingat bahwa, kendati pengaruh Yunani, alam pikiran Yahudi itu tetap alam pikiran dinamis, bukan alam pikiran statis, esensial ala Yunani.
Seorang cendekiawan-filsuf Kristen, Yustinus, sekitar tahun 155 memberitahukan bahkan pada masa itu masih ada sekelompok orang Kristen keturunan Yahudi yang meneruskan pandangan terhadap Yesus Kristus seperti pada awal ada. Mereka mengerti Yesus, orang Nazareth, sebagai seorang manusia yang suci dan kudus. Oleh Allah Ia dipilih dan diangkat menjadi Mesias, Kristus. Mereka belum memahami bahwa orang itu sudah ada, entah bagaimana, sebelum tampil di muka bumi, seperti diyakini oleh Yustinus sendiri. Namun demikian, Yustinus tidak mencap mereka sebagai “bidaah,” tersesat dari iman sejati. Jelaslah, kelompok Kristen-Yahudi itu tidak mengikuti perkembangan yang tercantum dalam karangan-karangan Perjanjian Baru, yang menyamakan Yesus dengan hikmat kebijaksanaan Allah, Firman Allah dan Anak Allah yang sejak kekal ada dan pada saat tertentu tampil di bumi.
Tetapi rupanya pandangan tersebut yang boleh dikatakan “primitif” tidak menjadi pandangan umum pada jemaah-jemaah Kristen-Yahudi di masa itu. Pada abad II tersebar sebuah karangan lain, Kerygmata Petrou, yang sekarang tercantum dalam sebuah karya yang diistilahkan sebagai “Pseudo-Clementina.” Dalam karangan itu Yesus Kristus ditampilkan sebagai seorang Guru (Rabbi) dan terutama sebagai Nabi sejati. “Nabi sejati” itu sebenarnya sejak kekal sudah ada. Dahulu sudah tampak dalam Adam, Musa, dan sebagainya. Nabi sejati itu ialah Roh Kudus, Roh Besar kenabian. Roh itu terus-menerus mengganti nama dan rupa sepanjang sejarah (bandingkan dengan Keb 7:27). Ia misalnya merasuki Adam dan Musa. Tetapi pada saatnya Roh Kudus itu mendapat tempat istirahat tetap pada Yesus, setelah Roh itu karena jasanya oleh Allah diurapi (menjadi Kristus). Maka nabi Yesus serentak Kristus, Mesias sejati, melebihi Musa dan lain-lain nabi. Dalam pandangan itu Yesus menjadi semacam “tempat kediaman” Roh Kudus, Kristus surgawi. Caranya Roh itu digambarkan menyatakan bahwa Ia mirip hikmat kebijaksanaan dari Perjanjian Lama. Yesus menjadi tempat kediaman, penampilan tetap hikmat kebijaksanaan. Seperti sudah dijelaskan, benih pandangan macam itu (Yesus disamakan dengan hikmat kebijaksanaan) ditemukan dalam karangan-karangan Perjanjian Baru juga. Dan Perjanjian Lama (Keb 9:17; 1:4-5) sudah menyamakan hikmat kebijaksanaan dengan Roh (dan Firman) Allah.
Dengan caranya sendiri Kerygmata Petrou tersebut berusaha mengungkapkan iman kepercayaannya terhadap Yesus. Di satu pihak dipertahankan bahwa Ia seorang manusia, seorang nabi yang melanjutkan rangkaian nabi dahulu. Di lain pihak Yesus melampaui ukuran manusia, melampaui ukuran nabi terbesar, Musa. Sebelum tampil di bumi sudah ada di pihak Allah dan mempunyai ciri ilahi. Dengan demikian, Yesus menjadi Kristus ilahi yang menggenapi semua harapan para nabi dahulu. Ia juga sudah aktif dahulu serta “menjiwai,” menginspirasikan para nabi. Pikiran serupa juga terdapat dalam 1 Ptr 1:11; Yud 5 (Tuhan Yesus menyelamatkan umat dari Mesir).
Pandangan yang sama diperkembangkan dalam sebuah karya lain, Anabathmoi Iakobou, yang juga tercantum dalam Pseudo-Clementina itu. Yesus dipahami sebagai nabi dan Kristus kekal. Dan Kristus kekal itu tidak lain kecuali Roh Kudus. Roh itu sejak kekal ada dan selalu menyertai orang takwa. Pernah Ia tampak pada Abraham dan Musa (theophania). Tetapi Ia kembali ke tahta surgawi-Nya. Akhirnya Ia tampil di bumi dalam Yesus. Maka Yesus lebih besar daripada Musa dan Yohanes pembaptis. Sebab Yesus baik Nabi maupun Kristus (Roh Kudus).
Dalam “Injil menurut orang-orang Ibrani,” ialah “Injil orang Nasrani,” Roh Kudus disebut sebagai Ibu Kristus. Dalam bahasa Ibrani “roh” (ritah) memang berjenis perempuan. Maria merupakan nama suatu kekuatan surgawi. Waktu Yesus dibaptis oleh Yohanes “Sumber Roh Kudus” (berarti: roh kudus sepenuh-penuhnya) turun atas Yesus dan beristirahat (tetap tinggal) pada-Nya. Roh itu menyapa Yesus sebagai berikut, “Anakku, dalam semua nabi aku menantikan engkau sampai engkau datang. Dan aku beristirahat dalam dirimu. Sebab engkau peristirahatanku. Engkaulah anak sulungku, yang akan berkuasa untuk selama-lamanya.” Kembali Roh Kudus yang tinggal pada Yesus mirip hikmat kebijaksanaan ilahi. Dan Yesus yang jelas mempunyai dimensi ilahi melebihi semua nabi lain oleh karena sebagai Anak sulung (= Mesias) berkuasa untuk selamanya.
Pendekatan serupa ditemukan dalam karya Pastor, karangan Hermas (± th. 150). Karangan itu amat laku pada jemaah-jemaah Kristen selama abad II-III dan kadang kala dianggap lebih kurang setingkat dengan Kitab Suci. Dalam penjelasan atas perumpamaan V Roh Kudus disebut Anak Allah dan Yesus digelari “Hamba Tuhan.” Karena kesetiaan dan ketaatan-Nya Hamba itu akhirnya juga diangkat menjadi Anak Allah, sama waris dengan Anak Allah ialah Roh Kudus. Tetapi sebelumnya Roh Kudus itu sudah mendiami “daging” (Hamba itu). Oleh karena “daging” itu dengan baik melayani Roh Kudus dan, sambil hidup dengan baik dan murni, bekerja sama dengan Roh itu, maka “daging” itu (Yesus, Hamba Tuhan) dipilih menjadi kawan Roh Kudus (berarti: Anak Allah). Jadi, sebelum diangkat Yesus sudah didiami Allah (Roh Kudus) dan akhirnya juga menjadi Anak Allah.
Kristologi yang tampil dalam karangan-karangan tersebut boleh diistilahkan sebagai “Kristologi pneumatologis” (roh kudus). Jelas ada usaha untuk menggabungkan “kristologi dari bawah” (seperti ada pada kelompok yang disebut Yustinus) dengan “kristologi dari atas” (yang mengandaikan kepra-adaan, prae-existensi) Kristus. Pada Yesus ada sesuatu, Roh Kudus, kekuatan ilahi, yang sudah ada sejak kekal. Dengan Yesus – sejak dibaptis oleh Yohanes – Roh, Kekuatan ilahi yang diperorangkan, secara definitif tampil di muka bumi dengan memuncak dalam kebangkitan Yesus. Roh ilahi itu sedikit banyak “menjelma” dalam diri Yesus. Maka pada Yesus Kristus – entah sejak kapan – ada suatu dimensi yang melampaui dimensi manusiawi. Boleh dikatakan bahwa dalam pendekatan itu dimensi, ciri manusiawi Yesus semakin disingkirkan sebagai sesuatu yang relevan. Namun terus juga Yesus dianggap sebagai, “manusia,” paling tidak sampai mulai “didiami” Roh Kudus.
Kristologi “pneumatologis” tersebut memang sangat mendekati kristologi yang (di kemudian hari) diistilahkan sebagai “adoptianisme.” Yesus (hanya) Anak angkat Allah. Adoptianisme itu memang tampil dalam sebuah karangan yang disebut sebagai “Injil kaum Ebyonim.” “Kaum “Ebyonim” itu sekelompok orang Kristen-Yahudi yang menamakan diri demikian (kaum miskin), mirip dengan jemaah “orang miskin” di Qumran dahulu. Pujangga Gereja Ireneus (± th. 200) membicarakan orang itu dan menilainya sebagai “bidaah” (haeresis) gnostis. Menurut mereka Yesus seorang manusia, anak wajar Yosef dan Maria. Tetapi secara luar biasa Ia dianugerahi oleh Allah. Waktu Yesus dibaptis oleh Yohanes maka Kristus surgawi turun kepada-Nya. Rupanya Kristus itu tidak lain dari Roh Kudus yang dengannya Yesus diurapi menjadi Kristus (dan Anak Allah). Tetapi Kristus itu meninggalkan Yesus lagi waktu disalibkan. Jadi, waktu Yesus dibaptis ia “kerasukan” Roh Kudus/Kristus surgawi.” Dan pada saat itu sebuah suara surgawi berkata kepadanya, “Hari ini engkau Kuperanakkan.” Maka pada saat itu Yesus menjadi Anak Allah (dan Mesias), tetapi tidak untuk selamanya. Pandangan itu disebarluaskan juga oleh seorang tokoh yang bernama Kerintus (sekitar th. 100). Menurutnya Kristus surgawi turun atas Yesus, anak Yosef dan Maria, dan memberinya kuasa gaib. Sebelum meninggal di salib Yesus ditinggalkan Kristus itu. Yang mati dan bangkit hanyalah Yesus. Yesus bukan Kristus, sebab Kristus itu sesuatu yang rohani belaka.
Kalaupun pandangan “kaum Ebyonim” dan terutama Kerintus boleh disebutkan “adoptianisme” murni, yang pada dasarnya menyangkal dimensi ilahi pada Yesus, namun boleh ditanyakan apakah pandangan yang memang kelihatannya mirip dan yang ditemukan dalam karangan-karangan lain itu pun sudah suatu “adoptianisme.” Kerintus (dan kaum Ebyonim?) jelas terpengaruh oleh alam pikiran Yunani, sehingga dengan kata yang sama dimaksudkan sesuatu yang lain. Soalnya terletak dalam pandangan “kaum Ebyonim” dan Kerintus bahwa Yesus ditinggalkan Kristus waktu menderita dan mati di salib. Itu memang mengimplikasikan bahwa manusia Yesus tidak “memiliki” ciri ilahi. Hanya ditempelkan padanya untuk sementara waktu. Sebaliknya pandangan Kristen Yahudi lain itu tidak berkata demikian. Pemikiran mereka terlebih suatu usaha untuk memahami dan menjelaskan kedudukan dan peranan tetap Yesus dalam data penyelamatan. Dan kalau dilihat secara “dinamis” Yesus baru mulai berperan demikian waktu tampil di depan umum (dengan dibaptis oleh Yohanes). Pandangan itu tidak mengimplikasikan bahwa, dalam pendekatan esensial dan statis, Yesus sejak awal eksistensi-Nya di dunia tidak memiliki dimensi ilahi itu.
Di samping (dan tumpang tindih dengan) kristologi “pneumatologis” di kalangan jemaah-jemaah Kristen keturunan Yahudi berkembanglah pula suatu kristologi yang boleh disebutkan “angelis.” Itu berarti bahwa peranan dan kedudukan Yesus diungkapkan dengan pertolongan gagasan, gambar dan istilah yang dipinjam dari pemikiran tentang malaikat-malaikat.
Sekitar awal tarikh Masehi di kalangan orang Yahudi, khususnya yang berhaluan apokaliptis (bandingkan dengan Kis 23:8), “angelologi” dan “demonologi” amat berkembang. Dan Perjanjian Baru membuktikan bahwa umat Kristen meneruskan pemikiran itu. Maka tidak mengherankan bahwa orang Kristen keturunan Yahudi yang berhaluan apokaliptis berusaha mengungkapkan iman kepercayaannya kepada Yesus Kristus dengan pertolongan pikiran mereka sekitar malaikat-malaikat (dan roh-roh jahat).
Malaikat-malaikat dalam alam pikiran Yahudi – yang sudah ada dalam Perjanjian Lama (Dan, Za, Yeh) – ialah “utusan” Allah yang berdekatan dengan Allah dan hampir saja tidak dibedakan dengan Allah dalam pengurusan dunia, bangsa-bangsa, umat Allah dan tiap-tiap orang. Malaikat-malaikat itu memang diperorangkan, tetapi dalam pendekatan dinamis. Berhadapan dengan malaikat-malaikat yang membentuk semacam “dunia” surgawi sekitar Allah, ada “roh-roh jahat” yang juga membentuk suatu dunia tersendiri di bawah pimpinan “Iblis” (Setan dan macam-macam nama lain lagi). Biasanya “dunia roh-roh jahat” itu ditempatkan antara “dunia Allah” (tingkat paling atas) dan dunia manusia. Roh-roh jahat menguasi jagat dan dunia manusia. Kadang-kadang di “dunia orang mati” juga terdapat “roh jahat” atau Malaikat Maut sebagai pengurus dan kepalanya. Pikiran-pikiran semacam itu memang sudah terdapat dalam Perjanjian Baru (Luk 10:18; Why 12:8-9; Ef 6:12; 2Kor 6:15; Why 9:11). Kadang-kadang perjanjian Baru mendekatkan Yesus Kristus (yang memang juga utusan Allah, Ibr 3:1) pada malaikat-malaikat (Mrk 1:13; Yoh 1:51; Mat 16:27; 25:31; Ibr 1:4; 2Tes 1:7).
Untuk mengungkapkan kedudukan dan peranan Yesus Kristus, khususnya dalam kepraadaan-Nya, umat Kristen keturunan Yahudi tidak segan memakai lambang malaikat. Dengannya ditekankan bahwa Yesus Kristus melampaui manusia dan ada di pihak Allah dalam hubungan Allah dengan dunia.
Dalam karya karangan Hennas, yaitu Pastor, berulang kali tampil “Malaikat mutabir,” “Malaikat kudus,” “Malaikat mulia,” yang perawakannya raksasa (Vis V:2; Mand V:l. 7; Sim V:4, 4; VII:l-3; IX:1, 3; VIII:1,1-2). Dan Malaikat itu lidak lain kecuali Anak Allah (Sim IX:12, 7). Malaikat-Anak Allah itu melebihi semua malaikat lain dan setingkat dengan Tuhan sendiri. Malaikat-Anak Allah itu dinamai “Mikhael” (Sim VII:3, 3). Itu berarti bahwa Ia adalah kepala semua malaikat, mana pun tingkatnya. Dalam karangan-karangan Kristen-Yahudi lain pun Yesus Kristus digambarkan sebagai malaikat yang melampaui segenap barisan malaikat (seperti dalam Ibr 1:4). Dalam “Surat para Rasul” (± th. 140/170) misalnya dikatakan oleh Kristus sendiri bahwa berupa malaikat Gabriel Ia tampak oleh perawan Maria. Kristus dalam kepraadaan-Nya sebagai Firman Allah masuk ke dalam rahim perawan Maria. Pikiran yang sama ditemukan dalam Oracula Sibyllarum (VIII:456-461). Menarik perhatian sedikit bahwa tidak mulai dengan baptisan, tetapi sejak awal eksistensi-Nya segi ilahi Kristus sudah ditonjolkan.
Sesuai benar dengan pendekatan tersebut bila dikatakan bahwa, waktu tampil di muka bumi Firman dan Anak Allah (yang dipikirkan mirip dengan malaikat) turun dari Bapa dengan melintasi segala tingkat jagat raya dengan penghuninya (ialah barisan para malaikat dan roh jahat). Ditambah bahwa malaikat-malaikat itu tidak mengenal Firman Allah waktu turun. Dalam karangan “Kenaikan Yesaya” (X:7-12) misalnya terbaca sebagai berikut: “Maka Juru Selamat kita, ialah singa rohani, diutus oleh Bapa. Tetapi jejak-jejak rohani-Nya, yaitu keilahian-Nya, disembunyikan-Nya. Dengan malaikat Ia malaikat, dengan Tahta Ia Tahta, dengan Kuasa Ia Kuasa dan dengan manusia Ia manusia selama Ia turun. Ia kan turun ke dalam rahim Maria untuk menyelamatkan jiwa-jiwa manusia. Maka mereka tidak mengenal-Nya waktu Ia turun dari atas.” Prae-eksistensi Yesus Kristus jelas, tetapi apa yang menarik perhatian sedikit ialah: Kristus tampaknya mengambil macam-macam rupa dan penyelamatan dikaitkan dengan turun-Nya Kristus, berarti dalam peristilahan lain: dengan inkarnasi. Apa persis maksudnya? Mungkin mau dikatakan bahwa karya penyelamatan Yesus Kristus menyangkut juga “dunia atas” dan tidak hanya dunia manusia. Pikiran yang serupa juga ditemukan dalam Perjanjian Baru, yakni Yesus Kristus, Anak Allah, Firman Allah yang “turun,” tentunya untuk nanti kembali (Ef 1:21; 4:9-10; 3:10-12; 1Kor2:8; Ibr 1:3-4; 4:14; Yoh 3:13; 6:62).
Sesudah mati dan bangkit Yesus Kristus turun sampai tingkat terbawah jagat raya, yaitu dunia orang-orang mati, Syeol, Hades. Dunia orang-orang mati ialah tempat di bawah keping bumi, di mana semua orang mati dikumpulkan dalam keadaan tidak berdaya. Ungkapan Yesus “turun ke dunia orang mati” dapat berarti bahwa Ia benar-benar mati seperti orang lain, mengalami keadaan orang mati, tidak berdaya sama sekali. Itulah yang dimaksudkan Kis 2:24-31. Tetapi bukan demikianlah pikiran orang-orang Kristen keturunan Yahudi, kalau berkata tentang turunnya Yesus Kristus ke dalam dunia orang mati. Mereka mengembangkan pikiran yang tercantum dalam 1Ptr3:19-20; 4:o dan Mat 27:51b-53, sebagaimana mereka mengartikan nas-nas itu. Yesus turun di dunia orang mati untuk mewartakan kemenangan-Nya, mengalahkan “Malaikat Maut” dan membebaskan orang (benar) yang terkurung di sana. Bersama dengan Kristus mereka naik ke atas, kepada Allah, keadaan selamat. Pikiran tersebut, yang memang agak simpang siur dalam karangan-karangan jemaah Kristen-Yahudi, paling lengkap terungkap dalam “Odos (Madah) Salomo,” 42 (± th. 150) sebagai berikut: “Dunia orang-orang mati telah melihat Aku (Yesus Kristus) dan Aku telah menang. Maut membiarkan Aku kembali dan banyak orang beserta dengan Aku. Beserta dengan Maut Aku telah turun ke dalam dunia orang mati sedalam-dalamnya. Aku mengadakan sidang bersama orang-orang hidup di tengah-tengah orang-orang mati. Dengan bibir suci Aku telah berbicara dengan mereka. Mereka yang tadinya mati datang berlari-lari kepada-Ku. Mereka telah berseru, katanya: Kasihanilah kami, hai Anak Allah; perlakukanlah kami sesuai dengan kasih karunia-Mu. Keluarkanlah kami dari kegelapan dan bukakanlah kami pintu gerbang. Sebab, Kami melihat bahwa kematian-Mu tidak berdekatan dengan kematian kami. Adapun Aku, Aku mendengarkan suara mereka dan menggariskan nama-Ku pada dahi mereka. Itulah sebabnya maka mereka bebas dan menjadi kepunyaan-Ku”.
Apa yang dengan gambaran dan bahasa apokaliptis-mitologis itu mau dikatakan cukup kentara. Yesus Kristus sebagai pemenang membebaskan orang mati dari keadaannya sebagai orang mati, keadaan yang paling memfrustrasikan eksistensi manusia dan akibat paling parah dosa dan kedosaan. Mereka dibawa kepada keselamatan. Yesus Kristus menjadi Juru Selamat juga bagi mereka yang mendahului tampil-Nya di bumi dan di dalam sejarah. Karya penyelamatan Yesus Kristus sungguh universal, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, seperti juga disarankan Ibr 11:39-40.
Sama seperti Yesus Kristus “turun” demikian pun Ia “naik” dengan melintasi segala tingkat jagat raja. Pikiran itu juga tercantum dalam Perjanjian Baru (Kis 1:9-10; Mrk 16:19; Ef 4:9; Flp 2:5-10; Yoh 16:28). Tetapi benih itu sangat diperkembangkan dalam pemikiran jemaah-jemaah keturunan Yahudi. Tadi ditemukan pikiran bahwa waktu Yesus Kristus, Anak Allah, turun tidak dikenal oleh malaikat dan manusia. Sebaliknya waktu Ia naik ke atas lagi Ia dikenal, diakui, dipuji dan dipuja segala barisan malaikat. Dengan padat tapi lengkap gagasan itu disajikan karya “Kenaikan Yesaya” (XI:21-32). Terbaca: Aku (Yesaya) melihat juga bahwa sesudah tiga hari Ia bangkit dan masih tinggal beberapa hari. Maka malaikat yang mengantar aku berkata “Camkanlah, hai Yesaya,… Aku melihat bagaimana Ia naik sampai ke langit ketujuh dan semua orang benar dan segala malaikat memuji Dia. Maka aku melihat Dia duduk di sebelah kanan Kemuliaan Besar … .” Duduknya Yesus Kristus di sebelah kanan Allah (lambang kuasa-Nya sebagai penyertaan dalam kekuasaan Allah) dalam Perjanjian Baru juga berulang kali diungkapkan (Ibr 1:3; Kis 7:55; Rm 8:34; Ef 1:20; Kol3:l; !Ptr3:22).
Pada umumnya jemaah-jemaah Kristen keturunan Yahudi tidak menyangkal bahwa Yesus benar-benar mati di salib. Hanya mereka yang amat terpengaruh oleh gnosis Yunani sampai menyangkal realitas kematian Yesus. Tetapi di lain pihak kristologi Kristen-Yahudi, yang jelas terutama “kristologi dari atas,” condong menonjolkan ciri ilahi Yesus Kristus. Maka peristiwa kematian Yesus yang ngeri di salib sedikit sukar ditempatkan dalam rangka pikiran yang menekankan kemuliaan Yesus Kristus, kekuatan dan kemenangan-Nya. Kristologi itu jelas bukan “kristologi Salib” ala Paulus, melainkan kristologi kemuliaan, berdekatan dengan kristologi Injil Yohanes.
Maka segi negatif Salib Kristus sedikit banyak disembunyikan dan terlupa. Salib Yesus menjadi tanda dan lambang kekuatan dan kemenangan-Nya. Salib itu menyertai Yesus waktu bangkit dan naik ke surga. Nanti pada parousia Salib itu juga menyertai Tuhan yang jaya. Salib dengan palang-palang bersilang menjadi lambang Kristus yang merangkul seluruh jagat raya. Bumi dan surga, timur, barat, utara, dan selatan dipersatukan oleh Salib Kristus. Salib menjadi simbol penyelamatan universal dan kosmis yang dikerjakan Yesus Kristus.
Memanglah kematian Yesus dan kebangkitan Kristus yang menang tidak pernah dapat dipisahkan dalam kristologi mana pun. Tetapi dalam kristologi Kristen-Yahudi dipersatukan begitu rupa sehingga penderitaan dan kematian diserap oleh kebangkitan dan kemuliaan Yesus Kristus. Realitas historis peristiwa itu sangat dikurangi. Salib – penderitaan dan kematian Yesus – tidak dipahami terutama sebagai penyilih dosa manusia, melainkan sebagai pemulihan kosmis, pemulihan jagat raya yang dibebaskan dari kuasa-kuasa jahat yang menguasai dan mengacaukan jagat raya. Tentu saja benih pikiran itu ditemukan dalam Perjanjian Baru juga (Kol 1:16, 20; 2:15; Ef 2:15-16; 1:10, 21-22). Tetapi segi itu hampir saja secara eksklusif diperkembangkan dalam kristologi Kristen-Yahudi. Dalam pendekatan itu Salib bukan suatu batu sandungan lagi. Untuk memahami penderitaan dan kematian Yesus di salib jemaah Kristen-Yahudi meminjam suatu simbolik yang sebenarnya tidak Kristen. Sebelum kekristenan tampil dan di luar lingkup kekristenan Salib sudah dipakai sebagai lambang jagat raya berupa pohon kosmis yang tertanam di tengah dan merangkul segala sesuatu. Terlalu mudah salib Kristus, suatu kenyataan historis, disamakan saja dengan pohon kosmis dan metologis itu. Mudah kejadian historis menjadi peristiwa mitologis.
Kristologi sebagaimana berkembang pada jemaah-jemaah keturunan Yahudi boleh dikatakan kristologi kerakyatan. Pemikiran kurang sistematis, kurang teologis dan agak simpang siur. Dan pemikiran itu tidak memakai atau mengungkapkan diri dalam konsep dan gagasan rasional dan abstrak, melainkan dalam lambang-lambang dan gambar-gambar (apokaliptis) yang konkret dan bahasa figuratif, bahkan mitologis. Tetapi jelas pula bahwa jemaah-jemaah itu rajin memikirkan, tegasnya merenungkan fenomena Yesus, memperdalam dan menyelaminya guna mengungkapkan relevansi dan maknanya. Dalam renungan itu daya khayal berperan besar.
Pada umumnya – sudah ditunjuk kekecualian – pendekatan jemaah-jemaah Kristen-Yahudi itu pendekatan dari atas, bertitik tolak pada Allah yang peranan dan kedudukan-Nya tidak terganggu gugat. Pendekatan itu mengakibatkan bahwa segi transenden, segi ilahi Yesus Kristus ditonjolkan. Segi historis dan segi manusiawi Yesus kurang mendapat perhatian. Tendensi itu malah terlalu meresap ke dalam “Injil-injil” yang disusun jemaah-jemaah Kristen Yahudi, yang suka menggarisbawahi segi ajaib Yesus yang ditampilkan sebagai Guru ilahi. Ditinjau dari zaman kemudian pemikiran Kristen Yahudi mesti dinilai sebagai condong untuk bersesat, tidak mempertahankan kesinambungan dalam identitas iman kepercayaan Kristen, menjurus ke bidaah. Tetapi baiklah diingat bahwa pada abad II-III belum ada “ajaran umum dan resmi,” belum ada “orthodoxia.” Semuanya masih berupa usaha dan percobaan. Seperti nanti akan menjadi kentara, tidak hanya umat Kristen-Yahudi yang masih mencari jalan untuk sebaik-baiknya memahami Yesus Kristus, kedudukan dan peran-Nya. Pemikiran umat Kristen pada umumnya masih simpang siur dan berbagai pendekatan berbentrokan satu sama lain. Baru di kemudian hari dari bentrokan itu keluarlah “orthodoxia,” ajaran dan refleksi resmi tentang Yesus Kristus yang cukup seimbang dan utuh.
Selama abad II-III umat Kristen keturunan Yahudi hampir saja hilang dari lingkup umat Kristen. Namun, pengaruh pemikiran mereka (yang tercantum dalam sejumlah karangan) tidaklah hilang. Sebaliknya pengaruh pendekatan dan pandangan umat kristen keturunan Yahudi yang kadang-kadang cukup fantastis itu dalam abad-abad berikutnya sampai dengan hari ini besar sekali. Para pujangga Gereja dari lingkungan Yunani tidak sedikit terpengaruh olehnya, tetapi pengaruh itu terutama disalurkan melalui agama rakyat, pada umat Kristen di luar kalangan para “ahli.” Banyak dari “devosi” rakyat berpangkal pada pemikiran umat Kristen-Yahudi; ikonografi (seni rupa) Kristen menyalurkan banyak motif yang berasal dari umat Kristen-Yahudi dan tidak sedikit dari unsur Kristen-Yahudi masuk ke dalam ibadat (liturgi).
Boleh disesalkan bahwa umat Kristen keturunan Yahudi hilang dari lingkup umat Kristen. Pemikirannya, juga sekitar Yesus Kristus, tidak sempat menjadi matang, utuh dan lengkap. Khususnya boleh disesalkan bahwa pemikiran umat Kristen-Yunani tidak lagi mendapat imbangannya dalam pemikiran Kristen-Yahudi. Bila pemikiran Kristen-Yahudi berat sebelah, maka juga pemikiran Yunani berat sebelah, antara lain dalam kristologinya.
July 21, 2014 at 8:02 am
@NEW O5,
NGOMONG OPO KOE??
NICH, COBA AJA JAWAB , PERTANYAAN SEDERHANA.., QURAN WAHYU SIAPA, AWLOH SWT ATAU PERKATAAN MUHAMMAD?
TO : ALL
—– QURAN ADALAH KITAB YG BERISI PERINTAH MANUSIA YG DIHAPALKAN —
Dalam Perjanjian Lama, nabi Yesaya yang hidup 1500 tahun sebelum masehi.., telah menubuatkan akan Muhammad seorang buta huruf dan QURAN KITAB YG BERISI PERINTAH MANUSIA YANG DIHAPALKAN.
YESAYA 29:12-13
(12) dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat membaca.”
(13) Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,
ISLAM PERCAYA BAHWA QURAN ADALAH WAHYU AWLOH SWT. TETAPI FAKTANYA, BAHWA QURAN HANYALAH BERISI PERINTAH MANUSIA YANG DIHAPALKAN, SESUAI DENGAN NUBUATAN NABI YESAYA.
COBA DI-SIMAK :
SURAH AL FATIHAH, 5,6 :
Qs. 1:5 Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Qs. 1:6 Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Jadi…, dari ayat2 quran, dapat DIPASTIKAN bahwa quran adalah berisi perintah manusia yang dihapalkan.
MOSOK, AWLOH SWT MENYEMBAH AWLOH SWT (QS. 1:5)
MOSOK AWLOH SWT NANYA JALAN YANG LURUS (QS. 1:6)
KAGAK SALAH LAGI…, QURAN ADALAH PERKATAAN MANUSIA YANG DIHAPALKAN DAN DILANTUNKAN.
September 19, 2015 at 5:19 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
September 19, 2015 at 5:20 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
September 28, 2009 at 10:56 am
Yesus Kristus Kehilangan Arah (abad XIX-XX)
Dunia yang berubah
Yesus Kristus tentu saja tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr 13:8), tetapi manusia tidak selalu sama. Dan yang kehilangan arah justru manusia dalam pikirannya tentang Yesus Kristus. Kristologi tradisional dan kristologi skolastik berkembang di kawasan Gereja barat (Latin) dan dalam rangka alam pikiran Yunani-Romawi dengan sumbangan dari alam pikiran suku-suku Jerman yang menetap di Eropa Barat. Dengan singkat alam pikiran itu boleh dikatakan: alam pikiran metafisik Yunani, entah metafisik Plato (Augustinusme sampai abad XIII), entah metafisik Arestoteles (Thomisme sejak abad XIII).
Metafisik Yunani merupakan suatu usaha memahami dan menjelaskan secara rasional dunia yang dialami dan diamati manusia dan yang nampaknya serba majemuk dan berubah-ubah. Dicari dan ditemukan sebuah prinsip (arkhe) yang mantap dan stabil, sebuah prinsip di belakang gejala-gejala yang dialami, yang memberi kemantapan, keteraturan dan kesatuan. Metafisik Yunani mencari “sebab musabab” (rationes) segala sesuatu: mengapa sesuatu ada dan mengapa ada seadanya, sehingga tidak dapat lain dari itu? Itulah yang mau dijelaskan dengan menentukan “sebab musabab” dan sebab terakhir segala sesuatu. Ada keyakinan spontan bahwa realitas adalah objektif, tidak bergantung pada pikiran manusia; “yang ada” mendahului dan menentukan pikiran dan pengetahuan manusia. Maka “kebenaran” ialah kesesuaian pikiran (konsep, ungkapan, keputusan) dengan realitas seadanya. Dan realitas itu pada dasarnya adalah mantap dan stabil, di belakang perubahan-perubahan yang dialami manusia.
Plato menjelaskan realitas yang diamati dengan mengertinya sebagai cerminan terbatas dan sementara dari dunia lain, dunia ilahi. Dan dunia itu adalah yang “orisinal,” yang utuh, tetap dan abadi. Di sana ada “cita-cita” rohani yang akhirnya bersatu dalam Cita-cita teratas, ialah Yang Baik (Allah). Arestoteles menempuh jalan yang lain sedikit. Filsafat ini berusaha memahami dan menjelaskan dunia seadanya dengan prinsip yang membentuk apa yang ada dari dalam (materia, forma; essentia, existentia/natural substantia, accidens; potentia, actus) dan apa yang dari luar menyebabkan apa yang ada (causa efficiens, causa finalis). Adapun “sebab” terakhir ialah Allah (primus movens non motus), di mana semua unsur itu melebur menjadi satu dalam identitas mutlak.
Maka menurut metafisik Yunani dunia merupakan suatu keseluruhan mantap dan secara rapih tersusun, sebuah “kosmos.” Tiap-tiap realitas mempunyai “adanya” sendiri yang tetap sama, tidak tersentuh oleh perubahan-perubahan. “Adanya” tiap-tiap realitas kurang atau lebih besar, sehingga semuanya tersusun secara rapih sesuai dengan banyak “adanya” yang ada padanya dalam urutan dari “lebih” menuju ke “kurang.” Pada puncaknya ada “sebab awal” (Allah) yang memberi tiap-tiap realilas “adanya” sendiri. Tiap-tiap realitas terdiri atas sejumlah “prinsip” (unsur) batiniah (yang berkaitan satu sama lain sebagai “polentia” dan “actus”), dan sebab lahiriah.
Adapun umat Kristen sejak abad III memikirkan Yesus Kristus yang diwartakan Perjanjian Baru dalam rangka metafisik Yunani itu (tanpa begitu saja membenarkan kerangka pemikiran itu). Dalam rangka metafisik Plato Yesus Kristus disamakan dengan “logos” ilahi, cerminan, gambaran sempurna Allah (Bapa) sendiri. Logos ilahi dan kekal itu mengandung di dalam diri-Nya seluruh realitas berupa cita-cita, yang tercermin dalam dunia yang diamati. Logos itu tampil di bumi ini dengan Yesus Kristus guna mengilahikan dunia, khususnya manusia, gambar Allah yang rusak. Bertitik tolak Logos ilahi itu segala sesuatu dapat dipahami dan dijelaskan. Dalam rangka metafisik Arestoteles (mulai abad IV tapi terutama sejak abad XIII) orang berusaha memahami Yesus Kristus yang diwartakan tradisi dengan menentukan apa yang “menyebabkan,” apa yang membuat Yesus Kristus yang memang hanya seorang, menjadi serentak manusia dan Allah, bagaimana yang satu dan sama itu mempersatukan di dalam dirinya “yang ilahi” dan “yang manusiawi.” Dalam rangka pemikiran itu “yang ilahi” dijelaskan dengan prinsip “kodrat” (natura) ilahi dan “yang manusiawi” dengan prinsip “kodrat” (natura) manusiawi. Sedangkan prinsip pemersatu ialah “diri,” “pribadi” (persona, hypostasis) yang satu dan sama, yakni diri ilahi, “persona” ilahi yang kedua (dari Trinitas: Firman Allah, Allah-Anak) yang sejak kekal berasal dari Allah Bapa dan sehakikat dengan Bapa.
Alam pikiran Yunani itu dapat pada dasarnya mempertahankan diri sampai abad XIV dan dalam teologi skolastik (Thomisme) malah sampai pertengahan abad XX. Dengan demikian pemikiran tentang Yesus Kristus dalam rangka itu pada dasarnya juga dapat mempertahankan diri. Kristologi yang dirumuskan konsili Khalkedon dan Konstantinopolis III dalam abad IV, suatu “kristologi dari atas,” tidak terganggu gugat. Rupanya “tata bahasa” kristologis itu mencukupi untuk memikirkan dan mewartakan Yesus Kristus dengan cara yang sesuai dengan alam pikiran dunia Eropa Barat dan Eropa Timur.
Tetapi sejak abad XIV (renaissance, humanisme) dunia Yunani-Romawi serta alam pikirannya di kawasan barat mulai merosot dan semakin merosot, diganti alam pikiran dan dunia lain, yang sedikit banyak bertolak belakang dengan alam pikiran Yunani-Romawi (meskipun tentu saja tidak terlepas darinya). Semakin pesat terjadilah suatu perubahan radikal di segala bidang kehidupan (politik, nasionalisme; ekonomi, prakapitalisme, kapitalisme, industri; masyarakat, demokrasi, borjuis, hak-hak asasi manusia secara perorangan, individualisme). Di bidang ilmu-ilmu pun terjadilah perubahan yang langsung mempengaruhi teologi dan kristologi. Ilmu-ilmu itu tidak lagi hak tunggal para rohaniwan Gereja, tetapi dikelola juga oleh yang “awam.” Teologi sebagai ilmu utama, Ratu segala ilmu, diturunkan dari tahtanya. Ilmu-ilmu positif, yang berdasarkan pengamatan dan eksperimen, berkembang dengan pesat dan melepaskan diri dari teologi dan filsafat. Cukup mengingatkan tokoh-tokoh seperti Kopernikus (± th. 1543), Galilei Galileo (± th. 1624), Newton (± th. 1727). Ilmu-ilmu positif itu diterapkan melalui teknik yang semakin menguasai alam dan manusia. Filsafat pun (yang otonominya sudah diakui Thomas Aquinas) melepaskan diri dari teologi, menempuh jalannya sendiri serta menyusun dunianya sendiri lepas dari iman. Proses sekularisasi, yang sudah dimulai pada abad XIII, tampil pada permukaan dan semakin meluas.
Semua perubahan tersebut sekaligus merupakan hasil dan sebab suatu alam pikiran baru yang melihat dunia secara lain daripada alam pikiran lama. Alam pikiran klasik (Yunani, zaman pertengahan) adalah kosmos-sentris dan teo-sentris. Manusia mencari dan menemukan pegangan dan kemantapan dalam “dunia,” kosmos, yang diyakini serba teratur dan mantap oleh karena akhirnya berurat-berakar dalam prinsip mutlak, Allah, yang menurut iman kristen menciptakan dan menyelenggarakan segala sesuatu. Adanya Allah, entah apa namanya, peranan dan makna-Nya sebagai “stabilisator” tidak diragukan atau disangsikan, kalaupun kadang-kadang ada suara skeptis. Pokoknya: Allah tidak menjadi problem.
Tetapi alam pikiran baru, yang menjadi di atas angin selama abad XVIII dan XIX, berbalik dari Allah dan kosmos kepada manusia sendiri. Alam pikiran baru itu menjadi antropo-sentris dan bukan “objek” melainkan “subjek” menjadi paling penting dan utama. Semuanya dilihat dengan bertitik tolak manusia. Orang mencari pegangan dan kemantapan di dalam diri manusia sendiri dan dalam kemampuan manusia, khususnya dalam daya pengenalnya serta kemampuan tekniknya.
Oleh karena berpusatkan kosmos yang mantap dan Allah yang abadi, maka alam pikiran klasik dan zaman pertengahan pada dasarnya homogen, seragam. Ada suatu paradigma umum, kerangka bersama bagi semua, kendati perbedaan dalam hal-hal terinci. Sebaliknya alam pikiran baru yang berpusatkan manusia sangat heterogen, tidak seragam. Tidak ada lagi suatu paradigma umum.
Orang pun menjadi sadar akan “sejarah” yang sebenarnya. Dan dengan demikian pun timbul kesadaran akan perubahan dan perkembangan yang ditempuh dunia, termasuk manusia, di segala bidang. Nyatanya “sejarah” itu bukanlah suatu gejala dangkal, pada permukaan saja, tetapi menyentuh dan menyangkut realitas sendiri. Sejarah itu terdiri atas serangkaian kejadian dan peristivva yang berkaitan satu sama lain sebagai sebab dan akibat. Tampil suatu dinamika dalam realitas yang mendorong ke depan, menyebabkan kemajuan. Realitas manusiawi pada saat tertentu tidak dapat tidak merupakan akibat dan perkembangan dari apa yang mendahului. Dan apa yang sekarang ada menjadi pangkal bagi apa yang menyusul. Dalam sejarah itu manusia dapat menemukan pegangan, sebab sejarahlah yang menjelaskan pangalaman sekarang. Tidak mungkin dari luar datanglah sesuatu yang mengubah jalannya sejarah. Hanya manusialah yang menjadi subjek sejarahnya. Paham tentang apa itu “sejarah” dan “ilmu sejarah” memang terus berubah. Mula-mula orang berpendapat bahwa apa yang paling penting dan juga cukup ialah: persis mengetahui apa yang terjadi dahulu dan melihat kaitan menurut skema “sebab-akibat.” Tetapi “historisisme” macam itu lama-kelamaan diperlemah. Disadari bahwa peristiwa dahulu tidak dapat tidak “diartikan” oleh manusia yang menyelidikinya; dan pengartian, yang mencari makna peristiwa dahulu, sama penting dengan peristiwa itu sendiri. Disadari bahwa sejarah malah menyentuh “adanya” itu sendiri, tidak dari luar saja, tetapi dari dalam. Namun demikian pendekatan historis itu masuk ke dalam alam pikiran dunia barat sebagai unsur mendasar. Hanya pada abad XX mulai timbul keraguan tentang pendekatan historis itu (strukturalisme), sehingga dipertanyakan kalau-kalau barangkali satu-satunya yang penting ialah: saat ini serta strukturnya.
Alam pikiran dunia baru di kawasan barat itu disuarakan oleh pelbagai sistem pikiran, filsafat, yang bersaingan satu sama lain dan silih berganti, susul-menyusul. Dan problem pokok pemikiran itu bukanlah apa yang diketahui dan dipikirkan, melainkan bagaimana manusia dapat mengetahui serta memikirkan serta menjumpai sesuatu dan mana nilai pengetahuan manusia.
Muncul filsafat “empirisme,” yang tentu bersangkutan dengan ilmu pengetahuan positif yang maju dengan pesat. Empirisme itu terutama berkembang di dunia Inggris. Empirisme itu dirintis oleh tokoh-tokoh pemikir seperti Francis Bacon (± th. 1626), diteruskan oleh Locke (± th. 1704) dan Hume (± th. 1767). Kendati perbedaan antara para pemikir aliran itu, toh ada suatu pendekatan mendasar yang sama. Ada keyakinan bahwa apa yang real dan benar hanyalah apa yang dapat diamati oleh pancaindera manusia dan yang berkaitan satu sama lain sebagai sebab dan akibat. Manusia tidak mampu menembus dunia pengamatan itu. Maka dunia, seluruh realitas (yang dapat diketahui manusia) ialah “zat” (materi) yang bergerak maju menurut hukum-hukumnya sendiri -. Kalau di luar dunia itu masih ada sesuatu, maka tidak dapat diketahui manusia, paling-paling dapat diimani sebagai semacam “prasyarat.” Meskipun empirisme tidak perlu menjadi ateis, namun jelas mengarah ke situ.
Aliran kedua dalam alam pikiran “modern,” yang paling menonjol ialah “rasionalisme.” Sistem filsafat itu secara tuntas disusun untuk pertama kalinya oleh R. Descartes (± th. 1650). Pendekatan Descartes itu dilanjutkan di zaman pencerahan, terutama di Francis, oleh tokoh-tokoh terkenal seperti P. Baily (± th. 1706), Voltaire (± th. 1778), J. J. Rousseau (± th. 1778), tetapi juga di Jerman (Chr. Wolff, ± th. 1754). Tendensi itu diteruskan sambil dimatangkan oleh I. Kant (± th. 1804), yang amat luas dampaknya sampai dengan hari ini dan tidak hanya di Jerman. Dari situ berkembanglah “idealisme” yang jagonya G. W. F. Hegel (± th. 1831). Prinsip dasar rasionalisme dalam rupa mana pun ialah: Daya mengenal dan daya piktr manusia adalah otonom dan itu mendahului “adanya” sesuatu. Apa yang tidak dapat dipikirkan atau dijabarkan akal manusia tidak ada dan apa yang harus dipikirkan akal manusia tidak dapat tidak ada bagi manusia. Mula-mula rasionalisme ala Descartes masih yakin bahwa akal manusia dapat sampai kepada realitas objektif, yang tidak bergantung pada pikiran manusia. Tetapi I. Kant memperlihatkan bahwa dengan akal teoretis orang tidak dapat mencapai ‘das Ding an sich,” tetapi hanya apa yang dipikirkan dan sekaligus, akibat struktur dasar pengamatan dan pemikiran, tidak dapat tidak dipikirkan. Dan oleh karena struktur pengamatan dan pemikiran semua manusia sama, maka semua memikirkan yang sama. Itulah “objektivitas” realitas. Idealisme meneruskan jalur itu sambil membelokkannya. Realitas yang ada pada dasarnya hanya satu, yaitu “yang mutlak” yang disebut “Roh” “Idea” atau “pikiran mutlak” (Allah). Yang mutlak itu secara terbatas dan dialektis berkembang dan merealisasikan diri sepanjang sejarah. Roh, “Idea” itu menjadi sadar pada manusia dan bertitik tolak Idea itu manusia dapat mengetahui sesuatu. Pendekatan itu sebenarnya sedikit mengingatkan orang pada “gnosis” Yunani dahulu.
Rasionalisme dan idealisme merepotkan diri dengan struktur daya pengenal manusia, yang menjadi syarat dan penentu segala kepastian dan kebenaran. Empirisme pun sibuk dengan soal: bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu dan mana nilai pengetahuan itu. Dua-duanya kemudian dianggap berat sebelah oleh karena secara eksklusif menekankan daya pengenal manusia, seolah-olah manusia hanya intelek belaka. Terhadap rasionalisme (dan empirisme) muncul reaksi yang disebut “eksistensialisme”.
Eksistensialisme, yang diperkembangkan oleh M. Heidegger (± th. 1976) dan dengan caranya sendiri oleh K. Jaspers (± th. 1969). P. J. Sartre (± th. 1984), A. Camus (± th. 1960) dll., tidak lagi mempersoalkan hanya daya pengenal manusia. Seluruh manusia menjadi perhatiannya, pada pokoknya “keberadaan” manusia, eksistensinya. Apa yang dipertanyakan bukanlah “apa itu manusia” (metafisik dahulu) atau: bagaimana manusia mengetahui sesuatu (rasionalisme), melainkan: bagaimana manusia dalam keberadaannya yang nyata secara menyeluruh dapat berjumpa dengan sesuatu. Maka titik tolak eksistensialisme bukan: Saya berpikir (Descartes), atau “saya sedang memikirkan sesuatu” (Kant, idealisme), melainkan: saya berada. Itulah yang paling mengherankan. Dan “keberadaan” itulah yang menjadi layar, pra-syarat dan “horison” transendental yang tidak disadari, untuk dapat berjumpa dengan sesuatu yang lain. Pada layar itulah objek-objek menjadi nampak dan dijumpai manusia. Adapun eksistensialisme khususnya menyelidiki, menganalisis struktur keberadaan manusia sebagai pra-syarat umum untuk bertemu dengan salah satu objek; keberadaan manusia yang memungkinkan manusia mengambil keputusan terhadap objek, menerima atau menolaknya dan dengan demikian mengubah keberadaannya. Sebab objek itu menjadi suatu kemungkinan untuk berada. Maka keberadaan itu merupakan suatu kemungkinan yang terus-menerus dipertaruhkan. Dalam rangka itu apa saja tampil sebagai sesuatu yang menguntungkan atau merugikan keberadaan manusia. Apa yang terkandung dalam keberadaan dan melalui analisis ditemukan itulah yang diistilahkan sebagai “eksistensial,” berarti: apa yang menentukan keberadaan manusia sebagai layar yang memungkinkan manusia berjumpa dengan objek dan mengambil sikap. Maka keberadaan manusia bukanlah sesuatu yang mantap, stabil, melainkan terus berubah-ubah dalam perjumpaan dengan “dunia” ialah keseluruhan “objek” yang dijumpai. Dengan keputusannya manusia terus-menerus membentuk keberadaannya dalam referensi dengan apa yang ditemu.
Eksistensialisme mendapat saingan berat dan lawan gigih dari pihak yang boleh disebutkan sebagai “pragmatik.” Dalam pendekatan yang khususnya dirintis oleh K. Marx (± th. 1883) itu “kebenaran,” ialah realitas yang sebenarnya, bukan soal pikiran dan teori serta pengetahuan belaka, melainkan perbuatan, praxis. Praxis itu mendahului “ada.” Maka “kebenaran” tidak diketahui, melainkan dilakukan. Benar ialah perbuatan yang mengubah sesuatu demi kemajuan umat manusia. Dalam pendekatan ini “kebenaran” salah satu teori, ajaran ditentukan oleh praxis, kemampuan ajaran/teori itu untuk mengubah manusia, memanusiakan manusia. Praxis menjadi ukuran ortodoksi.
Di belakang pendekatan itu tersembunyi keyakinan bahwa “realitas seadanya,” sebagai “objek” terlepas, tidak tercapai oleh pengetahuan manusia dan juga tidak relevan bagi manusia. Realitas yang dijumpai manusia bukanlah untuk diketahui, melainkan untuk dikelola. Realitas yang sebenarnya ialah “materi” yang “dimanusiakan” dan “manusia” yang “dimaterikan.” Relasi timbal balik dan dinamika antara manusia dan materi, itulah realitas.
Jelaslah pragmatik tersebut tidak kurang antroposentris daripada rasionalisme, idealisme dan eksistensialisme. Hanya manusia tidak dilihat sebagai individu terlepas, tetapi dalam relasi timbal balik antara manusia satu sama lain dan antara manusia serta dunianya. Manusia dan “alam” (natura) dilihat sebagai suatu kesatuan dan perbedaan antara subjek (manusia) dan objek (alam) seharusnya hilang sama sekali. Manusia di dalam “alam” mencukupi dirinya sendiri dan menjadikan segala sesuatu dengan “bekerja,” dengan praxis. Alam dimanusiakan dan manusia dialamkan. Ini suatu proses dialektis yang semakin maju dan semakin menyempurnakan keseluruhan itu, ialah “masyarakat,” menuju ke penyelesaiannya, di mana segala perbedaan hilang dan manusia tidak lagi terasing dari dirinya dan dari alam dunianya.
Jelaslah kiranya bahwa dalam alam pikiran baru, yang diringkaskan di atas, metafisik Yunani/skolastik tidak berfungsi lagi. Kalaupun istilah kadang-kadang dipertahankan, namun makna istilah berubah sama sekali. Kristologi yang terungkap dalam alam pikiran metafisik Yunani itu menggunakan terutama gagasan “kodrat” (natura) dan “diri” (persona), Tetapi gagasan Yunani itu tidak dapat dipakai dalam alam pikiran “modern” barat itu. Misalnya gagasan “persona” oleh skolastik dipahami seperti dipahami oleh Boethius (± th. 514): “Persona est naturae rationalis individua substantia” (Diri ialah kodrat akali yang khusus – tidak dapat dikomunikasikan – dan mandiri – berdiri sendiri, otonom -). Tetapi dalam alam pikiran modern istilah “persona” (diri) mendapat pelbagai arti lain. Misalnya: Diri ialah berada pada dirinya sendiri, sehingga yang mengenal dan yang dikenal seluruhnya satu dan sama (identik). Objek dan subjek menjadi satu. Itulah “kesadaran diri” yang menjadikan “diri” manusia. Diri (persona) juga dipahami secara relasional. “Diri” tidak “ada,” tetapi terjadi, yaitu bilamana orang melalui komunikasi, pemberian diri menjadikan yang lain “diri” bagi dirinya dan serentak dirinya menjadi “diri” bagi yang lain. Diri ialah kemungkinan komunikasi yang direalisasikan. Demikian pun istilah “kodrat” (natura) meridapat arti yang berbeda-beda dan tidak lagi berarti: prinsip perbuatan. Juga “kodrat” bukanlah sesuatu yang “ada,” tetapi “terjadi” dan pada manusia “kodrat” tidak dapat dibedakan, apalagi dipisahkan dari “diri” (persona). Diri manusia dijadikan oleh “kodrat” manusia, seluruhnya suatu kejadian terus-menerus.
September 19, 2015 at 5:21 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
September 28, 2009 at 11:00 am Umat Kristen Reformasi menjadi bingung tentang Yesus Kristus Soal pokok yang mau tak mau mesti dihadapi umat Kristen selama abad XIX dan XX ialah: Bagaimana mewartakan Yesus Kristus kepada manusia yang hidup dan bergerak dalam alam pikiran barat yang baru. Alam pikiran itu ditentukan oleh otonomi manusia, oleh ilmu pengetahuan empiris yang melalui teknik menciptakan dunia manusia dan mengatur segala sesuatu, pemikiran yang menjadi sadar akan sejarah dan ciri historis segala apa. Ini suatu alam pikiran dan dunia yang berpusatkan manusia sendiri, di mana bukan manusia melainkan Allah menjadi problem. Dalam dunia ini metafisik Yunani kehilangan dampaknya. Kristologi tradisional justru memakai metafisik itu untuk mewartakan Yesus Kristus. Tetapi pewartaan serta pengungkapan dan konsep-konsep yang dipakai tidak lagi dipahami oleh dunia baru. Tidak sedikit dari soteriologi tradisional (dosa, dosa asal, penebusan, penyilihan ganti orang lain – satisfactio vicaria dsb.) dirasakan sebagai serangan atas otonomi manusia. Pokoknya seluruh dogma Kristen tradisional serta ajaran biasa tidak dipahami lagi dan dirasakan sebagai berlawanan dengan “ratio,” daya pikir manusia yang menjadi ukuran realitas sendiri. Para pemikir di kalangan umat Kristen Reformasi paling peka dan terbuka bagi dunia baru itu. Mereka mulai memprihatinkan nasib iman kepercayaan Kristen. Para reformator dahulu (Luther, Kalvinus) menerima kristologi seperti dirumuskan konsili-konsili kuno. Mereka hanya lebih jauh memikirkan soteriologi tradisional. Para pengikut reformator-reformator malah lebih lagi kembali kepada kristologi/soteriologi tradisional. Mereka pun kembali mulai memanfaatkan filsafat, tegasnya metafisik Yunani. Luther dan Kalvinus sendiri menganggap filsafat tidak pada tempatnya dalam teologi. Dengan pedas mereka mengecam teologi skolastik yang menurutnya, terjerat dalam filsafat, dalam apa yang oleh Luther diistilahkan sebagai “theologia gloriae,” teologi kebanggaan manusia yang dengan otaknya (filsafat) rnau menguasai dan menaklukkan Allah. Berdasarkan pandangan Luther dan Kalvinus para pemikir Reformasi kurang terikat pada tradisi, pada dogma-dogma tradisional, apalagi kepada suatu instansi yang berkuasa untuk mengajar dengan tidak sesat (tradisi, konsili-konsili). Alkitablah yang menjadi satu-satunya tolok ukur dan instansi yang berwewenang. Maka tradisi dapat dilepaskan dan Alkitab ditafsirkan secara ilmiah dan dengan lebih bebas. Sejak awal Reformasi berusaha secara ilmiah menafsirkan Kitab Suci dengan menekankan arti harafiah dan menolak tafsiran alegoris. Dengan timbulnya kesadaran historis orang pun menjadi sadar bahwa juga Alkitab mempunyai ciri historis, sehingga dalam menafsirkan Kitab Suci boleh saja dipakai patokan ilmu sejarah. Pendirian itulan menyebabkan sementara pemikir di kalangan Reformasi condong dan berusaha menyesuaikan pewartaan dengan alam pikiran baru itu. Dan usaha itu tentu saja pertama-tama mengenai pokok utama iman dan pewartaan Kristen, yaitu Yesus Kristus serta hal ihwal-Nya. Dicari jalan dan akal, supaya Yesus Kristus tetap bermakna dan relevan bagi manusia yang hidup di dunia baru itu. Dengan mengulang-ulang dogma masa yang lampau orang tidak lagi mencapai manusia modern. Yesus Kristus harus dipikirkan kembali, mesti disusun kristologi dan soteriologi baru. Selama abad XVIII dan XIX rasionalisme dan empirisme merajalela di dunia barat. Demikian pun ilmu sejarah (dalam arti positivis: menentukan apa yang persis terjadi dahulu dan bagaimana peristiwa-peristiwa berkaitan satu sama lain) berkembang. Dogma-dogma kristologis dan soteriologis tradisional (yang didasarkan pada “wahyu” dengan arti: pemberitahuan) tidak masuk akal rasionalis (tidak dapat dipikirkan). Maka dicari pegangan dalam sejarah. Ada usaha memperlihatkan bahwa Yesus seperti dahulu tampil di muka bumi sebagai manusia tetap relevan sepanjang masa, Kalau kristologi tradisional terutama mengembangkan dan menekankan bahwa Yesus Kristus “sehakikat dengan Bapa” (jadi: Allah), maka pendekatan historis itu mengembangkan dan menekankan segi lain, yaitu: Yesus “sehakikat dengan kita,” (jadi: manusia). Begitulah “kristologi dari atas” diganti dengan “kristologi dari bawah.” Dengan menekankan (malah secara eksklusif) “manusia” Yesus Kristus, pewartaan menjadi lebih sesuai dengan alam pikiran yang berpusatkan manusia, mendasarkan diri pada pengamatan (empirisme, historisisme) dan akal manusia (rasionalisme, ideal isme). Usaha pertama yang cukup radikal dilontarkan oleh seorang orientalis Jerman, H. S. Reimarus (± th. 1766). Pikirannya tertuang dalam karya: Apologie oder Schutzschrift für die vernunftigen Verehrer Gottes. Ia sendiri tidak berani menerbitkan tulisannya. Kemudian (th. 1774-1776) beberapa bagian karya Reimarus diterbitkan oleh G. E. Lessing dengan judul: Fragmente eines Wolfenbüteler Ungenannten. Lessing seorang filsuf rasionalis dan sama seperti Reimarus berpegang pada adanya Allah (Deis). Reimarus mencoba menerapkan patokan ilmu sejarah pada Perjanjian Baru untuk menemukan Yesus yang sebenarnya, bersih dari segala dogma. Reimarus menjadi yakin bahwa umat Kristen semula memindahkan kepada Yesus banyak “mitos” dan dengan demikian mengubah Yesus yang sebenarnya menjadi Anak Allah, Allah dan Juru Selamat. Sejarah dipalsukan. Mitos-mitos itu tidak lagi dapat diterima oleh manusia baru, yang maju dan berkembang dalam pikirannya, menjadi ilmiah. Segala apa yang tidak masuk akal tidak berkaitan dengan Yesus yang sebenarnya. Yesus yang sebenarnya menurut Reimarus sebagai berikut: Yesus tampil di dunia Yahudi sebagai Mesias politik yang memperjuangkan kebebasan politik bangsa-Nya. Tetapi Yesus dalam hal itu gagal. Dari segi itu Yesus tidak lagi relevan. Tetapi Yesus juga seorang “guru,” yang mengajar suatu etika luhur dan mulia serta merohanikan agama Yahudi. Yesus sendiri secara konsisten melaksanakan ajaran-Nya dan dengan demikian menjadi suatu teladan dan contoh untuk sekalian abad. Yesus mau menobatkan dan mengubah manusia menjadi lurus dan benar, rajin bekerja dan menyempurnakan dirinya. Sebagai manusia luhur serta guru etika yang mulia Yesus memang dapat diterima oleh rasionalis abad XIX, sebab Yesus yang ditemukan Reimarus persis cocok dengan cita-cita rasionalisme, cita-cita seperti disebarluaskan oleh Voltaire dan Rousseau. Sebagai guru dan teladan Yesus menjadi awal historis agama (natural) Kristen dan agama itu tentu saja unggul oleh karena rasional. Pikiran Reimarus banyak dikritik oleh orang sezamannya, oleh karena metode yang dipakai tidak sesuai dengan patokan ilmu sejarah dan hasilnya terlalu berdasarkan daya khayal belaka. Namun demikian pendekatan Reimarus dan berbagai gagasan mendasarnya selama seratus tahun lebih berpengaruh. Jalur Reimarus, tentu dengan banyak variasi, ditempuh misalnya oleh H. E. G. Paulus (Das Leben Jesu als Grundlage einer reinen Geschichte des Christentums, 1828), K. Hase (Dan Leben Jesu, Ein Lehrbuch, 1829; Vorlesungen über die Geschichte Jesu, 1876). Reimarus dan para rasionalis itu puas, bila dapat menggali dan menemukan seorang Yesus yang sesuai dengan cita-cita para intelektual di masanya. Mereka sebenarnya tidak mengambil pusing tentang sejarah yang sesungguhnya. Sebab akal menjadi ukuran realitas. Tokoh berikut yang amat besar dampaknya ialah D. F. Strauss dengan karyanya: Leben Jesu kritisch bearbeitet, 2 jilid (1835) dan; Das Leben Jesu für das deutsche Volk (1864). Strauss secara konsisten menerapkan gagasan yang sudah dikemukakan Reimarus, yaitu: Mitos. Riwayat Yesus yang menurut Strauss masih dapat digali dari Perjanjian Baru ialah sebagai berikut: Yesus dibesarkan di Nazarethh, dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, mengumpulkan pengikut. Sebagai guru Ia berkeliling di Palestina, mengajak orang untuk mempersiapkan diri bagi kerajaan Mesias. Tetapi Yesus dilawan oleh kaum Farisi dan akibat kebencian dan iri hati mereka Yesus akhirnya mati disalibkan. Tetapi riwayat yang amat sederhana dan manusiawi itu oleh umat Kristen semula ditutupi dengan segala macam mitos yang dipinjam dari segala jurusan. Dalam mitos-mitos itu pikiran dan pandangan umat dijadikan peristiwa-peristiwa. “Gambar” Yesus historis yang toh masih disajikan Strauss tidak banyak berbeda dengan yang diberikan Reimarus. Strauss sebenarnya seorang penganut filsafat idealisme, tegasnya filsafat Hegel. Maka yang penting baginya bukan “sejarah” sebagai peristiwa, melainkan “idea.” Idea itu dikonkretkan dalam (ceritera) mitos-mitos sekitar Yesus. Apa yang penting dan relevan serta tetap bermakna justru “idea” itu. Sasaran iman kepercayaan Kristen bukanlah Yesus hitoris, apalagi Yesus Kristus dari dogma, melainkan idea abadi. Puncak perkembangan “roh mutlak” (= Allah) ialah Allah-manusia. Yesus, seperti diwartakan umat Kristen, justru “idea” Allah-manusia itu. Dengan demikian diri Yesus, sebagai tokoh individual, biar manusia sekali pun, hilang dari iman Kristen. Dalam alam pemikiran Hegel memang yang real dan bermakna justru “idea,” seperti diwartakan umat Kristen. Jalur yang sama (filsafat Hegel) ditempuh oleh F. Chr. Baur (Die christliche Lehre von der Versöhnung in ihrer geschichtlichen Entwikkelung von der ältesten Zeit bis auf die neueste, 1838; Die christliche Lehre von der Dreieinigkeit und Menschwerdung Góttes in ihrer geschichtlichen Entwickelung, 3 jilid, 1843). Menurut Baur Yesus Kristus seperti yang diwartakan Perjanjian Baru merupakan puncak perkembangan “idea” yang terungkap dalam mitos. Gaya “mitologis” itu sesuai dengan tahap perkembangan di masa Perjanjian Baru. Tetapi pada tahap perkembangan berikut mitos itu kembali menjadi “idea.” Tokoh individual (Yesus historis) tidak relevan sama sekali. Baur tidak menyangkal historisitas Yesus, Tetapi Yesus sebagai guru hanya menjadi awal dan perintis bagi apa yang kemudian berkembang pada umat Kristen dan olehnya dikaitkan pada Yesus. Dan ajaran Yesus historis hanya berisikan etika luhur dan religiositas rasional abad XIX. Maka abad XIX itulah yang menjadi titik pangkal dan ukuran segala sesuatu. Diri Yesus sendiri tidak relevan sepanjang sejarah. Ia dijadikan seorang tokoh religius, bahkan tokoh religius yang unggul, tetapi sudah hilang lenyap dari panggung sejarah, sama seperti manusia lain. Rasionalisme ala Reimarus, Strauss dan Baur tersebut memancing reaksi dari pihak seorang tokoh yang amat penting dalam teologi Reformasi di Jerman, yaitu F. Schleiermacher (± th. 1834). Pikirannya tertuang terutama dalam karyanya: Vorlesungen über das Leben Jesu, 1932, dan: Rede über die Religion, 1799. Schleiermacher mengecam rasionalisme yang mereduksikan iman Kristen menjadi sejumlah kebenaran rasional yang umum dan membuat Yesus menjadi seorang guru saja. Ia pun mengkritik idealisme yang membuat Yesus, sasaran iman Kristen, menjadi suatu “idea” abstrak belaka. Religiositas manusia bukan perkara otak dan pikiran, melainkan perkara hati dan “perasaan.” Schleiermacher berpihak pada pietisme. Schleiermacher boleh dikatakan seorang “empiris” religius. Titik tolak pikirannya bukanlah Yesus dahulu (historis), tetapi sikap dan rasa keagamaan aktual pada umat Kristen. Rasa keagamaan Kristen itu memang luhur dan unggul. Lalu timbul pertanyaan: Dari mana rasa keagamaan khusus itu, rasa ketergantungan mendasar pada Allah? Asal-usul rasa religius itu ialah Yesus dari Nazarethh, pengalaman Yesus terhadap Allah. Dalam Yesus pengalaman religius manusia memuncak, mencapai bentuk unggul, tak terulang dan tak teratasi. Dari pengalaman Yesus itu berpancarlah pengaruh yang menciptakan kepercayaan (rasa keagamaan) Kristen. Sebab dalam pengalaman Yesus Allah menjadi nyata teralami secara unggul. Dan dengan demikian dalam Yesus Kristus Allah menjadi Juru Selamat manusia. Dalam pendekatan Schleiermacher historisitas Yesus menjadi pra-syarat mutlak bagi kepercayaan Kristen. Injil-injil memang bukan laporan tentang hal ihwal Yesus, melainkan ungkapan caranya umat semula memikirkan Yesus. Namun demikian “factum” Yesus menjadi postulat bagi semua dogmata kristologis dan turut menjadi sasaran iman. Schleiermacher membedakan “Yesus historis” dengan “Kristus kepercayaan.” Dan Kristus kepercayaan itu ialah: pengaruh Yesus, Yesus sebagai “Urbild.” Yesus historis memang menyebabkan iman, tetapi iman kemudian menciptakan gambar Yesus Kristus. Gambar yang berdasarkan pengaruh Yesus mengungkapkan hakikat terdalam Yesus sendiri. yakni “Yang Ilahi”. Kesadaran religius yang unggul pada Yesus bertepatan dengan kesadaran diri Yesus. Itulah yang namanya “inkarnasi.” Dan justru dalam pengalaman itu Yesus menjadi “Urbild” dan sebab kesadaran religius Kristen, yang juga bertepatan dengan kesadaran diri sebagai manusia. Dengan jalan yang sedemikian Schleiermacher mencoba memasang jembatan antara Yesus sebagai tokoh historis dan kepercayaan Kristen aktual. Sebagai tokoh historis Yesus terbatas dalam waktu dan hilang lenyap. Ia tidak dapat menjadi penentu iman (ialah pengalaman religius) sepanjang masa. Jurang itu diatasi Schleiermacher dengan menempatkan antara Yesus historis dan Kristus kepercayaan Kristen Yesus sebagai “Urbild,” ialah pengaruh Yesus yang disalurkan melalui tradisi umat Kristen. Maka dalam kristologi Schleiermacher yang tetap relevan bukannya Yesus (historis) melainkan “pengaruh Yesus,” Yesus sebagai “Urbild,” pola dasar kepercayaan Kristen, orang yang diselamatkan. Kristologi serentak soteriologi. Sebab tindakan penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus dan yang tetap dialami umat Kristen, menjadi inti pokok kristologi Schleiermacher. Tetapi hal ihwal historis Yesus, seperti kematian dan kebangkitan, dan diri historis Yesus tidak relevan lagi bagi umat beriman. Historisitas Yesus hanya menjadi praandaian bagi kristologi/soteriologi Schleiermacher. Tentu saja Yesus historis itu tidak dapat – menurut Schleiermacher – disamakan dengan manusia lain atau tokoh religius lain. Kepercayaan Kristen berpangkal pada Yesus historis dan merupakan hasil “pengaruh” Yesus, kesan yang didapat oleh para pengikut Yesus. Tendensi yang sudah tampil pada Schleiermacher, yaitu mempertahankan historisitas Yesus sebagai prasyarat mutlak bagi iman Kristen, selama abad XIX semakin kuat di kalangan para pemikir Reformasi. Tetapi ada perbedaan dengan pendekatan Schleiermacher juga. Titik tolak Schleiermacher ialah kepercayaan umat Kristen aktual (pengalaman religius) yang mesti ada sebabnya (Yesus historis). Tetapi pemikir-pemikir lain (yang kerap tercakup dalam istilah “teologi liberal”) bertitik tolak pada Yesus historis. Mereka tidak menerima dogma-kristologis tradisional (yang tidak perlu disangkal) dan mereka pun tahu bahwa Injil-injil bukan suatu laporan. Namun, mereka yakin bahwa dengan penyelidikan historis-positif dapat menembus karangan-karangan Perjanjian Baru dan menemukan Yesus historis. Secara khusus mereka mendasarkan diri pada Injil karangan Markus yang dianggap paling dekat dengan Yesus, belum diolah oleh uniat Kristen dengan memasukkan ke dalamnya pelbagai unsur “mitologis.” Sementara pemikir berusaha merekonstruksikan Injil Markus yang asli (Urmarkus, Ch. Weisse, Ch. Wilke) dengan maksud menemukan Yesus historis. Kepribadian Yesus historislah yang menjadi pangkal agama Kristen dan sasaran iman. Tidak boleh dibedakan antara “Yesus historis” dan “Kristus kepercayaan.” Yesus historis itulah Kristus kepercayaan. Dia itu pun menjadi tolok ukur iman kristen. Maka tugas para teolog (ahli kitab) ialah menggali dan menyajikan “gambaran” Yesus yang semurni mungkin. Dan Yesus historis itu mesti diaktualkan. Kepribadian Yesus itu menjadi awal dan akhir kepercayaan Kristen dan tetap relevan serta aktif berkarya dalam umat Kristen. Dalam kepribadian Yesus dicari unsur yang memperlihatkan bahwa Yesus itu menjadi penyataan Allah. Unsur itu ditemukan dalam kesadaran diri pada Yesus sebagai Mesias atau dalam wewenang khusus, yang dengannya Ia bertindak dan mengajar dan memberikan ajaran yang menyimpang dari segala apa yang sudah tersedia dalam tradisi Yahudi. Dalam gambaran Yesus historis yang masih dapat ditemukan itu Allah menjadi nyata dan Yesus tampil sebagai tokoh ilahi, berarti: tokoh unik, tunggal yang tidak ada banding dan taranya. Maka para pemikir “liberal” itu menggambarkan Yesus, berdasarkan penyelidikan Injil karangan Markus dan apa yang diistilahkan sebagai “Quelle” (Q), sebagai tokoh unik. Yesus yang tampil cukup sesuai dengan apa yang dipikirkan para rasionalis sebagai tokoh religius yang ideal yang dibesarkan sedikit. Semua unsur yang “tidak masuk akal” disingkirkan. Yesus digambarkan sebagai tokoh religius yang memberitakan Allah sebagai Bapa dan suatu kerajaan Allah “rohani” yang ditegakkan dalam hati manusia sebagai sikap religius yang secara batiniah mengubah manusia. Yesus historis seperti Ia menyatakan diri itulah Kristus kepercayaan, pangkal agama Kristen dan tetap relevan serta bermakna. Pendekatan historis-liberal itu tidak berarti bahwa Yesus Kristus direduksikan menjadi manusia belaka. Sebaliknya para pemikir yang menolak dogma tradisional justru berusaha mendasarkan kepercayaan akan “keilahian” Yesus Kristus pada Yesus historis seperti yang mereka temukan. Misalnya I. A. Dorner (Die Lehre der Person Christi geschichtlich und biblisch-dogmatisch dargestellt, 1845) menekankan bahwa Yesus Kristus seorang tokoh (historis) yang unik, pusat, kepala dan pempribadian umat manusia yang melampaui segala individu lain. Dan itu nampak pada Yesus historis yang secara ilmiah dapat diselidiki. Ditemukan semacam “keilahian etik,” keunggulan religioetis Yesus yang mengalami perkembangan. Dalam “keilahian etis” pada Yesus historis itu terekspresikan “keilahian kodrati.” Dengan demikian tampillah “kemanusiaan ilahi” dan “keallahan manusiawi”. Dengan tendensi liberal-apologetis macam itu dikarang entahlah berapa “Riwayat hidup Yesus.” Boleh disebutkan: Chr. H. Weisze, Die evangelische Geschichte, kritisch und philosophish bearbeitet, 1838; A. Neander, Das Leben Jesu Christi in seinem geschichtlichen Zusammenhang und seiner geschichtlichen Entwickeling, 1837; Th. Keim, Geschichte Jesu von Nazara in ihrer Verkettung mit dem Gesammtleben seines Volkes frei untersucht und ausführlich erzählt, 1872; K. Hase, Geschichte Jesu nach akademischen Vorlesungen, 1876; D. Schenkel, Das Charakterbild Jesu nach biblishen Urkunden wissenschaftlich untersucht und dargestellt, 1870; B. Weisz, Das Leben Jesu, 2 jilid, 1884; W. Beyschlag, Das Leben Jesu, 2 jilid, 1887. H. E. Ewald, Der geschichtliche Christus und die synoptische Evangelien, 1892; O. Holzmann, Leben Jesu, 1901; W. Bousset, Yesus, 1906. Di samping itu masih boleh disebutkan sekian banyak karangan yang khususnya menggambarkan kesadaran diri Yesus historis. Misalnya: J. Ninck, Jesus als Charakter, 1925; D. A. Froevig, Das Selbstbewusstsein Jesu als Leher und Wundertäter, 1918; Das Sendungbewusstsein Jesu und der Geist. Ein Betrag zur Frage nach dem Berufsbewusztsein Jesu, 1924; A. Reiss, Das Selbsbewusstsein Jesu im Lichte der Religonspsychologie, 1921. Pendekatan historis terhadap Yesus yang mau melandaskan iman Kristen pada sejarah tidak pernah menjadi umum dan langkah demi langkah dibongkar seluruhnya. Seluruh problematik itu hampir saja secara eksklusif direpotkan para pemikir yang berbahasa Jerman. Di Francis pendekatan itu dipopulerkan oleh E. Renan (± th. 1892) yang menulis semacam “roman historis,” “Vie de Jesus” (th 1863). Berkat mutu sastranya karya itu menjadi amat laris sehingga sampai 205 kali diterbitkan dan diterjemahkan ke dalarn 216 bahasa. Namun gejolak pemikiran tersebut umumnya tidak banyak dampaknya pada “umat biasa” dan untuk sementara waktu hanya menyangkut para inteligensi saja. Bahkan di kalangan umat biasa ada suatu reaksi terhadap pendekatan historis dan rasionalis terhadap Yesus Kristus. Ajaran tradisional yang karib pada umat Reformasi, khususnya kewibawaan mutlak Alkitab, dirongrong. Tercetuslah pelbagai “revival movements” yang cukup pietistis dan fundamentalistis dan yang bertolak belakang dengan pendekatan para akademik. Pendekatan seperti dilontarkan F. Schleiermacher mendukung ciri pietistis dan romantis “revival movements” itu. Sebagai contoh pendirian gerakan itu boleh dikutip asas-asas dasar “Persekutuan injili” seperti diterima pada tahun 1846. “Persekutuan injili” itu secara organisasi mempersatukan anggota-anggota segala macam jemaah Reformasi. Mereka yang bergabung antara lain menerima: Inspirasi (harafiah), wewenang dan kecukupan Alkitab, Keesaan Allah dan Tritunggal, inkarnasi Anak Allah, penyilihan dosa manusia yang kodratnya jahat. Diterima pula kebakaan jiwa manusia, kebangkitan badan, kebahagiaan kekal dan hukuman kekal serta pengadilan terakhir oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Dari kalangan “injili” itu pun berpancarlah beberapa gerakan kaum muda-mudi (Y. M. C. A dan Y. W. C. A.) dan mahasiswa yang juga mempertahankan ajaran tradisional a. l. mengenai Yesus Kristus. Dari kalangan “pembaharuan injili” itu pun lahirlah fundamentalisme yang selama abad XX semakin besar pengaruhnya. Meskipun reaksi tersebut terutama berpangkal di daerah yang berbahasa Inggris, namun pengaruhnya meluas ke mana-mana. Reaksi tersebut dapat dipahami juga, sebab memang ada dasarnya. Ilmu yang semakin berbelit-belit dengan hasil yang berbeda-beda menyamakan Alkitab, unsur mendasar seluruh Reformasi, dengan lain-lain kitab. Dengan ilmunya para ahli menjauhkan Alkitab dari umat biasa dan menempatkan Kitab Suci di masa lampau. Hilanglah segala apa yang digemari umat. Yesus Kristus menjadi tokoh abstrak yang secara ilmiah dapat dikupas tanpa keterlibatan pribadi. Para ahli dengan ilmunya memang bermaksud mewartakan Yesus Kristus begitu rupa, sehingga relevan bagi alam pikiran modern, tetapi dengan itu mereka menghilangkan Yesus yang disenangi umat Reformasi. Tetapi tidak hanya di kalangan umat biasa bercetuslah reaksi terhadap pendekatan historis-ilmiah. Juga di kalangan para ahli ada yang blak-blakan menolak pendekatan itu. Tokoh yang penting dan besar dampaknya ialah A. Ritschl (± th. 1889). Karya utamanya ialah: Die christliche Lehre von der Rechtfertigung und Versöhnung, 3 jilid, (1892). Judul karya itu sudah memperlihatkan apa yang paling penting bagi Ritschl, yaitu pembenaran dan pendamaian, sesuai dengan tradisi Reformasi. Maka yang paling utama bukan diri Yesus melainkan karya-Nya, meskipun kedua itu tentu saja tidak dapat dipisahkan. Menurut Ritschl sasaran iman dan kristologi bukanlah Yesus historis, dan iman Kristen tidak dapat didasarkan pada sejarah. Yesus historis murni tidak dapat dijadikan pokok iman kepercayaan Kristen. Kristologi yang sebenarnya mesti bertitik tolak paham dan pengertian umat Kristen terhadap Yesus Kristus. Yesus Kristus sebagaimana kini dialami dan dinilai umat Kristen mesti menjadi pangkal semua refleksi. Iman Kristen itu tidak bergantung pada penyelidikan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan religius lain sekali sifatnya. Tentu saja Ritschl tidak menolak diri Yesus historis. Sebagai “factum” itu tidak terganggu gugat. Dan adanya Yesus historis bahkan menjadi dasar/objektif (Realgrund) kepercayaan Kristen, tetapi bukan sasaran iman itu. Sasaran iman ialah Yesus Kristus sebagaimana diartikan dan dinilai oleh umat Kristen. Siapa sebenarnya Yesus Kristus, apa yang dikehendaki-Nya, hanya diketahui berdasarkan pengrealisasiannya pada umat Kristen. Yesus Kristus, sebagai sasaran iman, tidak dapat dilepaskan dari pengalaman umat. Antara pengalaman jemaah dan Yesus Kristus terjalinlah suatu relasi yang selalu aktual-real. Dan menurut pemahaman Kristen itu Allah dalam Yesus Kristus (historis) menyatakan diri dan penuh rahmat dan belas kasihan mendekati manusia, seperti terus-menerus dialami. Dalam Yesus Kristus, khususnya dalam wafat-Nya di salib, Allah menjadi nyata sebagai Allah yang membenarkan orang berdosa. Dalam diri Yesus historis dan manusiawi Allah menjadi nyata sebagai kepribadian yang bertindak berdasarkan kasih. Dan Yesus Kristus hirtoris itulah yang menjadi ukuran segala apa yang dikatakan tentang Dia: kesadaran diri Yesus Kristus, penampilan-Nya dan penilaian diri-Nya. Tetapi Yesus Kristus “historis” itu dapat diketahui oleh umat yang percaya saja. Ia tidak dapat menjadi objek penyelidikan ilmiah-historis. Hanya mereka yang mengalami penebusan dalam Yesus Kristus dapat mengenal Dia, sekaligus mereka dinilai dan dikritik oleh-Nya. Ritschl membedakan dua keadaan (status) Yesus Kristus: Yesus historis sebagaimana dapat diselidiki oleh ilmu sejarah ialah Kristus yang menghampakan diri, sedangkan Kristus yang “mulia” ialah Yesus Kristus sebagaimana diketahui umat beriman berdasarkan pengalaman akan penebusan. Dengan jalan itu terjalinlah hubungan pribadi dan timbal balik antara manusia (beriman) dan Yesus Kristus. Dan hanya dengan jalan itulah Yesus Kristus tetap relevan. Ritschl tidak mau mengulang-ulang saja dogma dan meneruskan ajaran tradisional tanpa berubah-ubah. Ia ingin mewartakan Yesus Kristus pada orang sezamannya. Rischl dapat berkata tentang “keallahan” Yesus Kristus, tetapi artinya tidak sama dengan apa yang dalam dogma (dan ajaran tradisional) disebutkan sebagai “kodrat ilahi.” Keilahian Kristus dalam pemahaman Ritschl bukan keallahan abadi dan kekal, melainkan keallahan yang nyata sebagai kasih yang diamalkan. Keallahan yang nyata itu perlu dengan tegas dibedakan dengan keallahan kekal dan abadi. Keilahian Yesus Kristus ialah tindakan Allah, bukan “kodrat ilahi.” Dengan perkataan lain: Keilahian Yesus Kristus adalah keallahan relational. Sama seperti Ritschl demikian pun M. Kahler (± th. 1912) secara radikal menolak kristologi historis, terutama dalam karya “Der sogenannte historische Jesus und der geschichtliche, biblische Christus” (1892). Pendekatan Kahler tidaklah sama dengan pendekatan Ritschl. Kristologi Ritschl pada dasarnya kristologi pengalaman. Refleksi bertitik tolak kesadaran religius umat Kristen yang aktual, sebagaimana juga dikemukakan oleh H. Schultz, Die Lehre von der Gottheit Christi, 1881. Jelaslah Ritschl sehaluan dengan Schleiermacher, Schultz dan beberapa tokoh lain seperti terutama W. Hermann (Die mit der Theologie verkniipfte Not der evangelischen Kirche, 1913). M. Kahler menolak kristologi pengalaman Ritschl dan mereka yang sehaluan. Kahler membedakan antara “Historie” dan “Geschichte.” “Historic” ialah serangkaian kejadian belaka “nuda facta,” tanpa kaitan dengan masa sekarang. Sebaliknya “Geschichte” ialah kejadian-kejadian di masa yang lampau sejauh relevan, bermakna bagi manusia sekarang; kejadian sebagaimana dipahami dari diartikan di kemudian hari. Menurut Kahler Yesus sebagai peristiwa historis belaka tidak relevan sama sekali bagi iman dan iman itu sama sekali tidak bergantung pada penyelidikan ilmiah-historis. Maka sasaran iman kepercayaan Kristen ialah Yesus Kristus sebagaimana diwartakan Perjanjian Baru. Hanya Dia itulah yang relevan bagi orang beriman dan Dia itulah “Kristus sejarah” (geschichlich). Dan hanya Yesus Kristus yang diwartakan itulah Yesus Kristus real. “Kristus kepercayaan” tegas dibedakan dengan “Yesus historis,” kalau pun kedua itu tidak terlepas satu sama lain. Kahler menerima bahwa masih mungkin sedikit banyak mengenal Yesus historis. Hanya pengetahuan historis (yang selalu kurang pasti) itu tidak dapat menjadi titik tolak kristologi. Titik tolak kristologi, menurut Kahler, ialah: pewartaan yang tercetus oleh pengalaman para murid dengan Yesus yang dibangkitkan. Berpangkal pada pengalaman itu murid-murid Yesus mengartikan kehidupan Yesus, khususnya penderitaan dan kematian-Nya. Pewartaan itu menyajikan suatu “gambar” Yesus historis, tetapi bukan Yesus historis sendiri, yang tidak dapat diketahui lagi dengan pasti. Schleiermacher, Ritschl, Kahler dan semua yang sehaluan dengan tokoh-tokoh itu menolak pendekatan historis (teologi liberal) atas dasar pertimbangan dogmatis, tetapi pendekatan itu pun dirongrong dari pihak lain. Pendekatan historis itu yakin bahwa dari Injil-injil, khususnya dari Injil karangan Markus, orang dapat kembali kepada Yesus “yang sebenarnya” melalui penyelidikan historis. Begitu orang dapat menemukan “gambaran real.” Tetapi justru penyelidikan historis itu sendiri menggoncangkan pra-andaian itu. J. Weiss pada tahun 1892 menerbitkan karangan kecil (Die Predigt Jesu von Reich Gottes), yang memperlihatkan bahwa Yesus mewartakan Kerajaan Allah eskatologis/apokaliptis belaka. Yesus memberitakan bahwa tidak lama lagi akhir zaman tiba. Hanya nyatanya Yesus keliru. Jadi Yesus sama sekali tidak mewartakan apa yang sampai saat itu menjadi unsur paling penting dalam pendekatan historis-liberal. W. Wrede (Das Messiasgeheimnis in den Evangelien) pada tahun 1901 memperlihatkan bahwa juga Injil karangan Markus (andalan pendekatan historis) sekali-kali tidak bermaksud memberi laporan. Injil ini tidak kurang teologis daripada Injil-injil lain. Penulis Markus jelas tidak tahu (dan tidak ambil pusing) tentang duduk perkara yang sebenarnya. Pendapat Weiss itu diteruskan oleh A. Schweitzer (Das Messianitäts- und Leidensgeheimnis. Eine Skizze des Lebens Jesu, 1901). Menurut Schweitzer Injil karangan Markus tidak dapat dipakai untuk mengenal Yesus historis. Dari Injil karangan Malius Schweitzer menggali sejumlah ucapan Yesus yang dianggapnya asli. Atas dasar itu Schweitzer menggambarkan Yesus sebagai berikut: Yesus menganggap diri sebagai Mesias yang akan datang. Ia mewartakan Kerajaan Allah eskatologis/apokaliptis yang sudah dekat. Dalam rangka harapan itu Yesus memberitakan suatu “etika ad interim,” etik sementara untuk mempersiapkan diri bagi Kerajaan Allah itu. Tetapi semuanya tidak terjadi menurut harapan Yesus. Lalu Yesus menjadi yakin, bahwa dengan penderitaan pribadi mesti mempercepat kedatangan Kerajaan Allah. Tetapi setelah Yesus mati di salib, Kerajaan itu belum juga kunjung datang. Jelaslah Yesus keliru, seorang tokoh yang amat tragis. Dengan uraian itu Schweitzer mau memperlihatkan bahwa seluruh “pendekatan historis” yang lazim sebenarnya tidak historis sama sekali, tidak mendasarkan diri pada sumber-sumber yang ada. Yang ditemukan bukan Yesus historis, melainkan seorang Yesus ciptaan para ahli sendiri, ciptaan yang sesuai dengan alam pikiran abad XIX. A. Schweitzer akhirnya menulis sebuah karya yang dengan tegas memperlihatkan kegagalan pendekatan historis (Leben-Jesu-Forschung) selama abad XIX. Judulnya: Von Reimarus zu Wrede. Geschichte der Leben-Jesu-Forschung (1906). Nyatanya seluruh pendekatan historis itu serba simpang siur, kurang mantap dan terus perlu ditinjau kembali sesuai dengan kemajuan penyelidikan ilmiah. Ternyata pula setiap kali “gambar” Yesus disesuaikan saja dengan filsafat yang pada saat tertentu laris dan dianut oleh penulis “Riwayat hidup Yesus.” Bagaimana Yesus macam itu dapat melandaskan iman kepercayaan Kristen? Dalam pada itu dalam ilmu tafsir berkembanglah suatu metode baru yang turut menggoncangkan dasar pendekatan historis. Metode itu diistilahkan sebagai “Formgeschichte.” Metode itu sudah dipakai dalam tafsiran Perjanjian Lama oleh H. Gunkel (Die Israelitische Literatur, 1906) dan diambil alih dari ilmu sastra. Oleh M. Dibelius (Die Formgeschichte des Evangeliums, 1919), K. L. Schmidt (Der Rahmen der Geschichte Jesu, 1919) dan R. Bultmann (Geschichte der synoptischen Tradition, 1921) diterapkan pada Injil-injil. Menjadi nyata bahwa Injil-injil itu bukan pemberitahuan historis oleh saksi mata. Sebaliknya Injil-injil itu merupakan hasil tradisi lisan yang berkembang pada umat Kristen semula. Injil-injil itu merupakan kumpulan tradisi yang beredar tersendiri pada jemaah-jemaah Kristen selama abad I. Dengan caranya sendiri tiap-tiap tradisi berperan dalam kerangka tertentu, seperti misalnya: ibadat, pewartaan, katekese, pembelaan diri dsb. Itulah yang diistilahkan sebagai “Sitz im Leben,” yaitu peranan tradisi-tradisi itu dalam kehidupan jemaah-jemaah. Dan justru “Sitz im Leben” itulah yang menentukan bagaimana tradisi-tradisi itu terbentuk (Form) dan berkembang (Geschichte). Maka dalam tradisi-tradisi yang terkumpul dalam Injil-injil (termasuk Injil karangan Markus) orang menemukan pikiran dan pandangan jemaah-jemaah Kristen (yang jauh dari seragam) a. l. tentang Yesus. Berpangkal pada “Formgeschichte” tetsebut kemudian masih berkembanglah apa yang disebutkan sebagai “Traditionsgeschichte” (G. Born-kamm, Wort und Dienst, 1948) dan “Redaktionsgeschichte.” Dengan metode itu dicarilah mana persis maksud dan pikiran penyusun Injil-injil sendiri. Mereka jelas bukan hanya pengumpul bahan, tetapi mengolah dan menyusun bahannya dengan maksud tertentu dan sesuai pikiran tertentu (bandingkan dengan misalnya: H. Conzelmann, Die Mitte der Zeit. Studien zur Theologie des Lukas, 1953). Penyelidikan menurut metode-metode baru itu semakin memperlemah dasar untuk pendekatan historis. Yesus “yang sebenarnya” dan hal-ihwal-Nya semakin kabur dan semakin kurang dapat diketahui. Kegagalan pendekatan historis yang mencari landasan bagi kristologi dalam sejarah mencetuskan suatu reaksi lagi. Reaksi itu diistilahkan sebagai “teologi dialektis.” Wakil-wakil utama teologi dialektis itu ialah K. Barth (± 1968) dan R. Bultmann (± 1976). Earth mendekati soalnya dari segi dogmatis dan R. Bultmann terlebih dari segi ilmu tafsir. Teologi dialektis itu sebenarnya mengangkat kembali gagasan yang sudah dilontarkan M. Kahler pada thaun 1892. “Kristus kepercayaan” tidak bersangkutan dengan “Yesus historis”. K. Barth menolak sama sekali “kristologi dari bawah” (seperti ditekankan oleh pendekatan historis) dan kembali kepada “kristologi dari atas,” berarti: kepada kristologi tradisional seperti yang dirumuskan konsili-konsili Khalkedon dan Konstantinopolis III. Sesuai dengan tradisi Reformasi Barth tentu saja mengecam kristologi skolastik (Katolik) dengan metafisik Yunaninya dan mengkritik pula “ortodoksi” Protestan. Pikiran Barth tertuang dalam karya-karya “Die dogmatische Prinzipienlehre bei Wilhelm Hermann,” 1925, dan: Kirchliche Dogmatik IV: Die Lehre von der Versöhnung,” 1960. Menurut K. Barth Yesus Kristus yang sebenarnya, sasaran iman Kristen, tidak mungkin didekati “dari bawah,” dari Yesus historis. Yesus Kristus itu tidak terbuka untuk penyelidikan ilmiah belaka. Hanya Allah saja dapat menyatakan Yesus Kristus dengan “firman-Nya.” Firman Allah itu termaktub dalam Alkitab. Kitab Suci membutuhkan tafsiran dan dalam hal itu metode ilmiah – kritik historis – pada tempatnya. Tetapi tidak mungkin melalui tradisi alkitabiah itu orang kembali kepada Yesus historis, seolah-olah Dia itu dasar dan sasaran iman Kristen. Yesus Kristus hanya dikenal berkat firman Allah. Firman itu menghukum segala sesuatu manusiawi yang mau “menguasai Allah.” Allah adalah Allah dan manusia adalah manusia. Maka K. Barth membangun seluruh kristologinya atas dasar Alkitab. Tetapi Barth juga menarik dari Kitab Suci segala kekayaan yang terkandung di dalamnya dan yang hilang dari kristologi tradisional. Dan dengan demikian K. Barth amat memperkaya kristologi tradisional, baik Protestan maupun Katolik. Barth secara teologis menafsirkan Alkitab, sehingga firman Allah benar-benar menyapa manusia sekarang dan Yesus Kristus oleh firman Allah secara aktual dinyatakan. Iman tentu saja suatu praandaian dan prasyarat mutlak. Pendekatan historis adalah antroposentris, sedangkan Barth berpikir secara teosentris. R. Bultmann dari segi ilmu tafsir juga secara mutlak membuang pendekatan historis yang tidak sampai ke sasarannya. Hanya Bultmann menempatkan tafsirannya dalam rangka filsafat eksistensialis yang dianggapnya sesuai juga. Bultmann menulis sebuah karya kecil yang berjudul “Yesus” (1926). Tetapi di dalamnya tidak disajikan sebuah “riwayat hidup Yesus.” Bultmann, yang turut mengembangkan Formgeschichte, yakin bahwa orang tidak dapat tahu lagi tentang hal-ihwal, pikiran dan perasaan Yesus. Meskipun Bultmann menerima bahwa Yesus pernah ada, namun di samping itu orang dengan pasti tidak tahu apa-apa tentang riwayat-Nya. Dan bagi iman pengetahuan macam itu juga tidak relevan. Tidak perlu dan tidak mungkin pewartaan yang tercantum dalam Perjanjian Baru ditembusi untuk menemukan Yesus historis. Maka menurut Bultmann “Kristus kepercayaan” ialah Yesus yang diwartakan Perjanjian Baru (bandingkan dengan Zur Frage der Christologie, 1959). Perjanjian Baru menggunakan dalam pewartaannya gaya bahasa dan cara berpikir yang di masa itu umum, yaitu: cara pikir dan gaya bahasa mitologis (bandingkan dengan Neues Testament und Mythologie; Jesus Christus und die Mythologie; Dan Neue Testament im Lichte der Bibelkritik, 1964). Itu berarti bahwa gagasan teologis terungkap dalam ceritera dan sebagainya yang mementaskan pikiran seolah-olah kejadian. Apa yang dimaksud perlu digali lalu dipindahkan ke dalam alam pikiran modern, alam pikiran ilmiah, teknis dan humanistis. Sebagai ahli kitab Bultmann yakin masih dapat menemukan gambaran umum tentang pewartaan Yesus sendiri. Tetapi seandainya gambaran itu tidak kena, tidak mengapa. Mencoba mendasarkan iman pada (ilmu) sejarah berarti: tidak beriman. Sebab apa yang penting bagi iman ialah pewartaan (Perjanjian Baru). Apa yang diwartakan ialah: Allah dalam Yesus Kristus menawarkan kepada setiap manusia dan pada setiap saat suatu “eksistensi baru,” suatu kemungkinan baru untuk merealisasikan hidup manusia. Kepada manusia diwartakan dan dinyatakan siapa dirinya yang sebenarnya, mana eksistensinya yang nyata (gadungan) dan ditawarkan kemungkinan baru. Dan manusia dituntut mengambil pendirian, keputusan, menerima atau menolak eksistensi baru, eksistensi sejati mengganti eksistensi palsu dan gadungan. Dituntut, bahwa manusia yang percaya pada dirinya, pada kekuatan dan ciptaannya sendiri bertobat menjadi manusia yang mempercayakan diri kepada Allah semata-mata. Dalam pewartaan (kerygma) Yesus tampil sebagai penyalur firman dan dengan firman itu Yesus menjamin bagi manusia pengampunan. Firman pengampunan itu adalah suatu kejadian, terus-menerus terjadi. Semuanya itu, yakni pewartaan yang secara aktual menyapa manusia, tidak dapat dan tidak boleh “diobjektivasikan,” menjadi peristiwa di masa yang lampau dan hal-ihwal historis. Itu hanya mitologi belaka. Diri Yesus historis sebagai historis tidak menjadi relevan bagi orang beriman. Cara konsili Khalkedon dan sebagainya mengobjektivasikan Yesus Kristus, diri ilahi yang padanya ada kodrat ilahi dan kodrat manusiawi, turut ditolak oleh Bultmann sebagai objektivasi dan mitologi. Yesus Kristus hanya real dalam pewartaan dan sebagaimana Ia diwartakan. Keilahian Yesus diwartakan, oleh karena Ia diwartakan sebagai kasih karunia Allah yang kini menyatakan diri kepada mereka yang beriman. Kristologi Bultmann nyatanya soteriologi, sesuai dengan tradisi Reformasi. Dan kristologi/soteriologi itu pada dasarnya “kerygmalogi.” Yesus Kristus, diri-Nya, kepribadian-Nya, hal-ihwal-Nya dan ajaran-Nya tidak berarti apa-apa bagi orang beriman. Tentu saja para ahli ilmu tafsir dan ilmu sejarah, termasuk Bultmann sendiri, boleh menyelidiki Yesus historis dan menempatkan-Nya dalam lingkup (religiusnya) sendiri. Tetapi iman sekali-kali tidak bergantung pada hasil penyelidikan itu. Dan dengan demikian menjadi jelas bahwa Bultmann, seorang beriman, sebenarnya mau menyelamatkan iman (dan agama) Kristen dan terus mewartakan Yesus Kristus dalam alam pikiran modern, yang mengrongrong iman Kristen seperti secara tradisional diwartakan dan diungkapkan. Bultmann sedang mencari suatu paradigma baru bagi kristologi, yang dianggap sesuai dengan alam pikiran modern. Dengan iman tebal dan kebal Bultmann bergulat dengan dunia modern dan pertaruhannya ialah Yesus Kristus yang diimani. Meskipun radikalisme Barth dan Bultmann mendapat banyak pendukung (E. Brunner, J, Iwand, O. Weber, Vogel, pengikut Barth; H. Conzelmann, G. Ebeling, E. Fucks, H. Koster, pengikut Bultmann), namun banyak pemikir di kalangan Reformasi tidak pernah dapat ikut serta. Mereka tetap yakin bahwa Yesus historis bagi iman sendiri relevan, entahlah bagaimana. Pendekatan dogmatis K. Barth menjadi mengawang dan mirip idealisme abad yang lampau, sedangkan pendekatan Bultmann menghasilkan pewartaan murni, tanpa isi. Eksistensi baru yang diwartakan akhirnya menjadi ciptaan manusia sendiri. Seorang teman seperjalanan Bultmann dalam hal Formgeschichte, yaitu M. Dibelius, menulis sebuah “Riwayat hidup Yesus” (Jesus, 1939). Menurutnya harus dikatakan: Meskipun pengetahuan kita terbatas, namun tetap mungkin orang menemukan suatu “gambaran” Yesus yang cukup tepat. Tradisi umat semula menyalurkan banyak hal-ihwal dan ucapan Yesus sendiri Tentu saja penyelidikan ilmiah tidak melandaskan iman Kristen, namun iman itu mengenai suatu realitas historis. Yesus historis, dalam tindakan dan perkataan-Nya, adalah tanda Kerajaan Allah. Dan tanda itu ialah tanda yang memutuskan. Yesus tidak dapat disamakan dengan seorang rabi. Yesus melebihi semua dan Allah sendiri berkarya dan berbicara dalam Yesus historis. Yesus bertindak dan berkata sebagai utusan Allah yang terakhir. Dan realitas historis itulah yang menjadi titik tolak kristologi Perjanjian Baru dan kristologi selanjutnya. Demikian pun di Francis M. Goguel (La vie de Jesus, 1932) tetap yakin bahwa orang dapat mengenal Yesus historis secara agak terinci. Dan pandangan serupa dipertahankan di Inggris oleh V. Taylor (The Life and Ministry of Jesus, 1954). Dan juga E. Stauffer (Jesus, Gestalt und Geschichte, 1957) di Jerman mempertahankan relevansi historisitas terinci Yesus bagi iman. Kecuali itu sejumlah tokoh besar dalam ilmu tafsir tidak dapat mengikuti radikalismus Bultmann. Mereka tidak hanya yakin bahwa masih mungkin menemukan cukup banyak sehubungan dengan Yesus historis, tetapi juga yakin bahwa hanya Yesus historis dapat melegitimasikan pewartaan Perjanjian Baru dan iman kepercayaan Kristen. Yesus historis merupakan unsur mendasar bagi iman Kristen dan menjadi akar seluruh kristologi. Pendirian semacam itu ditemukan pada J. Jeremias (Neutestamentliche Theologie I. Die Verkündigung Jesu, 1971), L. Goppelt (Theologie des Neuen Testaments I. Jesu Wirken in seiner theologischen Bedeutung, 1974), G. W. Kümmel (Die Theologie des Neuen Testaments nach seiner Hauptzeugen Jesus, Paulus, Johannes, 1969), H. Dodd (The Founder of Christianity, 1969; The Apostolic Preaching and its Development, 1936), O. Cullmann, Die Christologie des Neuen Testaments, 1963). Tetapi juga pengikut Bultmann menjadi insaf bahwa radikalisme gurunya tidak dapat dipertahankan. Iman Kristen tanpa dasar historis menjadi hampa dan mitologi serta ideologi belaka dan kehilangan relevansinya. Tambah pula bahwa filsafat eksistensialisme semakin kurang berdampak dan paham tentang apa itu “sejarah” berubah. Yang sebagai yang pertama menyuarakan perubahan pendekatan di kalangan pengikut Bultmann ialah E. Kasemann (Das Problem des historischen Jesus 1954). Menurutnya Perjanjian Baru sendiri memaksa orang menanyakan Yesus historis sebagai pangkalnya. Sebab Perjanjian Baru memperkenalkan Yesus historis sebagai otoritas mendasarnya. Maka mesti diselidiki kalau-kalau dasar itu benar-benar ada. Keselamatan yang diwartakan Perjanjian Baru menjadi hampa dan produk manusia sendiri kalau tidak ada kejadian real historis. Dasar pewartaan Kristen ialah pewartaan Yesus historis. Dan isi pewartaan Kristen itu bukan hanya pemahaman tentang eksistensi manusia, melainkan: Yesus tersalib yang dibangkitkan adalah Tuhan, Realitas historis Yesus yang tersalib tidak dapat dihilangkan. Yesus itulah tetap hadir dalam pewartaan dan dijumpai oleh orang beriman. Ada kesinambungan antara Yesus historis dan Kristus kepercayaan. Dan itulah yang menjadi problem dasar: bagaimana kesinambungan itu dapat dipikirkan, padahal jelas juga ada ketidaksinambungan. Sejak E. Kasemann melontarkan kritiknya dan. mengemukakan pendekatan lain, pengikut-pengikut Bultmann kembali mencari “Yesus historis.” Misalnya G. Ebeling (Theologie und Verkündigung. Ein Gesprach mit R. Bultmann, 1960), E. Fuchs (Zur Frage nach dem historischen Jesus, 1963). Tetapi para pemikir itu jauh dari sepakat dalam menentukan apa persis yang mendasarkan kesinambungan antara Yesus historis dan Kristus kepercayaan (pewartaan Yesus? Iman Yesus? Diri Yesus?). Umumnya kebangkitan Yesus disingkirkan sebagai realitas, seperti sudah disingkirkan oleh Bultmann. Kebangkitan hanya suatu cara (apokaliptis/mitologis) umat Kristen semula untuk mengungkapkan kesinambungan dan relevansi aktual Yesus Kristus dan kematian-Nya di salib. Kerap kali orang tidak berkata lagi temang “Yesus historis,” tetapi tentang “Yesus di dunia,” “Yesus di bumi” dsb. yang dilawankan dengan “Kristus pewartaan” atau “Kristus mulia.” Penggantian istilah itu bersangkutan dengan perubahan paham tentang: Apa itu sejarah? Kalau dahulu dikatakan: tugas ilmu sejarah ialah secara “objektif (tanpa praduga, prapaham, prakeputusan) menentukan apa yang terjadi, maka paham itu sudah diganti dengan paham lain. Kejadian “objektif” tidak pernah “objektif” saja. Selalu mesti disertai pengartian dan penafsiran. Makna arti dan makna peristiwa tertentu bagi manusia di masa mendatang perlu dicari dan diperlihatkan. Si penyelidik selalu mesti (dan tidak dapat tidak) secara pribadi terlibat. Hanya dengan cara demikian ia dapat memahami masa yang lampau. Ilmu sejarah bukan perkara pengetahuan belaka, melainkan perkara pemahaman. Tentu saja mereka yang selama abad XX ini mencari “Yesus di dunia” tidak mau menghidupkan kembali “Leben-Jesus-Forschung” (teologi liberal) abad XIX. Mereka sadar bahwa sumber-sumber yang tersedia (Perjanjian Baru) tidak mengizinkan menyusun suatu “riwayat hidup” Yesus atau menggali “kesadaran diri Yesus.” Dalam sumber-sumber yang tersedia pemberitahuan (laporan) dan pewartaan (pengartian, penafsiran) tercampur dan melebur begitu rupa, sehingga tidak dapat dipisahkan. Namun permasalahannya sebenarnya tetap sama: Mana hubungan dan kesinambungan antara manusia Yesus dan Kristus yang diwartakan, diimani dan dipuja umat Kristen? Bagaimana Yesus, seorang tokoh historis yang hilang lenyap dari panggung sejarah, tetap bermakna bagi manusia sepanjang masa? Yang dipertanyakan bukankah kalau-kalau ajaran Yesus, “teladan-Nya” bermakna terus-menerus, melainkan diri pribadi Yesus. Maka rupanya problematiknya tetap sama. Tetapi ada orang seperti W. Marxsen (Anfangsprobleme der Christologie, 1960) yang mengatakan bahwa tidak ada gunanya mencari Yesus historis dengan arti: Yesus lepas dari pemberitaan dan iman. Namun demikian, justru Yesus (historis) menyebabkan iman yang kemudian mewartakan Yesus Kristus. Dan iman itulah, sebagai gejala historis, dapat digali dan diketahui melalui Perjanjian Baru. Yesus menjalin suatu relasi pribadi dengan pengikut-pengikut-Nya, yaitu relasi iman dan relasi itu dialami sebagai relasi yang memutuskan, relasi definitif. Relasi itu sudah terjalin sebelum Yesus mati di salib dan kemudian diwartakan. Kalau diberitakan bahwa Yesus dibangkitkan, maka artinya ialah: Relasi Yesus dengan mereka yang beriman tetap terjalin dan diberitakan sebagai relasi yang memutuskan nasib manusia. Dengan pendekatannya itu W. Marxsen mencoba membangun suatu kristologi fungsional atau “relasional.” Kristologi itu mengandaikan sejarah, tetapi sejarah itu tidak lagi tercapai kecuali kalau iman – relasi – turut berperan. Tapi tetap tinggal masalah: mana dasar real iman Kristen yang tidak ditentukan oleh iman itu sendiri? Maka tetap ada pemikir yang mencari dasar historis pada Yesus. Karena itu tidak terlalu mengherankan bahwa kembali muncullah “Riwayat hidup Yesus.” Oleh karena orang sadar akan ciri-corak sumber-sumber yang tersedia, maka diperkembangkan semacam “kriteriologi,” kriteria, ukuran untuk bisa dengan lebih kurang pasti menentukan apa yang asli dari Yesus dan sungguh mengenai Yesus historis, dan apa yang berasal dari umat Kristen (J. Jeremias, N, Dahl, R. Stulmacher, V. Taylor, E. Fuchs, W. G. Kümmel, W. Heitmuller, I. Roloff, N. Perrin, L. Goppelt, dll.). Sayanglah belum juga ada kesepakatan. Kendati demikian, seorang pengikut Bultmann, G. Bornkamm (Jesus von Nazarethh, 1956) yakin bahwa atas dasar Perjanjian Baru orang dapat menemukan suatu “gambaran” atau “kesan” (istilah sudah mengingatkan abad XIX) Yesus, yang cukup tepat, khususnya mengenai pewartaan-Nya. Yesus historis benar-benar Mesias, seperti menjadi nyata dalam perkataan dan tindakan-Nya. Ia suatu rahasia bagi pengikut-pengikut-Nya dan akibat kebangkitan barulah mereka sedikit memahami. Yesus historis melampaui segala kategori pemikiran dan gelar-gelar yang tersedia dalam tradisi Yahudi. Ia mengatasi segala ukuran manusiawi. Dan diri Yesus itu tetap hadir dalam pewartaan. Dalam karya H. Braun (Jesus. Der Mann aus Nazarethh und seine Zeit, 1968) Yesus kembali ditampilkan sebagai “guru” besar. Braun yakin bahwa masih dapat menemukan ucapan-ucapan Yesus yang asli, sedangkan kurang pasti mengenai tindak-tanduk Yesus. Yesus nyatanya menghaki suatu wewenang yang melampaui seluruh tradisi Yahudi dan segala otoritas di zaman-Nya. Yesus memanggil dan serentak menyanggupkan manusia untuk kemerdekaan bertanggung jawab. Wewenang-Nya diperoleh Yesus bukan dari Allah, melainkan dari apa yang Ia tuntut dan dari apa yang dengan-Nya Yesus memerdekakan manusia dari semua belenggu dan keterasingan dari dirinya. Yesus mewartakan peri kemanusiaan sempurna. Allah yang diberitakan Yesus tidak lain kecuali hubungan antara manusia, hubungan yang bercirikan: orang “boleh” dan orang “harus,” perlindungan dan kewajiban. Yesus tidak membawa sesuatu dari luar, tetapi sebagai manusia di antara manusia Yesus menyembuhkan manusia dengan ajaran-Nya. Dengan demikian Yesus menyingkapkan realitas terdalam peri kemanusiaan. Itulah yang oleh Yesus disebut “Allah,” bahasa mitologis yang perlu didemitologisasikan. Yesus tampil tanpa Allah sebagai guru penyelamat, mirip dengan Budha. Apa yang diberitakan Yesus dan Perjanjian Baru bukan suatu teologi apalagi suatu kristologi, melainkan suatu antropologi, yang sesuai dengan antropologi abad XX. Tidak dapat tidak orang berpikir kepada para liberal abad XIX. Seperti para ahli kitab lama-kelamaan meninggalkan radikalisme Bultmann, demikian pun para ahli teologi sistematis di kalangan Reformasi meninggalkan radikalisme Barth. Pendekatan Bultmann dan Barth, khususnya dalam kristologi dari segi soteriologis, nampaknya cukup individualis (tetapi baik Bultmann maupun Barth cukup terlibat dalam masalah politik dan sosial di zamannya) dan perorangan. Teologi itu seolah-olah “mengasingkan” manusia beriman dari dunia. Segi publik, implikasi sosio-politik yang ada pada diri Yesus serta karya-Nya kurang mendapat perhatian. Dan pendekatan individualis itu tidak sesuai lagi dengan alam pikiran seperti yang berkembang di Eropa Barat dalam pertengahan kedua abad XX. Eksistensialisme diganti dengan apa yang kami istilahkan sebagai “pragmatik.” Apa yang ditekankan ialah “praxis,” bukan “teori.” Tidak perlu disangsikan bahwa pendekatan baru itu terpengaruh oleh marksisme, yang dalam salah satu bentuknya meresap ke dalam alam pikiran Eropa, yang juga menghasilkan marksisme itu. Para teolog (baik Reformasi maupun Katolik) amat peka terhadap tuduhan dan kritik agama seperti dilontarkan Marx dan pengikut-pengikutnya. Muncul apa yang diistilahkan sebagai “teologi politik” yang berusaha memperlihatkan relevansi sosio-politik iman Kristen. Dalam rangka itu kristologi pun ditinjau kembali. Seorang tokoh yang cukup luas pengaruhnya, juga di luar kalangan Reformasi, ialah W. Pannenberg. Karya utamanya ialah: Offenbarung als Geschichte (1961, diterbitkan oleh Pannenberg dan mereka yang sehaluan) dan Grundzüge der Christologie (1964), Pannenberg, sama seperti Barth, ingin mempertahankan kristologi seperti dirumuskan oleh konsili-konsili kuno. Tetapi ia mencari perumusan baru untuk ajaran lama itu. Ia mencoba menyusun suatu kristologi “dari bawah.” Tetapi dalam kerangka itu ia menampung apa yang dimaksudkan dogma lama yang menganut suatu “kristologi dari atas” (meskipun segi “dari bawah” juga ada). Sesuai dengan tendensi yang sudah lama ada, Pannenberg sangat menekankan bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh manusia dengan segala implikasinya. Maka titik tolak ialah Yesus historis yang masih dapat diketahui melalui Perjanjian Baru. Yesus adalah seorang manusia yang sama seperti manusia lain menempuh sejarah dan terbentuk oleh sejarah real, sebagaimana juga diandaikan pemberitaan Perjanjian Baru. Sejarah Yesus itulah yang menjadi penyataan diri Allah. Kebangkitan termasuk sejarah Yesus itu. Kebangkitan sebagai kejadian real dan perorangan kerap kali dihilangkan oleh para pemikir. Tetapi menurut Pannenberg kebangkitan sebagai kejadian real dan historis menjadi hakiki. Karena itu Pannenberg mencoba mem-buktikan bahwa kebangkitan itu sungguh-sungguh boleh disebut peristiwa historis yang dapat diselidiki (dan dibuktikan) oleh ilmu sejarah. Tentu saja “kebangkitan” adalah suatu gagasan dari apokaliptik Yahudi. Tetapi itu bukan suatu “mitos” yang dapat dan mesti “diterjemahkan” ke dalam bahasa ilmiah-modern, sehingga realitas kebangkitan hilang. Maka kristologi Pannenberg bertitik tolak seluruh eksistensi keduniaan Yesus sampai dengan kebangkitan-Nya. Pannenberg berkeberatan terhadap “kristologi dari atas” dan perumusan konsili Khalkedon. Nampaknya Yesus Kristus dipotong menjadi “dua” dan statis. Ada dua kodrat (yang tetap sama) dan satu diri ilahi yang identik dengan kodrat ilahi. Diri ilahi (kodrat ilahi) itu mempersatukan dengan dirinya “kodrat manusiawi.” Dalam kerangka itu hal ihwal Yesus historis sukar diberi tempat dan sebenarnya tidak mempunyai arti khusus. Karena itu Pannenberg bertitik tolak kehidupan Yesus serta hal-ihwal-Nya. Subjek yang menempuh sejarah itu dan terbentuk oleh sejarah itu hanyalah satu. Tetapi nyata pula bahwa Yesus mempunyai suatu relasi unik dengan Allah, Bapa-Nya, relasi anak yang terwujud dalam ketaatan dan penyerahan mutlak. Berdasarkan relasi tunggal itu Yesus menghaki wewenang khusus, bahkan wewenang dan kuasa ilahi. Diri, kepribadian manusiawi, Yesus nyatanya terbuka sama sekali bagi Allah dan seolah-olah diserap oleh Allah. Adapun “diri” (persona) menurut Pannenberg (sesuai dengan pendekatan filsafat) adalah suatu gagasan relasional. Maka “pribadi manusiawi” Yesus ialah pertama-tama relasi unik-Nya dengan Allah. Dari situ berpancarlah relasi-Nya dengan sesama manusia. Relasi ini pun termasuk “diri” Yesus. Dalam kebangkitan Yesus menjadi nyata bahwa apa yang nampak selama eksistensi-Nya di dunia sungguh-sungguh benar. Relasi dengan Allah seperti nampak dalam kehidupan Yesus ialah suatu relasi yang termasuk ke dalam keallahan sendiri. Maka “diri” (persona) Yesus tidak lain kecuali diri ilahi. Yesus ternyata berurat berakar dalam Allah. Ia menjadi titik sambung (pengantara) antara Allah dan manusia. Maka Yesus yang berpancar dari Allah pada hakikatnya teruntuk bagi manusia. Dalam adanya Yesus sebagai manusia adanya Kristus sebagai Allah menjadi nyata. Pada Yesus ada dua segi (bukan “kodrat”) yang saling melengkapi menjadi satu subjek. Yesus Kristus benar-benar Allah-manusia. Dan semua manusia dipanggil untuk menjadi serupa dengan Dia, yang merupakan “model” bagi manusia utuh lengkap. Dan model itu membuat mereka yang percaya kepada-Nya menjadi juga “manusia untuk lain orang,” sehingga iman itu secara sosiopolitik memang relevan. Seorang tokoh lain yang amat memprihatinkan relevansi iman Kristen bagi “dunia” ialah J. Moltmann. Karya utamanya ialah: Theologie der Hoffnung (1966); Der gekreuzigte Gott. Das Kreuz Christi als grund und Kritik christilicher Theologie (1972) dan Trinität und Reich Gottes Zur Gottes lehre (1980). Sama seperti Pannenberg, demikian pun Moltmann peka terhadap kritik yang dilontarkan marksisme terhadap agama pada umumnya dan khususnya terhadap agama Kristen. Moltmann a. l. berdialog dengan neomarksis terkenal E. Bloch yang dalam karyanya “Das Prinzip Hoffnung (1967) menyajikan juga semacam “Yesuologi marksis”. Moltmann membalikkan kristologi Pannenberg dan pendekatannya. Kristologi Pannenberg suatu kristologi dari bawah, agak berat sebelah dan terlalu optimis. Pannenberg menonjolkan kebangkitan Yesus sebagai peristiwa yang memutuskan. Tetapi sebenarnya hanya sehubungan dengan pernyataan. Stbab kebangkitan hanya menyingkapkan apa yang sudah terkandung dalam Yesus di dunia. Kebangkitan bukanlah sesuatu yang serba baru, yang menambah sesuatu. Dengan tekanannya pada kebangkitan Pannenberg juga mengaburkan makna khusus kematian Yesus di salib. Kematian itu dalam pendekatan Pannenberg hanya suatu “peralihan,” yang kalau tidak ada tidak berubah apa-apa. Moltmann agak sehaluan dengan tradisi Reformasi dan pemikiran K. Barth. Dalam kristologi (dari alas) ditekankan segi soteriologis. Tentu saja soteriologi mengandaikan kristologi, tetapi minat Moltmann tertarik oleh yang pertama. Moltmann tidak menyusun kristologi/soteriologinya sekitar “Firman Allah,” Yesus Kristus sebagai penyataan Allah (Barth, Pannenberg). Tekanan terletak pada kematian Yesus, yang sudah barang tentu tidak terlepas dart kebangkitan. Kedua ini menjadi satu peristiwa penyelamatan. Moltmann tidak terlalu merepotkan diri dengan masalah historisitas Yesus. Historisitas serta hal-ihwal Yesus dalam garis-garis besarnya diterima seperti diwartakan Perjanjian Baru. Itu menjadi prasyarat untuk pemikiran lebih lanjut. Pikiran Moltmann itu berpusatkan penderitaan dan kematian Yesus di salib. Itulah yang menjadi pokok inti iman Kristen. Dilihat dari sisi manusia Yesus dibunuh oleh karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat sosio-religius di zamannya. Dan semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus pun tidak pernah dapat menyesuaikan diri, berarti: mereka harus menderita sebagai pengikut Yesus dan menjadi dinamika yang mengubah masyarakat menuju ke akhir yang melampaui dunia, tetapi sekaligus diantisipasikan di dalam dunia yang berisikan penderitaan, kegagalan dan kematian. Hanya yang menderita dan mati di salib itu bukanlah seorang manusia belaka, meskipun seorang manusia unggul sekali pun; bukan suatu “idea” atau doktrin. Yang menderita dan mati itu ialah Anak Allah yang sesungguhnya. Moltmann tetap mempertahankan ajaran tradisional bahwa Yesus sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah. Namun Moltmann seperti sekian banyak teolog berkeberatan terhadap rumus tentang adanya “dua kodrat” pada Yesus yang hanya satu. Sebab, menurut Moltmann, implikasi ajaran itu ialah: Yang menderita dan mati hanyalah kemanusiaan, sehingga Allah tidak tersentuh. Menurut Moltmann orang mesti berkata bahwa dalam manusia Yesus Allah sendiri menderita dan mati. Dan kematian Yesus dan kematian Allah sertanya benar-benar kematian mutlak. Yesus/Allah ditinggalkan Allah, ditolak Allah, mengalami neraka (seperti dalam tradisi Reformasi suka dikatakan). Dengan taat dan rela Yesus menyerahkan diri kepada Allah, tetapi oleh Allah ditolak. Dengan demikian Moltmann secara teologis menempatkan penderitaan dan kematian itu di dalam Allah sendiri. Allah menjadi suatu paradoks di dalam diri-Nya. Allah menjadi nyata sebagai Allah “sub contrario.” Menurut Moltmann salib Yesus menyatakan Allah lain daripada Allah yang barangkali ditemukan filsafat dan Allah lain daripada Allah seperti lazimnya dipahami dalam tradisi Kristen. Allah filsafat dan Allah tradisi itu ialah: Allah yang tidak berubah, yang tetap sama, tidak dapat menderita, tidak dapat mati, Allah kekal tak terubah. Tetapi Allah menurut iman Kristen yang terungkap dalam Perjanjian Baru ialah Allah yang benar-benar menjadi senasib dengan manusia sampai akhir. Moltmann sangat menekankan bahwa diri Yesus menjadi inti iman Kristen, bukan “die Sache Jesu” (Marxsen, apa yang diperjuangkan dan diajarkan Yesus, relasi dengan Yesus). Bersama dengan diri Yesus juga “die Sache Jesu” mengalami kegagalan total. Tetapi tanpa kebangkitan penderitaan dan kematian Yesus tidak bermakna dan hanya menjadi kegagalan belaka. Di lain pihak kebangkitan itu tidak membatalkan penderitaan dan kematian. Itu tetap suatu realitas yang oleh kebangkitan seolah-olah diabadikan. Kebangkitan itu menyatakan siapa yang menderita dan mati di salib, memberi kematian di salib makna penyelamatan dan menjadikan peristiwa penyelamatan itu definitif. Dalam kebangkitan menjadi jelas bahwa kematian Yesus, kematian orang berdosa, nyatanya kematian untuk orang berdosa. Padahal kebangkitan Yesus menjadi kebangkitan manusia Yesus mendahului kebangkitan kita, manusia berdosa. Berkat kebangkitan kematian Yesus nyatanya mempunyai makna dan daya penyelamatan. Tetapi juga sebaliknya: berkat kematian Yesus kebangkitan-Nya mempunyai makna penyelamatan. Kedua peristiwa itu saling melengkapi dan saling membutuhkan. Kematian Yesus seolah-olah suatu kekeliruan dari pihak manusia yang membunuh Allah. Kekeliruan itu oleh Allah dibetulkan dengan membangkitkan Yesus. Sasaran utama iman Kristen ialah Yesus, Anak Allah, yang tetap Yesus yang disalibkan dan dibangkitkan. Dan pokok iman itulah menjadi dasar pengharapan yang tak tergoncangkan. Eksistenisi manusia tidak dapat tidak mengalami kegagalan (kematian) dan dari dalam tidak mempunyai makna sama sekali (seperti juga dikatakan oleh eksistensialis ateis dari Francis, Sartre, Camus). Tetapi dalam eksistensi dan hal ihwal Yesus tersingkap mana makna dan bagaimana eksistensi manusia bermakna. Dengan pendekatannya itu Moltmann mengangkat kembali dan dengan caranya sendiri mau memecahkan suatu masalah yang sejak abad III sudah ada. Soalnya sebagai berikut: Bagaimana dapat dipikirkan sekaligus: Allah (Anak Allah, Firman Allah yang sehakikat dengan Bapa) dan manusia (kemanusiaan) real dan historis, khususnya dalam penderitaan dan kematian real. Problem itu ialah masalah “kenosis” Allah (bandingkan dengan Flp 2:5-11). Di kalangan Reformasi khususnya di Inggris, masalah itu hangat diperdebatkan selama abad XIX dan pada awal abad XX (Misalnya: A. Fairbairn, Chrisin modern Theology, 1893; Ch. Gore, Bampton Lecture, 1891; F. Westton, The One Christ, 1907). Di Jerman pun masalah “kenosis” itu hangat diperdebatkan, khususnya sehubungan dengan kritik D. F. Strauss. Tokoh penting dalam debat itu ialah G. Thomasius (± 1875). Menurutnya Anak Allah pra-existen (ialah kehendak Allah) dalam inkarnasi menjadi terbatas dalam ciri-ciri yang menyangkut dunia, sehingga misalnya tidak lagi menjadi pengantara penciptaan. W. F. Gess (± 1891) malah berkata bahwa Firman Allah meninggalkan semua ciri ilahi dan berubah menjadi rnanusiawi. Usaha untuk memecahkan soal itu sebenarnya kurang berhasil. Namun, perdebatan itu menyadarkan kembali masalah yang ada dan misteri dan tidak tertembus. Moltmann sekali lagi berusaha dan boleh dikatakan ia membuka jalan baru, justru dengan meninggalkan paham lama tentang Allah yang tidak berubah dan tidak terkena oleh penderitaan dan kematian Yesus di salib. Di lain pihak pendekatan Moltmann mendapat juga cukup banyak kritik, sehingga masalah belum juga dipecahkan. Nampaknya bahwa, menurut Moltmann, Allah sendiri menyalibkan Yesus. Dan bagaimana dapat dipertahankan dan dipikirkan bahwa diri ilahi pertama (Bapa) menolak diri ilahi yang kedua? Kiranya bukan keterlaluan kalau dikatakan bahwa kristologi “modern” itu terutama digumuli di kalangan Reformasi yang berbahasa Jerman dengan sumbangan dari pihak Reformasi di negeri Inggris. Di luar Eropa umumnya hanya buah hasil pemikiran itu sedikit banyak disebar-luaskan. Tetapi akhir-akhir ini Reformasi di Amerika Serikat berusaha mengembangkan suatu pendekatan khusus. Tampil beberapa pemikir yang l. k. “otonom.” Terpengaruh oleh filsafat A. Whitehead (± th, 1947) berkembanglah suatu “Process Theology” (sejalan dengan process philosophy). Dalam pendekatan itu seluruh realitas yang dapat diamati pada dasarnya merupakan suatu proses terus-menerus. Dalam filsafat Whitehead Allah merupakan suatu prasyarat proses itu, suatu prinsip perkembangan yang imanen pada realitas itu sendiri. Prinsip itu menjamin jalannya proses itu secara teratur dan merupakan kesinambungan dalam proses itu antara menjadi dan menghilang. Dengan demikian “Allah” terdiri atas dua “kutub.” Ada sementara teolog yang berusaha memanfaatkan filsafat itu dan a. l. menerapkannya pada kristologi juga (Misalnya: N. Pittinger, Christology Reconsidered, 1970; J. Cobb, Christology in a pluralistic Age, 1975; D. Griffin-J. Cobb, Process Theology, 1976; Schubert Odgen, The Point of Christology, 1982). Para teolog yang menempuh jalur pikiran itu tentu saja tidak sepakat. Tetapi mereka lebih kurang sepaham dengan apa itu Allah. Allah dilihat sebagai kemungkinan tak terbatas yang mendasarkan realitas yang sedang dalam proses. Kemungkinan itu diwujudkan terutama oleh manusia, sehingga manusialah yang menjadikan Allah suatu realitas. Dalam pendekatan itu Yesus Kristus menjadi “insanulkamil.” Yesus seorang manusia yang pada hakikatnya tidak berbeda dengan manusia lain. Tetapi dalam Yesus kemanusiaan mencapai puncaknya, sehingga Yesus menjadi pola dan contoh bagi manusia yang sedang maju dalam pengrealisasian diri dalam kasih. Dibedakan antara Yesus (manusia) dan Kristus. Kristus ialah prinsip kasih yang tanggap menciptakan; kasih ini disamakan dengan Allah yang serentak imanen dan transenden. Sebab kasih (kosmik) itu terus secara dinamika melampaui dirinya. Yesus, manusia paling sempurna, membuka diri untuk “Kristus” itu. Dan dengan demikian dengan Yesus mulailah tahap sejarah (kosmis) yang paling jelas mengarahkan sejarah itu kepada tujuannya, ialah meleburnya segala sesuatu menjadi satu. Dalam Yesus yang me
September 19, 2015 at 5:22 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
September 28, 2009 at 11:07 am
Dan dengan demikian dengan Yesus mulailah tahap sejarah (kosmis) yang paling jelas mengarahkan sejarah itu kepada tujuannya, ialah meleburnya segala sesuatu menjadi satu. Dalam Yesus yang membuka diri bagi “Kristus” persatuan sudah diantisipasikan sebab Dia itu Yesus Kristus. Dalam Yesus “Allah” mencapai puncaknya. Dalam Yesus Kristus “daya kosmis” itu berwujud, sehingga Yesus Kristus menjadi puncak dan pusat seluruh proses kosmis itu, yang dalam Yesus Kristus menjadi sadar diri secara sempurna (kurang sempurna pada manusia-manusia lain). Hakikat Yesus Kristus, ialah daya kosmis itu, disamakan dengan “logos” yang menjadi “manusia” dalam Yesus Kristus dengan tingkat teratas. Kalau ringkasan tersebut l. k. kena, maka “Process-Christology” itu mengingatkan kepada kristologi Hegel dan juga kepada logos-kristologi dari gnosis abadlll-IV.
Berdekatan dengan “Process Theology” tersebut ialah sejumlah teolog Amerika Utara yang menyatakan Allah “mati.” Artinya: paham tentang Allah yang tradisional tidak lagi dapat dipakai dalam alam pikiran modern. Teolog itu juga melihat Yesus sebagai manusia unggul, contoh ulung peri kemanusiaan. Kekristenan bertugas melanjutkan apa yang dimulai Yesus: Kasih kepada sesama dan kasih kepada semesta alam, perwujudan kasih ilahi yang meresap seluruh jagat raja. Pikiran semacam itu dilontarkan misalnya oleh G. Vahanian 1961; P. M. v. Buren, 1965; Th. J. Altzier, 1966; W. Hamilton, 1966. Juga D. Sölle di Jerman mengemukakan kristologi yang serupa (Stellvertretung: Ein Kapitel Theologie nach dem Tot Gottes 1965). Dalam “teologi imajinasi,” seperti dicobai oleh Ray Hart (Unfinished Man and Imagination, 1968), Gorden Kaufman (God the Problem, 1972, Essay on theological Method, 1972; The Theological Imagination, 1982; Sistematic Theology, 1968) semua ide religius menjadi buah hasil “imajinasi” manusia, termasuk Yesus Kristus yang diimani umat Kristen.
Sebagai tambahan, meskipun di luar kerangka “kristologi” yang sebenarnya, boleh dikatakan sepatah kata mengenai Yesus sebagaimana tampil di luar kerangka umat Kristen.
Selama abad XX ini orang Yahudi mulai menaruh perhatian kepada Yesus sebagai salah seorang tokoh bangsa mereka. Setelah berabad-abad lamanya Yesus sedikit banyak disingkirkan dari kesadaran bangsa Yahudi. Tetapi akhir-akhir ini Yesus tampil kembali. la diperkenalkan sebagai seorang Yahudi sejati, pahlawan nasional dan manusia Yahudi yang jitu. Muncullah di kalangan Yahudi “Riwayat hidup Yesus” (serentak teruntuk
bagi umat Kristen). Yang paling penting boleh disebutkan: H. Eisler Jesous basileus, ou basileusas. Gerakan kemerdekaan mesianis sejak tampilnya Yohanes Pembaptis sampai dengan pembunuhan Yakobus, orang benar (1929-1930). Pikiran Eisler dipopulerkan oleh buku (amat fantastis) karangan J. Carmichael, Riwayat hidup dan kematian Yesus dari Nazareth (1964). Lebih berbobot ialah J. Klausner, Yesus dari Nazareth. Zaman-Nya, hidup-Nya dan karya-Nya (1934). Secara religius Yesus digambarkan oleh M. Buber (Dua cara beriman, 1958) dan oleh Schalom Ben Chorin (Saudara Yesus. Orang Nazareth menurut pandangan Yahudi, 1970) D. Flusser (Yesus menurut kesaksian diri dan dokumen-dokumen bergambar, 1968) juga mendekati Yesus secara positif sebagai orang Yahudi sejati.
Para sastrawan modern pun mencoba menggambarkan Yesus seperti mereka milihat-Nya. Secara negatif Yesus ditampilkan oleh R. Augstein (Yesus Anak Manusia, 1972) dan secara positif (melawan apa yang dikatakan umat Kristen tentang Yesus) Yesus tampil dalam semacam roman, karangan J. Lehmann (Laporan tentang Yesus. Protokol suatu pemalsuan, 1970). Bahkan marksis yang ateis tidak dapat melupakan Yesus. Tidak hanya neomarksis E. Bloch, memberi perhatian kepada Yesus, tapi juga dalam rangka negara komunis Cekoslowakia seorang pemikir sepsrti M. Machovec menulis buku tebal (300 halaman !!!) yang berjudul: Yesus filr Atheisten (1972). Karena itu penulisnya dipecat dan dikeluarkan dai: partai. Penilaiannya terhadap Yesus dinilai terlalu positif.
Para pemuda Amerika Serikat dan kemudian pemuda di Eropa memproyeksikan frustrasi dan cita-citanya kepada Yesus. Tercetuslah gerakan “Jesus-people” dan “Children of God” pada tahun 1960 puluhan. Di kalangan pemuda itu Yesus menjadi semacam idola, ciptaan mereka sendiri tapi serentak menjadi pegangan bagi mereka yang kehilangan pegangan. Yesus, ciptaan kaum muda itu, jelas seorang tokoh religius, tetapi kurang sesuai dengan Yesus Kristus yang diwartakan umat Kristen.
Akhirnya pemikir-pemikir Katolik pun menjadi terhanyut
Gejolak yang melanda kristologi umat Kristen yang berpangkal pada Reformasi selama abad XIX dan awal abad XX, khususnya di Eropa, untuk sementara waktu dapat ditangkis oleh Gereja Katolik, tegasnya oleh pemimpin tertinggi. Zaman pencerahan dan rasionalisme, idealisme, empirisme, positivisme serta historisisme, oleh sementara pemikir Reformasi ditampung secara positif. Dalam alam pikiran baru itu mereka berusaha mewartakan Yesus Kristus sedemikian rupa sehingga revelansi-Nya untuk manusia modern itu pun kentara. Sebaliknya Gereja Katolik, yang secara ketat dipimpin oleh Paus Pius IX (± th. 1878), Leo XIII (± th. 1903), Pius X (± th. 1914) serta Pius XI (± th. 1938), dan para pemikir pada umumnya mengambil sikap negatif dan defensif terhadap “dunia modern” itu. Dengan subur diperkembangkan satu cabang dalam teologi Katolik, yaitu “apologetika.” Cabang teologi itu berupa pembelaan tradisi Katolik – yang kerap kali masih relatif baru – terhadap rasionalisme, idealisme, historisisme dan sebagainya. Sebagai sarana positif dihidupkan kembali filsafat/teologi zaman pertengahan, khususnya dalam versi Thomas Aquinas (neothomisme). Oleh P. Pius IX pada tahun 1864 skolastik dinyatakan sesuai dengan zaman modern (DS 2913) dan P. Leo XIII pada tahun 1879 (DS 3139-3140) lebih kurang mewajibkan filsafat dan teologi Thomas Aquinas sebagai filsafat dan teologi resmi Gereja Katolik yang mesti diajarkan di semua sekolah teologi (seminari, universitas) Katolik. Pengarahan itu diperteguh kembali oleh P. Pius X, Benediktus XV dan Pius XI. Akhirnya tercantum juga dalam kitab hukum Gereja (Latin) Katolik (C 1C c. 1366).
Dalam rangka pemikiran skolastik, Thomisme, dengan pengakuannya terhadap peranan akal manusia dalam pengolahan iman (fidens quaerens intellectem) ditolaklah reaksi ekstrem terhadap rasionalisme dan sebagainya, yaitu fideisme, tradisionalisme (L. G. A. de Bonald, (± 1840), L. E. Boutain (± th. 1867). F. Lammnenais (± 1854) dan “ontologisme” (N. Malebranche th. 1915). Pemikiran orang-orang tersebut sebenarnya mau menjadikan iman Kristen (Katolik) kebal terhadap serangan dan kritik dari pihak filsafat, ilmu pengetahuan modern, yang dinyatakan tidak kompeten sedikit pun di bidang iman kepercayaan religius. Tetapi fideisme, tradisionalisme dan ontologisme ditolak bersama dengan rasionalisme dan sebagainya oleh pimpinan Gereja Katolik (DS 2751-2756.2765-2769.2811-2814.2841-2847). Sikap negatif dan defensif terhadap “dunia modern” dipertajam oleh Pius IX dalam surat edaran “Quanta cura” dan “Syllabus errorum” (th. 1864) (DS 2901-2880). Dengan nada sedikit lebih positif konsili Vatikan I (th. 1870) (DS 3001-3045) memperteguh arah defensif tersebut. Sebab maksud utama konsili itu ialah: menetapkan dan menyatakan ajaran (tradisional) terhadap semua kesesatan, yang dengan wibawa ilahi dilarang dan dikutuk oleh konsili (DS 3000).
Dapat dipahami bahwa dalam suasana defensif semacam itu kristologi/soteriologi tetap tinggal pada jalur lama. Itu tentu tidak berarti bahwa teolog-teolog besar seperti M. Scheebe (± th. 1888) (Die Mysterien des Christentums; Handbuch der katholischen Dogmatik), M. Liberatore (± 1892), G. Perrone(± th. 1876), L. Billot (± th. 1931), J. Kleutchen (± th, 1883), R. Garregot-Lagrange (± 1950), mengulang-ulang saja apa yang sudah dikatakan Thomas Aquinas. Sebaliknya mereka mengembangkan tradisi teologis, tetapi terus tinggal di jalur yang sama. Ada juga pemikir Katolik yang tidak menganut neoskolastik itu dan berusaha mengembangkan pikiran baru. Tetapi mereka pun tetap tinggal dalam rangka kristologi konsili-konsili kuno (Efese, Khalkedon, Konstantinopolis III). Misalnya J. Kuhn(± th. 1887)dan terutama J. M. Newman (± 1890).
Kendati sikap negatif dan defensif tersebut para pemikir Katolik terpengaruh oleh alam pikiran modern itu. Dan itu justru terjadi dalam pembelaan tradisi terhadap serangan dan kritik, jadi dalam apologetika. Kritik dari pihak rasionalisme, positivisme dan historisme terhadap tradisi, sebagian besar berdasarkan penyelidikan historis tradisi, tidak terkecuali Alkitab. Diperlihatkan bahwa ajaran Katolik dan dogma-dogma Gereja menyeleweng dari tradisi tertua dan dari Kitab Suci. Dan Kitab Suci sendiri tidak bisa dijadikan dasar ajaran, sebab ternyata hasil usaha manusia. Maka para pemikir Katolik untuk membela tradisi Katolik sibuk dengan sejarah Gereja serta ajarannya dalam rangka apologetika. Bukti minat historis yang paling mengesankan ialah penertiban semua karya pujangga Gereja, Yunani dan Latin, oleh J. Migne (± th. 1875) dan penerusnya.
Dalam rangka apologetika itu mulailah berkembang apa yang boleh disebutkan sebagai “kristologi dari bawah.” Salah satu bab dari apologetika itu ialah “De Christo legato divino.” Bab ini secara “rasional” (berarti: atas dasar historis) mau “membuktikan” bahwa Yesus benar-benar utusan Allah yang membawa wahyu ilahi (diartikan sebagai pemberitahuan kebenaran-kebenaran). Karena itu para apologet itu mesti merepotkan diri dengan Yesus historis dan dengan metode ilmu sejarah menyelidiki Perjanjian Baru. Tentu saja kristologi spekulatif/dogmatis untuk sementara waktu kurang perduli akan hasil penyelidikan historis. Tetapi lama-kelamaan “kristologi dari bawah” (apologetika) mempengaruhi kristologi dogmatis juga.
Dalam rangka apologetika para pemikir Katolik juga mulai menulis “riwayat hidup Yesus.” Maksudnya: mengimbangi “riwayat hidup Yesus” seperti diterbitkan oleh para rasionalis dan para ahli teologi di kalangan Reformasi. Boleh disebutkan P. Scheg (Sechs Bücher des Lebens Jesu, 1875), P. Neumann (Das Leben unseres Herrn und Heilands Jesus Christus, 1877), J. Grimm (Das Leben Jesus nach den 4 Evv, 1896), J. N. Stepp-D. Hanenberg (Das Leben Jesu, 1898), E. Camus (La vie de notre Seigneur Jésus Christ, 1883), L. C. Pillion (La vie de Jésus Christ. 1927), F. Prat (Jesus Christ, sa vie, sa doctrine, so.n oévre, 1932), J. Lebreton (La vie et 1’enseignement de Jésus Christ, 1931), P. Riciotti (Vita de Gesù Cristo, 1941). Sayanglah semua karya itu bernada polemis dan apologetis dan kurang dimanfaatkan oleh para dogmatisi. Akibatnya ialah: Kristologi positif (historis) dan kristologi spekulatif/dogmatis berkembang terlepas satu sama lain, sedangkan kristologi positif itu tetap diawasi oleh kristologi spekulatif. Dan kristologi dogmatis itu tidak mengalami perubahan yang berarti. Itu misalnya dapat dilihat dalam kristologi/soteriologi yang dikarang P. Galtier (De incarnatione et redemptione2. 1947), yang cukup laris di kalangan Katolik (seminari). Kristologi itu tahu akan apa yang terjadi di luar Gereja Katolik, tetapi semuanya ditolak secara bulat. Kristologi karya K. Adam (Der Christus des Glaubens, 1954) mencoba menggabungkan kristologi positif dengan kristologi spekulatif, tetapi belum tercapai suatu integrasi yang lancar dan nadanya tetap agak polemis. Sehaluan dengan karya Adam ialah kristologi yang disajikan J. R. Geiselmann (Jesus der Christus, 1951), meskipun Geiselmann lebih banyak mengintegrasikan hasil penyelidikan Kitab Suci dan sejarah.
Tentu saja tidak semua pemikir Katolik senang dengan situasi nyata, yakni: teologi/kristologi Katolik membentengi dirinya dan kurang terbuka terhadap alam pikiran modern. Semakin banyak pemikir merasa bahwa metafisik skolastik tidak sesuai dengan alam pikiran modern itu. Tentu saja sejak awal mula metafisik Arestoteles sebagaimana disesuaikan dengan iman Kristen oleh Thomas Aquinas mendapat kritik pedas, misalnya dan pihak Bonaventura (± th. 1274), J. Duns Scotus (± th. 1308) dan terutama dari pihak W. Ockam (± th. 1347). Memang sampai abad XIX metafisik Arestoteles-Thomas tidak pernah mendapat kedudukan tunggal seperti yang diberikan oleh P. Pius IX, Leo XIII dan sebagainya. Demikian juga selama abad XIX dan XX tetap ada pemikir yang berpendapat bahwa metafisik itu bukanlah sarana yang paling baik guna memahami, membela serta menjernihkan iman Kristen. Malah dikatakan bahwa metafisik itu sama sekali tidak sesuai dengan alam pikiran modern yang tidak statis, melainkan dinamis dan historis. Tetapi tokoh-tokoh seperti I. von Dollinger (± th. 1890), H. Schell (± th. 1906), A. Ehrhard (± 1940). J. Schnitzer (± 1939), G. Tyrrel (± th. 1909), F. von Hugel (± 1925), Olle Laprune (± 1900), M. Blondel (± 1913), A. Loisy (± th. 1940), yang menuntut dan mengusahakan suatu penyesuaian teologi Katolik dengan alam pikiran modern, tidak mendapat angin dalam Gereja Katolik (tegasnya instansi yang berwenang). Malah tokoh moderat seperti J. H. Newan, P. Rousselot (± th. 1915), A. Gardeil (± 1913) tidak mendapat dukungan. Perang melawan apa yang diistilahkan sebagai “modernisme,” yang dibuka oleh P. Pius X (Dekret “Lamentabili, 1907, DS 3401-3466; Surat edaran “Pasecendi 1907, DS 3445-3500), untuk sementara waktu mematikan segala usaha ke arah penyesuaian.
Sebab, kendati represi hebat, alam pikiran teologi dalam Gereja Katolik, sedikit demi sedikit berubah. Perubahan itu a. l. merupakan hasil dari pendekatan historis yang mau tidak mau mesti ditoleransikan oleh teologi spekulatif dan hukum Gereja. Beberapa orang, dengan maksud membela dogma Katolik, mulai secara historis mempelajari dan menyelidiki “sumber-sumber wahyu,” Kitab Suci dan tradisi. Tokoh yang penting sehubungan dengan tradisi ialah J. B. Franzelin (± th. 1885, De divina traditione et Scriptura). Dalam karya itu Franzelin mengembangkan semacam “teologi positif,” berarti: historis. Meskipun Franzelin bermaksud membela dogma Katolik, namun serentak memperlihatkan perkembangan dogma sepanjang sejarah. Jadi “dogma” itu bukanlah suatu kebenaran abadi yang turun dari surga. Tidak semuanya begitu mantap, seperti diandaikan teologi spekulatif dengan metafisik statisnya. Maka muncullah masalah sekitar perkembangan dogma. Secara spekulatif masalah mau diatasi oleh F. Marin-Sola (± 1930). Namun jelaslah nilai dogma-dogma, tidak terkecuali dogma-dogma kristologis, bagaimanapun juga relatif, terikat pada masa dan kebudayaan serta situasi tertentu.
Apa yang diistilahkan sebagai “La nouvelle Théologie,” khususnya di Prancis (H. de Lubac, J. Daniélou, I. Congar) dan Jerman (H. Urs von Balthasar, J. Ratzinger) pada tahun 1950-an menyadarkan para teolog spekulatif, bahwa terlalu mempersempit dan malah menyelewengkan ajaran para pujangga Gereja dahulu dan bahkan ajaran teolog-teolog besar zaman pertengahan. Meskipun “teologi baru” (yang berupa teologi historis) mendapat perlawanan, namun dampaknya luas sekali dan turut mempersiapkan dobrak yang terjadi pada Konsili Vatikan II (tahun 1962-1965).
Kitab Suci pun mulai dipelajari dengan metode kritis-historis. Tokoh yang amat berjasa di bidang ini ialah J.-M. Lagange (± 1938). Meskipun “Commisio Pontificia de Re Biblica” (sejak tahun 1902) umumnya mengambil sikap negatif terhadap hasil penyelidikan para ahli Kitab (bandingkan dengan Ds 3372-3373.3394-3397.3398-3400.3505-3509.3512-3519.3521-3528; 3561-3567; 3568-3578.3581-3590.3591-3593.3628-3630.3750-3851.3792-3896), namun semakin jelas disadari bahwa Kitab Suci suatu buku manusiawi dan historis, bukan semacam gudang “kebenaran iman.” Terdukung oleh pimpinan Gereja yang tertinggi (P. Leo XIII, Providentissimus Deus, 1893, Ds 3280-3294), Benedictus XV (Spiritus Paraclitus, 1920, DS 3650-3654) Kitab Suci semakin direhabilitasikan dalam kehidupan Gereja dan teologi, kalaupun sikap masih hati-hati sekali. Hanya tetap tinggal jurang antara hasil penyelidikan Alkitab dengan teologi spekulatif. Jurang itu memang semakin dirasakan juga dan disadari. Tetapi betapa sukar jembatan antara kedua cabang teologi itu dipasang sampai sekarang cukup terbukti oleh karya K. Rahner-W. Thüsing, Christologie-systematisch und exegetisch, 1972. Kristologi spekulatif K. Rahner ternyata tidak bersangkutan dengan kristologi alkitabiah W. Thüsing dan kristologi spekulatif tetap mendahului kristologi Kitab Suci, kendati kritik yang dilontarkan Thüsing.
Perubahan suasana dan arah secara resmi mulai terjadi pada tahun 1943. Surat edaran P. Pius XII mengenai Kitab Suci (Divino afflante spiritu, DS 3825-3831) pada prinsipnya menerima pendekatan kritis-historis terhadap Alkitab dan mendukung tafsiran ilmiah. Itulah hasil kesabaran dan perjuangan tokoh-tokoh seperti J.-M. Lagange dan yang sehaluan. Dan kalau Kitab Suci dapat (dan mesti) didekati secara demikian, mengapa juga dogma-dogma Gereja tidak dapat didekati dengan metode kritis-historis? Dampak surat edaran itu untuk sementara waktu kurang dirasakan, akibat perang yang sedang berkecamuk. Arah yang ditempuh surat edaran P. Pius XII diperteguh oleh “Commissio Pontificia de Re Biblica” dalam suratnya kepada uskup Paris, Suhard, tahun 1948 (DS 3862-3864). Dan kendati perlawanan, khususnya dari pihak sementara teolog spekulatif (bandingkan dengan DS 3886-3889), arah itu dipertahankan dan menjadi matang pada konsili Vatikan II (Konstitusi dogmatis tentang wahyu ilahi, Dei Verbum, th. 1965). Keputusan-keputusan (negatif) yang dikeluarkan “Commissio Pontificia de Re Biblica” sejak tahun 1902 nyatanya dicabut pada tahun 1955 oleh Commissio itu sendiri.
Maka para ahli Kitab Katolik merasa lega dan terbebaskan dari belenggu. Dalam menafsirkan Alkitab mereka mulai memakai metode yang selama abad XIX dan XX diperkembangkan di luar rangka umat Katolik: Kritis-historis, sejarah bentuk (Formgeschichte), sejarah penggubahan (Redaktions-geschichte), sejarah tradisi (Traditions-geschichte). Kemudian sejumlah teolog spekulatif menyusul dan mulai “menafsirkan” dogma-dogma Gereja Katolik. Ciri historis Kitab Suci dan tradisi ditekankan dan dengan demikian direlatifkan. Boleh jadi para exeget dan teolog Katolik sedikit kesal hati oleh karena dari pihak linguistik orang semakin meragukan tepatnya pendekatan semacam itu.
Tentu saja para ahli kitab dan para teolog terutama merasa lega oleh karena kini dapat mewartakan Yesus Kristus, inti pokok iman Kristen, sesuai dengan alam pikiran modern (di dunia barat) atau dianggap modern. Umat Katolik tidak (usah) lagi kebal terhadap alam pikiran itu, alam pikiran yang tidak lagi kosmosentris dan teosentris, melainkan antroposentris, alam pikiran yang tidak lagi bergerak dalam metafisik Yunani-skolastik, tetapi dalam dunia positivis yang berpusatkan manusia yang otonom-bebas, bertanggung jawab dan pengurus nasibnya sendiri dalam alam dunia yang berkembang, dengan bertitik tolak pengamatan, pengalaman dan eksperimen.
Hanya para ahli kitab dan teolog yang merasa lega oleh karena dapat mewartakan Yesus kepada “dunia modern” (barat) mesti menghadapi dunia yang amat membingungkan oleh karena dunia itu kehilangan arah. Berkerumunlah pelbagai macam “filsafat,” pandangan hidup, yang berlawanan satu sama lain. Ada kantianisme/idealisme (Jerman), fenomenologi, filsafat dialektis, marxisme, strukturalisme, eksistensialisme, personalisme, neo-skolastik, filsafat hidup, filsafat yang dibawa dari India. Sungguh membingungkan “dunia modern” itu.
Kristologi/soteriologi seperti secara tradisional diwartakan rupanya tidak lagi dapat ditelan “manusia modern” itu. Seorang Yesus Kristus yang terdiri atas “dua tingkat” (kodrat ilahi, kodrat manusia) yang dipersatukan dalam “diri ilahi yang pra-existen” dengan tidak ada lagi “diri manusia” tidak dapat dipikirkan lagi. Pikiran tentang Yesus Kristus yang mati sebagai “korban,” pengganti manusia, yang mesti “menebus” manusia dari “dosa (asal)” merupakan bahasa kiasan yang kehilangan artinya bagi manusia “modern,” yang otonom mengurus dirinya. Allah yang “turun,” yang mencampuri urusan manusia di dunia ini, sukar diterima. Dan halangan paling besar ialah “keilahian” Yesus Kristus seperti secara tradisional diwartakan, sehingga mendekati monophysitisme. Yesus semacam itu tidak lagi dirasakan sebagai senasib dengan manusia, seorang manusia seperti kita sekalian.
Para ahli kitab dan ahli ilmu ketuhanan yang ingin menyusun suatu kristologi/soteriologi yang lebih sesuai dengan manusia “modern” (di Eropa dan Amerika Utara) merasa diri didukung oleh konsili Vatikan II yang a. l. (Dekret: “Unitatis redintegratio” n.11) berkata tentang “hierarki kebenaran-kebenaran” dan mendesak para teolog untuk menjernihkan iman Kristen dengan cara dan dalam bahasa yang dapat dimengerti lain orang juga. Konsili Vatikan II memang mencari kontak dengan “dunia” (nyatanya: dunia barat) dan membuka jendela/pintu pada benteng Gereja Ka-tolik. Maka apa yang sudah dimulai sebelum konsili Vatikan II sesudahnya seolah-olah meledak.
Dalam suasana dan situasi “baru” itu Yesus Kristus seolah-olah menjadi “buruan” “free for all,” khususnya bagi para teolog dogmatis. Tampil suatu situasi, suatu “krisis” dalam kristologi yang mengingatkan situasi pada abad III-IV. Hampir setiap ahli kitab dan ilmu ketuhanan merasa diri l. k. wajib dan berwewenang untuk menyusun suatu “kristologi/soteriologi baru dengan sedikit banyak menyingkirkan kristologi tradisional-skolastik. Membaca produksi teologi dan ilmu tafsir pada tahun 60-70-an, orang sedikit banyak dapat menyetujui apa yang dikatakan seorang teolog Anglikan pada tahun 1970, F. Forranca. Beliau berpendapat bahwa sejumlah teolog Katolik pada abad XX mengulang-ulang kekeliruan teologi (liberal) Protestan pada abad XIX. Memanglah setiap orang yang sedikit tahu tentang gejolak di kalangan Reformasi pada abad yang lampau lalu membalik-balik “kristologi-kristologi” baru yang diproduksikan di kalangan Katolik habis pertengahan abad XX, merasa: Itu pernah saya baca! Seolah-olah para ahli yang begitu lama lapar dan haus, sekarang dapat makan dan minum sekenyang-kenyangnya dari apa yang dipersiapkan para Protestan liberal (Jerman) di abad yang lampau.
Ada suatu ciri yang muncul para kebanyakan “kristologi” (entah alkitabiah entah spekulatif), yaitu: Banyak mengusahakan suatu “kristologi dari bawah” dengan tekanan pada “manusia” Yesus. “Kristologi dari bawah” itu mengandaikan bahwa masih mungkin dan perlu orang menembus pewartaan Perjanjian Baru dan kembali kepada Yesus historis. Pengakuan iman Kristen mesti didasarkan pada manusia Yesus dalam eksistensi historis-Nya. Yesus itulah yang mau dijadikan ukuran kristologi seperti berkembang pada umat Kristen. “Keilahian” Yesus (entah apa itu “keilahian”) mesti nyata dalam hidup Yesus di dunia. Maka pengakuan iman umat (dogma) perlu dikritik berdasarkan Yesus historis.
Para ahli kitab (dan teolog) Katolik amat senang bahwa malah para pengikut Bultmann “bertobat” dan dirintis oleh E. Kasemann kembali “mencari Yesus historis” sebagai unsur yang secara teologis/kristologis relevan dan mutlak perlu. Bukankah selama abad XIX/XX para apologet Katolik selalu membela historisitas Yesus terhadap rasionalisme, idealisme dan eksistensialisme? Seolah-olah mereka dibenarkan oleh sejarah. Maka seiring dengan teman-temannya di kalangan Reformasi para ahli Kitab Katolik pun berusaha menemukan Yesus historis. Boleh disebutkan tokoh-tokoh seperti R. Pesch (Jesu ureigene Taten, 1970; Das Abendmahl und Jesu Totesverständnis, 1978), A. Vogtle (Jesus von Nazareth, 1970; J. Gnilka (Jesus Christus nach frühen Zeugnisse des Glaubens, 1970), W. Trilling (Fragen zur geschichtlichkeit Jesu, 1969), J. Blank (Jesus von Nazareth. Geschichte und Relevanz, 1972). K. Kertelge e.a. (Rückfrage nach Jesus, Zur Methodik und Bedeutung der Frage nach dem historischen Jesus, 1974), H. Merklein, Jesu Botschaft von der Gottesherrschaft. Eine Skizzc, 1983), J. Sauer (e. a.) (Wer ist Jesus Christus, 1977). Kalau nama-nama tersebut semua nama Jerman maka sebabnya ialah: Masalah itu kembali terutama direpotkan oleh ahli-ahli Jerman, padahal yang berbahasa Inggris tidak pernah terhanyut oleh radikalisme Jerman dahulu. Para ahli yang berbahasa Inggris lebih kurang sehaluan dengan posisi moderat seperti dikemukakan oleh C. H. Dodd (The Founder of Christianity, 1970).
Meskipun para ahli kitab tersebut tetap mengulang pernyataan bahwa tidak mungkin menulis suatu “riwayat hidup Yesus,” namun mereka berpendapat bahwa masih dapat menggali suatu “gambar,” bagan yang cukup tepat tentang kehidupan Yesus dan terutama tentang pewartaan-Nya. Mereka berusaha memperlihatkan bahwa memang ada kesinambungan antara Yesus historis dan pewartaan kristologis yang tercantum dalam Perjanjian Baru. Terpengaruh oleh evolusionisme modern mereka pun melihat dalam Perjanjian Baru suatu perkembangan kristologis (tegasnya: beberapa perkembangan) dan kerap kali ada semacam apriori yang tidak disadari bahwa apa yang paling tua, juga paling benar. Apa yang kemudian dalam waktu, secara spontan dinilai kurang berbobot dan lebih kurang menyeleweng. Oleh karena jarang sekali hasil penyelidikan atas Yesus historis sejalan, maka terpaksa para ahli terus-menerus memperhalus dan mempertajam metodiknya dan terutama memperbanyak dan mempertajam kriteria, ukuran yang mesti dipakai untuk memisahkan “yang asli” dari “yang kurang asli.” Alhasil: Metodik menjadi begitu berbelit-belit, sehingga hampir saja tidak dapat dipakai lagi.
Maka “Yesus historis” yang digali para ahli dari Perjanjian Baru selalu cukup hipotetis dan macam-macam “Yesus historis” yang tampil. Dan ciri-ciri “Yesus historis” yang tampil terlalu mengingatkan “Gambaran Yesus,” seperti yang dikemukakan para teolog/ahli kitab liberal pada abad yang lampau di kalangan Reformasi. Hanya gambaran itu disesuaikan sedikit dengan harapan dan cita-cita manusia (barat) pada abad XX, yang memang tidak sama dengan cita-cita manusia borjuis abad yang lampau. Yesus yang digali itu lalu mau diangkat menjadi ukuran iman dan praxis umat Kristen pada abad XX. Hanya para ahli itu belum dapat sepakat kalau-kalau “kebangkitan Yesus” (yang tetap batu sandungan) harus dimasukkan ke dalam “Yesus historis” atau tidak perlu diperhitungkan. Oleh karena selama abad XX rasionalisme/idealisme, eksistensialisme dan positivisme diganti dengan pendekatan “pragmatis,” maka tidak mengherankan bahwa Yesus yang digali dari Perjanjian Baru cocok dengan pendekatan “pragmatis” itu; yang diutamakan ialah: praxis Yesus dalam konteks (sosio-politik) historis-Nya.
Kristologi/soteriologi spekulatif seharusnya meneruskan kristologi-kristologi yang tercantum dalam Perjanjian Baru. Tetapi para ahli kitab tidak banyak menolong para dogmatisi. Mengingat hasil penyelidikan para ahli kitab yang agak simpang siur, maka jarang sekali ada ahli kitab yang memberanikan diri menyajikan suatu kristologi Perjanjian Baru yang menyeluruh, seperti disajikan oleh R. Schnackenburg (Christologie des Neuen Testaments, 1970). Lebih sering disusun suatu kristologi salah satu penulis (Paulus) atau salah satu karangan saja. Maka biasanya hanya disoroti salah satu segi atau unsur pada Yesus Kristus sebagaimana diwartakan Perjanjian Baru. Mengingat tendensi banyak ahli kitab untuk menekankan Yesus historis dan mengambil itu sebagai ukuran dan betapa hipotetis Yesus historis itu, maka para dogmatisi tidak mendapat pangkal pemikiran yang mantap serta utuh menyeluruh.
Sebagai contoh “kristologi parsial” yang diangkat para ahli kitab dari Perjanjian Baru boleh disebutkan: L. Cerfaux (Le Christ dans la théologie de saint Paule, 1951), J. Comblin (Le Christ dans l’Apocalyps, 1965), J. Dupont (Essays sur la christologie de Jean, 1951), G. Voss (Die Christologie der lukanischen Schriften, 1965), F. M. Braun (Jean le théologien III: Le mystére de Jésus Christ, 1966), J. Dean Kingsbury (The Christology of Mark’s Gospel, 1983).
Orang berkesan bahwa kristologi spekulatif, yang tidak diberi pangkalan mantap oleh ilmu tafsir, sejak sekitar 1950 tidak hanya mulai bergerak tetapi juga kehilangan arah, a. l. terpengaruh oleh ilmu tafsir yang sejak 1943 menempuh jalan baru. Tidak tersedia lagi suatu paradigma kristologis bersama dan tidak ada “tata bahasa kristologis” yang sama. Para teolog spekulatif tidak lagi saling mengerti. Rasa kurang puas dengan kristologi tradisional-skolastik sekonyong-konyong meletup.
Pada tahun 1935 Déodat Basly sudah melontarkan suatu pendekatan baru yang diistilahkan sebagai “Assumptus Homo” kristologi (Inopérantes offensives centre L “Assumptus homo,” 1935). Sangat ditekankan bahwa Yesus Kristus benar-benar seorang manusia utuh lengkap. Kristologi seharusnya bertitik tolak manusia utuh lengkap, seperti tampil di belakang pewartaan Perjanjian Baru. Meskipun pendekatan Déodat itu secara resmi ditolak, namun ia mencetuskan suatu debat antara para teolog yang semakin sengit. Diperdebatkan kalau-kalau pada Yesus Kristus dapat/mesti diterima adanya suatu “Aku” manusiawi, diri manusiawi? Dalam kristologi tradisional dikatakan bahwa diri Yesus Kristus ialah diri ilahi yang kedua (Firman, Allah-Anak). Tetapi kalau pada Yesus tidak ada “diri manusiawi” masih dapatkah Ia dikatakan benar-benar manusia? Teolog yang terlibat dalam debat itu a. l. P. Parente (L’Io di Cristo, 1953; La Psicologia di Cristo, Problemi e orientamenti, 1957), B. Lonergan (De constitutione Christi ontologica et psychologica, 1956), J. Galot (La personne du Christ. Recherches ontologiques, 1969), M. Nédoncelle (Le “moi” du Christ et le “moi” des hommesa à lumière de la réciprocité des consciences, 1965).
Dipertikaikan juga “kesadaran diri” Yesus dan pengetahuan Yesus (historis). Soalnya ialah: Sejauh mana secara manusiawi Yesus sadar akan keilahian-Nya (visio beatifica, visio immediata) dan bagaimana; apakah Yesus secara manusiawi tahu segala sesuatu yang dapat diketahui dan bagaimana (pelbagai macam pengetahuan yang dikatakan ada pada Yesus). Dalam tradisi skolastik orang berpendapat bahwa Yesus historis langsung sadar akan keilahian-Nya dan sungguh-sungguh, meskipun secara manusiawi, mahatahu. Misalnya J. M. Scheeben (Handbuch der katholischen Dogmatik V,2.20-30) mengemukakan sebagai keyakinan umum bahwa Yesus sejak rahim ibu-Nya sepenuh-penuhnya memakai daya pengenal dan selama hidup-Nya pengetahuan-Nya tidak mengalami perkembangan. Sejak awal Yesus mempunyai seluruh pengetahuan yang dapat dimiliki suatu makhluk. Dasar pengetahuan itu ialah “scientia beata,” kesadaran langsung akan keilahian. Pendapat itu juga dikemukakan P. Pius XII dalam surat edaran “Mistici corporis” (1943, DS 3812) dengan mengulang penetapan S. Offici 1918 (DS 3545-3646) dan apa yang dikatakan dekret “Lamentabili” pada tahun 1907 (DS 3432-3435). Namun demikian, keyakinan itu tidak pernah menjadi umum, apalagi dogma resmi. Memang Yesus, seperti tampil dalam Injil-injil sinoptik tidak mendukung keyakinan itu, sebab Ia tidak tampil sebagai “mahatahu” dan tanpa perkembangan manusia yang biasa.
Pada tahun sekitar 1950-1960 masalah itu diperdebatkan. Dan pertimbangan utama yang dikemukakan ialah: Yesus (historis) yang “mahatahu,” langsung sadar akan keilahian-Nya, bukan lagi seorang manusia, senasib dengan manusia lain. Kalau itu dikatakan, maka Yesus menjadi seorang dewa, Allah yang bertopeng manusia. Sejumlah teolog yang terlibat dalam debat itu mempertahankan bahwa Yesus memang tidak mahatahu dan tidak mempunyai “visio beatifica,” misalnya E. Gutwenger (195 ). R. Haubst (1957), J. Mouroux (1959), J. Galot (1960), K. Rahner (1958), E. Schillebeeck (1961), A. Vogtle (1964), H. Riedlinger (1966). Dengan pelbagai cara para teolog berusaha mendamaikan perkembangan manusiawi Yesus serta keterbatasan historis-Nya dengan ajaran tradisional bahwa “diri” Yesus tidak lain kecuali “diri” ilahi kedua dan langsung sadar akan keilahian-Nya.
Seluruh masalah itu bukanlah soal baru. Melawan pendapat umum selalu ada pemikir yang, entah bagaimana, membela keterbatasan kesadaran manusiawi dan pengetahuan manusiawi Yesus historis. Para skolastik zaman pertengahan berbeda pendapat, tetapi menerinia bahwa daya pengenal Yesus diaktualkan dengan pelbagai cara (visio, scientia infusa, scientia aquisita). Dan sejak Reformasi (Luther, Kalvinus) di luar rangka teologi skolastik semakin larislah pendapat bahwa – demi kemanusiaan dan historisitas-Nya – Yesus mengalami perkembangan mirip dengan manusia lain (Erasmus, 1541; B. Stattler, 1797; M. Dobmayer, 1923; G. Hermes, 1834; A. Gamer, 1829; H. Klee, 1935; E. Bourgand, 1878; H. Oswald, 1878; H. Schell, 1892; A. Loisy, 1903).
Tidaklah mungkin dalam rangka karya ini memperkenalkan segala macam “kristologi” yang dikemukakan sementara pemikir Katolik sejak tahun 1950. Ada sementara proyek kristologis yang tidak hanya menyim pang dari kristologi skolastik dan tidak hanya “menginterpretasikan kembali” dogma konsili Khalkedon dan Konstantinopolis III, tetapi juga secara jelas atau kurang jelas, menyingkirkan dogma itu.
Misalnya kristologi (dari bawah) seperti yang disajikan P. Schoonenberg (Een God van Mensen, Twee theologische studies, 1969). Schoonenberg mati-matian mempertahankan bahwa “diri” (persona) Yesus Kristus sepenuh-penuhnya “diri” manusiawi. Ia amat berkeberatan terhadap kristologi tradisional yang seolah-olah “memotong” Yesus Kristus menjadi dua (kodrat manusiawi, kodrat ilahi), yang kemudian dipersatukan dalam “diri ilahi” (kedua). Menurutnya tidak ada suatu “diri ilahi” (kedua) lepas dari diri manusiawi Yesus. Sebaliknya dengan “diri” manusiawi Yesus Allah, yang menghampakan diri, menjadi “diri” ilahi (yang kedua). Oleh karena Allah hadir dengan/dalam “diri” manusiawi Yesus, maka Yesus boleh disebut “Anak Allah,” memang secara istimewa. Tidak ada suatu Tritunggal ilahi – paling tidak kita tidak tahu apa-apa tentangnya – lepas dari penciptaan dan lepas dari manusia Yesus Kristus. Schoonenberg memang mau setia kepada tradisi sejati, tetapi tradisi, yang menurutnya kerap dimengerti salah, mesti diinterpretasikan kembali bagi “dunia modern.” Hanya sedikit sukar orang melihat bagaimana pendekatan baru itu dapat didamaikan dengan dogma (meskipun diinterpretasikan kembali) dan sejauh mana Yesus masih berbeda dengan manusia lain.
Demikian pun kristologi (dari bawah) yang pernah dikemukakan A. Hulsbosch (Jezus Christus gekend als mens, beleden als Zoon Gods, 1966, dilengkapi, dijernihkan dan dibetulkan dalam: Christus de scheppende Wijsheid van God, 1971). Hulsbosch, sama seperti Schoonenberg, ingin meninggalkan kristologi skolastik dan dalam kesetiaan pada maksud dogma kuno mengembangkan suatu kristologi dalam rangka evolusionisme modern. Maka Yesus Kristus merupakan puncak “wajar” dari perkembangan dunia dan manusia. Penciptaan dan pewahyuan (diri) Allah sebenarnya satu dan sama. “Hikmat kebijaksanaan” ilahi selalu ada pada makhluk-makhluk dan maju bersama kemajuan makhluk-makhluk. Pada manusia Yesus Kristus perkembangan itu mencapai puncaknya dan dengan “diri” manusiawi Yesus Hikmat ilahi (Firman Allah) menjadi “diri.” Dinamika evolusi yang memuncak dalam diri Yesus Kristus tentu saja bukanlah sesuatu “alamiah” (makhluk), melainkan sesuatu ilahi. Hanya dimensi ilahi itu ada pada semua makhluk, meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda. Pada Yesus dimensi itu menjadi paling intensif dan tampil sebagai “diri” (pribadi). Kristologi itu pun sukar didamaikan dogma kristologis, seperti dimaksudkan Hulsbosch, dan dengan Allah Tritunggal. Di mana persis terletak keunikan Yesus Kristus? Mengapa hanya sekali saja terjadi “inkarnasi” macam itu? Apakah Allah Tritunggal mendahului atau menyusul penciptaan?
Seorang teolog yang amat luas dampaknya ialah K. Rahner (± 1984). Pikirannya, juga tentang Yesus Kristus, tertuang dalam sejumlah besar karangan. Sebagai karya yang menyajikan pikiran Rahner l. k. lengkap dan matang boleh disebutkan K. Rahner (-W.Thüsing), Christologie-systematisch (-exegtisch), 1972, dan: Grundkurs des Glaubens. Einführung in den Begriff des Christentums, 1976. K. Rahner mendapat banyak pengikut dalam pikirannya. Ada yang hanya mengulang-ulang apa yang dikatakan Sang Guru, yang lain dengan tidak mengerti pikirannya secara tepat menyebarluaskannya ke mana-mana; ada yang berusaha mengembangkan pikiran Rahner lebih lanjut dan teramat banyak yang dengan tidak sadar sepenuhnya menyerap (sebagian) pikiran Rahner.
Adapun K. Rahner ialah seorang teolog spekulatif yang mau tetap “orthodox” sepenuh-penuhnya dan tidak menyimpang dari dogma-dogma kristologis. Hanya dogma itu mesti dipahami secara tepat dan isinya disajikan dalam bentuk yang dapat ditangkap manusia modern. Dengan mengulang-ulang dogma saja manusia modern tidak tercapai. Tetapi terhadap apa yang diistilahkannya sebagai “teologi mazhab” (ialah skolastik, neothomisme seperti ditemukan dalam pedoman teologi dogmatis) Rahner melontarkan banyak kritik. Sama seperti para teolog liberal abad XIX dan R. Bulthmann pada abad XX, K. Rahner ingin mewartakan Yesus Kristus dalam rangka alam pikiran “modern” (barat) abad XX. Keprihatinan pastoral mendorong Rahner untuk memikirkan kembali “teologi/kristologi mazhab” itu. Kecuali itu Rahner yakin bahwa akibat teologi dan pewartaan masa yang lampau Yesus Kristus seperti dipikirkan dan dihayati umat Katolik tidak lagi Yesus Kristus seperti diwartakan Perjanjian Baru dan dimaksud dogma kristologis kuno. Teologi/kristologi tradisional itu amat mempersempit pewartaan dan dogma dengan menekankan keilahian Yesus sedemikian rupa, sehingga kemanusiaan secara praktis hilang, kalaupun secara formal dipertahankan. Yesus Kristus nyatanya dipikirkan dan dihayati secara monophysitis malah doketis (kemanusiaan Yesus hanya “topeng” keilahian). Dan dengan demikian Yesus Kristus menjadi tokoh mitologis belaka. “Haeresis” yang nyata itu mesti ditentang dan dihilangkan demi kesejatian iman Kristen.
K. Rahner adalah seorang teolog spekulatif yang secara kritis dan positif mau meneruskan teologi/kristologi Thomas Aquinas dan neothomisme (L. Billot, De Verbo Incarnate; P. Galtier, L’Unicité du Christ). Sebagai thomis sejati Rahner mau mengembangkan teologi/kristologi skolastik (Thomas) itu dan menggabungkannya dengan alam pikiran modern, khususnya dengan filsafat Jerman abad XIX, yang secara kritis mau diserap. Memang K. Rahner mulai sebagai filsuf, lalu menjadi teolog. Maka filsafat modern (Jerman) itu dengan tekanannya pada subjek (intelektual) yang otonom mau dipakai dalam berteologi. Pada latar belakang itu Rahner mengembangkan apa yang diistilahkan sebagai “teologi (kristologi) transendental,” ialah teologi yang dalam metode bertitik tolak praandaian yang ada pada manusia (antropologi), pada struktur manusia sendiri, khususnya struktur pengetahuan manusia, sebagai praandaian iman. Dalam hal “metode transendental” itu Rahner terpengaruh langsung oleh I. Kant dan oleh pendahulu Rahner, J. Marechal dan P. Rousselot.
Nyatanya dalam pikiran Rahner bergabung pelbagai aliran pemikiran. Rahner terpengaruh oleh filsafat klasik, Plato dan Arestoteles yang disalurkan kepadanya molalui patristik dan skolastik-thomisme, filsafat “modern” Jerman (Kant, Hegel, Heidegger), filsafat empirisme yang melatarbelakangi masyarakat modern (ilmu pengetahuan, teknologi) dengan pengamatan positivisnya. Dan masih turut berpengaruh evolusionisme (historisisme) serta versi gnostiknya yang terdapat pada Teillard de Chardin. Maka pemikiran Rahner agak sintetis, kalau tidak mesti dikatakan sinkretistis dan eklektistis, sementara juga mau berpegang pada dogma-dogma tradisional.
Rahner terutama seorang teolog sistematis-intelektualistis. Dengan pertolongan filsafat (bermacam-macam) ia mengusahakan suatu sistem utuh lengkap atas dasar beberapa prinsip umum, yang berperan sebagai semacam kerangka yang dapat menampung semua masalah konkret dan semua “kebenaran iman” ortodoks. Dengan demikian kaitan antara semua kebenaran menjadi jelas dan kedudukan tiap-tiap kebenaran dalam keseluruhan jernih. Dalam proses penyusunan sistem itu baik prinsip-prinsip (filsafat) disesuaikan dengan “kebenaran iman” maupun “kebenaran iman” diartikan kembali sehingga sesuai dengan prinsip-prinsip (apriori) itu. Meskipun Rahner tidak pernah menyusun sebuah “pedoman teologi dogmatis,” namun ia mempunyai sebuah kerangka pemikiran (prinsip-prinsip dasar) yang dapat menampung segala pokok dan masalah yang dihadapi teologi dogmatis. Maka ada sebuah sistem.
Sistem K. Rahner memang kokoh-kuat dan sedikit banyak kebal terhadap sumbangan dari luar sistemnya. Khususnya sistem itu kebal terhadap sumbangan dari pihak ilmu tafsir. Rahner tidak mempunyai minat besar terhadap Kitab Suci dan tafsirannya. Secara formal tentu saja Alkitab dijunjung tinggi, tetapi kurang berperan positif dalam sistemnya. Rahner sedikit banyak tahu tentang hasil (l. k, pasti atau hipotetis) ilmu tafsir modern. Tetapi mana pun juga hasil ilmu tafsir, banyak atau sedikit, sistem Rahner tidak terpengaruh olehnya. Semua hasil dapat dipasang dalam kerangka sistem itu.
Teologi K. Rahner sebenarnya sebuah contoh (yang terakhir?) dari teologi skolastik (yang diadaptasikan seperlunya). Karena itu boleh ditanyakan kalau-kalau K. Rahner merupakan akhir – boleh jadi puncak – teologi neoskolastik atau benar-benar awal suatu teologi baru, yang sesuai dengan abad XX-XXI?
Sebagaimana layak untuk seorang teologi Kristen, teologi K. Rahner kristosentris dan – tidak dapat tidak – teosentris. Dalam rangka sistem Rahner teologi sebenarnya sama dengan antropologi dan antropologi menjadi kristologi. Orang tidak dapat berpikir tentang Allah kalau tidak berpikir tentang manusia dan tentang manusia orang tidak dapat berpikir kecuali kalau berpikir tentang Yesus Kristus. Dengan merenungkan manusia orang sampai kepada Yesus Kristus dan kepada Allah. Pada dasarnya kristologi Rahner boleh disebut “Offenbarungs christologie”.
K. Rahner mengembangkan dua pendekatan terhadap Yesus Kristus yang sekaligus merupakan perkembangan pikirannya sejauh dari kristologi yang satu tekanan lama-kelamaan bergeser kepada kristologi yang lain. Kedua pendekatan itu boleh dikatakan: “kristologi dari atas” dan “kristologi dari bawah.” Tetapi menurut Rahner kristologi yang satu dapat dialihkan kepada kristologi yang lain dan sebaliknya. Kedua kristologi itu pada dasarnya sama, menurut Rahner. Dengan “kristologi dari atas” itu Rahner melanjutkan dan mengembangkan “logos-sarks” (Firman-daging) kristologi seperti terdapat pada kristologi mazhab Aleksandria pada abad III-IV. Dengan “kristologi dari bawah” K. Rahner melanjutkan dan mengembangkan “assumptus-homo ” (diangkatnya manusia) kristologi yang dahulu dianjurkan oleh mazhab Antiokhia dan pada abad XX diperdalam a. l. oleh F. Malmberg (Über den Gottmenschen, 1960). Sekaligus dengan “kristologi dari bawah” itu Rahner menyesuaikan pikirannya dengan tendensi umum dalam kristologi abad XX yang menekankan kemanusiaan Yesus serta ciri historis-Nya.
Dalam pendekatan Rahner Yesus Kristus serentak penyataan/penawaran diri Allah dan penyataan/penyerahan diri manusia. Rahner memberi Yesus Kristus beberapa “gelar” baru, seperti “nabi eskatologis,” pengantara mutlak dan definitif, puncak umat manusia, janji mutlak tak terbatalkan dan definitif dari Allah, lambang real Allah, pemberian diri Allah dan sebagainya. Dengan bertitik tolak Allah Yesus Kristus mesti dilihat sebagai penyataan diri Allah yang utuh lengkap di dalam rangka dunia dan sejarah. Dengan demikian Yesus Kristus boleh disebutkan sebagai “real-symbol” Allah ataupun sakramen Allah. Allah mengungkapkan diri sepenuh-penuhnya dalam Firman-Nya (pra-existen). Bila pengungkapan diri Allah itu (tentu dengan bebas) mau tampil di dalam sejarah, maka tampillah manusia, yang mampu menerima pengungkapan diri Allah itu. Dan bila nyatanya pengungkapan diri Allah itu ditawarkan kepada manusia, maka tampillah Yesus Kristus, yaitu pengungkapan diri Allah dalam dunia dan sejarah. Dengan tampilnya Yesus Kristus Allah menjadi lain, meskipun dalam diri-Nya tetap sama. Allah (tegasnya: Allah-Anak, Firman Allah) menjadi manusia dan benar-benar menghampakan diri secara nyata. Dan Yesus Kristus mesti diambil, bukanlah secara abstrak-formal saja (kodrat manusia), melainkan secara konkret, secara dinamis, seluruh eksistensi manusia Yesus Kristus, dari awal (kelahiran) sampai dengan kebangkitan-Nya. Kebangkitan Yesus itu seolah-olah mengabadikan seluruh eksistensi-Nya dan membuatnya tak terbatalkan, definitif. Allah sendiri menyatakan diri, mengungkapkan diri dalam seluruh eksistensi manusia Yesus Kristus. Maka hal-ihwal Yesus sungguh-sungguh mengenai Allah sendiri dalam Yesus Kristus. Dengan demikian Yesus Kristus tetap penyataan, penawaran, pemberian diri Allah untuk selama-lamanya, justru sebagai manusia utuh lengkap, yang sadar dan bebas.
Sebagai manusia utuh lengkap, sadar dan bebas Yesus Kristus dengan bebas (dalam ketaatan sampai mati) menerima tawaran diri Allah oleh karena secara utuh menyerahkan diri, secara mutlak mempercayakan diri (Yesus menurut Rahner memang beriman, meskipun secara lain dari kita) kepada Allah. Pada Yesus ada suatu “pusat aktivitas” (Aktzentrum) seperti pada manusia lain dan ada “sadar diri” seperti pada manusia lain. Pada Yesus terciptalah kesatuan justru oleh karena pada-Nya penawaran diri Allah dan penyerahan manusia bergabung menjadi satu. Sebagai manusia Yesus sadar diri dan dalam kesadaran diri manusiawi itu Yesus menyadari hubungan unik-Nya dengan Allah. Ada suatu “visio immediata.” Dengan “berada pada diri-Nya” (sadar diri seperti manusia lain) Yesus berada pada Allah, sadar akan Allah. Berada dan “ada sadar” tidak terpisah (dalam filsafat Rahner: “ada” manusia berarti: ada sadar; pikiran dan “ada” menjadi satu dan sama), sehingga tidak ada perbedaan antara “yang mengenal” (subjek) dan “yang dikenal” (objek). Hanyalah “pengenalan diri” yang pada Yesus serentak “pengenalan Allah” bukanlah pengetahuan terinci (kategorial, tematis), melainkan hanya pengetahuan “umum,” implisit. Maka selagi hidup Yesus dapat berkembang (dan keliru) seperti manusia lain berdasarkan pengalaman dan relasi dengan dunia luar. Hanyalah Yesus menjadi tahu secara terinci tentang apa yang sejak awal sudah (turut) disadari dan sejauh itu diketahui. Adapun kesadaran diri Yesus sebagai (Anak) Allah, meskipun tidak terinci, turut terungkap, dinyatakan dalam perkataan dan tindakan manusia Yesus Kristus dan tidak dapat tidak turut terungkap.
Bila orang bertitik tolak manusia (kristologi dari bawah), maka Yesus Kristus dapat dilihat sebagai puncak mutlak dan tunggal (umat) manusia. Menurut Rahner (yang dalam hal ini menuruti Duns Scotus) Allah menciptakan dunia menuju ke Kristus. Dengan mengadaptasikan pikiran evolusionis (Teillard de Chardin) Rahner berpendapat bahwa dunia material menjadi sadar pada manusia sebagai puncak. Tetapi manusia (kodrat manusia yang “kategorial” nampak pada manusia perorangan) justru sebagai makhluk jasmani-rohani secara wajar bertendensi melampaui dirinya menuju ke Yang Mutlak (Allah). Itu diistilahkan sebagai “eksistensial,” suatu segi, dimensi yang melatar-belakangi (meskipun tidak sadar) segala sesuatu yang manusiawi. Oleh karena “eksistensial” itu nyatanya bergantung pada Yesus Kristus sebagai tujuan dunia semesta, maka disebut “adikodrati” (rahmat). Maka manusia secara dasar merupakan suatu “pertanyaan,” ia terus menanyakan “lebih.” Pertanyaan itu dijawab oleh Allah dengan menciptakan Yesus Kristus, yang tercipta justru oleh dan dalam pemberian diri Allah secara historis duniawi. Maka dalam Yesus Kristus, satu orang manusia, (umat) manusia sampai kepada tujuannya dan penyelesaiannya. Apa itu “manusia” baru menjadi nyata dan real dengan adanya Yesus Kristus. Dalam Yesus Kristus, tegasnya: dalam ketaatan-Nya sampai mati, manusia secara mutlak menyerahkan diri kepada Allah seperti Allah (secara difinitif dengan membangkitkan Yesus) secara mutlak dan definitif memberikan diri kepada manusia dalam Yesus Kristus yang secara definitif dan mutlak diterima oleh Allah. Dan jelaslah: pemberian diri Allah (yang menciptakan Yesus) secara logika dan ontologis mendahului penyerahan diri manusia.
Dalam kristologi rangkap dua itu K. Rahner dapat juga memasang soteriologinya. Memang kristologi dan soteriologi melebur menjadi satu. Rahner tidak puas dengan soteriologi tradisional, yaitu ajaran Anselmus mengenai “satisfactio vicaria.” Allah tidak perlu “didamaikan” atau mendamaikan diri melalui seorang (Yesus Kristus) yang mengganti orang lain untuk memberi silih. Allah dalam sikap-Nya terhadap manusia (kasih) tidak pernah berubah. Tidak mungkin seorang manusia mengganti lain orang yang bebas dan sendiri bertanggung jawab (terasa antroposentrisme modern, tekanan pada otonomi dan kebebasan manusia). Dan suatu prestasi moral (ketaatan) tidak dapat “membereskan” dosa (prestasi amoral). Namun demikian Yesus (Allah dalam Yesus Kristus) menjadi Juru Selamat manusia. Sebab mau tidak mau semua manusia mempunyai relasi dinamik dengan Yesus Kristus (solidaritas, kesetiakawanan dan antarsubjektivitas modern). Dengan demikian semua menjadi peserta dalam relasi utuh, sempurna dan mutlak yang terjalin antara Allah dan manusia Yesus Kristus. Dan kaitan itu menjadi definitif dalam wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Yesus Kristus yang wafat (dan dengan itu secara mutlak menyerahkan diri kepada Allah) dan dibangkitkan (dengan itu Allah memantapkan penyerahan diri kepada manusia) menjadi semacam “sakramen,” penampakan dan dari segi itu juga sebab penyelamatan Allah.
Pada dasarnya semua manusia sudah selamat, meskipun masing-masing orang masih dapat melepaskan diri dari keselamatan yang sudah ada. Semua manusia dengan menyadari dirinya sudah berjumpa dengan Allah (visio immediata), meskipun barangkali tidak menjadi disadari secara terinci, tematis, kategorial. Dan dari situ dapat dipahami mengapa Rahner dapat berkata tentang “Kristen anonim”; semua manusia adalah Kristen dengan tidak disadari, termasuk para ateis. K. Rahner memang menganut suatu optimisme soteriologis ala Origenes (apo-katastasis pantön). Sehubungan dengan kematian Yesus sebagai “korban” Rahner menekankan bahwa hanya secara analog dapat diistilahkan begitu. Kematian Yesus hanya menjadi ekspresi lahiriah yang paling lengkap dari ketaatan, penyerahan diri secara mutlak kepada Allah, sebagaimana diharapkan terlaksana pada setiap manusia pada saat kematiannya, yang dipersiapkan seumur hidup.
Sistem teologi Rahner, termasuk kristologinya, memang amat mengesan dan dapat menarik banyak pengikut. Sistemnya kokoh kuat dan bagian-bagiannya sukar dikritik. Namun demikian, tidak semua orang (teolog) dapat menelan pemikiran yang cukup abstrak dan berbelit-belit dalam bahasa yang tidak kurang berbelit-belit. Soal pokok ialah: Adakah pra-andaian pemikiran itu, struktur filsafatnya, benar dan kena? Bila dalam sistem Rahner orang menerima bahwa Allah dengan bebas mau memberikan diri kepada manusia yang bukan Allah, maka semuanya rupanya dapat dijabarkan: ciptaan (manusia), inkarnasi dan penyelesaian. Sesuai dengan kantianisme/idealisme Rahner menyamakan “ada” dan “ada sadar,” sehingga apa yang (dapat) dipikirkan haruslah ada demikian. Apakah pra-andaian seluruh filsafat Jerman abad XIX dan XX benar?
Kecuali itu, berhasilkah Rahner dalam kristologinya mempertahankan kesatuan Kristus dalam perbedaan, seperti ditegaskan dogma? Pikirannya kadang-kadang menjurus kepada adanya dua subjek dalam Kristus (ada “Aktzentrum” manusiawi dan ada “diri ilahi”), berarti kepada Nestorianisme. Bila, seperti dikatakan Rahner, Firman Allah memberi manusia Yesus eksistensinya, eksistensi Allah, miripkah kesatuan Yesus Kristus dengan kesatuan jiwa raga (Apolininarisme)? Kadang-kadang pikiran Rahner menjurus ke monophysitisme (yang dikritiknya habis-habisan). Sebab menurutnya seluruh realitas Yesus Kristus adalah realitas Allah. Kalau demikian, di manakah realitas manusia? Jika manusia Yesus Kristus, justru dan hanya sebagai manusia menjadi penyataan diri Allah, bukanlah pendekatan itu mirip dengan monophysitisme dahulu, hanya tekanan bergeser dari keilahian kepada manusia? Jika Yesus Kristus mau dilihat sebagai “puncak” dan “tujuan umat” manusia, bukankah Yesus Kristus hanya menjadi yang ulung di antara semua manusia, yang pada dasarnya dan hakikatnya sama. Yesus Kristus hanya realisasi unggul dari apa yang sebagai kemungkinan ada pada semua manusia? Mana dasarnya hanya Yesus Kristus disebut “puncak” semacam itu? Apakah Yesus Kristus ciptaan Rahner tidak mirip dengan Yesus Kristus ciptaan Arius dahulu? Apakah Yesus Kristus dalam sistem Rahner toh tidak menjadi tokoh mitologis belaka, ciptaan manusia, hasil struktur pemikiran K. Rahner? Dan juga boleh dipertanyakan: mana perbedaan antara Yesus Kristus dan manusia pada umumnya, mengingat pendekatan Rahner? Rahner mau mempertahankan bahwa perbedaan antara diri manusia Yesus Kristus dan diri manusia lain dapat dipikirkan sebagai berikut: Diri manusia lain sebenarnya tidak sepenuh-penuhnya diri manusia. Sebab manusia lain tidak berhasil sepenuh-penuhnya menyerahkan diri kepada Allah. Yesus Kristus sepenuh-penuhnya diri manusiawi oleh karena sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allah. Dan justru itulah sebabnya mengapa diri manusia Yesus Kristus adalah diri ilahi. Tetapi kalau demikian duduknya perkara, toh muncul pertanyaan sebagai berikut: Manusia lain bukan sepenuh-penuhnya manusia? Bagaimana dengan Maria? Dan Yesus masihkah manusia seperti manusia lain? Dan kalau dalam penyelesaian terahkir manusia toh masih dapat menjadi manusia sepenuh-penuhnya seperti Yesus Kristus, mana perbedaan antara Yesus Kristus dengan manusia lain? Dalam tradisi sejak awal ada keyakinan bahwa Allah (dapat) menjadi manusia. Kebalikankah mau dikemukakan Rahner: manusia (dapat) menjadi Allah, meskipun atas dasar prakarsa Allah sendiri? Perbedaan antara Allah (transenden) dan makhluk rupanya dikaburkan, bahkan hilang sama seklai. Itukah yang dimaksudkan Paulus dengan berkata: Akhirnya Allah menjadi semua dalam semua (1Kor15:28)?
Boleh juga dipertanyakan apakah dalam sistem Rahner kejadian historis yang serba kontingen masih dapat ditampung, tegasnya: dosa dan (kehidupan serta) kematian Yesus (penebusan). Menurut Rahner semuanya ditentukan oleh Allah secara bebas dan tidak tergantung. Kejadian-kejadian historis seolah-olah hanya penampakan, kategorialisasi menurut istilahnya, suatu bagan abadi dan atemporal pada Allah ialah Allah sendiri. Dan menurut Rahner Allah itu sebenarnya tidak dapat diketahui (theologia negativa memang menyolok pada Rahner). Maka bagaimana Allah yang tidak dapat diketahui dapat menyatakan diri, menawarkan diri kepada manusia dan oleh manusia sebagai manusia dapat diterima, berarti dengan sadar? Sebab menurut Rahner, manusia pada dasarnya “intellectus” berbadan dan berpengalaman.
Kristologi seperti yang disajikan D. Wiederkehr (Entwurf einer system-atrischer Christologie, MS 111,1, 1970) mensistematisasikan, melanjutkan serta mengembangkan pikiran yang sedikit terserak-serak dilancarkan oleh K. Rahner dan ia juga terpengaruh oleh W, Pannenberg (Grundzüge der Christologie, 1966). Juga Wiederkehr kurang puas dengan kristologi skolastik, seperti menjadi tradisional. Ia berusaha menggabungkan menjadi suatu keseluruhan kristologi-kristologi seperti tampil dalam Perjanjian Baru, kristologi yang terungkap dalam dogma-dogma kuno yang mau diteruskan sambil dilampaui dan dengan demikian diharapkan kristologi lebih sesuai dengan alam pikiran modern. Menurut Wiederkehr kristologi mesti ditempatkan dalam rangka sejarah penyelamatan, sehingga kristologi statis (dua kodrat, satu diri) menjadi kristologi dinamis yang dapat menampung hal-ihwal kehidupan Yesus. Karena itu Wiederkehr berkata mengenai “peristiwa” (Geschehen) Allah dan “peristiwa” Kristus.
Maka Yesus Kristus oleh Wiederkehr ditempatkan dalam rangka dinamika relasional antara Allah (Tritunggal) dan dinamika sejarah (umat) manusia. Yesus Kristus menjadi titik bertemu antara Allah dan (sejarah) manusia. Dan keseluruhan itu dirangkul oleh Allah Tritunggal dan berdasarkan Allah itu. Allah secara penuh dan secara intern (dalam Allah sendin) mengkomunikasikan diri dan itulah Allah-Anak, dan komunikasi, pemberian diri di dalam Allah sendiri dengan manusia Yesus dan dalam hal-ihwal-Nya menjadi sejarah sambil menciptakan manusia Yesus itu. Pemberian diri Allah menjadi sejarah, historis, dengan dan dalam pemberian diri manusia Yesus kepada (semua) manusia. Dan sebaliknya juga. Sejarah (umat) manusia oleh Allah Tritunggal, Pencipta, diarahkan kepada diri-Nya. Dinamika (umat) manusia itu memuncak dalam pemberian diri manusia Yesus kepada Allah. Dan pemberian diri manusia itu merupakan segi historis manusiawi dari pemberian diri Anak kepada Bapa di dalam Allah sendiri. Dinamika rangkap dua itu dalam Yesus yang dibangkitkan berjalan terus dan tiap-tiap manusia (dapat) diikutsertakan dalam dinamika itu. Dan itulah keselamatan manusia.
September 19, 2015 at 5:24 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
September 28, 2009 at 11:13 am
Jika pembaca berhasil tahan dan dengan sabar ikut menempuh sejarah pemikiran umat Kristen mengenai Tuhannya yang jadi identitasnya, mungkin sekali pembaca menjadi bingung dan menggeleng-gelengkan kepala.
Tetapi manusia yang mau berubah, mau tidak mau memikirkan yesus secara lain. Yaitu sbg Nabi dan manusia biasa yg punya kelebihan, bukan sbg tuhan dan bagian dari trinitas.
February 7, 2013 at 4:09 am
anda silahkan baca pada kitab anda sendiri, siapakah sosok yang harus di ikuti sebagai jalan yang lurus, sebelum anda komentar banyak mengenai kekristenan, dan apakah nabi besar anda bisa menyelamatkan anda dan bisa menjadi jalan yang lurus? kenapa nabi anda minta di doakan dalam setiap shalawat anda agar di berikan tempat terbaik? apakah nabi anda tidak tahu kemana dia akan pergi setelah dia mati?
tidak ada satupun nabi yang minta di doakan pada saat dia mati, dan pada kebanyakan nabi di angkat langsung ke surga di depan manusia yang menyaksikannya BUKAN di depan KELEDAI dan ONTA,
mohon anda pikirkan baik2 dalam hati anda, baru anda bisa mengomentari siapa itu Yesus Kristus itu yang sesungguhnya berbahagialah orang yang tidak tahu tapi mau mendengarkan.
ingat apa yang di hasilkan pemikiran manusia tidak akan pernah genap terjadi, akan tetapi rancangan dan pemikiran Tuhan lah yang tergenapi baik di Surga, Dunia, dan Neraka, karena memang Dialah yang empunya kunci semua itu,
Tuhan memberkatimu dan tidak pernah membencimu tapi kenapa kamu selalu menghujat Dia? semoga anda mendapatkan pencerahan yang lebih baik cepat atau lambat.
Tuhan selalu memberkatimu. Amin
September 19, 2015 at 5:25 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
September 19, 2015 at 5:26 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
September 29, 2009 at 7:39 am
Alkitab mencatat beberapa kemustahilan berkaitan dengan dugaan ketuhanan Yesus, misalnya, Yesus sujud menyembah kepada Allah (Matius 26:39 dan Markus 14:35-36). Selain itu, ketika disalib, Yesus berteriak memohon pertolongan kepada Allah (Matius 27:46 dan Markus 15:34, teks ini sebenarnya dikarang dari Mazmur 22:2-6). Yesus juga tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat (Markus 13:31-32). Bahkan, Yesus menyuruh umatnya untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah (Matius 6:9-13). Tindakan/sifat2 Yesus tersebut, sangat mustahil dimiliki oleh Tuhan, tetapi tindakan/sifat2 tersebut hanya mungkin dimiliki oleh makhluk2-Nya yang sudah semestinya menjadi hamba2-Nya.
Catatan2 Alkitab di atas, jelas2 membantah ketuhanan Yesus. Tetapi mengapa umat Kristen bersikukuh menuhankan Yesus? Jawabannya terletak pada “doktrin gereja” yang sudah ditanamkan kepada setiap individu Kristen semenjak ia masih kanak2. Umat Kristen, pada dasarnya tidak benar2 memahami isi Alkitab yang sebenarnya. Mereka lebih mendasarkan diri pada apa yang gereja katakan tentang Yesus, bukan berdasarkan pada apa yang sebenarnya Alkitab katakan tentang Yesus. Di sinilah penyebab kesalahpahaman umat Kristen tentang pribadi Yesus.
Lebih jauh, hampir semua orang yang mendengar cerita penyaliban ketika itu, beranggapan bahwa yang disalib itu adalah Yesus, oleh karena rupa orang tersebut benar2 mirip dengan Yesus. Hal ini dimanfaatkan oleh para sastrawan dari Yunani dan Romawi (dimana bangsa Romawi ketika itu menjajah Palestina) yang ingin mengabadikan cerita penyaliban itu, dengan menjadikan Septuaginta Perjanjian Lama berbahasa Yunani sebagai salah satu sumber karangan mereka. Lebih jauh lagi, nama “injil” yang diklaim umat Kristen untuk menyebut karya sastrawan “Matius”, “Markus”, “Lukas”, dan “Yohanes”, justru baru muncul pada akhir abad ke-2 Masehi (“Salib di Bulan Sabit”, karya: DR. Jerald F. Dirks). Adapun Kitab Suci Injil yang diturunkan Allah kepada Yesus, sebagaimana dinarasikan dalam injil2 kanonik di bawah ini, telah hilang dimusnahkan oleh tangan2 Bani Israel.
Matius 4:23 Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. (Lihat juga Matius 9:35; 11:1; 24:14; dan 26:13).
Markus 1:14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, (Lihat juga Markus 1:15,38-39; 3:14; 8:35; 10:29; 13:10; 14:9; dan 16:15,20).
Lukas 4:43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” (Lihat juga Lukas 4:44; 8:1; 9:6; dan 20:1).
Jelasnya, nama “injil” yang diberikan kepada “Matius”, “Markus”, “Lukas”, dan “Yohanes”, BUKANLAH Kitab Suci Injil yang asli, yang diturunkan Allah kepada Yesus. Sedangkan Injil sebagaimana tersebut dalam ayat2 “injil” kanonik di atas, tentu saja Injil yang asli yang diturunkan Allah kepada Yesus. Pada waktu itu, sedikit sekali orang yang benar2 tahu dan mengerti tentang “Injil”. Barulah setelah Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tabir kebohongan Perjanjian Baru itu sedikit demi sedikit semakin terbongkar.
QS. 21:24-25. Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah (hai Muhammad): “Unjukkanlah hujahmu! (Al Qur’an) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan orang-orang yang sebelumku”. Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling. Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.]
[QS. 5:68. Katakanlah: “Hai Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen), kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan apa (Al Qur’an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka (Ahli Kitab); maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.]
1. Bukti yang Tidak Memadai.
Yesus lahir dalam keadaan suci. Orang Kristen sering menyebut berbagai keajaiban yang ditunjukkannya sebagai bukti ketuhanannya. Jelas, dasar pemikiran ini lemah. Di dalam Alkitab dikisahkan penciptaan Adam tanpa ayah dan ibu (Kejadian 2), juga tentang mukjizat Nabi Elisa (2 Raja-raja 4,5,6). Bahkan, Alkitab sendiri menjelaskan bahwa Melkisedek, raja Salem, adalah seorang imam yang tidak berbapak, tidak beribu, tidak bersilsilah, tidak berawal, dan tidak berakhir, karena ia sama dengan anak Allah (Kejadian 14:18; Ibrani 7:3). Meskipun ketiga pribadi tersebut secara umum memiliki kualifikasi yang sama dengan Yesus, tidak ada seorang Kristen pun yang menuhankannya.
Di dalam teks Alkitab, Yesus menggunakan istilah “anak manusia”, “anak Allah”, “mesias”, dan “saviour” (juru selamat), namun istilah2 tersebut juga digunakan untuk merujuk kepada orang2 selain Yesus. Misalnya, Yehezkiel disebut sebagai “anak manusia” (Yehezkiel 3:1). Selain itu, Yesus menyebut para pembawa kedamaian sebagai “anak-anak Allah” (Matius 5:9). Sikap mendua para penerjemah Alkitab terlihat dengan diterjemahkannya kata “mesias” yang tidak menunjuk kepada Yesus sebagai “orang yang Kuurapi”. Misalnya, Koresy, raja Persia, diterjemahkan sebagai “orang yang Kuurapi” (Yesaya 45:1), padahal kata asli Ibraninya adalah “mesias”. Lihat juga Mazmur 2:2, dimana “mesias” yang menunjuk kepada Daud diterjemahkan sebagai “yang diurapi-Nya”, padahal kata asli Ibraninya adalah “mesias”. Sementara itu, ayat2 yang menunjuk kepada Yesus mereka terjemahkan dengan “mesias” atau padanan kata Yunani “kristus”. Dengan cara ini, mereka berusaha memberikan kesan bahwa hanya ada satu Mesias. Untuk orang selain Yesus, mereka menggunakan kata “penolong” (2 Raja-raja 13:5), tetapi untuk ayat2 yang menunjuk Yesus, mereka terjemahkan sebagai “juru selamat”, padahal sama2 mengemban misi “saviour”.
Persekongkolan dalam aktivitas penerjemahan modern dapat ditunjukkan dengan mudah. Alkitab King James 1611 tersebar secara luas. Bandingkan Alkitab tersebut dengan versi terjemahan yang lebih akhir, misalnya New American Bible. Pada Alkitab yang pertama, di dalam 2 Raja-raja 13:5 kita dapatkan kata “saviour”, sedangkan pada New American Bible, kata itu diganti dengan sinonimnya, “deliverer”.
Jelasnya, menurut Alkitab sendiri, “juru selamat” itu tidak hanya menunjuk kepada Yesus maupun Tuhan (Yesaya 43:3), tetapi juga menunjuk kepada orang2 lain selain Yesus, hanya saja mereka menerjemahkannya secara tidak fair (2 Raja-raja 13:5, Nehemia 9:27 dan Obaja 1:21, saviours, bentuk jamak).
Ada pernyataan lain yang dapat disebutkan di sini. Dalam Yohanes 8:58 dikatakan, “…sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Seandainya Yesus bermaksud mengklaim bahwa ia telah hidup sebelum Abraham, apakah itu merupakan alasan yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa ia adalah Tuhan? Orang Kristen mungkin tidak mengira bahwa Nabi Yeremia juga telah mengalami kehidupan sebelum manusia (Yeremia 1:5). Seharusnya, mereka menafsirkan pernyataan di dalam Yeremia tersebut dengan cara yang sama ketika mereka menafsirkan Yohanes 8:58, yaitu secara harfiah. Namun, mengapa mereka tidak menerapkan pemahaman yang sama?
2. Bukti yang Mendua.
Di dalam Yohanes 14:10 Yesus berkata, “…Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku…” dan di dalam Yohanes 10:30 Yesus mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu.” Bahasa Yunani menerjemahkan “satu” dengan “hen”. Beberapa sarjana menegaskan bahwa satu2nya pemahaman yang mungkin dari kata tersebut adalah “satu dalam esensi atau wujud”. Namun, kedua pernyataan itu tidak berdasar, satu contoh untuk membantahnya sudah cukup. Kata2 yang sama dipakai oleh Yesus di dalam Yohanes 17:11,21,22,23 menunjukkan bahwa Yesus dan murid2nya berada di dalam satu kesatuan. Dengan demikian, kedua pernyataan yang dinisbahkan penulisnya ke dalam mulut Yesus di atas belumlah cukup untuk menunjukkan ketuhanan Yesus.
Kalimat lain yang sering dikemukakan oleh kalangan Kristen adalah apa yang dikatakan sebagai pernyataan Yesus di dalam Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…” Orang Kristen mengatakan bahwa kata “tunggal” dalam ayat itu secara khusus mengacu kepada Yesus, bukan “anak-anak Allah” yang lain. Ini juga menunjukkan sikap mereka yang tidak konsisten, sebab dalam Keluaran 4:22 dikatakan bahwa Israel adalah anak sulung Allah, dan dalam Yeremia 31:9 dikatakan bahwa Efraim adalah anak sulung Allah. Jadi, bagaimana mungkin Yesus disebut sebagai anak tunggal Allah? Lebih jauh, kata “tunggal” juga terdapat dalam Ibrani 11:17 yang mengacu kepada Ishak. Sementara itu, Alkitab sendiri menjelaskan bahwa kakak Ishak, Ismael, hidup lebih lama daripada ayahnya (Kejadian 25:9). Dengan demikian, Ishak tidak pernah secara tegas mengatakan dirinya sebagai anak tunggal Abraham. Sadar akan kejanggalan ini, sarjana Kristen tidak menafsirkan kata tersebut secara harfiah. Namun, mengapa hal itu tidak mereka terapkan juga pada Yohanes 3:16? Sekali lagi, sikap mendua ini membuktikan bahwa Yohanes 3:16 adalah bukti yang tidak meyakinkan.
Diakui atau tidak, istilah “Bapa” yang dipakai Yesus ketika ia berbicara dengan Tuhan juga menimbulkan kontroversi. Tetapi, pada kesempatan ini, kami sekedar ingin menunjukkan bahwa penggunaan istilah tersebut oleh Yesus bukanlah bukti yang meyakinkan bahwa Tuhan adalah Bapa dari Yesus. Semua orang Kristen memakai kata “Bapa” ketika menyebut Tuhan. Bahkan, orang Yahudi pun memakai istilah itu (Yohanes 8:41).
Sementara itu, sarjana tertentu menggunakan ayat Markus 14:36 (yang di dalamnya Yesus menggunakan kata “Abba” untuk Bapa) sebagai landasan argumentasi. Menurut mereka, penggunaan kata “Abba” menunjukkan adanya hubungan yang sangat unik antara Yesus dan Tuhan, yaitu antara Tuhan Anak dan Tuhan Bapa. Namun, argumentasi ini sangat lemah karena bagian2 kitab suci seperti Roma 8:15 dan Galatia 4:6 menyebutkan bahwa setiap orang Kristen dianjurkan memakai istilah “Abba” jika menyebut Tuhan.
3. Bukti yang Lemah.
Di dalam sebuah kisah dalam Perjanjian Baru (Yohanes 20:28), disebutkan bahwa Tomas mengatakan, “My Lord and my God” (Tuanku dan Tuhanku). Orang Kristen bersikukuh bahwa Tomas menyebut Yesus dengan kedua sebutan itu. Orang Islam tidak keberatan terhadap istilah “lord” karena kata tersebut (sebagaimana dijelaskan di dalam Alkitab) mempunyai arti “tuan”, kecuali bagian2 tertentu dalam Perjanjian Lama, kata “lord” bisa disetarakan dengan “God”. Misalnya, dalam Mazmur 110:1 terdapat dua kata “lord”, yang pertama berarti “Tuhan”, sedang yang kedua berarti “tuan”. Sara juga memanggil suaminya dengan sebutan “Lord” (1 Petrus 3:6). Pendapat Tomas yang menyatakan bahwa Yesus adalah “Tuhan” adalah masalah lain. Yesus menunjukkan bahwa kitab2 Perjanjian Lama sendiri menyebut orang2 sebagai “Allah” atau “God” (Yohanes 10:34, Mazmur 82:6), bahkan Musa diangkat Tuhan sebagai “Allah” atau “God” (Keluaran 7:1).
Menurut “doktrin trinitas”, perbedaan antara Bapa dan Anak adalah esensial. Namun, prinsip ini dikaburkan oleh Yohanes 14:9. Di sini Yesus berkata kepada seseorang bernama Filipus, “…Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” Pernyataan yang secara harfiah sangat tegas itu mengandung sebuah doktrin yang sulit diterima, yaitu Yesus adalah Bapa. Para penafsir mengatakan bahwa “Bapa” adalah sinonim “Tuhan”. Kita bisa memahami maksud ucapan yang dinisbahkan ke dalam mulut Yesus sebagai “melihat dia adalah sama dengan melihat Tuhan karena ia adalah Tuhan”. Padahal, penulis yang sama juga menuturkan di dalam Yohanes 5:37, yang merupakan pernyataan Yesus sebaliknya. Dalam ayat ini, Yesus berkata mengenai Bapa kepada orang banyak, “…Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat.” Jelaslah, bahwa Yohanes 14:9 adalah bukti yang lemah.
4. Bukti secara Menyeluruh.
Orang Kristen bersandar pada ayat di dalam Yohanes 5:18, “…karena ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapanya sendiri dan dengan demikian menyamakan dirinya dengan Allah.” Mereka melewatkan ayat2 selanjutnya yang menjelaskan bahwa Yesus menundukkan dirinya di hadapan Tuhan dan menjelaskan kerendahan posisinya di hadapan Tuhan, bahkan secara tegas Yesus menyatakan dirinya sebagai rasul/utusan Tuhan (Yohanes 5:30-31).
Di dalam Matius 2:5, Yesus berkata kepada seorang yang lumpuh, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Beberapa orang ahli Taurat yang hadir di situ merasa kaget dan bertanya2 di dalam hati, “Siapakah yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah sendiri?” Sementara itu, di dalam ayat Yohanes 12:49 Yesus menafikan inisiatif pribadi dengan berkata, “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.” Lihat juga Yohanes 8:40-42 yang sangat tegas menyatakan bahwa Yesus hanyalah seorang rasul/utusan Tuhan untuk umat Israel.
September 19, 2015 at 5:27 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
September 29, 2009 at 7:40 am
Alkitab mencatat beberapa kemustahilan berkaitan dengan dugaan ketuhanan Yesus, misalnya, Yesus sujud menyembah kepada Allah (Matius 26:39 dan Markus 14:35-36). Selain itu, ketika disalib, Yesus berteriak memohon pertolongan kepada Allah (Matius 27:46 dan Markus 15:34, teks ini sebenarnya dikarang dari Mazmur 22:2-6). Yesus juga tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat (Markus 13:31-32). Bahkan, Yesus menyuruh umatnya untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah (Matius 6:9-13). Tindakan/sifat2 Yesus tersebut, sangat mustahil dimiliki oleh Tuhan, tetapi tindakan/sifat2 tersebut hanya mungkin dimiliki oleh makhluk2-Nya yang sudah semestinya menjadi hamba2-Nya.
Catatan2 Alkitab di atas, jelas2 membantah ketuhanan Yesus. Tetapi mengapa umat Kristen bersikukuh menuhankan Yesus? Jawabannya terletak pada “doktrin gereja” yang sudah ditanamkan kepada setiap individu Kristen semenjak ia masih kanak2. Umat Kristen, pada dasarnya tidak benar2 memahami isi Alkitab yang sebenarnya. Mereka lebih mendasarkan diri pada apa yang gereja katakan tentang Yesus, bukan berdasarkan pada apa yang sebenarnya Alkitab katakan tentang Yesus. Di sinilah penyebab kesalahpahaman umat Kristen tentang pribadi Yesus.
Lebih jauh, hampir semua orang yang mendengar cerita penyaliban ketika itu, beranggapan bahwa yang disalib itu adalah Yesus, oleh karena rupa orang tersebut benar2 mirip dengan Yesus. Hal ini dimanfaatkan oleh para sastrawan dari Yunani dan Romawi (dimana bangsa Romawi ketika itu menjajah Palestina) yang ingin mengabadikan cerita penyaliban itu, dengan menjadikan Septuaginta Perjanjian Lama berbahasa Yunani sebagai salah satu sumber karangan mereka. Lebih jauh lagi, nama “injil” yang diklaim umat Kristen untuk menyebut karya sastrawan “Matius”, “Markus”, “Lukas”, dan “Yohanes”, justru baru muncul pada akhir abad ke-2 Masehi (“Salib di Bulan Sabit”, karya: DR. Jerald F. Dirks). Adapun Kitab Suci Injil yang diturunkan Allah kepada Yesus, sebagaimana dinarasikan dalam injil2 kanonik di bawah ini, telah hilang dimusnahkan oleh tangan2 Bani Israel.
Matius 4:23 Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. (Lihat juga Matius 9:35; 11:1; 24:14; dan 26:13).
Markus 1:14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, (Lihat juga Markus 1:15,38-39; 3:14; 8:35; 10:29; 13:10; 14:9; dan 16:15,20).
Lukas 4:43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” (Lihat juga Lukas 4:44; 8:1; 9:6; dan 20:1).
Jelasnya, nama “injil” yang diberikan kepada “Matius”, “Markus”, “Lukas”, dan “Yohanes”, BUKANLAH Kitab Suci Injil yang asli, yang diturunkan Allah kepada Yesus. Sedangkan Injil sebagaimana tersebut dalam ayat2 “injil” kanonik di atas, tentu saja Injil yang asli yang diturunkan Allah kepada Yesus. Pada waktu itu, sedikit sekali orang yang benar2 tahu dan mengerti tentang “Injil”. Barulah setelah Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tabir kebohongan Perjanjian Baru itu sedikit demi sedikit semakin terbongkar.
February 7, 2013 at 4:08 am
anda silahkan baca pada kitab anda sendiri, siapakah sosok yang harus di ikuti sebagai jalan yang lurus, sebelum anda komentar banyak mengenai kekristenan, dan apakah nabi besar anda bisa menyelamatkan anda dan bisa menjadi jalan yang lurus? kenapa nabi anda minta di doakan dalam setiap shalawat anda agar di berikan tempat terbaik? apakah nabi anda tidak tahu kemana dia akan pergi setelah dia mati?
tidak ada satupun nabi yang minta di doakan pada saat dia mati, dan pada kebanyakan nabi di angkat langsung ke surga di depan manusia yang menyaksikannya BUKAN di depan KELEDAI dan ONTA,
mohon anda pikirkan baik2 dalam hati anda, baru anda bisa mengomentari siapa itu Yesus Kristus itu yang sesungguhnya berbahagialah orang yang tidak tahu tapi mau mendengarkan.
ingat apa yang di hasilkan pemikiran manusia tidak akan pernah genap terjadi, akan tetapi rancangan dan pemikiran Tuhan lah yang tergenapi baik di Surga, Dunia, dan Neraka, karena memang Dialah yang empunya kunci semua itu,
Tuhan memberkatimu dan tidak pernah membencimu tapi kenapa kamu selalu menghujat Dia? semoga anda mendapatkan pencerahan yang lebih baik cepat atau lambat.
Tuhan selalu memberkatimu. Amin
September 19, 2015 at 5:29 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
September 19, 2015 at 5:30 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16..Allαh dαlαm NAMA Kristus..
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
October 1, 2009 at 9:45 am
Shallom semuanya…. demikian firman Tuhan:
Yesaya 9:5
Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Yesaya 43:11
Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.
Lukas 2:11
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Yesaya 44:6
Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.
Wahyu 1:17
Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,*
Yesaya 44:24
Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; “Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi–siapakah yang mendampingi Aku? —
Yohanes 1:1-3,14
1.Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
2.Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
3.Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
14.Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Kejadian 3:15
Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Masmur 68:22a
Sesungguhnya, Allah meremukkan kepala musuh-Nya
Lukas 24:5,6,7
5.Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?
6.Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea,
7.yaitu bahwa /Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.”*
Masmur 47:6
Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala.
Masmur 68:19
Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah.
Lukas 24:50-53
50.Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka.
51.Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga.
52.Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.
53.Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.
Saudara… Yesus Kristus adalah firman Allah yg hidup yg menjadi manusia sempurna adalah pribadi yang keluar dari Tuhan.
Yohanes 8:42
Kata Yesus kepada mereka: /”Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.*
Yesaya 55:11
demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
oleh karena itu saudara2 yg terkasih… dari firman Tuhan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.Tuhan semesta alam tidak akan memberikan kemulian-Nya kepada yang lain
Yesaya 48:11b
Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain!”
September 19, 2015 at 5:31 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
October 1, 2009 at 11:37 am
Shallom semuanya…. demikian firman Tuhan:
Yesaya 9:5
Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Yesaya 43:11
Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.
Lukas 2:11
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Yesaya 44:6
Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.
Wahyu 1:17
Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,*
Yesaya 44:24
Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; “Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi–siapakah yang mendampingi Aku? –
Yohanes 1:1-3,14
1.Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
2.Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
3.Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
14.Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Kejadian 3:15
Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Masmur 68:22a
Sesungguhnya, Allah meremukkan kepala musuh-Nya
Lukas 24:5,6,7
5.Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?
6.Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea,
7.yaitu bahwa /Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.”*
Masmur 47:6
Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala.
Masmur 68:19
Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah.
Lukas 24:50-53
50.Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka.
51.Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga.
52.Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.
53.Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.
Saudara… Yesus Kristus adalah firman Allah yg hidup yg menjadi manusia sempurna adalah pribadi yang keluar dari Tuhan.
Yohanes 8:42
Kata Yesus kepada mereka: /”Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.*
Yesaya 55:11
demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
oleh karena itu saudara2 yg terkasih… dari firman Tuhan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.Tuhan semesta alam tidak akan memberikan kemulian-Nya kepada yang lain
Yesaya 48:11b
Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain!”
Sekian..kiranya bermanfaat dan menjadi berkat.
September 19, 2015 at 5:33 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
October 1, 2009 at 11:57 am
Yohanes 8:42
Kata Yesus kepada mereka: /”Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.*
Ayat ini saja sudah cukup membuktikan Yesus itu manusia dan bukan tuhan…
“sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.*
Artinya..Yesus itu manusia yg diutus tuhan..dan bukan yesus itu sebagai tuhan kenapa ?
Masa tuhan mengutus dirinya sendiri yang posisinya sebagai tuhan juga..gak logis toh.
Cuma dipaksakan oleh Paulus dan diaminkan oleh umat kristiani dgn konsep trinitas yg tidak masuk logika itu.
Dan bertahan dgn kondisi yg dipaksakan itu dgn dasar yg tidak jelas dan tidak masuk akal baik secara logika, rasio dan religi.
Islam mengatakan Tuhan itu SATU yaitu Allah dan bukan manusia, dan itu diterima logika, karena tuhan itu tdk mungkin lebih dari satu, kalo lebih pastilah masing2 tuhan punya kemauang sendiri dalam mengurus dunia ini.
Kristen mengatakan tuhan itu TIGA dalam SATU (TRINITAS), konsep ini tidak diterima logika siapa pun manusianya, dalam agama apapun, ilmu teori apapun, tidak diterima konsep Trinitas ini. Karena memang hanya khayalan dan buatan manusia yang dipaksakan, tapi harus diakui ummatnya.
Aneh kan, mari kita gunakan akal pikiran yang diberikan Allah dengan baik dan benar.
February 7, 2013 at 4:17 am
kalau anda memahami pertanyaan di atas, apakah jawaban terbaik yang keluar dari mulut anda? terserah anda ingin bilang Yesus itu seperti apa, yang tidak pernah anda ketahui Dia selalu mengasihi anda dan seluruh umat manusia maupun makhluk hidup yang ada di dunia ini.
Tuhan selalu memberkatimu
September 19, 2015 at 5:33 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
June 4, 2014 at 9:32 am
Kamu tulis bahwa Yesus adalah pribadi lain yg sudah ada di Surga sebelum jadi manusia, tetapi kemudian kamu tulis bahwa Yesus adalah manusia biasa ?
September 19, 2015 at 5:38 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1..kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
September 19, 2015 at 5:39 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1…kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
October 1, 2009 at 6:26 pm
Shallom semuanya…demikian firman Tuhan:
Saudara… Yesus Kristus yang berkedudukan sebagai Sang Anak (Firman Bapa yang menjadi manusia sempurna) sudah sepantasnya diutus oleh Sang Bapa,bukan perkara yg baru jika bapa2 didunia ini juga mengutus para anaknya.
Saudara… ada kesatuan yang intim sekali antara Sang Bapa dgn Kristus Tuhan,
Yohanes 5:19-23
19.Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.*
20.Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran.*
21.Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.*
22.Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,*
23.supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.*
Yohanes 8:29
Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.”*
Yohanes 10:27-30
27.Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,*
28.dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.*
29.Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.*
30.Aku dan Bapa adalah satu.”*
Yohanes 14:8-10
8.Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.”
9.Kata Yesus kepadanya: /”Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.*
10.Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.*
Yohanes 16:15
Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.”*
Kolose 1:15-19
15.Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
16.karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
17.Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
18.Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
19.Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,
Amsal 8:12-27
12.Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan.
13.Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.
14.Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan.
15.Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan.
16.Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi.
17.Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku.
18.Kekayaan dan kehormatan ada padaku, juga harta yang tetap dan keadilan.
19.Buahku lebih berharga dari pada emas, bahkan dari pada emas tua, hasilku lebih dari pada perak pilihan.
20.Aku berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan,
21.supaya kuwariskan harta kepada yang mengasihi aku, dan kuisi penuh perbendaharaan mereka.
22.TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.
23.Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.
24.Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air.
25.Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir;
26.sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama.
27.Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya,
(saudara..mohon berkenan membaca juga Ayub 28:25-27 ada yang sinkron antara Ayub 8:27 dgn Amsal 8:12,27)
25.Ketika Ia menetapkan kekuatan angin, dan mengatur banyaknya air,
26.ketika Ia membuat ketetapan bagi hujan, dan jalan bagi kilat guruh,
27.ketika itulah Ia melihat hikmat, lalu memberitakannya, menetapkannya, bahkan menyelidikinya
1 Yohanes 5:20
Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.
Wahyu 1:8
Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.”*
Matius 28:18
Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.*
Saudara…jika ada yang ingin datang/ beribadah kepada Sang Bapa dengan mengesampingkan Sang Anak itu tidak bisa,karena Sang Bapa ada didalam Kristus sepenuhnya.penghormatan saudara pada Sang Bapa harus sama dengan penghormatan saudara pada Sang Anak.(Yohanes 14:6)
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.*
Pada saat Sang Anak menjadi kurban yang sempurna diatas bukit golgota karena kesalahan dan dosa2 kita,Sang Bapa / meninggalkan Kristus (Matius 27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?”* Artinya: /Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?*.maka yang mati dikayu salib bukan Tuhan melainkan kemanusiaan Kristus.
Sudara.. melalui pengorbanan Sang Anak itulah Sang Bapa menyediakan keselamatan bagi umat manusia.Yohanes 3:14-18
14.Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,*
15.supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.*
16.Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.*
17.Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.*
18.Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.*
Sudara… Kristus telah dikurbankan sebagai kurban yang sempurna dan menyenangkan hati Bapa. sebelum kejadian itu para nabi sudah menubuatkan akan kesengsaraan Mesias jauh2 hari dan lagi peristiwa penyaliban Kristus adalah peristiwa sejarah yg sudah terjadi dan banyak pihak baik yag percaya/tidak mencatat peristiwa tsb dan tidak ada kuasa yang mampu membatalkannya walau dgn cara apapun.Trima kasih Sang Bapa …Engkau telah mengaruniakan kado yang sangat berharga dan sangat indah pada umat manusia yaitu keselamatan dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Sekian kiranya bermanfaat dan menjadi berkat.
Sekian … kiranya bermanfaat dan menjadi berkat.
September 19, 2015 at 5:40 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1…kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
November 6, 2009 at 6:12 am
Saya hanya mau bertanya beberapa hal,mohon di jawab.yaitu:1)Apakah anda pernah menghitung ada berapakah jumlah firman yang keluar dari mulut yesus dalam injil selama ia ada dibumi(mulai bayi sampai disalib)?.2)Bagaimanakah cara yesus beribadah(apakah yesus beribadah digereja)?.3)Bagaimakah hubungan antara yesus dan orang orang yahudi?.4)
September 19, 2015 at 5:41 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1…kitα mempunyαi seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
September 19, 2015 at 5:46 pm
kikiyosua Says:
1)Apakah anda pernah menghitung ada berapakah jumlah firman yang keluar dari mulut yesus dalam injil selama ia ada dibumi(mulai bayi sampai disalib)?
gak kehitung om…kalau mau dicatet semua bahkan air laut kalau dijadiin tinta bakal kering.
2)Bagaimanakah cara yesus beribadah(apakah yesus beribadah digereja)?
Ibadah sejati adalah melakukan Kasih om
3)Bagaimakah hubungan antara yesus dan orang orang yahudi?.4)
Berhubungan baek penuh dengan ikatan Silaturahmi yg tulus om, bahkan murid-murid pertama adalah dari orang Israel Yahudi.
September 19, 2015 at 5:50 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1…kitα MEMPUNYAI seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
January 15, 2010 at 10:51 pm
@ new05,
Seharus kamu menyanggah artikel diatas, bukan mengcopas tulisan2 org. Muslim2, ini sajakah kepintaran kalian? Mengcopas2.
Btw, Prof L.L.Paine bukan seorg Kristen, tidak beriman kepada Al-KItab sebagai Firman Allah. Baca.
[The Bible’s] “presuppositions of a divine miraculous origin and character, differentiating the Bible from all other religious literature, can no longer be admitted. Historically considered, the Bible is simply a literary product of the Hebrew and Jewish nation.” (A Critical History Of The Evolution Of Trinitarianism, 1900, p269)
Jadi, anda dalam ilmu debat telah melakukan ‘fallacy of red hering’, iaitu membawa2 sumber2 yg tidak krendential dan berotoritas utk mediskreaditkan ajaran Kristen! Sepertinya saya menggunakan buku Salman Rusdie utk merumuskan bahwa Al-Quran tidak 100% wahyu Tuhan karena adanya beberapa ayat setan di dalamnya…hahaha.
Lagian, tulisan L.L. Paine iirelevants dengan iman percaya Kristen karena menurut teologi Kristen, doktrin2 Kristen (dlm hal ini Tritunggal)adalah suatu perkembangan dan progresif, dari Yahudi yg belum sempurna ke Kristen yg menyempurnakan. Lagi, PL (agama Yahudi) harus dibaca dari kacamata PB (agama Kristen), bukan sebaliknya. Jadi, Tritunggal harus dibaca dari kacamata PB bukan PL! Jadi, kayu pengukur ajaran Tritunggal bukan PL melainkan PB yg adalah Kitab Suci org Kristen, ngerti?
Salam dalam ketidakpengecutan.
September 19, 2015 at 5:51 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1…kitα MEMPUNYAI seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
December 24, 2010 at 10:22 am
Jikalah kita menggunakan istilah ‘lahir’, maka dapat disimpulkan bahwa yang lahir itu adalah berupa ‘makhluk’ biasa, jadi bukannya Tuhan.
ditambahlagi, setelah lahir, lalu beliau ‘mati’ dan bangkit kembali, ya jika benar itu Tuhan, maka ‘dia’ tak pernah mati lalu untuk bangkit lagi.
Isa Al Masih lahir melalui ‘rahim’ seorang ibu, Bunda Maryam, walaupun tidak dinyatakan ‘siapa’ bapaknya. Ini mukjizat Tuhan, dan teori ini dibuktikan saat sekarang ini oleh para ilmuwan rekayasa genetik, dengan teori kloning.
Teori ini diuji coba terhadap ‘domba’, lalu lahirlah dari ‘rahim’ domba itu anak domba yang diberi nama ‘domba dolly’. Domba dolly ini pun sama tak mempunyai ‘pejantan’-nya. Jadi jika lahir manusia kloning yg kita sebut ‘manusia dolly’, maka apakah kita akan menganggap manusia dolly ini juga ANAK TUHAN? Makhluk ya tetap saja makhluk yang tak mungkin jadi Tuhan.
June 4, 2014 at 9:34 am
Jadi menurut ente, ilmuwan siapa yg mengkloning Yesus ke dalam rahim Maria ?
September 19, 2015 at 5:51 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1…kitα MEMPUNYAI seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
September 19, 2015 at 5:52 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1…kitα MEMPUNYAI seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
September 12, 2011 at 3:01 pm
KEBESARAN TUHAN TIDAK BISA KITA PIKIRKAN DENGAN LAHIRIAH KITA SENDIRI!
TUHAN ITU ESA! SATU HAL,TUHAN PUNYA HAK DAN ALASAN TERSENDIRI MELAKUKAN ITU SEMUA! KITA HANYA BISA BERTANYA, MENGAPA TUHAN 3??? MENGAPA TUHAN MATI?? MENGAPA???
INGAT !!!
TUHAN PUNYA KUASA!!!
BUKAN TIDAK MUNGKIN TUHAN BISA BERUBAH JADI APAPUN!
TUHAN BAHKAN BISA MEMBUAT DIRINYA JADI 10!!!
JANGAN MACAM2 DENGAN TUHAN!
JANGAN COBA2 MEMPERDEBATKAN APAPUN MENGENAI TUHAN DENGAN AKAL KITA!
DUNIA KITA INI TERBATAS!! DUNIA TUHAN TIDAK TERBATAS!
KITAB KITA MASING2 BUKAN UNTUK DI PERDEBATKAN!!
IMANILAH APA YANG HARUS KAMU IMANI!
SEMUA RAHASIA AKAN TERBUKA,KETIKA KITA BERTEMU DENGANNYA!
AMIN!
September 19, 2015 at 5:53 pm
TAWASUL melαlui WASILAH
Qs 7:190…BERMOHONLAH kepαdα-Nyα dengαn (WASILAH) menyebut ASMAUL HUSNA…
1 Petrus 4:16…Allαh dαlαm NAMA Kristus…
Yᴏhαnes 17:11…NAMA-Mυ yαng telαh Engkαυ BERIKAN berikαn kepαdα-Kυ…
1 Timᴏtiυs 2:5…ALLAH itu ESA dαn ESA pulα Diα yαng menȷαdί PENGANTARA αntαrα ALLAH dαn MANUSIA, yαitu MANUSIA KRISTUS Yesυs,
1 Yohαnes 2:1…kitα MEMPUNYAI seorαng PENGANTARA pαdα Bαpα, yαitu Yesus Kristus, yαng ADIL.
February 19, 2012 at 4:40 pm
keno…
[…]Bagian 4. SIAPAKAH YESUS? « Siap Murtad[…]…
September 19, 2015 at 6:00 pm
cαrα MENGENAL ALLAH versi Kristen αdαlαh BERDOA mαtius 7:7-8
November 29, 2012 at 12:16 pm
Aku hanya tahu satu perkara dalam hidup ini iaitu hanya Firman Yesus seorang yang dapat menyelamatkan kita dari kematian. Orang islam tidak percaya bahawa yesus Tuhan kerana di dalam alkitab Yesus tidak menyebut dirinya sebagai Tuhan dan tidak mahu orang menyembahnya. Tetapi secara logiknya jika Yesus menyebut dirinya Tuhan dan menunjukkan dirinya Tuhan maka sia sialah keberadaannya di Dunia. Hanya ajaran Yesus sahaj yang dapat membawa kita ke syurga bukannya ajaran islam.
February 7, 2013 at 5:11 am
alangkah bodohnya kamu, kenapa bukan kamu yang menjawab pertanyaan (matius 23;15) bukankah pertanyaan itu untuk orang yang hadir setelah dia yang membuat kitab baru dan membuat agama baru setelah kedatangannya yang pertama, tolong anda cermat dan berpikir dalam hati, siapakah yang akan menyelamatkan anda? apakah nabi besar anda? bagaimana dia mau menyelamatkan anda, sedangkan dia saja minta di doakan selalu untuk mendapatkan tempat terbaik? siapakah nanti yang akan menghakimi anda kelak? anda harus berpiikir mulai dari sekarang bukan terus memojokkan atau menghujatNya karena anda tidak akan pernah tahu siapa Yesus Kristus yang sesungguhnya jika anda slalu sperti ini, yang perlu anda ingat Dia akan slalu mengasihi anda baik apapun yang anda perbuat.
Tuhan slalu memberkati anda.
September 19, 2015 at 5:58 pm
cαrα MENGENAL ALLAH versi islαm αdαlαh TUDUHAN merekα kepαdα umαt lαin.
September 19, 2015 at 5:59 pm
pαdαhαl TANDA MENGENAL ALLAH menurut 1 Yohαnes 4:8,16. Mengαsihi kαrenα Allαh αdαlαh Kαsih
September 19, 2015 at 5:59 pm
cαrα MENGENAL ALLAH versi Kristen αdαlαh BERDOA mαtius 7:7-8
February 7, 2013 at 5:54 am
hehehe,,sungguh kabur pemikiran anda,,
para pedagang, saudagar, atau habib2 yang anda banggakan,, anda lupa bagaimana sejarah negara ini bisa mayoritas agama islam yang sebelumnya beragama hindu dan budha,? tolong anda berpikir dulu sebelum bertanya,,
February 7, 2013 at 6:15 am
saya sudah menjawab pernyataan anda yg tadi,,
kenapa anda tidak menjawab pernyataan saya,,?
semoga anda selalu di berkati dan mendapatkan pencerahan yang terbaik,, karena Dia slalu mengasihi anda..
Tuhan slalu memberkati anda
September 19, 2015 at 6:01 pm
10 CARA MENGASIHI berikut AYAT Alkitαb REFERENSINYA
September 19, 2015 at 6:03 pm
sααt Muhαmmαd lαgi SIBUK MENDAKWAHI orαng-orαng TERPANDANG dαri kαum qurαisy, dαtαnglαh seorαng BUTA MINTA DILAYANI, tetαpi Muhαmmαd PILIH KASIH:
Qs 80:1-2. 5-6. Diα (Muhαmmαd) BERMUKA MASAM dαn BERPALING, KARENA telαh DATANG seorαng BUTA kepαdαnyα. Adαpun orαng yαng merαsα dirinyα SERBA CUKUP, mαkα kαmu MELAYANINYA.
May 4, 2014 at 12:40 pm
mau tanya om :
Mujizat No.1: Yesus Kristus menciptakan burung yang hidup dari tanah liat
Mujizat No.2: Yesus Kristus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir
Mujizat No.3: Yesus Kristus menyembuhkan orang yang sakit kusta
Mujizat No.4: Yesus Kristus menghidupkan orang mati
apa mukzizat ini bisa terjadi tanpa seizin allah?seperti di jelaskan di atas
pertanyaan ke 2,
Meskipun mujizat menciptakan burung yang hidup dari tanah liat tidak dapat ditemukan di dalam Alkitab, rincian dari penyembuhan terhadap orang yang buta dan sakit kusta dan membangkitkan orang mati dapat ditemukan.
apakah nantinya alkitab akan di buat versi komplit sehingga semua kejadian mukzizat semua diciritakan di dalamnya. #just imagine
May 4, 2014 at 12:59 pm
Gara2 mukjizat
YESUS kau dibunuh si SETAN PAULUS
Apa yang kau banggakan dengan mukjizat ?
Toh SI SETAN PAULUS itu membunuh YESUS kau ?
Lalu kenapa kau masuk agama manusia SETAN itu ?
——————————
YAHUDI2 BEJAT ITU DI AZAB ALLAH
DENGAN DI PENGGAL
1. DIPENGGAL TIDAK BERSISA
PEMUSNAHAN YAHUDI
MENDEKATI AKHIR ZAMAN
DAN
WAKTUNYA TIDAK LAMA LAGI
TEMBOK ISRAEL SUDAH DIDIRIKAN
Tembok ini adalah sebagai tanda2 pemusnahan IRAEL sudah dekat
September 19, 2015 at 6:06 pm
Yohαnes 1:12. Tetαpi SEMUA orαng yαng MENERIMA-Nyα DIBERI-Nyα KUASA supαyα menjαdi ANAK-ANAK ALLAH, yαitu merekα yαng PERCAYA dαlαm NAMA-Nyα;
May 4, 2014 at 1:03 pm
Maaf ya
Kirain si Biangkala
SI Kristen BEJAT
AVATAR nya sama
KRUUK KRUUUK KRUUUK KRUUK KRUUK
September 19, 2015 at 6:07 pm
elu liat bener2 tampang gue tuh…
maen ngepostin aja elu…!!
September 19, 2015 at 6:10 pm
bener ya lien…mirip gue tuh orang…
pengalaman buat elu
laen kali baca postingan baru elu tanggapin
jangan maen posting aja begitu ngeliat tampang yg sama okay…
ketahuan elu…!!
September 19, 2015 at 6:08 pm
Yohαnes 1:13. orαng-orαng yαng DIPERANAKKAN BUKAN dαri DARAH αtαu dαri DAGING, BUKAN pulα SECARA JASMANI oleh KEINGINAN seorαng LAKI-LAKI, MELAINKAN dαri ALLAH.
July 21, 2014 at 7:54 am
TO : MUSLIMS,
—————— QURAN, KITAB ABAL-ABAL ————————–
QS. 72:8 ALLAH SWT KAGAK TAHU RAHASIA LANGIT (MAHA BODOH)
Qs 72:8. dan sesungguhnya KAMI telah menCOBA MENGETAHUI (RAHASIA) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan PENJAGAAN yang KUAT dan panah-panah api,
TANGGAPAN SAYA :
1) Lha, Allah swt dikatakan Tauhid, siji tok.., kok nyebut dirinya KAMI? Mosok Allah + Malaikat (ciptaannya) = Kami? Apakah sejajar antara Pencipta dan yg dicipta??
Kami itu, adalah Allah yg Maha ESA, Trinitas, – Allah, Roh Allah, Firman Allah.
Jadi…, kalo dalam quran allah menyebut kami, berarti Allah beserta Rohnya, beserta Firmannya.
2) BACA DONK.., PIKIR DONK.., OTAK ITU JANGAN TARUH DI FANTAAAT.
Mosok “allah swt”, katanya Pencipta Alam Semesta…, kagak tahu RAHASIA LANGIT? KATANYA DIJAGA OLEH PENJAGAAN YG KUAT, DAN PANAH–PANAH API ???
KALO GITU…, ALLAH SWT ITU TIDAK MAHA KUASA, DAN PENCIPTA ALAM SEMESTA…, TINGGALNYA DILUAR LANGIT (KABAH), NGGAK BISA MASUK KE LANGIT (SORGA).
3) APA MAKNA SPIRITUAL DARI QS. 72:8 ?? KAGAK ADA, SAMPAH MELULU.
INI BENERAN NICH, PAKE OTAKMU, JANGAN TARUH DI FANTAAAT (KATA SI ILHAM).
MUSLIMS………………, BISA JAWAAAAAAAAAAAAB ?
MAJELIS ULAMA INDONESIA….., BISA JAWAAAAAAAB ??
SUDAH RATUSAN PERTANYAAN KAGAK BISA DIJAWAB MUSLIMS.
KECIAN DEH LOE !!!!!!
September 19, 2015 at 6:11 pm
SIAPAKAH NABI ISA γα…ʔʔ
Simαk penjelαsαn video di bαwαh ini:
July 21, 2014 at 7:55 am
TO : ALL
— QURAN BISA DIBACA ANAK-ANAK, HADIST KAGAK BOLEH —-
SI MARIA BILANG, DENGAN MENYOMBONGKAN DIRI BAHWA, QURAN BISA DIBACA, DIHAPALKAN DAN DILANTUNKAN BAHKAN OLEH ANAK-ANAK.
FAKTA,
Seorang ibu (mamak), mendampingi anaknya waktu membaca quran dengan lantunan ayat2 quran, si anak membacanya. Sampai di Surah Al Baqarah 2:223,
——- SURAH AL-BAQARAH 223 – BERCOCOK TANAM ———
Qs. 2:223
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
Setelah membacanya, si anak berhenti sebentar dan bertanya kepada ibunya, “Mak.., Mak…, apa yang dicocok tanam oleh Bapak????
Si ibu bingung sejenak…, tapi dia harus menjawab pertanyaan anaknya, dan kemudian menjawab sambil menggaruk garuk duburnya yang gatal…, “ UBI BAPAKMU” .!!!
Jadi…, SODOMI ADALAH PERINTAH AWLOH SWT…, DAN AMAL YG BAIK BAGI MUSLIMS.
Masya awlooooh, Astagafirulloooh, Maria…, Ubi bapak kok bisa ditanam dimana saja???
September 19, 2015 at 6:12 pm
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nape heran ya…??
yuk kita HERAN…!!
July 21, 2014 at 7:56 am
TO : ALL,
PERANG ARAB – ISRAEL DALAM NUBUATAN NABI YEHEZKIEL !
ASBABUN NUZUL :
Israel sebagai umat pilihan Allah pernah ingkar kepada Allah, dan akibatnya, selama 2000 tahun Allah menghukum mereka, mencerai beraikan mereka dari tanah Perjanjian untuk mereka…, tetapi, Nabi Yehezkiel menubuatkan bahwa Israel akan kembali ke tanah perjanjian, mengusir bangsa Arab, agar Negara-negara tetangga (Arab), menghukum Arab, agar mereka tahu, ke-Maha Kuasa-an Allah Israel.
Yehezkiel 28:24-26
28:24 TUHAN berkata, “Negeri-negeri tetangga yang pernah menghina Israel, tidak lagi merupakan onak dan duri yang menyakiti Israel. Mereka akan sadar bahwa Akulah TUHAN Yang Mahatinggi.”
28:25 TUHAN Yang Mahatinggi berkata, “Aku akan mengumpulkan orang-orang Israel dari negeri-negeri jauh di tempat mereka telah Kuceraiberaikan, dan semua bangsa akan tahu bahwa Aku suci. Bangsa Israel akan tinggal lagi di tanah mereka sendiri, tanah yang telah Kuberikan kepada hamba-Ku Yakub.
28:26 Mereka akan hidup dengan aman di situ dan membangun rumah-rumah serta membuat kebun-kebun anggur. Aku akan MENGHUKUM SEMUA TETANGGA MEREKA (ARAB) yang telah menghina mereka, sehingga Israel menjadi aman. Maka tahulah mereka bahwa Akulah TUHAN Allah mereka.”
Note : Dalam ayat 25, Nabi Yehezkiel menubuatkan bahwa bangsa Israel yg telah tercerai beraikan, akan dikumpulkan dari negeri-negeri jauh untuk kembali ke Tanah Perjanjian. Inilah ke-akurasi-an nubuatan nabi Yehezkiel.
JADI…, NUBUAT INI TERBUKTI…, SUDAH BERBAGAI CARA BANGSA ARAB HENDAK MENGUSIR ISRAEL DARI TANAH PERJANJIAN…, TETAPI SELALU SIA-SIA, bahkan MENDERITA, WALAUPUN SETIAP KALI MEREKA MEMANGGIL ALLAH SWT DENGAN AWLOHUAKBAR !! (YEHEZKIEL 28:26)
ALLAH ISRAEL MEMBUKTIKAN DIRINYA MAHA KUASA !!
September 19, 2015 at 6:13 pm
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe heran ya…??
yuk kita HERAN…!!
July 21, 2014 at 7:57 am
TO: ALL
———- PERZINAHAN & SAKSI MENURUT QURAN (2) —————
ADMIN :
[24.4] Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera
Tentu saja, para ahli hukum islam hanya akan menerima kesaksian empat lelaki. Para saksi ini harus menyatakan bahwa mereka telah benar-benar “melihat secara langsung si tertuduh melakukan perbuatan yang dituduhkan, yakni perzinahan.” Sekali tuduhan zinah dibuat, si penuduh tsb ada kemungkinan mendapat hukuman jika dia tidak bisa mendatangkan kesaksian yang diperlukan. Kesaksian yang sama juga diperlukan dalam situasi berikut. Jika seorang lelaki masuk paksa kekamar seorang wanita dan memperkosa, misal enam orang wanita, dia tidak bisa dihukum karena tidak ada saksi lelaki yang menyaksikannya.
BERITA AYAH MENCABULI ANAK KANDUNGNYA
MERDEKA.COM. Warga Jalan Cinta Rakyat, Karang Sari, Medan mengamankan Tolip (40), Rabu (16/7) malam. Laki-laki itu diserahkan ke polisi karena tega memerkosa putri kandungnya, B (17).
Kelakuan bejat Tolip terbongkar setelah B yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA ingin berkirim surat ke ibunya Wiwi (38). Sejak 8 tahun lalu, sang ibu memang bekerja sebagai TKI di Malaysia.
Dalam surat yang dikirimnya, B mempertanyakan apakah dia anak tiri atau anak kandung. Remaja ini juga menceritakan kejadian yang dialaminya selama Wiwi bekerja di Malaysia.
“Dia minta tolong mengirimkan surat kepada ibunya. Di situlah terbongkarnya. Dia curhat sama aku sambil nangis, bahwa dia diperkosa ayahnya,” cerita Indah, teman B.
KESIMPULAN :
Menurut Hukum Syariah Islam…, si BAPAK AKAN BEBAS dari jerat hukum, bahkan sang Ibu bisa dihukum “dera” karena :
1. Qs. 24:4, harus ada saksi 4 orang lelaki yg MENYAKSIKAN ADEGAN PENCABULAN TERSEBUT.
2. INSYA AWLOOOOH, BAHWA SEGALA SESUATU TERJADI KARENA KEHENDAK DAN IZIN AWLOH SWT, JADI…., JIKA AWLOH SWT SUDAH MENGIZINKAN…, SIAPA BISA LARANG??
MASYA AWLOOOH, ISTERI DI- C0COK TANAM MAJIKAN DI LUAR NEGERI, ANAK DI-COCOK TANAM OLEH BAPAKNYA SENDIRI DI INDONESIA.
ASTAGAFIRULLOOOOH KATA ORANG…, ALHAMDULILAH KATA SANG AYAH !, AWLOH SWT SUDAH MENGIZINKAN !!
September 19, 2015 at 6:13 pm
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe herαn ya…??
yuk kita HERAN…!!
July 21, 2014 at 7:59 am
TO : ALL
—– QURAN ADALAH KITAB YG BERISI PERINTAH MANUSIA YG DIHAPALKAN —
Dalam Perjanjian Lama, nabi Yesaya yang hidup 1500 tahun sebelum masehi.., telah menubuatkan akan Muhammad seorang buta huruf dan QURAN KITAB YG BERISI PERINTAH MANUSIA YANG DIHAPALKAN.
YESAYA 29:12-13
(12) dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat membaca.”
(13) Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,
ISLAM PERCAYA BAHWA QURAN ADALAH WAHYU AWLOH SWT. TETAPI FAKTANYA, BAHWA QURAN HANYALAH BERISI PERINTAH MANUSIA YANG DIHAPALKAN, SESUAI DENGAN NUBUATAN NABI YESAYA.
COBA DI-SIMAK :
SURAH AL FATIHAH, 5,6 :
Qs. 1:5 Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Qs. 1:6 Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Jadi…, dari ayat2 quran, dapat DIPASTIKAN bahwa quran adalah berisi perintah manusia yang dihapalkan.
MOSOK, AWLOH SWT MENYEMBAH AWLOH SWT (QS. 1:5)
MOSOK AWLOH SWT NANYA JALAN YANG LURUS (QS. 1:6)
KAGAK SALAH LAGI…, QURAN ADALAH PERKATAAN MANUSIA YANG DIHAPALKAN DAN DILANTUNKAN.
SIAPA BISA BANTAH…, QURAN BUKANLAH WAHYU AWLOH SWT, TETAPI KITAB YG BERISI PERINTAH MANUSIA.
September 19, 2015 at 6:14 pm
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe herαn γα…ʔʔ
yuk kita HERAN…!!
July 21, 2014 at 8:08 am
mas mun ngga berani dialog..
July 21, 2014 at 8:53 am
perkare ilah arab ye om??
September 18, 2015 at 10:07 am
PERKARA PENDIRI KRISTEN ITU PEMBUNUH TUHAN
DAN KALIAN YANG BEROTAK KELEDAI ITU
MASUK AGAMA SI YAHUDI LICIK DAN BENGIS ITU
SUDAH PAHAM KAU KELEDAI ?
September 19, 2015 at 6:15 pm
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe herαn γα…ʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 19, 2015 at 6:16 pm
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…ʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 19, 2015 at 10:29 am
CATATAN :
SAMPAI SAAT INI
Tidak pernah ada PERNYATAAN ‘’HARI KENAIKAN YESUS KRISTUS!’’
Berita HARI KENAIKAN ISA ALMASIH ITU
TIDAK AKAN PERNAH MANUSIA MANAPUN MAMPU MERUBAHNYA MENJADI KENAIKAN YESUS KRISTUS
KARENA BERITA TURUN TEMURUN
DARI HARI PERTAMA
SAMPAI DENGAN SEKARANG
ADALAH HARI KENAIKAN ISA ALMASIH
DINAIKKAN ALLAH KELANGIT
September 19, 2015 at 10:30 am
KESIMPULAN HARI KE DUA PENYALIBAN
HARI KEDUA
Akibat PENGGALIAN KUBURAN ISA ALMASIH oleh Ibunya dan beberapa murid2 ISA pada HARI PERTAMA MALAM , maka :
BERITA MENGHEBOHKAN DIYERUSALEM PADA HARI KE DUA
– Berita menghebohkan beredar diseluruh YERUSALEM pada hari kedua
– Bahwa ISA ALMASIH diselamatkan ALLAH dari PEMBUNUHAN YAHUDI FARISI
– Bahwa ISA ALMASIH dinaikkan ALLAH kelangit
– Bahwa ISA ALMASIH tidak berhasil dibunuh YAHUDI FARISI
– Bahwa Yang disalib oleh YAHUDI FARISI adalah YUDAS ISKARIOT
– Bahwa berita beredar itu karena adanya PENGGALIAN KUBURAN ISA ALMASIH dan membuktikan yang mati disalib adalah YUDAS ISKARIOT
Yang tidak lagi berwajah DISERUPAKAN ISA ALMASIH tetapi telah kembali berwajah ASLI DIRINYA
– Bahwa BERITA YANG DISALIB ISA ALMASIH tetapi MAYAT YANG DITEMUKAN DIDALAM KUBURAN ISA ALMASIH BUKANLAH ISA MELAINKAN YUDAS ISKARIOT ADALAH BERITA YANG SANGAT MENGHEBOHKANBAGI SELURUH RAKYAT YERUSALEM
September 19, 2015 at 6:27 pm
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 10:39 am
H.
HARI KETIGA (PAGI)
– PADA HARI KETIGA PAGI , BERITA YANG MENGHEBOHKAN DISELURUH YERUSALEM
SAMPAI KETELINGA TUA2 FARISI DAN PAULUS
– BAHWA YANG DISALIB ADALAH YUDAS ISKARIOT SANGAT MENGEJUTKAN MEREKA
– KEJADIAN ITU DIANGGAP MUSTAHIL TERJADI
– DI AL QURAN DIJELASKAN MEREKA SALING BERSELISIH PAHAM TENTANG YANG DISALIB MEREKA PADAHAL JELAS ADALAH ISA ALMASIH TETAPI KENAPA SAAT KUBURAN DIGALI MEREKA MENEMUKAN MAYAT YUDAS ISKARIOT
SANGAT ANEH
– LALU TUA2 FARISI DAN PAULUS BERSEPAKAT UNTUK MENGGALI KUBURAN ISA ALMASIH PADA TENGAH MALAM
UNTUK MEMBUKTIKAN BENARKAN BERITA YANG BEREDAR DI YERUSALEM
BAHWA YANG MATI DISALIB ADALAH YUDAS ISKARIOT
September 19, 2015 at 6:28 pm
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 10:41 am
I.
Hari KETIGA (TENGAH MALAM)
TUA2 FARISI DAN PAULUS BERUSAHA MEMBUKTIKAN BERITA MENGHEBOHKAN BAHWA YANG MATI DISALIB BUKANLAH ISA ALMASIH
– BERITA MENGHEBOHKAN ISA TIDAK MATI DISALIB MENJADI DASAR UNTUK MENGGALI KUBURAN ISA ALMASIH
SANGAT JELAS PENGGALIAN HARI KETIGA MALAM BUKAN UNTUK MEMBUKTIKAN ‘BANGKIT’ MELAINKAN UNTUK PEMBUKTIAN BENARKAH BERITA BEREDAR BAHWA ISA TIDAK MATI DISALIB MELAINKAN YUDAS ISKARIOT
– Pada HARI KETIGA (MALAM / TENGAH MALAM) mereka lalu BERUSAHA MEMBUKTIKAN KEBENARAN BERITA dengan IKUT MENGGALI KUBURAN ISA ALMASIH
– Ternyata sangat benar setelah kuburan Isa digali , yang mereka temukan adalah YUDAS ISKARIOT dengan PERUT TERBELAH dan ISI PERUT keluar akibat ditombak saat disalib
– Mereka sangat terheran-heran karena SANGAT JELAS DAN NYATA BAHWA YANG MEREKA SALIB ADALAH ISA ALMASIH, tetapi setelah MEMBUKTIKAN PENGGALIAN KUBURAN ISA mereka menemukan YUDAS ISKARIOT YANG DISALIB MEREKA (ALLAH menjelaskan ORANG2 YANG MENYALIB ISA ITU KEBINGUNGAN DAN SALING MENYALAHKAN / BERSELISIH PENDAPAT TENTANG PENYALIBAN ISA TERSEBUT )
– Tua2 FARISI sangat murka kepada PAULUS dengan PERISTIWA yang disalib jelas ISA tetapi yang dikubur ternyata YUDAS ISKARIOT
– TUA2 murka kepada PAULUS karena PAULUS lah yang BERINISIATIF untuk membunuh NABI ISA karena BERDASARKAN PLINTIRAN AYAT TAURAT bahwa apabila muncul nabi maka NABI ITU HARUS DIBUNUH
– PAULUS adalah AHLI TAURAT yang mengtahui ayat tersebut
– LALU PAULUS malam HARI KETIGA ITU JUGA mengupah PENJAGA untuk mencuri mayat YUDAS dan membuang mayat YUDAS ISKARIOT ke ladang milik YUDAS (Matius 28:11,12,13 KPR 1:18)
September 19, 2015 at 6:30 pm
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 11:02 am
J.
TIPUAN HARI KETIGA
PAULUS MENIPU DENGAN AJARANNYA
UNTUK AGAMA YANG DIBUATNYA
BAHWA :
”’YESUS BANGKIT (BUKAN NAIK KELANGIT) PADA HARI KETIGA
HARI KETIGA JELAS
– Paulus menggali kuburan ISA
– Paulus menemukan mayat YUDAS ISKARIOT
– Paulus mengosongkan kuburan ISA dengan membuang mayat YUDAS
– Paulus menipu bahwa ”BENAR YESUS TELAH BANGKIT HARI KETIGA!”
– Tipuan itu adalah untuk ”MEMBENARKAN BERITA BEREDAR DISELURUH YERUSALEM BAHWA YESUS TELAH BANGKIT PADA HARI KETIGA ITU” mengingat KUBURANNYA TELAH KOSONG (Padahal mayat YUDAS telah dibuangnya)
– Paulus membuat semua cerita itu SETELAH 7 TAHUN LAMANYA
– Setelah dia pulang ke ROMAWI
– Dan semua cerita itu dijadikan BAHAN UNTUK AGAMANYA
– Termasuk semua riwayat ISA dijadikannya riwayat YESUS / JEZEUS / JESUS TOKOH TUHAN CIPTAANNYA
– DAN TUJUAN PAULUS tidak lain adalah ”’MENJUAL” AGAMA YANG DIBUATNYA KEPADA RAJA NERO
– DAN PAULUS MENJADI KAYA RAYA DISAMPING RAJA dan ”’MENGAKU SEBAGAI RASUL UTUSAN JE ZUES tuhan buatannya
September 19, 2015 at 6:31 pm
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 11:24 am
K.
INI KESIMPULAN ANALISA PADA HARI KETIGA
– Paulus menggali kuburan ISA karena penasaran BERITA BEREDAR DI SELURUH YERUSALEM BAHWA ISA TIDAK MATI DISALIB YANG MATI YUDAS ISKARIOT
– Paulus menemukan mayat YUDAS ISKARIOT didalam kuburan Isa
– Paulus mencuri mayat YUDAS dengan tujuan untuk mengosongkan kuburan ISA danmembuang mayat YUDAS keladang miliknya
– Paulus menipu bahwa ”BENAR YESUS TELAH BANGKIT HARI KETIGA!”
– PAULUS menipu dengan ”MEMBUAT AYAT ALIBI ”’BAHWA YUDAS MATI DILADANG DENGAN PERUT TERBELAH DAN ISI PERUT KELUAR (Agar orang2 menganggap TERTUSUK BATANG KAYU”’)(KPR 1:18)
– Tipuan itu adalah untuk ”MEMBENARKAN BERITA BEREDAR DISELURUH YERUSALEM BAHWA YESUS TELAH BANGKIT PADA HARI KETIGA ITU” mengingat KUBURANNYA TELAH KOSONG (Padahal mayat YUDAS telah dibuangnya)
– Paulus membuat semua cerita itu SETELAH 10 TAHUN LAMANYA
– Setelah dia pulang ke ROMAWI
– Dan semua cerita itu dijadikan BAHAN UNTUK AGAMANYA
– Termasuk semua riwayat ISA dijadikannya riwayat YESUS / JEZEUS / JESUS TOKOH TUHAN CIPTAANNYA
– PAULUS MENJADI KAYA RAYA DISAMPING RAJA dan ”’MENGAKU SEBAGAI RASUL UTUSAN JE ZUES tuhan buatannya
PAULUS MENJADI KAYA RAYA dengan ‘MENJUAL AGAMA’’
– TIDAK BOLEHKAN AKU BERMEGAH SEDIKIT ?
Ini buktinya :
2 Korintus 11 : 16
… supaya akupun [[[ boleh bermegah sedikit.]]]
2 Korintus 11 : 17
… aku mengatakan bukan menurut firman Tuhan, melainkan sebagai seorang bodoh yang berkeyakinan, [[[ bahwa ia boleh bermegah.]]]
2 Korintus 11 : 18
Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi,[[[ aku mau bermegah juga.]]]
ALLAH juga menjelaskan pengakuan PAULUS yang membuat AL KITAB hanya untuk mengambil keuntungan (bermegah sedikit)
INI AYATNYA
QS 2:79.
Maka kecelakaan yang besarlah (neraka)
bagi [[ orang-orang yang menulis Al Kitab]]]
[[[ dengan tangan mereka sendiri,]]]
[[[ lalu dikatakannya: “Ini dari Allah”,]]]
[[[ dengan maksud]]]
[[[ untuk memperoleh ]]]
[[[ keuntungan yang sedikit ]]]
– PAULUS dipenggal raja karena ”DUSTANYA YANG MELIMPAH KEPADA RAJA”’ (Roma 3:7)
SUDAH TAHU SIAPA YESUS ?
JELAS YESUS ITU TUHAN YANG FIKTIF
PAULUS MERAMPAS RIWAYAT NABI ISA ALMASIH
DIJADIKANNYA RIWAYAT TUHAN CIPTAANNYA
SEDANGKAN MAYAT YANG HILANG YANG DISALIB PAULUS ADALAH MAYAT YUDAS ISKARIOT
JELAS YESUS ITU SEBAGAI TUHAN YANG HEBAT
KARENA RIWAYAT NABI DIJADIKANNYA RIWAYAT TUHAN CIPTAANNYA
September 19, 2015 at 12:02 pm
Yang benar adalah paulus menggali kuburan karena ingin membuka tali pocong si yudas iskariot….
September 19, 2015 at 12:09 pm
Yesus kau itu BANGKIT
Atau MAYATNYA DICURI ?
September 19, 2015 at 6:32 pm
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 6:34 pm
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 11:27 am
JADI ?
SUDAH TAHU SIAPA YESUS ?
JELAS YESUS ITU TUHAN YANG FIKTIF
PAULUS MERAMPAS RIWAYAT NABI ISA ALMASIH
DIJADIKANNYA RIWAYAT TUHAN CIPTAANNYA
SEDANGKAN MAYAT YANG HILANG YANG DISALIB PAULUS ADALAH MAYAT YUDAS ISKARIOT
JELAS YESUS ITU SEBAGAI TUHAN YANG HEBAT
KARENA RIWAYAT NABI
DIJADIKANNYA RIWAYAT TUHAN CIPTAANNYA
September 19, 2015 at 11:46 am
Udah ngedongengnya?
Anda sudah pasti umat muslim yang pandai dalam membaca dan mengartikan Alquran…
Artikan dong siapakah yang berfirman dalam ayat dibawah ini:
Lebah (An-Naĥl):51
Allah berfirman: “Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”.
September 19, 2015 at 12:00 pm
Pertanyaan kau saja menunjukkan betapa bodohnya kau
September 19, 2015 at 12:07 pm
Ini PENGAKUAN PAULUS
“Aku membuat ayat-ayat bukan dari firman tuhan”
(2Korintus 11:17)
INGAT
KAU MASUK AGAMANYA
DAN MEMULIAKAN TUHAN BUATANNYA
DAN MENGIMANI KITAB BUATANNYA
September 19, 2015 at 6:36 pm
copas ayat yg jujur dunk…
kesian elu gak nemu kelemahan Alkitab kepaksa ngubah kalimatnya tulkagak…kayak om mudakim piter si orang islam itu…
September 19, 2015 at 6:37 pm
Dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 12:05 pm
Pertanyaan yang mudah saja tidak bisa anda jawab… Bagaimana anda bisa menjawab pertanyaan yang sulit….
September 19, 2015 at 12:09 pm
Kau pikir KITAB SUCI AL QURAN dari mana ?
September 19, 2015 at 6:38 pm
dari iblis lien…
September 19, 2015 at 6:38 pm
Dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 6:39 pm
Dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 12:15 pm
YAHUDI ITU JELAS KAUM SANGAT BEJAT
PERHATIKAN BAIK-BAIK
1. Hosea 4:1.
Dengarlah FIRMAN TUHAN, hai ORANG ISRAEL,
Tafsir :
Itu Firman ALLAH
Kepada Bani ISRAEL / YAHUDI
ALLAH memberikan peringatan : “Dengarlah hai ISRAEL
September 19, 2015 at 12:16 pm
YAHUDI ITU JELAS KAUM SANGAT BEJAT
2. Hosea 4:1.
sambungan …
[[[ sebab TUHAN mempunyai PERKARA ]]]
[[[ dengan penduduk negeri ini,]]]
Tafsir :
ALLAH mengatakan ”MEMILIKI PERKARA”’
Dengan ISRAEL
PENDUDUK NEGERI ISRAEL / NEGARA ISRAEL
Sangat jelas
3000 tahun yang lalu
ALLAH telah menyebutkan
ADANYA
NEGARA ISRAEL
Yang dihuni para YAHUDI
September 19, 2015 at 6:41 pm
Dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 12:17 pm
YAHUDI ITU JELAS KAUM SANGAT BEJAT
3. Apakah yang dimaksudkan oleh ALLAH
“””ALLAH MEMILIKI PERKARA DENGAN ISRAEL / NEGARA ISRAEL ?””
4. Hosea 4:1.
sambungan…
[[[ sebab TIDAK ADA KESETIAAN ]]]
[[[ dan TIDAK ADA KASIH, ]]]
[[[ dan TIDAK ADA PENGENALAN akan ALLAH ]]]
[[[ di negeri ini.]]]
tafsir :
ISRAEL itu tidak setia kepada ALLAH
ISRAEL itu tidak menurut apa yang diperintahkan ALLAH
ISRAEL itu tidak patuh apa yang diperintahkan ALLAH
ISRAEL itu tidak ada kasih , mereka berkelakuan jahat
Tidak ada sifat kasih sayang dari mereka
ISRAEL itu tidak mengenal ALLAH
Nabi2 dikirim ke ISRAEL
Untuk mengajarkan bahwa ada tuhan
Tuhan namanya ALLAH
Tapi ISRAEL tidak mau mengenal ALLAH
Tuhan bagi seluruh ALAM semesta
ALLAH sang Maha PENCIPTA
SANGAT JELAS
ALLAH MENGATAKAN KELAKUAN ISRAEL KEPADA ALLAH
September 19, 2015 at 6:42 pm
Dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 20, 2015 at 3:34 am
SAYANG SETAN PAULUS SI YAHUDI FARISI ITU
MENUTUPKAN PINTU SURGA BAGI KAU
DIA SENDIRI TIDAK MASUK KEDALAMNYA
MATIUS 23:13
PAHAM KAU KELEDAI
September 20, 2015 at 7:19 am
gue PEGANG KUNCI Kerαȷααn Sᴏrɡα
Ϻαtiυs 16:19. Keραdαmυ αkαn Kυberikαn KUNCI Kerαȷααn Sᴏrɡα…
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
Wαhyu 20:15. Dαn setiαp orαng yαng TIDAK ditemukαn NAMANYA tertulis di dαlαm KITAB kehidupαn itu, iα DILEMPARKAN ke dαlαm LAUTAN API itu.
September 19, 2015 at 6:43 pm
Dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 20, 2015 at 3:33 am
SAYANG SETAN PAULUS SI YAHUDI FARISI ITU
MENUTUPKAN PINTU SURGA BAGI KAU
DIA SENDIRI TIDAK MASUK KEDALAMNYA
MATIUS 23:13
KAU MASUK AGAMA TURUNAN SETAN ULAR BELUDAK YANG DIPASTIKAN KE NERAKA
KAU MASUK AGAMA YANG DIBUAT OLEH TURUNAN PEMBUNUH NABI2
MATIUS 23:33
PAHAM KAU UMMAT KRISTEN YANG DIBUAT PAULUS SI YAHUDI FARISI ?
September 20, 2015 at 7:20 am
gue PEGANG KUNCI Kerαȷααn Sᴏrɡα
Ϻαtiυs 16:19. Keραdαmυ αkαn Kυberikαn KUNCI Kerαȷααn Sᴏrɡα…
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
Wαhyu 20:15. Dαn setiαp orαng yαng TIDAK ditemukαn NAMANYA tertulis di dαlαm KITAB kehidupαn itu, iα DILEMPARKAN ke dαlαm LAUTAN API itu.
September 20, 2015 at 7:22 am
Wαhyυ 22 :15…setiαρ orαnɡ yαnɡ MENCINTAI DUSTA dαn yαnɡ MELAKUKANNYA, tinɡɡαl di LUAR.
orαng yg MENCINTAI DUSTA dαn PELAKU DUSTA tinggαl di LUAR contohnyα kαyαk: Ϻυhαmmαd di Akhirαt GAK DIKENAL dαn berαdα di LUAR PINTU SYURGA!!
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
September 19, 2015 at 12:20 pm
YAHUDI ITU JELAS KAUM SANGAT BEJAT
—-
5. Hosea 4:2
Kerja mereka hanya berbohong (memfitnah) , berzinah, menghina , mencuri (Tanah Palestina dicurinya), menumpahkan darah dan terus menumpahkan darah (membunuh dan terus membunuh)
Separuh nabi2 dari ALLAH dibunuh oleh YAHUDI (Matius 23:34)
Nabi terakhir dari ALLAH disalib mereka (Matius 23:34 dan KPR 26:15)
3 kitab suci dari ALLAH di NISTAKAN mereka , ayat2 ALLAH di 3 kitab suci itu (Taurat, Zabur dan INJIL) di NISTAKAN mereka (Yesaya 5:24)
tafsir :
Sangat jelas
ALLAH menjelaskan
kelakuan YAHUDI
yang ternyata berkelakuan sangat bejat menghina , berbohong (memfitnah) dan selalu membunuh dan membunuh (sampai dengan saat ini bisa disaksikan betapa bejatnya ISRAEL)
YAHUDI terbukti sangat bejat
Yang tidak mengenal ALLAH, mereka menghina nabi2 yang dikirim ALLAH kepada mereka, memfitnah nabi2, bahkan membunuh dan membunuh nabi2 serta pengikut / jemaah nabi2.
BEJATNYA YAHUDI
MEMBUNUH NABI2
DAN MENGHINA NABI2
SERTA MENGHINA KITAB SUCI YANG DIBERIKAN ALLAH
KEPADA MEREKA MELALUI NABI-NABI
September 19, 2015 at 12:23 pm
YAHUDI ITU BANGSA SANGAT BEJAT
——
KEJAHATAN YAHUDI / BANI ISRAEL
(HOSEA 4:2 kerjamu hanya mencuri )
SUDAH DIRAMALKAN RIBUAN TAHUN LALU
YESAYA 5 : 8
Celakalah mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan mencekau ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagi tempat bagi orang lain dan hanya kamu sendiri yang tinggal di dalam negeri!
SANGAT JELAS :
Itulah pencurian TANAH dilakukan ISRAEL
PENCURIAN tanah PALESTINA
Hanya untuk mendirikan RUMAH2 mereka
Itu telah terjadi di PALESTINA sampai saat ini
Bejatnya YAHUDI mengambil / menyerobot Rumah2 orang palestina dan ladang2nya lalu mendirikan pemukiman untuk mereka
September 19, 2015 at 6:44 pm
Dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 20, 2015 at 3:32 am
SAYANG SETAN PAULUS SI YAHUDI FARISI ITU
MENUTUPKAN PINTU SURGA BAGI KAU
DIA SENDIRI TIDAK MASUK KEDALAMNYA
MATIUS 23:13
KAU MASUK AGAMA TURUNAN SETAN ULAR BELUDAK YANG DIPASTIKAN KE NERAKA
KAU MASUK AGAMA YANG DIBUAT OLEH TURUNAN PEMBUNUH NABI2
MATIUS 23:33
PAHAM KAU UMMAT KRISTEN YANG DIBUAT PAULUS BENGIS?
September 20, 2015 at 7:23 am
gue PEGANG KUNCI Kerαȷααn Sᴏrɡα
Ϻαtiυs 16:19. Keραdαmυ αkαn Kυberikαn KUNCI Kerαȷααn Sᴏrɡα…
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
Wαhyu 20:15. Dαn setiαp orαng yαng TIDAK ditemukαn NAMANYA tertulis di dαlαm KITAB kehidupαn itu, iα DILEMPARKAN ke dαlαm LAUTAN API itu.
September 19, 2015 at 12:25 pm
YAHUDI ITU KAUM SANGAT BJAT
Yesaya 5 : 9
Di telingaku terdengar firman TUHAN semesta alam: “Sesungguhnya banyak rumah akan menjadi sunyi sepi; rumah-rumah yang besar dan yang baik tidak akan ada penghuninya.
Sudah terjadi di Palestina banyak rumah sepi
Yahudi2 itu perlahan-lahan mengusir orang2 Palestina
(13) Sebab itu umat-Ku harus pergi ke dalam pembuangan
Sangat jelas saat ini banyak sekali orang2 palestina hidup dalam pembuangan / mengungsi)
September 19, 2015 at 6:46 pm
Wαhyυ 22 :15…setiαρ orαnɡ yαnɡ MENCINTAI DUSTA dαn yαnɡ MELAKUKANNYA, tinɡɡαl di LUAR.
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 20, 2015 at 3:31 am
SAYANG SETAN PAULUS SI YAHUDI FARISI ITU
MENUTUPKAN PINTU SURGA BAGI KAU
DIA SENDIRI TIDAK MASUK KEDALAMNYA
MATIUS 23:13
KAU MASUK AGAMA TURUNAN SETAN ULAR BELUDAK YANG DIPASTIKAN KE NERAKA
KAU MASUK AGAMA YANG DIBUAT OLEH TURUNAN PEMBUNUH NABI2
MATIUS 23:33
PAHAM KAU UMMAT KRISTEN YANG DIBUAT PAULUS ?
September 20, 2015 at 7:24 am
PAULUS αdαlαh UTUSAN ISA
dαri Abu Al-‘Aliyαh Qαtαdαh bin Di’αmαh, berkαtα:
“SIMEON (شمعون = SHAM’UN), YOHANES (يوحنا = YUHANNA) dαn PAULUS (بولس = BULOUSH) αdαlαh UTUSAN ISA ALMASIH ke kotα ANTOKHIA.”
(Tαfsir Ibnu Kαtsir,Qs 36:13-15)
September 19, 2015 at 12:26 pm
YAHUDI ITU KAUM SANGAT BEJAT.
YAHUDI ITU LEBIH BEJAT DARI KAUM SODOM DAN GOMORA YANG TELAH DIMUSNAHKAN ALLAH
PERHATIKAN BAIK2
Matius 11 :24
Ingatlah, pada Hari Kiamat,
[[[ orang Sodom ]]]
[[[akan lebih mudah diampuni Allah]]]
[[[ daripada ”kalian!”’]]]
ITULAH AYAT YANG MENJELASKAN
LEBIH MUDAH KAUM SODOM YANG DIMUSNAHKAN ALLAH UNTUK DIAMPUNI ALLAH
KETIMBANG YAHUDI YANG MEMBUNUH NABI-NABI ALLAH DAN MENISTAKAN 3 KITAB SUCI (TAURAT, ZABUR DAN INJIL ) YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA MEREKA
(Yesaya 5:24)
Sangat jelas artinya
YAHUDI ITU 2 KALI LEBIH BEJAT DARI SODOM DAN GOMORA
( KRISTEN ITU 2 KALI LEBIH BEJAT DARI YAHUDI
Matius 23:15
“Engkau akan membawa mereka ke NERAKA dan membuat mereka 2 KALI NERAKA DAN 2 KALI LEBIH JAHAT dari pada engkau dan agamamu!”)
September 19, 2015 at 6:47 pm
Wαhyυ 22 :15…setiαρ orαnɡ yαnɡ MENCINTAI DUSTA dαn yαnɡ MELAKUKANNYA, tinɡɡαl di LUAR.
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 20, 2015 at 3:29 am
SAYANG SETAN PAULUS SI YAHUDI FARISI ITU
MENUTUPKAN PINTU SURGA BAGI KAU
DIA SENDIRI TIDAK MASUK KEDALAMNYA
MATIUS 23:13
Kau masuk agama SETAN ULAR BELUDAK alias
TURUNAN PEMBUNUH NABI2 YANG DIKUTUK KE NERAKA
MATIUS 23:33
PAHAM KAU UMMAT KRISTEN YANG DIBUAT PAULUS ?
September 20, 2015 at 7:27 am
PAULUS αdαlαh UTUSAN ISA
dαri Abu Al-‘Aliyαh Qαtαdαh bin Di’αmαh, berkαtα:
“SIMEON (شمعون = SHAM’UN), YOHANES (يوحنا = YUHANNA) dαn PAULUS (بولس = BULOUSH) αdαlαh UTUSAN ISA ALMASIH ke kotα ANTOKHIA.”
(Tαfsir Ibnu Kαtsir,Qs 36:13-15)
semuα PENGIKUT ISA αdαlαh UTUSAN ISA
September 19, 2015 at 12:26 pm
YAHUDI ITU KAUM SANGAT BEJAT.
ALLAH menjelaskan KEJINYA YAHUDI terhadap bangsa-bangsa disekitarnya
Yehezkiel 5 : 9
[[ Oleh karena segala perbuatanmu yang keji ]]
September 19, 2015 at 12:34 pm
Anda mengambil ayat ayat dari perjanjian lama (hukum taurat), sekali kali dong anda mengambil ayat dari perjanjian baru… Supaya seimbang….
September 19, 2015 at 12:36 pm
Ini Perjanjian Baru
KAU KE NERAKA MASUK AGAMA YAHUDI FARISI
PAULUS salah satu YAHUDI FARISI ITU
‘Celakalah engkau Yahudi farisi, walau satu orang kau nobatkan masuk agamamu, kau akan membawa mereka ke Neraka ”
Matius 2315
September 19, 2015 at 12:39 pm
Kau pikir ALLAH berfirman SETELAH PAULUS membuat AGAMA KRISTEN ?
ALLAH menurunkan 4 kitab suci
Taurat untuk Nabi Musa
Zabur untuk Nabi Daud
Injil Untuk nabi Isa
Kenapa kau tak mengakui PERNAJIAN LAMA ?
Memang kau tak mengakui TAURAT ?
September 19, 2015 at 12:45 pm
Yesus berkata seperti itu karena orang yahudi mempunyai aturan agama yang sangat banyak… Dan Yesus tidak menyukainya… Karena Yesus datang bukan mengajarkan hukum taurat tapi mengajarkan hukum kasih yang lebih tinggi dari hukum taurat….
September 19, 2015 at 12:48 pm
Kau hanya menyenangkan hati kau
Silahkan kau bela agama YAHUDI Farisi itu
Kaum bejat PEMBUNUH NABI-NABI
Termasuk si PAULUS PEMBUNUH NABI ISA ALMASIH
Kau ingin PAULUS BERJASIL MEMBUNUH NABI ISA ALMASIH DITIANG SALIB ?
September 19, 2015 at 12:49 pm
Saya mengakui perjanjian lama…
Perjanjian lama adalah “bayangan” dari perjanjian baru… Jadi perjanjian baru adalah perjanjian dari Allah yang sebenarnya….
September 19, 2015 at 12:59 pm
Paulus tidak membunuh Yesus, tapi PERNAH membunuh pengikut Yesus..
September 19, 2015 at 1:01 pm
HEI BODOH
ALLAH ITU BERFIRMAN SEJAK NABI ADAM
SEJAK MANUSIA DICIPTAKAN
PAHAM ?
September 19, 2015 at 1:08 pm
murtaddun kafirun says:
Anda mengambil ayat ayat dari perjanjian lama (hukum taurat), sekali kali dong anda mengambil ayat dari perjanjian baru… Supaya seimbang….
================
Mengapa gak bisa mngambil ayat ayat perjanjian lama?Apa perjanjian lama bukan kitab dari Yahweh?
Ulangan 20:16 Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas,
Tuhan siapa yg mabuk darah.Ayo!
September 19, 2015 at 1:14 pm
MURTADIN KAFIRUN Says:
September 19, 2015 at 12:59 pm
Paulus tidak membunuh Yesus, tapi PERNAH membunuh pengikut Yesus..
——————–
PAULUS , Akulah YESUS yang kau ”ANIAYA””
KPR 26:15
Diapakan YESUS kau oleh PAULUS ?
September 19, 2015 at 1:26 pm
Ulangan 20:16 Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apa pun yang bernafas,
Jawabannya mudah yaitu dari perikopnya “hukum perang”.., memangnya kalau perang harus bagaimana?
September 19, 2015 at 1:29 pm
Perjanjian Baru
Kau ke NERAKA
Sanggup kau membantahnya ?
September 19, 2015 at 1:30 pm
Yesus berkata “akulah Yesus yang kau aniaya” karena Paulus menganiaya pengikut Yesus..
Sebenarnya sama dengan perkataan Muhammad :
Sekalipun Muhammad menyetujui poligami, tetapi ketika anaknya Fatimah akan dipoligami, Muhammad marah besar. Ia berkata: “Saya tidak ijinkan, sama sekali, saya tidak ijinkan, kecuali bila anak Abi Thalib (Ali) menceraikan anakku dahulu. Fatimah adalah bagian dari diriku: Apa yang meresahkan dia, akan meresahkan diriku, dan apa yang menyakiti hatinya, akan menyakiti hatiku juga” (Jami’ al-Ushul, JuZ XII, 162, nomor hadist: 9026).
September 19, 2015 at 1:36 pm
AKu tanya diapakann YESUS kau oleh PAULUS ?
mati tidak YESUS kau ?
September 19, 2015 at 6:48 pm
Wαhyυ 22 :15…setiαρ orαnɡ yαnɡ MENCINTAI DUSTA dαn yαnɡ MELAKUKANNYA, tinɡɡαl di LUAR.
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 20, 2015 at 3:28 am
SAYANG SETAN PAULUS SI YAHUDI FARISI ITU
MENUTUPKAN PINTU SURGA BAGI KAU
DIA SENDIRI TIDAK MASUK KEDALAMNYA
MATIUS 23:13
PAHAM KAU UMMAT KRISTEN YANG DIBUAT PAULUS ?
September 20, 2015 at 7:28 am
gue PEGANG KUNCI Kerαȷααn Sᴏrɡα
Ϻαtiυs 16:19. Keραdαmυ αkαn Kυberikαn KUNCI Kerαȷααn Sᴏrɡα…
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
Wαhyu 20:15. Dαn setiαp orαng yαng TIDAK ditemukαn NAMANYA tertulis di dαlαm KITAB kehidupαn itu, iα DILEMPARKAN ke dαlαm LAUTAN API itu.
September 19, 2015 at 12:32 pm
YAHUDI ITU BANGSA SANGAT KEJI DAN JAHAT
ALLAH YANG MENGATAKAN DEMIKIAN
Yang akan dimusnahkan ALLAH
Yehezkiel 6 : 11 s/d 14
Beginilah firman Tuhan Allah, “Bertepuklah dan hentakkanlah kakimu ke tanah dan serukanlah,
‘Awas!’ Oleh sebab segala perbuatan kaum Israel
[[[ yang keji dan jahat,]]]
[[[ mereka akan rebah mati karena pedang,]]]
[[[ kelaparan,]]]
[[[ dan penyakit sampar.]]]
[[[ Yang jauh akan mati karena sampar,]]]
[[[ yang dekat akan rebah karena pedang,]]]
[[[ dan yang terluput serta terpelihara ]]]
[[[ akan mati karena kelaparan. ]]]
[[[ Aku akan melampiaskan amarah-Ku kepada mereka]]]
[[[ Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan mereka ]]]
[[[ dan tanahnya, ]]]
[[[[ di mana saja mereka diam ]]]
[[[ Kubuat menjadi musnah ]]]
[[[ dan sunyi sepi ]]]
JELAS MURKA ALLAH KEPADA YAHUDI
JELAS YAHUDI ITU AKAN DIMUSNAHKAN ALLAH
– Aku akan melampiaskan amarah-Ku kepada mereka
– Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan mereka dan tanahnya
di mana saja mereka diam
– Kubuat menjadi musnah dan sunyi sepi
JELAS YAHUDI ITU AKAN DIMUSNAHKAN ALLAH
Hosea 4:3
Engkau akan merana
Binatang darat , burung2 diudara bahkan ikan diair akan musnah
Tafsir :
ISRAEL itu akan merana
binatang darat, burung2 bahkan ikan diair akan musnah jelas srtinya MANUSIA AKAN MUSNAH PULA
Artinya tidak ada makhluk hidup yang tersisa di ISRAEL apalagi manusia .
Mereka musnah tidak tersisa seorangpun
JELAS ITU ARTINYA ADALAH PEMUSNAHAN YAHUDI
JELAS ITULAH YANG DIMAKSUD ALLAH MEMILIKI PERKARA
YAITU AKAN MEMUSNAHKAN YAHUDI
JELAS ITU PERHITUNGAN PASTI
TIDAK MUNGKIN ITU TIDAK AKAN TERJADI
PASTI AKAN TERJADI
Dan ingat !
Waktunya tidak akan lama lagi
Tanda2 nyata akhir zaman telah muncul
– Telah berdirinya NEGARA ISRAEL
– Telah muncul PEMIMPIN ISRAEL YANG KEJAM BERNAMA ARIEL (SHARON)
– Telah dikubur hidup2 ARIEL SHARON ( engkau ingin mati tapi mati lari dari padamu , suaramu sayup seperti arwah dari dalam tanah , nyawa Ariel Sharon itu tidak akan pernah dicabut oleh ALLAH)
Ariel Sharon itu koma bertahun-tahun , tidak bisa mati , dan akhirnya dikubur hidup)
– Yelah ditemukan METEOR untuk meremukkan ISRAEL
– Telah muncul PASUKAN YANG MEMBAWA PANJI2 HITAM
DAN DIMULAINYA PEMUSNAHAN YAHUDI
ADALAH DENGAN DIMULIANYA
JATUHNYA METEOR KE ISRAEL
September 19, 2015 at 12:39 pm
Anda ngedongeng apaan sih?
Ngedongengnya satu satu dong… Jangan kebanyakan…
September 19, 2015 at 12:40 pm
ini dongeng?
Hosea 4:3
Engkau akan merana
Binatang darat , burung2 diudara bahkan ikan diair akan musnah
kau saja yang sangat bodoh
September 19, 2015 at 12:53 pm
Hosea 4:3 Sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh penduduknya akan merana; juga binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di laut akan mati lenyap.
Jawabannya mudah yaitu dari perikopnya yang berkata “menentang imam dan bangsa yang tidak setia”
September 19, 2015 at 1:01 pm
Luar biasa bodohnya kau menafsir
Bahkan ikan diair akan musnah
MASIH ADA YANG TERSISA YAHUDI ITU ?
September 19, 2015 at 1:14 pm
Mana ayat pemusnahan Israel? Tapi jangan banyak banyak ya…
September 19, 2015 at 1:17 pm
1/3 dari padamu tewas karena kelaparan dan sampat penyakit
1/3 dari padamu tewas karena pedang
1/3 dari padamu akan dikejar keseluruh dunia dan ditusuk dari belakang
Yehezkiel 5:12
Masih ada yang tersisa YAHUDI itu ?
September 19, 2015 at 1:22 pm
Yehezkiel 11:10
Engkau berebahan karena pedang
Bagaimana ALLAH merancang Yahudi itu DIPENGGAL DENGAN PEDANG ?
Ingat
Yang memakai PEDANG ITU HANYA BANGSA ARAB
September 19, 2015 at 1:43 pm
Yehezkiel 11:10 Kamu akan berebahan karena pedang dan di tanah Israel Aku akan menghukum kamu; dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.
Jawabannya mudah yaitu perikopnya yang berkata “pemimpin pemimpin israel dihukum”
Wajarlah Israel dihukum, karena Israel adalah umat kesayangan TUHAN.
Mazmur 135:4 Sebab TUHAN telah memilih Yakub bagi-Nya, Israel menjadi milik kesayangan-Nya.
Wahyu 3:19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Coba anda baca perikop selanjutnya yang berkata “janji pembaharuan Israel”
Karena TUHAN itu:
Ulangan 32:39 Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang MEMATIKAN dan yang MENGHIDUPKAN, Aku telah MEREMUKKAN, tetapi Akulah yang MENYEMBUHKAN, dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.
Itulah TUHAN yang bertanggung jawab….
September 19, 2015 at 1:45 pm
Musnah tidak kaum setan YAHUDI itu ?
September 19, 2015 at 6:49 pm
©λɭieɳ Sαγs: INI CARA DIALOG
KAU TANYA AKU JAWAB
KAU JAWAB KALAU DITANYA
emαng elu PERNAH NGEJAWAB…ʔʔ
PERTANYAAN elu dαri KESIMPULAN elu, bαgαimαnα bisα DIALOG !!
September 20, 2015 at 2:55 am
Kerjamu hanya berbohong
Hosea 4:2
PAHAM KAU UMMAT SETAN YAHUDI ?
September 20, 2015 at 7:30 am
emang gue kayak elu dan golongan elu yg hobby berbohong dan gak fair…??
ngecopas ayat diubah agar sesuai ama otak elu…
September 19, 2015 at 6:51 pm
TUHAN orang islam adalah muhammad
kalau nyebut yang laen diketawain..tapi kalau nyebut muhammad..??
Ketahuan kalau orang islam LEBIH MEMULIAIN muhammad daripada Allah!!
September 20, 2015 at 3:26 am
KAU MULIAKAN PAULUS SI PEMBUNUH TUHAN KAU
KAUM SETAN FARISI YANG DIKUTUK KE NERAKA
KAUM SETAN FARISI PEMBUNUH NABI2
KENAPA KAU MULIAKAN SETAN ITU
DENGAN KAU MASUK AGAMANYA?
September 20, 2015 at 7:31 am
bukannya elu yg memuliain muhammad ama Paulus…
gue ANTI MEMULIAIN MANUSIA SELAIN ALLAH tahu…!!
September 20, 2015 at 7:32 am
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…ʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 19, 2015 at 1:23 pm
@murtadin kafirun,
KOMENTAR ANDA:
Jawabannya mudah yaitu dari perikopnya yang berkata “menentang imam dan bangsa yang tidak setia”
TANGGAPAN SAYA :
Memang Allah sejati akan MENGHUKUM mereka yang tidak setia dan mematuhi perintahNya, TIDAK SEPERTI AWLOH SWT, nabinya cabul pun diberikan fasilitas Halal.
Tapi……., Allah sejati sudah mengampuni dan MEMULIHKAN BANI ISRAEL.
—— PEMULIHAN ISRAEL, PENGEMBALIAN KE TANAH PERJANJIAN —–
NUBUATAN NABI AMOS :
GAMBAR : WILAYAH ISRAEL DARI 1946 – 2005
Israel : Warna Putih, Palestina : Warna Hijau.
KETERANGAN :
Nabi Amos hidup di tahun 750 sebelum Masehi dari daerah Selatan Israel (Yudah), namun , dia banyak melayani di daerah Utara Israel. Nubuatannya yang terkenal adalah mengenai PEMULIHAN ISRAEL DENGAN KEMBALINYA ISRAEL KE TANAH PERJANJIAN, 2700 TAHUN SEBELUM BERDIRINYA NEGARA ISRAEL.
NUBUATAN NABI AMOS :
Amos 9:11-15
(11) Pada hari itu (14 Mei 1948), Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala,
(14) Aku akan MEMULIHKAN kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya.
(15) Maka Aku akan MENANAM MEREKA DITANAH MEREKA, dan mereka TIDAK AKAN DICABUT LAGI DARI TANAH YANG TELAH KUBERIKAN KEPADA MEREKA , ” firman TUHAN, Allahmu.
Note : Pada ayat 15, Amos mengatakan bahwa ISRAEL TIDAK AKAN DICABUT LAGI DARI TANAH YG TELAH DIBERIKAN KEPADA MEREKA.
September 19, 2015 at 1:25 pm
TO : All
— KEMERDEKAAN ISRAEL TAHUN 1948 & NEGERI YANG DIJANJIKAN —
KITAB KELUARAN (PERJANJIAN LAMA) 13:1,5 , 33:1
1. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
5. Apabila TUHAN telah membawa engkau ke negeri orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Hewi dan orang Yebus, negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepadamu, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, maka engkau harus melakukan ibadah ini dalam bulan ini juga.
Keluaran 33 : 1. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau dan bangsa itu yang telah kaupimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu–
GAMBAR :
Pada tahun 1948, Inggris dan negara-negara sekutu dengan resolusi PBB November 1947 dalam rangka MENYELESAIKAN MASALAH PENGUNGSI YAHUDI DI EROPAH SETELAH KEKALAHAN JERMAN DAN KEMATIAN HITLER, membawa bangsa Israel kembali ke Palestina, Tanah yang dijanjikan Allah kepada Musa untuk Umat Israel, dan kemudian Israel memproklamirkan kemerdekaannya, dan diakui oleh Amerika dan Rusia.
Jadi….., HITLER LAH YANG BERJASA DALAM PENDIRIAN NEGARA ISRAEL !!
NUBUATAN NABI YESAYA
KETERANGAN :
Nabi Yesaya yang hidup pada abad ke-8 SEBELUM MASEHI, BERKHOTBAH DI KERAJAAN YUDAH, SEBELAH SELATAN ISRAEL. Nubuatannya yang terkenal adalah mengenai KEMBALINYA bangsa Israel ke Negeri yang dijanjikan, dan BANGSA-BANGSA LAIN AKAN MENGANTAR BANGSA ISRAEL KE NEGERINYA.
Sungguh JITU nubuatan nabi Yesaya 2800 tahun sebelum kemerdekaan Israel, mengingat TIDAK MUNGKIN BANGSA YAHUDI YANG HIDUP DI EROPAH SEBAGAI PENGUSAHA KAYA, mau kembali ke Tanah Perjanjian.
Allah sejati menggunakan TANGAN HITLER untuk mengusir Yahudi dari negara-negara Eropah, dan Inggris membawa mereka kembali ke tanah Perjanjian di Palestina.
Yesaya 14: 1-2
(1) Sebab TUHAN akan menyayangi Yakub dan akan memilih Israel sekali lagi dan akan membiarkan mereka tinggal di tanah mereka, maka orang asing akan menggabungkan diri kepada mereka dan akan berpadu dengan kaum keturunan Yakub.
(2) BANGSA-BANGSA lain akan MENGANTAR Israel pulang ke tempatnya, lalu kaum Israel akan memiliki bangsa-bangsa itu di tanah TUHAN sebagai hamba-hamba lelaki dan hamba-hamba perempuan. Demikianlah mereka akan menawan orang-orang yang menawan mereka dan akan BERKUASA atas para PENINDAS (ARAB) mereka.
Note:
Yang menarik dari Kitab Yesaya ini, adalah ke-akurasi-annya dalam ayat 2, dimana dikatakan bahwa BANGSA-BANGSA LAIN akan MENGANTAR Israel pulang ketempatnya. Inggris dan juga PBB mengantar bangsa Israel memperoleh Kemerdekaan Israel tahun 1948, dan Amerika serta Rusia merestuinya.
September 19, 2015 at 1:29 pm
Kau belajar saja ya PENDETA BODOH
3 Jt ORANG2 ISRAEL AKAN KELUAR DARI NEGARANYA
UNTUK MENCARI MATI
DENGAN DIPENGGAL PEDANG ARAB
September 19, 2015 at 6:52 pm
dαri Aisyαh rα, sαw bersαbdα:
“WAHYU itu dαtαng kepαdαku seperti BUNYI LONCENG.” (HR.Bukhαri,2)
dαri Abu Hurαirαh rα, sαw bersαbdα:
“LONCENG itu αdαlαh SERULING SYAITAN.” (HR.Muslim,5514)
Ape elu gαk CURIGE kαlαu qurαn itu WAHYU SYAITAN yα,,??
September 20, 2015 at 3:24 am
SALIB ITU PERLU KAU TAHU
SALIB YANG KAU MULIAKAN ITU
ADALAH ALAT SETAN YAHUDI BERNAPA PAULUS
MEMBUNUH NABI ISA ALMASIH
MEMBUNUH TUHAN KAU BERNAMA YESUS
ITU ALAT SANGAT SADIS
TIDAK BERPRIKEMANUSIAAN
BERHARI-HARI MANUSIA BARU MATI DENGAN TERSIKSA
MENDING DIPENGGAL
SATU MENIT MATI
TAPI KAU MULIAKAN ALAT SETAN YAHUDI FARISI ITU
DENGAN KAU MASUK AGAMA PEMBUNUH TUHAN KAU
SUDAH PAHAM KAU KELEDAI TOLOL ?
September 20, 2015 at 7:33 am
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…ʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 20, 2015 at 7:38 am
INILAH AWAL PEMUSNAHAN YAHUDI
PEMUSNAHAN YAHUDI DIMULAI DENGAN HANTAMAN BATU (METEOR)
September 19, 2015 at 1:27 pm
TO : ALL
—- KEMERDEKAAN ISRAEL, HITLER & NUBUATAN NABI YEHEZKIEL —
BERDIRINYA NEGARA ISRAEL & HITLER :
Setelah Perang Dunia II berakhir, yang menyisakan jutaan pengungsi Yahudi yang selamat dari Pembantaian Masal Hitler di Eropah. Tidak ada satu negarapun yg mau menerima seluruh pengungsi Yahudi, begitu juga, Inggris mencegah pengungsi Yahudi ini kembali ke Eropah dan pergi ke Cyprus, begitu juga Inggris menghindari konfrontasi dengan negara-negara Arab, dan menyerahkan masalah pengungsi Israel ke PBB.
Dalam bulan November 1947, PBB menyetujui Pembagian wilayah kekuasaan Inggris di Palestina, dengan menyerahkan sebagian kecil wilayah untuk Israel dan sebagian besar wilayah untuk Arab, dimana kota Yerusalem dibawah penguasaan International. Israel, terdesak oleh kebutuhan pengungsian bangsanya, menerima resolusi Pembagian Wilayah ini, sedangkan negara-negara Arab, menolaknya. Resolusi PBB ini disetujui oleh 33 negara, sedangkan 13 negara menolaknya, dengan Amerika dan Rusia mendukung Resolusi ini.
Pada tanggal 14-May 1948, Inggris menarik diri dari Palestina, dan pada hari itu juga, Israel mengumumkan Kemerdekaannya dengan David Ben Gurion sebagai Perdana Menterinya. Sebelas menit setelah pengumuman kemerdekaan ini, Amerika mengakui kemerdekaan Israel.
Delapan hari setelah pernyataan Kemerdekaan Israel, 7 negara Arab menyerang Israel, dan dikalahkan oleh Israel yang pada waktu itu, hanya berupa penduduk sipil dengan 5 senapan mesin dan 1 tank. (Baca mujizat dan kecerdikan Israel dalam perang 1948).
Jadi…, berdirinya Negara Israel adalah berkat :
1) Jasa HITLER yg menga-kibatkan Pengungsi Yahudi di Eropah,
2) Pembagian Wilayah Palestina oleh INGGRIS ATAS RESTU PBB,
3) dan PENOLAKAN ARAB atas Resolusi Pemisahan Wilayah Palestina, sehingga Israel bisa meluaskan wilayahnya. Kekuatan Israel bertambah dengan kembali-nya bangsa Yahudi yang telah di-cerai-berai-kan Allah sebagai hukuman bagi bangsa Yahudi dari perantauan di Amerika, Rusia, Timur Tengah dan negara-negara Eropah lainnya.
GAMBAR : KEMERDEKAAN ISRAEL 14 MAY 1948
NUBUATAN NABI YEHEZKIEL – PENYATUAN BANGSA ISRAEL.
KETERANGAN :
Nabi Yehezkiel hidup pada abad ke-6 sebelum masehi dan berkhotbah pada pembuangan Israel di Babyilonia sekitar tahun 593-571 sebelum Masehi.
Nubuatannya yang terkenal adalah mengenai Pemulihan Israel yang telah di-cerai-beraikan Tuhan sebagai hukuman, dan dikembalikan ke Tanah Perjanjian di Palestina, dengan mengalahkan bangsa Arab.
Yehezkiel 28:24-26
28:24 TUHAN berkata, “Negeri-negeri TETANGGA (ARAB) yang pernah menghina Israel, tidak lagi merupakan onak dan duri yang menyakiti Israel. Mereka akan sadar bahwa Akulah TUHAN Yang Mahatinggi.”
28:25 TUHAN Yang Mahatinggi berkata, “Aku akan MENGUMPULKAN orang-orang Israel dari negeri-negeri jauh di tempat mereka telah KU-CERAI-BERAI-KAN, dan semua bangsa akan tahu bahwa Aku suci. Bangsa Israel akan tinggal lagi di tanah mereka sendiri, tanah yang telah Kuberikan kepada hamba-Ku Yakub.
28:26 Mereka akan hidup dengan aman di situ dan membangun rumah-rumah serta membuat kebun-kebun anggur. Aku akan MENGHUKUM SEMUA TETANGGA MEREKA yang telah menghina mereka, sehingga Israel menjadi aman. Maka tahulah mereka bahwa Akulah TUHAN Allah mereka.”
Note :
Dalam ayat 25, Nabi Yehezkiel menubuatkan bahwa bangsa Israel yg telah TERCERAI-BERAI-KAN, akan dikumpulkan dari negeri-negeri jauh untuk kembali ke Tanah Perjanjian. Inilah ke-akurasi-an nubuatan nabi Yehezkiel.
Dalam ayat 24 dan 26 : Negeri-negeri Tetangga (Arab), akan dihukum, dan mereka TIDAK LAGI MERUPAKAN ONAK DAN DURI BAGI ISRAEL.
Terpujilah Tuhan bani Israel dan Umat Kristen ditempat yang MAHA TINGGI.
September 19, 2015 at 1:32 pm
AYAT PEMUSNAHAN YAHUDI
Yesaya 5:7
– [[[[[ menebang pagar durinya, ]]]]]
– [[[[[ sehingga kebun itu dimakan habis]]],
– [[[[[ dan [[[ MELANDA TEMBOKNYA ]]]
September 19, 2015 at 6:53 pm
elu umat Allah apa umat muhammad…??
September 19, 2015 at 6:54 pm
kalau elu umat muhammad kejadiannya kayak gini nich:
https://beritamuslim.files.wordpress.com/2010/05/nabi-palsu.jpg?w=374&h=269
September 19, 2015 at 6:56 pm
September 20, 2015 at 3:21 am
Kau tak kenal ALLAH
Kau ummat setan YAHUDI pembunuh nabi2 ALLAH
PAHAM KAU KELEDAI TOLOL ?
September 20, 2015 at 7:34 am
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…ʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 20, 2015 at 7:40 am
AL QURAN (QS 44:16)
Ingatlah hari ketika
[[[ Kami akan menghantam mereka ]]]]]]
[[[ dengan hantaman yang keras. ]]]]]]
Itu adalah hantaman batu (ASTEROID / Meteor)
Ayat itu di surat AD DUKHAN
Artinya ASAP KABUT
September 19, 2015 at 6:58 pm
orang islam itu Umat Allah apa umat muhammad ya…
kalau umat muhammad kejadian dah:
September 20, 2015 at 3:20 am
Kau tak kenal ALLAH
Kau ummat setan YAHUDI pembunuh nabi2 ALLAH
PAHAM KAU KELEDAI ?
September 20, 2015 at 7:35 am
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…ʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 20, 2015 at 7:41 am
Sangat jelas
Injil dan Al Quran
Menjelaskan kaitan erat
Akan dijatuhkannya batu (ASTEROID/Mateor) kepada Israel
September 20, 2015 at 7:36 am
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…ʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 20, 2015 at 7:43 am
SETELAH ITU MENYUSUL YEHUDA
ALIAS PENGIKUT YAHUDI
YAITU INGGERIS (Ibunya ISRAEL / Yang melahirkan ISRAEL)
AMERIKA (Tongkat KERAJAAN YANG SANGAT KOKOH)
KRISTEN yaitu UMMAT YAHUDI / Agama yang dibuat YAHUD
September 19, 2015 at 1:28 pm
TO : ALL
———– ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI – BOKO HARAM ——————
RAHMATAN TIL QELAMIN !!
GAMBAR : KORBAN SEORANG ANAK OLEH BOKO HARAM
KESIMPULAN :
Takdirnya si anak harus mati TERPANGGANG, Insya Awloooh, semua terjadi atas izin AWLOH SWT, BOKO HARAM hanyalah TANGAN AWLOH SWT untuk membunuh si anak.
JADI …., YANG KEJAM ADALAH AWLOH SWT !!
ISLAM AGAMA DAMAI…, RAHMATAN TIL QELAMIN !!
September 19, 2015 at 1:33 pm
SETAN YAHUDI ITU DIGIRING KELUAR DARI ISRAEL
YEHEZKIEL 11
(9) Aku akan menggiring kamu keluar dari dalamnya (DARI DALAM TEMBOK) dan menyerahkan kamu di tangan orang-orang asing dan menjatuhkan hukuman-hukuman kepadamu.
September 19, 2015 at 1:50 pm
Alkitab merupakan satu kesatuan, anda tidak bisa menyomot ayat yang satu dan membuang ayat lain…
Ulangan 32:39
Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang MEMATIKAN dan yang MENGHIDUPKAN, Aku telah MEREMUKKAN, tetapi Akulah yang MENYEMBUHKAN, dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.
Itulah TUHAN yang BERTANGGUNG JAWAB…
September 19, 2015 at 1:53 pm
Silahkan kau IMANI AYAT-AYAT YANG MENYENANGKAN HATI KAU
Salah YESUS KAU MENGUTUK PAULUS DAN KAU KE NERAKA ?
Mungkin ada ayat lain yang menyenangkan hati kau ?
SILAHKAN KAU IMANI AYAT ITU
September 19, 2015 at 2:01 pm
Bukankah Firman Allah itu harus diimani??
September 19, 2015 at 2:03 pm
Kenapa kau tidak percaya ALLAH memusnahkan YAHUDI karena membunuh nabi-nabi ?
Dan kau tidak percaya YESUS kau mengutuk PAULUS ke neraka dan kau ummatnya
KENAPA ?
KENAPA YANG KAU PERCAYA HANYA AJARAN PAULUS ?
September 19, 2015 at 6:59 pm
ALKITAB GAK BERUBAH dαn TETEP KONSISTEN
Ⅰ. BERIMAN kepαdα ALLAH Yαng ESA yαitu:
ALLAH ISRAEL itu Roh αdαlαh KASIH.
ALLAH ISRAEL yg di SERU dαlαm NAMA BAPA, YESUS KRISTUS dαn ROH KUDUS.
Ⅱ. QAIDAH yg DISYARI’ATKAN, αdαlαh PELAKU:
10 Firmαn Allαh dαlαm HUKUM TAURAT yg intinyα αdαlαh KASIH.
September 20, 2015 at 3:19 am
Kau menistakan ayat2ku
Yesaya 5:24
3 KITAB SUCI DIBERIKAN ALLAH KEPADA YAHUDI YAITU TAURAT , ZABUR DAN INJIL
YANG MANA DINISTAKAN YAHUDI SETAN ITU ?
TAHU KAU ?
INI YANG SANGAT BEJAT TIDAK TERAMPUNKAN
NAMA ALLAH DIUBAHNYA MENJADI YAHWEE , JESUS , ELOHIM
ALLAH dikatakannya PUNYA ANAK BERNAMA JE ZEUS
PAHAM KAU KELEDAI ?
September 20, 2015 at 7:42 am
ilah aja HERAN gimana ama manusia…ʔʔ
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…HERANʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 19, 2015 at 7:00 pm
Qs 2:143…Kαmi…MENJADIKAN KIBLAT…AGAR Kαmi MENGETAHUI, siαpα γαnɡ MENGIKUTI Ϻυhαmmαd dαn siαpα γαnɡ MEMBELOT…
Rαbb Negeri Mekαh TIDAK BISA MEMBEDAKAN yg mαnα PENGIKUT muhαmmαd TANPA ADANYA KIBLAT !!
September 20, 2015 at 2:48 am
BIANGKALA Says:
September 19, 2015 at 7:00 pm
Qs 2:143…Kαmi…MENJADIKAN KIBLAT…AGAR Kαmi MENGETAHUI, siαpα γαnɡ MENGIKUTI Ϻυhαmmαd dαn siαpα γαnɡ MEMBELOT
——————–
Itulah MENYEMBAH ALLAH
Dengan Kiblat ke arah BAIT ALLAH KABAH
Yahudi itu diberi BAIT ALLAH di YERUSALEM
TAPI dinding RATAPAN yang disembahnya
DAN KAU ?
KAU SEMBAH TUHAN BUATAN YAHUDI
Dari Nabi yang dibunuhnya dijadikannya TUHAN
KAU INGIN SETAN PAULUS ITU BERHASIL MEMBUNUH NABI ISA ?
BISA KAU JAWAB UMMAT SETAN FARISI ?
September 20, 2015 at 7:40 am
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…HERANʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 20, 2015 at 7:43 am
ilah aja HERAN gimana ama manusia…ʔʔ
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…HERANʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 19, 2015 at 1:30 pm
To : Muslim Oon,
Lien, KOMENTARMU :
– AZAB yang tidak pernah berhenti sampai hari kiamat
Adalah AZAB KEPADA YAHUDI
( Al QURAN)
YAHUDI ITU DI AZAB HITLER
TANGGAPAN AKU :
Lha.., Lien…, sekarang si Hitler dimana ?
Lha…, kok kebalikannya…, justru Yahudi yang berjaya.
GAMBAR : KEHANCURAN JERMAN (BERLIN), SAMA DENGAN GAMBAR KEHANCURAN ARAB.
September 19, 2015 at 1:34 pm
3 Jt ORANG2 ISRAEL AKAN KELUAR DARI NEGARANYA
UNTUK DIPENGGAL PEDANG ARAB
YEHEZKIEL 11
(10) Kamu berebahan karena pedang
September 19, 2015 at 7:01 pm
Qs 2:143…Kαmi…MENJADIKAN KIBLAT…AGAR Kαmi MENGETAHUI, siαpα γαnɡ MENGIKUTI Ϻυhαmmαd dαn siαpα γαnɡ MEMBELOT…
JOGGING αlα MONAS
Rαbb Negeri Mekαh TIDAK BISA MEMBEDAKAN yg mαnα PENGIKUT muhαmmαd TANPA ADANYA KIBLAT !!
September 20, 2015 at 2:49 am
BIANGKALA Says:
September 19, 2015 at 7:00 pm
Qs 2:143…Kαmi…MENJADIKAN KIBLAT…AGAR Kαmi MENGETAHUI, siαpα γαnɡ MENGIKUTI Ϻυhαmmαd dαn siαpα γαnɡ MEMBELOT
——————–
Itulah MENYEMBAH ALLAH
Dengan Kiblat ke arah BAIT ALLAH KABAH
Yahudi itu diberi BAIT ALLAH di YERUSALEM
TAPI dinding RATAPAN yang disembahnya
DAN KAU ?
KAU SEMBAH TUHAN BUATAN YAHUDI
KAU SEMBAH TUHAN BUATAN YAHUDI
Dari Nabi yang dibunuhnya dijadikannya TUHAN
KAU INGIN SETAN PAULUS ITU BERHASIL MEMBUNUH NABI ISA ?
BISA KAU JAWAB UMMAT SETAN FARISI ?
September 20, 2015 at 7:38 am
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…ʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 19, 2015 at 7:01 pm
Qs 2:143…Kαmi…MENJADIKAN KIBLAT…AGAR Kαmi MENGETAHUI, siαpα γαnɡ MENGIKUTI Ϻυhαmmαd dαn siαpα γαnɡ MEMBELOT…
JOGGING αlα PUSH-UP:
Rαbb Negeri Mekαh TIDAK BISA MEMBEDAKAN yg mαnα PENGIKUT muhαmmαd TANPA ADANYA KIBLAT !!
September 20, 2015 at 2:49 am
BIANGKALA Says:
September 19, 2015 at 7:00 pm
Qs 2:143…Kαmi…MENJADIKAN KIBLAT…AGAR Kαmi MENGETAHUI, siαpα γαnɡ MENGIKUTI Ϻυhαmmαd dαn siαpα γαnɡ MEMBELOT
——————–
Itulah MENYEMBAH ALLAH
Dengan Kiblat ke arah BAIT ALLAH KABAH
Yahudi itu diberi BAIT ALLAH di YERUSALEM
TAPI dinding RATAPAN yang disembahnya
DAN KAU ?
KAU SEMBAH TUHAN BUATAN YAHUDI
KAU SEMBAH TUHAN BUATAN YAHUDI
Dari Nabi yang dibunuhnya dijadikannya TUHAN
PADAHAL YUDAS ISKARIOT YANG DIBUNUHNYA
KAU INGIN SETAN PAULUS ITU BERHASIL MEMBUNUH NABI ISA ?
BISA KAU JAWAB UMMAT SETAN FARISI ?
September 20, 2015 at 7:37 am
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…ʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 20, 2015 at 7:39 am
dαri λƅυ Hυrαirαh rα, Ϻυhαmmαd ƅersαƅdα:
“Rαbb Negeri Mekαh HERAN terhαdαp kαum yαng mαsuk syurgα dαlαm keαdααn TERBELENGGU.” (HR.Bυkhαri,2788)
ups…nαpe HERAN γα…HERANʔʔ
yuk kitα HERAN…!!
September 19, 2015 at 1:35 pm
TO : OLIK, MUSLIM OON !
BENAR…, ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI, RAHMATAN TIL QELAMIN
GAMBAR : Pembunuhan oleh ISIS
September 19, 2015 at 1:37 pm
TO : MUSLIMS OON,
—– ISLAM AGAMA DAMAI, RAHMATAN TIL QELAMIN ————
GAMBAR : YAMAN WAR
QURAN :
SURAH AT-TAWBAH 5 DAN 14
• BUNUHLAH orang-orang kafir (Syiah) itu di mana saja kamu jumpai mereka. (Q.9:5)
• BUNUHPERANGILAH kafir, niscaya Allah akan MENYIKSA kafir dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan MENGHINAKAN kafir dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. (Q.9:14)
SURAH A-ANFAL 12 (QS. 8:12)
• Kelak akan Aku jatuhkan rasa KETAKUTAN (terj. Inggris; terror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka PENGGALLAH KEPALA orang kafir dan PANCUNGLAH tiap-tiap ujung jari orang kafir. (Q.8:12)
KESIMPULAN :
– ISLAM AGAMA DAMAI, RAHMATAN TIL QELAMIN !!
September 19, 2015 at 1:41 pm
KAU ADALAH YEHUDA
PENGIKUT KAUM SETAN YAHUDI
Yesaya 5:7
Anggur asam itu akan ”DITEBANG HABIS”
PAHAM KAU UMMAT SETAN YAHUDI ?
September 19, 2015 at 7:04 pm
om olik Sαys: ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI DUNIA AKHIRAT
SOMBONG dαn MUNAFIK elu om
Kecαtet dαlαm SURAH APA dαn AYAT BERAPA di qurαn yg nyebut KALIMAT DAMAI om, kαlαu SOMBONG dαn ANTI DAMAI αdα AYATNYA:
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
September 20, 2015 at 2:51 am
”Bunuhlah SETAN YAHUDI yang ingin membunuhmu”
”Penggal kepala mereka ”
Itu perintah ALLAH untuk membunuh NENEK MOYANG KAU SETAN YAHUDI YANG INGIN MEMBUNUH NABI MUHAMMAD
KENAPA KAUM SETAN PEMBUNUH ITU YANG KAU BELA?
DASAR UMMAT SETAN YAHUDI
September 20, 2015 at 7:17 am
kami DIBELA oleh ALLAH
elu NGEBELA rabb mekah tulkagak…!!
September 20, 2015 at 7:18 am
dαri Jαbir rα, sαw berѕαbdα:
“PERANG αdαlαh TIPU MUSLIHAT.” (HR.Мυѕlim,3273)
Apαpun αlαsαnnyα, TIPU MUSLIHAT αdαlαh HAK PATEN IBLIS
Ξƒesυs 6:11..TIPU MUSLIHAT IBLIS;
KEJAM…!! EKSPLOITASI ANAK2 dαn WANITA sebαgαi TAMENG…!!
September 19, 2015 at 1:38 pm
TO : ALL
GAMBAR : QURAN DAN RAHMATAN TIL QELAMIN
QURAN :
SURAH AT-TAWBAH 5 DAN 14
• BUNUHLAH orang-orang kafir itu di mana saja kamu jumpai mereka. (Q.9:5)
• BUNUHPERANGILAH kafir, niscaya Allah akan MENYIKSA kafir dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan MENGHINAKAN kafir dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. (Q.9:14)
SURAH A-ANFAL 12 (QS. 8:12)
• Kelak akan Aku jatuhkan rasa KETAKUTAN (terj. Inggris; terror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka PENGGALLAH KEPALA orang kafir dan PANCUNGLAH tiap-tiap ujung jari orang kafir. (Q.8:12)
SURAH AT TAWBAH 28 (Qs. 9:28)
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu NAJIS, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu KHAWATIR MENJADI MISKIN, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
SURAH AL-ANFAL 55 (QS. 8:55)
– Sesungguhnya Binatang MACHLUK YANG PALING NAJIS, paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang Kafir ,,,(QS8:55)
September 19, 2015 at 1:40 pm
Tidak lama lagi
ARAB AKAN DISATUKAN
Dan itulah saat SEMAKIN DEKATNYA
KAUM SETAN YANG KAU PUJA ITU
UNTUK DIMUSNAHKAN ALLAH
DAN KAU AKAN MENYUSUL KAUM SETAN ITU
September 19, 2015 at 7:05 pm
om olik Sαys: ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI DUNIA AKHIRAT
SOMBONG dαn MUNAFIK elu om
Kecαtet dαlαm SURAH APA dαn AYAT BERAPA di qurαn yg nyebut KALIMAT DAMAI om, kαlαu SOMBONG dαn ANTI DAMAI αdα AYATNYA:
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
September 20, 2015 at 2:53 am
BIANGKALA Says:
September 19, 2015 at 7:05 pm
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
=============
SANGGAH :
‘Bunuhlah SETAN YAHUDI yang ingin membunuhmu”
”Penggal kepala mereka ”
Itu perintah ALLAH untuk membunuh NENEK MOYANG KAU SETAN YAHUDI YANG INGIN MEMBUNUH NABI MUHAMMAD
KENAPA KAUM SETAN PEMBUNUH ITU YANG KAU BELA?
September 20, 2015 at 7:16 am
dαri Jαbir rα, sαw berѕαbdα:
“PERANG αdαlαh TIPU MUSLIHAT.” (HR.Мυѕlim,3273)
Apαpun αlαsαnnyα, TIPU MUSLIHAT αdαlαh HAK PATEN IBLIS
Ξƒesυs 6:11..TIPU MUSLIHAT IBLIS;
KEJAM…!! EKSPLOITASI ANAK2 dαn WANITA sebαgαi TAMENG…!!
September 20, 2015 at 7:38 am
TIDAK AKAN KIAMAT SEBELUM YAHUDI DIMUSNAHKAN ALLAH
SAMPAI TIDAK BERSISA SEORANGPUN DISELURUH DUNIA
(Hadist)
September 19, 2015 at 1:38 pm
Akan muncul pasukan membawa panji-panji hitam
Mendekati akhir zaman
Dia akan membunuhmu
ITULAH ISIS
Kejam
Muslimpun dibunuhnya
TAPI ITULAH CARA
MENYATUKAN ARAB YANG DIPECAH SETAN YAHUDI
DAN ITU ARTINYA
SUDAH SEMAKIN DEKAT
DIMUSNAHKANNYA KAUM SETAN YAHUDI ITU
September 19, 2015 at 7:08 pm
om olik Sαys: ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI DUNIA AKHIRAT
SOMBONG dαn MUNAFIK elu om
Kecαtet dαlαm SURAH APA dαn AYAT BERAPA di qurαn yg nyebut KALIMAT DAMAI om, kαlαu SOMBONG dαn ANTI DAMAI αdα AYATNYA:
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
September 20, 2015 at 3:15 am
BIANGTOLOLBERKALA Says:
September 19, 2015 at 7:05 pm
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
=============
SANGGAH :
‘Bunuhlah SETAN YAHUDI yang ingin membunuhmu”
”Penggal kepala mereka ”
Itu perintah ALLAH untuk membunuh NENEK MOYANG KAU SETAN YAHUDI YANG INGIN MEMBUNUH NABI MUHAMMAD
KENAPA KAUM SETAN PEMBUNUH ITU YANG KAU BELA?
KAU JAWAB KELEDAI TOLOL
September 20, 2015 at 7:14 am
gue DIBELA ama ALLAH…
elu TUKANG BELA rabb mekah betul…
September 20, 2015 at 7:15 am
dαri Jαbir rα, sαw berѕαbdα:
“PERANG αdαlαh TIPU MUSLIHAT.” (HR.Мυѕlim,3273)
Apαpun αlαsαnnyα, TIPU MUSLIHAT αdαlαh HAK PATEN IBLIS
Ξƒesυs 6:11..TIPU MUSLIHAT IBLIS;
KEJAM…!! EKSPLOITASI ANAK2 dαn WANITA sebαgαi TAMENG…!!
September 19, 2015 at 1:40 pm
TO : ALL
HUKUM MURTAD DALAM ISLAM
KARIKATUR : MURTAD
ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI, RAHMATAN TIL QELAMIN !!
September 19, 2015 at 1:43 pm
KAU ADALAH YEHUDA
PENGIKUT KAUM SETAN YAHUDI
Yesaya 5:7
Anggur asam itu akan ”DITEBANG HABIS”
PAHAM KAU UMMAT SETAN YAHUDI ?
3 Jt ORANG2 ISRAEL AKAN KELUAR DARI NEGARANYA
UNTUK MENCARI MATI
DENGAN DIPENGGAL PEDANG ARAB
TEMBOK ISRAEL ITU SEKARANG SUDAH DIDIRIKAN OLEH ISRAEL
INI AYATNYA :
Yesaya 5:7
– [[[[[ menebang pagar durinya, ]]]]]
– [[[[[ sehingga kebun itu dimakan habis]]],
– [[[[[ dan [[[ MELANDA TEMBOKNYA ]]]
YEHEZKIEL 11
(9) Aku akan menggiring kamu keluar dari dalamnya (DARI DALAM TEMBOK) dan menyerahkan kamu di tangan orang-orang asing dan menjatuhkan hukuman-hukuman kepadamu.
(10) Kamu berebahan karena pedang
Itulah hukuman kepada YAHUDI
ALLAH menggiring mereka keluar dari negaranya
ALLAH menggiring keluar dari TEMBOK yang telah mereka bikin
Dan PEDANG ORANG2 ARAB YANG MENUNGGU MEREKA AKAN MEMENGGAL MEREKA.
September 19, 2015 at 7:09 pm
om olik Sαys: ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI DUNIA AKHIRAT
SOMBONG dαn MUNAFIK elu om
Kecαtet dαlαm SURAH APA dαn AYAT BERAPA di qurαn yg nyebut KALIMAT DAMAI om, kαlαu SOMBONG dαn ANTI DAMAI αdα AYATNYA:
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
September 20, 2015 at 3:14 am
BIANGKALATOLOL Says:
September 19, 2015 at 7:05 pm
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
=============
SANGGAH :
‘Bunuhlah SETAN YAHUDI yang ingin membunuhmu”
”Penggal kepala mereka ”
Itu perintah ALLAH untuk membunuh NENEK MOYANG KAU SETAN YAHUDI YANG INGIN MEMBUNUH NABI MUHAMMAD
KENAPA KAUM SETAN PEMBUNUH ITU YANG KAU BELA?
DASAR UMMAT SETAN YAHUDI OTAK KELEDAI
September 20, 2015 at 7:12 am
dαri Jαbir rα, sαw berѕαbdα:
“PERANG αdαlαh TIPU MUSLIHAT.” (HR.Мυѕlim,3273)
Apαpun αlαsαnnyα, TIPU MUSLIHAT αdαlαh HAK PATEN IBLIS
Ξƒesυs 6:11..TIPU MUSLIHAT IBLIS;
KEJAM…!! EKSPLOITASI ANAK2 dαn WANITA sebαgαi TAMENG…!!
September 19, 2015 at 1:44 pm
TO : ALL
ISLAM, QURAN & HAK AZASI MANUSIA
GAMBAR : EQUALITY
KESIMPULAN :
PERSAMAAN HAK AZASI MENURUT ISLAM.
September 19, 2015 at 1:49 pm
Pasukan akhir zaman itu KEJAM
Dia akan ”’MEMBUNUHMU”
Itulah DALAM RANGKA PENYATUAN ARAB
Sudah semakin dekatnya KAUM SETAN YAHUDI ITU DIMUSNAHKAN ALLAH
ALLAH MENGGIRING YAHUDI KELUAR DARI ISRAEL UNTUK DIMUSNAHKAN
.
BAGAIMANA ALLAH MENGGIRING YAHUDI KELUAR DARI TEMBOK ISRAEL ?
DENGAN KELAPARAN HEBAT DAN SENGATAN BELALANG
Yehezkiel 5 : 16
[[[[[ tatkala Aku mendatangkan atasmu]]]]
[[[[[ kelaparan yang dahsyat,]]]]]
[[[[[ kelaparan yang dahsyat,]]]]]
[[[[ yang membinasakan,]]]]
[[[[ dan Aku mendatangkannya untuk membinasakan kamu]]]
[[[[, tatkala Aku memperdahsyat bencana kelaparan atasmu]]]
[[[[[ dan memusnahkan persediaan makananmu.]]]]
[[[[[ dan memusnahkan persediaan makananmu.]]]]
September 19, 2015 at 1:51 pm
YAHUDI ITU KELAPARAN
TERPAKSA KELUAR UNTUK MENCARI MAKAN
Yehezkiel 7 : 15 :
Pedang ada diluar kota, [[[ sampar dan kelaparan ]]] ada didalam.
Barang siapa (Warga Israel) yang berada diluar kota akan mati karena pedang, dan barang siapa yang berada didalam kota
[[[ akan binasa]]]
[[[ oleh kelaparan dan sampar]]]
September 19, 2015 at 1:54 pm
SETAN YAHUDI ITU DIGIRING KELUAR
Yehezkiel 11
(9) Aku akan menggiring kamu keluar dari dalamnya dan menyerahkan kamu di tangan orang-orang asing dan menjatuhkan hukuman-hukuman kepadamu
September 19, 2015 at 1:55 pm
SETAN YAHUDI YANG KELUAR
DAN SANGAT LAPAR
AKAN DIBERI MAKAN SEBELUM DIPENGGAL PEDANG ARAB
Yehezkiel 4 : 12 – 15
“Aku akan membuang orang Israel ke tengah-tengah bangsa-bangsa dan demikianlah mereka akan memakan rotinya najis di sana.”
September 19, 2015 at 2:19 pm
Alkitab merupakan satu kesatuan, anda tidak bisa menyomot ayat yang satu dan membuang ayat lain…
Ulangan 32:39
Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang MEMATIKAN dan yang MENGHIDUPKAN, Aku telah MEREMUKKAN, tetapi Akulah yang MENYEMBUHKAN, dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.
Itulah TUHAN yang BERTANGGUNG JAWAB…
September 19, 2015 at 2:21 pm
Islam is the best of the best of penggal penggalan…. Kawan atau Lawan sama saja…..
September 19, 2015 at 2:27 pm
Silahkan kau tidak percaya
Silahkan kau imani yang menyenangkan hati kau
ayat-ayat yang membuat kau akan kesurga
PAHAM KAU UMMAT YANG BODOH ?
PAULUS ITU TURUNAN ULAR BELUDAK
YANG DIOASTIKAN KE NERAKA
Matius 23:33
September 19, 2015 at 2:49 pm
Islam is the best of the best of penggal penggalan…. Kawan atau Lawan sama saja……
September 19, 2015 at 2:50 pm
Kenapa kau masuk agama setan farisi PEMBUNUH TUHAN KAU ?
September 19, 2015 at 7:10 pm
om olik Sαys: ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI DUNIA AKHIRAT
SOMBONG dαn MUNAFIK elu om
Kecαtet dαlαm SURAH APA dαn AYAT BERAPA di qurαn yg nyebut KALIMAT DAMAI om, kαlαu SOMBONG dαn ANTI DAMAI αdα AYATNYA:
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
September 20, 2015 at 3:13 am
BIANGKALABEBAL Says:
September 19, 2015 at 7:05 pm
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
=============
SANGGAH :
‘Bunuhlah SETAN YAHUDI yang ingin membunuhmu”
”Penggal kepala mereka ”
Itu perintah ALLAH untuk membunuh NENEK MOYANG KAU SETAN YAHUDI YANG INGIN MEMBUNUH NABI MUHAMMAD
KENAPA KAUM SETAN PEMBUNUH ITU YANG KAU BELA?
DASAR UMMAT SETAN YAHUDI
September 20, 2015 at 7:10 am
orang Kristen DIBELA oleh Allah lien…
September 20, 2015 at 7:11 am
dαri Jαbir rα, sαw berѕαbdα:
“PERANG αdαlαh TIPU MUSLIHAT.” (HR.Мυѕlim,3273)
Apαpun αlαsαnnyα, TIPU MUSLIHAT αdαlαh HAK PATEN IBLIS
Ξƒesυs 6:11..TIPU MUSLIHAT IBLIS;
KEJAM…!! EKSPLOITASI ANAK2 dαn WANITA sebαgαi TAMENG…!!
September 19, 2015 at 7:11 pm
om olik Sαys: ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI DUNIA AKHIRAT
SOMBONG dαn MUNAFIK elu om
Kecαtet dαlαm SURAH APA dαn AYAT BERAPA di qurαn yg nyebut KALIMAT DAMAI om, kαlαu SOMBONG dαn ANTI DAMAI αdα AYATNYA:
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
September 19, 2015 at 11:49 pm
سورة محمد أية 35 – Tafsir Ayat
فَلاَ تَهِنُوْا وَتَدْعُوْا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الأَعْلَوْنَ وَاللهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ.
Terjemahan Indonesia : 35. Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Terjemahan Ar Rahman : 35. (apabila kamu telah mengetahui Bahawa orang-orang kafir itu dihampakan amalnya dan diseksa oleh Allah) maka janganlah kamu (Wahai orang-orang Yang beriman) merasa lemah dan mengajak (musuh Yang menceroboh) untuk berdamai, padahal kamulah orang-orang Yang tertinggi keadaannya, lagi pula Allah bersama-sama kamu (untuk membela kamu mencapai kemenangan), dan ia tidak sekali-kali akan mengurangi (pahala) amal-amal kamu.
September 20, 2015 at 6:57 am
TO : BIANGKALA
—– SOMBONG TAPI BODOH SI MUSLIM INI YE —–
Qs 47:35. JANGANLAH kαmu LEMAH dαn MINTA DAMAI, pαdαhαl kαmu-lαh yαng di ATAS…
Lha…, si awloh swt itu guoblok temenan, mosok bilang si Muslims itu KUAT DAN TIDAK MAU BERDAMAI ??
—– PEDANG ARAB VERSUS RUDAL TOMAHAWK ——
GAMBAR : RUDAL TOMAHAWK
KESIMPULAN :
Wahyu awloh swt dalam Qs. 47:35 itu BOHONG, AWLOH SWT NGIBUL MELULU !!
September 20, 2015 at 7:08 am
tul kang…mosok damai pake logo SENJATA…??
September 20, 2015 at 7:09 am
September 20, 2015 at 7:19 am
dαri Jαbir rα, sαw berѕαbdα:
“PERANG αdαlαh TIPU MUSLIHAT.” (HR.Мυѕlim,3273)
Apαpun αlαsαnnyα, TIPU MUSLIHAT αdαlαh HAK PATEN IBLIS
Ξƒesυs 6:11..TIPU MUSLIHAT IBLIS;
KEJAM…!! EKSPLOITASI ANAK2 dαn WANITA sebαgαi TAMENG…!!
September 19, 2015 at 7:14 pm
Kesαksiαn perjαlαnαn Fαouzi Arzouni sαmpαi memperoleh Dαmαi Sejαhterα
September 20, 2015 at 7:06 am
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 19, 2015 at 11:53 pm
September 20, 2015 at 7:04 am
KASIHILAH MUSUHMU sekαlipun DIA sudαhTAK BERDAYA
September 20, 2015 at 3:29 pm
10.8
Maka tidaklah salah
“Separuh nabi aku kirim kepada engkau , engkau bunuh DAN engkau SALIBkan !”
(Matius 23:34)
Luar bisa SETANNYA YAHUDI
ALLAH dihina mereka dengan sangat luar biasa
Nabi2 dari ALLAH dibunuhnya
Termasuk Nabi ISA ALMASIH yang DISALIB MEREKA
SALAH ALLAH MEMINDAHKAN AGAMA DARI KAUM SETAN ITU KEPADA BANGSA ARAB ?
BISA KAU JAWAB KELEDAI TOLOL ?
September 20, 2015 at 12:02 am
September 20, 2015 at 2:02 am
Pilih mana:
Adam Alkitab atau adam muslim…yg benar dan akurat ?
September 20, 2015 at 2:54 am
Kau memilih dengan dengkul kau
Kau pilih SETAN FARISI YANG MEMBUNUH YUDAS ISKARIOT
Tidak percaya kau ALLAH menolong nabi Isa dari KAUM SETAN PEMBUNUH NABI2 ITU
DASAR KELEDAI
September 20, 2015 at 5:59 am
Alkitab adalah uang asli….
Alquran adalah uang palsu….
Uang asli pasti dipakai.,.. Karena bernilai…
Uang palsu pasti dibakar…. Karena tidak berguna….
Simple saja…
September 20, 2015 at 6:05 am
Kau pikir kulit kayu harus disimpan ?
Tak perlu dibakar?
Memang kau otak keledai
”Aku membuat al kitab bukan dari firman tuhan”
Itu kitab yang kau imani
buatan setan FARISI BERNAMA PAULUS
Untuk agama yang dibuatnya
paham kau UMMAT PAULUS ?
September 20, 2015 at 6:09 am
CELAKALAH ENGKAU YAHUDI FARISI
KAU PIKIR PAULUS TIDAK TERMASUK ?
September 20, 2015 at 7:00 am
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 20, 2015 at 7:01 am
jelas orang islam berada DILUAR PINTU SYURGA tulkagak
September 20, 2015 at 8:18 am
KAUM SETAN YAHUDI
TERMASUK PENGIKUT SETAN YAHUDI
AKAN DIMUSNAHKAN ALLAH
WAHYU 14 : 20
Dan buah-buah anggur itu
.[[[[[[ dikilang (di penggal) di luar kota ]]]]
.[[[[[[ dan dari kilangan itu mengalir darah, ]]]]]]
.[[[[[[ tingginya sampai ke kekang kuda]]]]]]
.[[[[[[ dan jauhnya dua ratus mil.]]]]]
Yehezkiel 11:10
Engkau “BEREBAHAN” karena “PEDANG”
.
September 20, 2015 at 4:56 am
Pada akhirnya didunia ini hanya ada 2 saja, yakni kebenaran dan tipu daya. Kebenaran selalu hadir terdahulu, kemudian tipu daya merusaknya. Selalu ada versi original…kemudian disesatkan dg versi palsu/bajakan….pola tipu daya ini sudah muncul sejak manusia pertama adam….
Aktornya sama yakni iblis….dari dulu hingga saat ini….
Pola tipu daya oleh iblis, Bapa pendusta…lihat kisah tipu dayanya ketika menipu manusia Hawa…
Kejadian 3:1-5 (TB) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”
Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati,
tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
Polanya selalu sama…..pertama gunakan firman Tuhan….lalu bumbui dengan dongeng dan putar balikkan…..dan tertipulah mangsanya……
Lihat pola yg sama juga digunakan nabimu…..comot ayat di Taurat…comot ayat di bible…bumbui dengan dongeng tanpa fakta…putar balikkan…untuk melawan Allah Elohim….dan arahkan untuk menjadi penyembah batu hitam.
Awalnya mengakui Allah Abraham…Ishak …Yakub..Musa…bahkan Yesus…..bahkan untuk meyakinkannya dengan dongeng bahwa mereka jg menganut agama yg sama dg sang nabi tersebut….padahal menurut bible…mereka tidak pernah mendirikan agama. Arah penyembahan jg awalnya meniru ke arah Yerusalem…..tapi pada akhirnya…diputar balikkan….untuk menjadi penyembah batu hitam….dan mendongeng bahwa fakta sejarah di bible dan taurat telah dipalsukan…..Sungguh pola yg sama yang dilakukan oleh iblis …bapa penipu…ketika menipu Hawa…
Kenapa nabi dan sang khairul Makirin bersekongkol untuk membuat dongeng tidak adanya peristiwa penyaliban , kematian dan kebangkitan Yesus?
Sejak awal Tuhan Elohim menetapkan bahwa manusia yang berdosa supaya dapat pengampunan dosa dan tidak dihukum haruslah melakukan korban penebusan dosa dengan penumpahan darah…itu dilakukan sejak manusia jatuh dalam dosa….diteguhkan lagi pada saat jaman abraham ….dan jaman musa…..hingga jaman Yesus hadir didunia. Ketentuan ini kekal …tidak pernah dibatalkan.. Korban inipun ditiru oleh nabimu itu….cuman sdh kehilangan makna…daging kurban hanya dibagi bagikan saja…padahal menurut Taurat….darah korban hrs dipercikkan ke mesbah dan dibakar…ini adalah bukti pemutarbalikkan fakta hasil persekongkolan nabimu dan khairul makirin. Ketentuan korban ini tdk bisa dibatalkan….krn firman Tuhan bersifat kekal….hal ini tidak seperti ayat dalam kitabmu yg bisa dibatalkan oleh ayat yg lain….apakah ini tdk membuktikan Allah ciptaan nabi palsu ini…tidak konsisten…tidak kekal?
Ini poin pentingnya….
Harus ada darah yang tertumpah untuk penebusan dosa…Yesus sendiri tahu misinya kedunia sebagai korban tebusan dosa umat manusia…makanya dia jauh jauh hari sebelum peristiwa penyaliban dia sudah menyatakan bagaimana ia harus mati dan hari ketiga akan bangkit. Dan smua peristiwa tsb tepat apa yg dikatakannya jauh jauh hari tersebut. Ini kesaksian matius….Yesus menggenapi nubuat Nabi Yesaya…
Matius 8:17 (TB) Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”
Yesus sebagai korban penebus dosa juga disaksikan oleh Yohanes pembaptis…
Yohanes 1:29-30 (TB) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.
Yesus sendiri tahu bahwa dia harus menderita untuk menebus dosa manusia dan bangkit pada hari yang ketiga….
Matius 20:17-19 (TB) Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan:
“Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.
Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”
Dan lihatlah kenapa dia disalib menurut bangsaYahudi yang menyalibkannya….karena Yesus mengatakan dirinya adalah Anak Allah…..lihat kesaksian Matius ini….
Matius 27:38-43, 64 (TB) Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya.
Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala,
mereka berkata: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!”
Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata:
“Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.
Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.”
Yang mendengar Yesus mengaku sebagai anak Allah gak cuman murid muridnya tapi juga orang yahudi, ahli taurat dan farisi yg membenci Yesus karena dosa dan kesalahannya dibongkar oleh Yesus….
Dan inilah fakta sejarah yg benar tentang kematian Yudas….menurut kesaksian matius yang hidup sejaman dengan Yudas….bahkan kematiannya jg memenuhi nubuat Nabi Yeremia beribu tahun sebelumnya…
Matius 27:3-10, 64 (TB) Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,
dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Tetapi jawab mereka: “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!”
Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.
Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: “Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah.”
Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing.
Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah.
Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel,
dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku.”
Mana yg kau percaya? Kesaksian banyak orang pada jaman dimana peristiwa terjadi pada abad pertama…atau kesaksian satu orang pada abad ke tujuh yg tidak bisa baca.
Iblis, Bapa pendusta, Khairul Makirin….tahu hal tersebut. Bahwa penebusan dosa harus melalui penyaliban dan kematian Yesus. Oleh karenanya…dia bersekongkol dg nabi palsunya untuk mengarang dongeng tentang tidak adanya kematian dan penyaliban Yesus, karena kalau penebusan dosa sdh dilakukan….maka tidak perlu ada agama lain, nabi baru dan kitab baru.
Makanya dikarangkanlah dongeng palsu…bahwa penyaliban tidak pernah ada, kematian dan kebangkitan yesus tidak pernah ada, dan kisah di bible dipalsukan. Semua ini tipu daya….supaya penipuan iblis tidak kelihatan.
Hal itu berhasil bagi orang yg tidak pernah mengenal dengan baik firman Tuhan Yang benar. Yesus memberi contoh….untuk mengalahkan tipu daya Iblis adalah dengan berpegang pada firman Allah yang benar..Firman Allah sesuai fakta sejarah….firman yg tertulis dlm Bible.
September 20, 2015 at 5:51 am
Pada akhir kehidupan
Hanya ada Surga dan Neraka
Sayang YESUS mengutuk kalian ke NERAKA
Matius 23:15
Karena kalian masuk agama PEMBUNUH NABI-NABI
Matius 23:34, 31, 33, 37
KAUM SETAN ULAR BELUDAK
Matius 23:33
Dan PAULUS ADALAH TURUNANNYA
Matius 23:31
YANG MEMBUNUH SATU NABI
KPR 26:15
NENEK MOYAYANGNYA MEMBUNUH SEPARUH NABI YANG DIKIRIM ALLAH KEPADA MEREKA
Matius 23:34
”Nerakalah engkau ULAR DAN TURUNAN ULAR BELUDAK”
Matius 23:33
September 20, 2015 at 6:59 am
tull…Prof, kαlαu si Ϻυhαmmαd UDE SELAMET tentu ude BERADA di DALAM PINTU SYURGA
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
Wαhyu 20:15. Dαn setiαp orαng yαng TIDAK ditemukαn NAMANYA tertulis di dαlαm KITAB kehidupαn itu, iα DILEMPARKAN ke dαlαm LAUTAN API itu.
September 20, 2015 at 8:17 am
Yesaya 5:7
Anggur asam itu akan “DITEBANG” habis
September 20, 2015 at 7:02 am
dαri Anαs ƅin Mαlik rα, sαw ƅerѕαƅdα:
“Akυ DATANG ke PINTU SYURGA ραdα hαri Kiαmαt MEMOHON sυραγα PINTU SYURGA DIBUKA.
Penȷαɡα sγυrɡα ƅertαnγα: ‘ENGKAU SIAPAʔ’
αkυ menȷαɯαƅ: ‘Ϻυhαmmαd!’.” (HR.Ahmαd,12143)
JELAS Ϻυhαmmαd GAK DIKENAL dαn BERADA di LUAR PINTU SYURGA!!
Yᴏhαnes 10:9. λkυlαh PINTU; ƅαrαnɡsiαρα MASUK MELALUI λkυ, iα αkαn SELAMAT…
September 20, 2015 at 8:12 am
YAHUDI ITU AKAN DIMUSNAHKAN TIDAK BERSISA
HOSEA 4:3
Bahkan bnatang didarat, burung diudara dan ikan dilaut akan musnah
September 20, 2015 at 6:35 am
Memang kau betul keturunan ular beludak yang menggunakan ayat Firman Tuhan untuk kepentinganmu sendiri…….
Matius 23 adalah peringatan yang diberikan oleh Yesus pada ahli Taurat dan kaum Farisi….
judul perikopnya saja….”Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi “….itu untuk orang Farisi dan Ahli Taurat saat itu……, yang suka menggunakan ayat firman untuk kepentingannya sendiri….Jarkoni ….iso ujar ora isa nglakoni, bisa kotbah namun tidak bisa mempraktekan…..itu yang Yesus kecam…..
Farisi saat ini, seperti pemimpin agama yang memanfaatkan ayat ayat tuhan utk kepentingannya sendiri, semisal untuk kekayaaan, supaya bisa nyabuli pengikutnya, kawin lagi atas nama ayat tuhan……siapa tuh????/
kamu bisa menjawabnya…..di agama kamu banyak tuh kejadiannya…banyak juga yg sudah jadi kasus di kepolisian….
jadi ayat itu bukan untuk orang yang percaya pada Yesus….jelas konteknya untuk orang Yahudi Farisi dan ahli Taurat….
termasuk kamu yang suka pakai ayat untuk tipu orang……jadi kamupun farisi….yang hapal kitabmu…tapi gak bisa mraktekin….
dah jelas kagak? kalau kau teruskan maka engkau memenuhi keturunan iblis…ular beludak….yang sukanya tipu daya orang untuk kepentingan sendiri….dg gunakan ayat…..dan kau telah belajar dengan baik pada sang Khairul Makirin…..sang penipu daya terbesar…..
Teruskan saja maka kau akan dapat peghukuman yang kekal…..jika kau tak bertobat…..
September 20, 2015 at 6:45 am
Kau masuk agama FARISI
Nerakalah engkau YAHUDI FARISI
Memang PAULUS tidak masuk ke NERAKA ?
Tidak kau tahu justru NABI ISA YANG DIBUNUH PAULUS BENGIS ITU
September 20, 2015 at 7:02 am
KASIHILAH MUSUHMU dαn JANGAN MENGQISHASH
September 20, 2015 at 7:42 am
SANGAT JELAS
TIDAK TERBANTAHKAN
ALLAH YANG AKAN MEMUSNAHKAN YAHUDI
SAMPAI TIDAK BERSISA SEORANGPUN
DISELURUH DUNIA
September 20, 2015 at 7:51 am
Kenapa anda masuk agama teroris buatan Muhammad?
September 20, 2015 at 8:10 am
Kau salinkan FITNAH KAU KEPADA NABI MUHAMMAD SEKARANG
September 20, 2015 at 10:11 am
Kenapa anda masuk agama teroris buatan Muhammad? Anda tidak mampu menjawab?
September 20, 2015 at 10:33 am
Kisah Para Rasul 26:12-16 (TB) “Dan dalam keadaan demikian, ketika aku dengan kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik,
tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.
Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.
Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu.
Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.
Lienn……Komenmu yg mengatakan Isa dibunuh Paulus berdasar KPR 26:15 , aku kutipkan lebih lengkap diatas……
Membuktikan bahwa kau pemutar balik fakta untuk tujuan tipu daya seperti Bapa pendusta…khairul makirin.
Ayat yg kau kutip adalah cerita pertobatan paulus, ketika menganiaya jemaat kristen, yang sama dengan menganiaya Yesus…..Kalau kau tidak tahu…..bertanyalah ……bukan malah memutar balikkan fakta.
Jangan mau tertipu perkataan orang arab…..pemimpin agamamu……apalagi berjuang menyebarkan tipu dayanya….
Bertobatlah mumpung kau msh diberi kesempatan……
September 20, 2015 at 11:09 am
PAULUS PENDIRI KRISTEN ITU
DIA ADALAH TURUNAN FARISI
DIA ADALAH YAHUDI FARISI
September 20, 2015 at 7:03 am
KASIHILAH MUSUHMU dαn JANGAN MENGQISHASH
September 20, 2015 at 7:41 am
Hantaman NETEOR yang akan menimbulkan ASAP / KABUT
Di INI diceritakan pula
Matius 21 : 44
[[[ Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu]]]
[[[ , ia akan hancur ]]]
[[[ dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk]]]]]]”
BATU ITU ADALAH METEOR / ASTEROID
ITULAH AWAL PEMUSNAHAN YAHUDI
September 20, 2015 at 7:04 am
KASIHILAH MUSUHMU sekαlipun DIA sudαhTAK BERDAYA
September 20, 2015 at 7:39 am
AWAL PEMUSNAHAN YAHUDI DENGAN BATU METEOR
[QS 44.16]
ASTEROID YANG MENUJU BUMI (MENUJU ISRAEL) :
– SUDAH DITEMUKAN TAHUN 2002
– DIAMATER 2 KM,
– KECEPATAN 28 KM / DETIK,
– JARAK SAAT DITEMUKAN 9 MILYAR KM
September 20, 2015 at 10:13 am
Mau dialog agama atau astronomi?
September 20, 2015 at 10:44 am
Lien…..
Kalau bernubuat jangan asal…….
Nabimu aja yg mengatakan telah dinubuatkan di injil…..ternyata gak pernah ada di injil…..hanya gunakan ilmu “otak atik gatuk”
Nubuat dr musa untuk Yesus dikatakan untuknya….
Janji Yesus untuk memberi Roh Kudus jg dicurinya utk dikatakan nubuat bagi dirinya…..
Sekarang kau juga ikut ikutan Lien……
Benar benar parah….
September 20, 2015 at 11:07 am
SEBAIKNYA KALIAN MENGENAL DULU SI PAULUS
SI PEMBUAT AGAMA KRISTEN
PERHATIKAN BAIK-BAIK
September 20, 2015 at 11:12 am
BELAJAR SAJA YA SOAL PAULUS
YAHUDI FARISI ITU
KAUM YANG KERAS MENENTANG AJARAN DARI ALLAH
KAUM BEJAT PEMBUNUH NABI2
PAULUS ADALAH TURUNANNYA
(MATIUS 23:31)
PAULUS ITU DIKATAKAN TURUNAN ULAR BELUDAK
Matius 23: 33
September 20, 2015 at 11:19 am
Emang kau kenal paulus Lien?
Pakai buku apa?
Karangan orang Arab?
Ya……pasti salah mulu…..kitab yg katanya dr Awloh aja byk salah…..gak sesuai fakta sejarah……gak sesuai fakta sains….
Apalagi…..karangan pengikut nabinya….paling kayak elu Lien, putar balikin fakta….trus kalao gak sesuai dg dokumen sejarah…..paling elu bilang…..buku / dokumen sejarah telah dipalsukan oleh orang yahudi/kristen…..kayak kata kitab elu…yg katanya langsung dari Awloh…
.
Mikir to Lien…..dah lama debat, elu kagak tahu dah dibohongin ama orang arab……
September 20, 2015 at 11:23 am
MAKANYA KAU BELAJAR SIAPA PAULUS
PAULUS SI PEMBUAT AGAMA KRISTEN
ADALAH BANI ISRAEL DARI YAHUDI FARISI
– Aku adalah lah Yahudi Farisi ! ( KPR 23 : 6 )
“Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi;
September 20, 2015 at 11:59 am
Saulus memang orang farisi, anda tahu siapa orang farisi?
September 20, 2015 at 12:45 pm
SAULUS ALIAS PAULUS
SI PEMBUNUH NABI ISA ALMASIH
SI PEMBUNUH YUDAS ISKARIOT
SI PEMBUNUUH YESUS
SI TURUNAN PEMBUNUH NABI-NABI
SI TURUNAN ULAR BELUDAK
PAHAM ?
September 20, 2015 at 12:54 pm
PAULUS PERTAMA KALI MENGENALKAN AGAMA YANG DIBUATNYA YAITU AGAMA KRISTEN DI ANTIOKHIA
( KPR 11:26)
September 20, 2015 at 1:05 pm
SETELAH AGAMA YANG DIBUATNYA ”’SEMPURNA”’
PAULUS PULANG KE ROMAWI (dari Yerusalem)
DIA ”’MENJUAL”’ AGAMA YANG DIBUATNYA KEPADA RAJA ROMAWI YANG SAAT ITU MASIH MENYEMBAH DEWA ZEUS
September 20, 2015 at 1:06 pm
AGAMA PAULUS ”LAKU KERAS” DIBELI RAJA NERO
DAN DIBERLAKUKAN SEBAGAI AGAMA KERAJAAN ROMAWI
September 20, 2015 at 1:10 pm
RAJA SANGAT SENANG KARENA PAULUS MENGAJARKAN
– DEWA ZEUS BUKANLAH DEWA TETAPI DIA ADALAH TUHAN
– DEWA ZEUS MEMILIKI ANAK TUHAN BERNAMA JE ZEUS / JESUS CHRIST / YESUS KRISTUS
– PAULUS mengkombinasi dari ayat-ayat INJIL dengan mengajrkan JE ZEUS ITU ADALAH ANAK ALAH
– PAULUS mengajarkan kepada RAJA NERO bahwa ALAH menjelma menjadi manusia BERNAMA JE ZEUS
– JE ZEUS MENJELMA DI YERUSALEM DAN DIA ADALAH JELMAAN TUHAN ALAH
– JE ZEUS MATI DISALIB UNTUK MENEBUS DOSA2 RAJA DAN RAKYAT ROMAWI
– PAULUS MENGAKU SEBAGAI RASUL UTUSAN DARI TUHAN JE ZEUS
DAN
PAULUS MENJADI KAYA RAYA
HIDUP DISAMPING RAJA
SEBAGAI NABI / RASUL TERHORMAT
September 20, 2015 at 1:28 pm
nape muhammad gak diserupain saat nenggak racun di khaybar ya…??
September 20, 2015 at 1:42 pm
PAULUS SI PEMBUAT AGAMA KRISTEN
ADALAH BANI ISRAEL DARI YAHUDI FARISI
KAUM SETAN PEMBUNUH NABI2
September 20, 2015 at 1:29 pm
IMAN SEMPURNA di ISLAM αdαlαh KEBENCIAN
dαri Abu Umαmαh rα, sαw bersαbdα:
“Bαrαngsiαpα MEMBENCI kαrenα RABB mekαh, mαkα SEMPURNALAH IMANNYA.” (HR.Abu Dαwud,4061)
MEMBENCI orαng yg ANTI CIUM BATU tetαpi MENYAYANGI sesαmα PENCIUM BATU
September 20, 2015 at 1:37 pm
MARI KITA MENGENAL PAULUS
SI PEMBUAT AGAMA KRISTEN
PERHATIKAN BAIK2 YA UMMAT OTAK KELEDAI
September 20, 2015 at 1:30 pm
IMAN SEMPURNA di ISLAM αdαlαh KEBENCIAN
dαri Abu Umαmαh rα, sαw bersαbdα:
“Bαrαngsiαpα MEMBENCI kαrenα RABB mekαh, mαkα SEMPURNALAH IMANNYA.” (HR.Abu Dαwud,4061)
MEMBENCI orαng yg ANTI CIUM BATU tetαpi MENYAYANGI sesαmα PENCIUM BATU
September 20, 2015 at 1:39 pm
PAULUS SI LICIK ITU
MEMBUAT AGAMA ,
MENCIPTAKAN TUHAN,
MEMBUAT KITAB SUCI MEMBUAT AJARAN2 SPECTAKULER
dan
LUAR BIASA
MILYARAN ORANG BODOH MASUK AGAMANYA
September 20, 2015 at 1:33 pm
MARI KITA MENGENAL PAULUS
SI PEMBUAT AGAMA KRISTEN
DIA MEMBUAT AGAMA , MENCIPTAKAN TUHAN, MEMBUAT KITAB SUCI MEMBUAT AJARAN2 SPECTAKULER
MILYARAN MANUSIA DITIPUNYA
DIA ADALAH TURUNAN FARISI
KAUM YANG KERAS MENENTANG AJARAN DARI ALLAH
KAUM BEJAT PEMBUNUH NABI2
PAULUS ADALAH TURUNANNYA
(MATIUS 23:31)
PAULUS SI PEMBUAT AGAMA KRISTEN
ADALAH BANI ISRAEL DARI YAHUDI FARISI
– Aku adalah lah Yahudi Farisi ! ( KPR 23 : 6 )
“Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi;
PAULUS ADALAH SANGAT JELAS
SI PENDIRI AGAMA KRISTEN
PAULUS ITU SANGAT JELAS YANG MENDIRIKAN AGAMA KRISTEN
PAULUS PERTAMA KALI MENGENALKAN AGAMA YANG DIBUATNYA YAITU AGAMA KRISTEN DI ANTIOKHIA
( KPR 11:26)
SETELAH AGAMA YANG DIBUATNYA ”’SEMPURNA”’
PAULUS PULANG KE ROMAWI DAN ”’MENJUAL”’ AGAMA YANG DIBUATNYA KEPADA RAJA ROMAWI YANG SAAT ITU MASIH MENYEMBAH DEWA ZEUS
AGAMA PAULUS ”LAKU KERAS” DIBELI RAJA NERO
DAN DIBERLAKUKAN SEBAGAI AGAMA KERAJAAN ROMAWI
RAJA SANGAT SENANG KARENA PAULUS MENGAJARKAN
– DEWA ZEUS BUKANLAH DEWA TETAPI DIA ADALAH TUHAN
– DEWA ZEUS MEMILIKI ANAK TUHAN BERNAMA JE ZEUS
– JE ZEUS MENJELMA DI YERUSALEM DAN DIA ADALAH JELMAAN TUHAN
– JE ZEUS MATI DISALIB UNTUK MENEBUS DOSA2 RAJA DAN RAKYAT ROMAWI
– PAULUS MENGAKU SEBAGAI RASUL UTUSAN DARI TUHAN JE ZEUS
PAULUS MENJADI KAYA RAYA
HIDUP DISAMPING RAJA
SEBAGAI NABI / RASUL TERHORMAT
SERIAL PAULUS :
– SI PENDIRI KRISTEN YANG LICIK
– Si TURUNAN PEMBUNUH NABI2
– Si TURUNAN ULAR BELUDAK YANG DIPASTIKAN KE KE NERAKA (Matius 23:31,33)
– SI ‘’PENCIPTA TOKOH TUHAN’’’ YANG HEBAT BERNAMA JE ZEUS / JESUS / YESUS
SERIAL 1
PAULUS ITU MANUSIA HEBAT
MEMBUAT AGAMA YANG HEBAT DAN MENCIPTAKAN TUHAN YANG HEBAT DARI NABI ISA ALMASIH YANG DIBUNUHNYA DIJADIKANNYA RIWAYAT TUHAN CIPTAANNYA ‘DENGAN MENGGANTI NAMA ISA MENJADI JE ZEUS / JESUS / YESUS
SERIAL 2
PAULUS JELAS MENYESATKAN MILYARAN MANUSIA
KE NERAKA
BERNAMA UMMAT KRISTEN KARENA MENYEMBAH TUHAN BUATANNYA DARI NABI ALLAH YANG DIBUNUHNYA
SERIAL 3
BENARKAH PAULUS MEMBAWA UMMATNYA KE NERAKA DI MATIUS 23: 13, 15, 33 ?
IKUTI TERUS SAJIAN INI
SERIAL KE 4
PERHATIKAN BAIK2
Milyaran manusia mengimani agama KRISTEN
Agama yang dibuat oleh RASUL PAULUS
Milyaran manusia bernama KRISTEN
Dibawa PAULUS ke NERAKA
Nabi Isa mengutuk Farisi ke NERAKA di Matius 23:15
Dan PAULUS adalah Yahudi FARISI yang membuat agama Kristen dan yang MEMBUNUH NABI DARI ALLAH.
SERIAL KE 5
Kenapa KRISTEN tidak mengetahui SIAPA SEBENARNYA PAULUS?
Kenapa UMMAT KRISTEN tidak menyadari
Bahwa mereka akan dibawa PAULUS ke NERAKA ?
INI JAWABNYA :
September 20, 2015 at 1:33 pm
SERIAL KE 6
Ajaran KRISTEN adalah ajaran yang ditekankan oleh ‘”ULAMA2″ KRISTEN / PENDETA2 KRISTEN / VATICAN’
Bukan penekanan pada “MENGKAJI INJIL / MENAFSIR INJIL / BERPIKIR TENTANG AYAT2 INJIL’ ATAU memikirkan dengan “NALAR”
TETAPI AJARAN KRISTEN
“DITEKANKAN DENGAN DOGMA’’’
DOGMA ITULAH YANG MENYEBABKAN UMMAT KRISTEN LEBIH MENEKANKAN AJARAN DARI ‘’YANG DIAJARKAN‘’ BUKAN AJARAN YANG MEMERLUKAN BERPIKIR TENTANG APA YANG TERTUANG DI AL KITAB
SERIAL KE 7
LALU APAKAH YANG DIMAKSUD DOGMA ?
DOGMA adalah :
– “JANGAN ‘PENGETAHUAN KAU YANG SEDIKIT TENTANG INJIL, MENGALAHKAN CINTA ENGKAU KEPADA YESUS”
ARTINYA :
“KALIAN DILARANG BERTANYA KALAU ADA SESUATU YANG MEMBINGUNGKAN SOAL AYAT2 INJIL
SERIAL KE 8
CINTA KEPADA YESUS JAUH LEBIH PENTING DIBANDING AYAT2 APAPUN YANG ADA DI INJIL
SERIAL KE 9
‘’‘CUKUPLAH DENGAN CINTA KASIH YESUS KRISTUS , MAKA AKAN MEMBAWAMU KE SURGA BAPA, KARENA YESUS DISALIB ADALAH UNTUK MENEBUS DOSA2 KALIAN”
SERIAL KE 10
BAGAIMANA DOGMA
UNTUK MENGANTISIPASI PERSOALAN PAULUS YANG BEJAT ?
INI DIA :
KALAU PERSOALAN PAULUS DI MUNCULKAN
MAKA DOGMA PALING AMPUH ADALAH :
“PAULUS yang dulunya KEJAM , BENGIS berkelakuan sangat BEJAT, begitu dia mengikuti ajaran YESUS , maka “PAULUS ITU SUDAH BERTOBAT ”
Catatan :
10.1
Mungkinkah PAULUS bertobat ?
TIDAK MUNGKIN
PAULUS bertobat itu hanya tipuan
Bukankah “TOKOH YESUS” itu dia yang menciptakan?
Bagaimana DIA HARUS MEMUSUHI YESUS
SEMENTARA YESUS ITU ADALAH TUHAN CIPTAANNYA ?
JELAS DIALAH ORANG YANG PERTAMA-TAMA
YANG MENCINTAI TUHAN CIPTAANNYA
10.2
PAULUS DENGAN LICIK justru membuat
‘NERAKALAH ORANG2 YANG ANTI DENGAN KRISTUS’’
Sangat aneh !
Sangat jelas dia yang anti KRISTUS.
Sangat jelas dia yang membunuh KRISTUS
PAULUS LAH SANGAT JELAS
YANG PERTAMA-TAMA SI ANTI KRISTUS
Ada KRISTEN BODOH yang berani MEMBANTAHNYA ?
10. 3
PAULUS ITU BUKAN ANTI KRISTUS
DIA ANTI NABI ISA ALMASIH
NABI DARI ALLAH KE 24 UNTUK YAHUDI
10.4
SANGAT JELAS YANG DI MUSUHI PAULUS ITU ADALAH NABI ISA ALMASIH
MAKANYA NABI ISA DIBUNUHNYA DENGAN KEJI LUAR BIASA
MANUSIA BERJAM-JAM MATI SAMPAI SAKRATUL MAUT
BAHKAN BISA BERHARI-HARI
LUAR BIASA BENGISNYA PAULUS
MENGANIAYA SAMPAI MATI (KPR 26:15)
10.5
MENDING YUDAS ITU DI PENGGAL LANGSUNG MATI
MAKA TIDAK SALAH YUDAS YANG DISALIBNYA
HARUS DITOMBAK PERUTNYA
SAMPAI PERUTNYA TERBELAH DAN ISI PERUTNYA KELUAR
(KPR 1:18)
KARENA SUDAH HAMPIR MALAM
YUDAS ITU TIDAK MATI2
10.6
SETAN2 YAHUDI ITU TIDAK MAU ADA NABI YANG DIUTUS DARI ALLAH UNTUK KAUM MEREKA
MEREKA SANGAT MEMBENCI NABI2 DARI ALLAH YANG MUNCUL DITENGAH-TENGAH MEREKA
10.7
Tidak salah Ulangan 13: 1 s/d 5
Apabila muncul seorang nabi yang menunjukkan Mukjizat
Maka nabi itu harus dibunuh (dihukum mati)
10.8
Maka tidaklah salah
“Separuh nabi aku kirim kepada engkau , engkau bunuh DAN engkau SALIBkan !”
(Matius 23:34)
Luar bisa SETANNYA YAHUDI
ALLAH dihina mereka dengan sangat luar biasa
Nabi2 dari ALLAH dibunuhnya
Termasuk Nabi ISA ALMASIH yang DISALIB MEREKA
10. 9
BEJATNYA YAHUDI2 SETAN ITU
LUAR BIASA MEREKA MENGHINA ALLAH
MENGHINA NABI2NYA
MEMBUNUH NABI2 DARI ALLAH
MENGHINA AYAT2 DARI ALLAH (YESAYA 5:24)
10.10
SALAHKAH ALLAH AKAN MEMUSNAHKAN KAUM BEJAT ITU dan UMMATNYA SAMPAI TIDAK BERSISA ?
Wahyu 14:14,19,20
Yehezkiel 5:12, 11:10
Hosea 4:3 Matius 6:11
Yesaya 5:2, 7
10.11
SANGAT JELAS !
ALLAH AKAN MEMUSNAHKAN KAUM BEJAT YAHUDI
dan
YEHUDA (PENGIKUT KAUM YAHUDI)
SAMPAI TIDAK BERSISA
Ini ayatnya :
Wahyu 14: 14,19,20
Yehezkiel 5: 12 ; Yeh. 11:10
Hosea 4:3 Matius 6:11
Yesaya 5: 2, 7
YEHUDA DI Yesaya 5:7 ITU
yang AKAN IKUT DIMUSNAHKAN ALLAH
ADALAH
– Ibu yang melahirkan ISRAEL yaitu INGGERIS
(Yehezkiel 19:10,12)
– Tongkat Kerajaan yang sangat KOKOH yaitu Amerika
(Yehezkiel 19:11,12), (Yeremia 5:2)
– Pengikut Agama yang dibuat YAHUDI (FARISI/PAULUS) yaitu KRISTEN
Hadist:
Nabi Isa akan turun dari langit untuk ‘MEMATAHKAN SALIB”
Wahyu 14:14
Nabi Isa turun membawa SABIT YANG TAJAM
Yesaya 5:7
Untuk MENYABIT ANGGUR ASAM YAHUDI DAN YEHUDA
ADA YANG BERANI MENYANGGAHNYA ?
September 20, 2015 at 1:55 pm
Sudah ngedongengnya? Saulus melakukan hukum taurat gak ya?
September 20, 2015 at 1:57 pm
SAULUS ITU PEMBUNUH TUHAN KAU
KENAPA KAU MASUK AGAMA SETAN FARISI ITU ?
September 20, 2015 at 2:29 pm
Saulus melakukan hukum taurat gak ya?
September 21, 2015 at 3:40 am
Kaum setan YAHUDI itu MENISTAKAN AYAT-AYAT ALLAH
ALLAH MEMBERIKAN 3 KITAB SUCI KEPADA YAHUDI
TAPI KAUM SETAN ITU MENGHINA AYAT2 ALLAH
DAN YANG BEJAT LUAR BIASA
SETAN PAULUS ITU BUKAN MENGHINA AYAT2 ALLAH
BAHKAN DIA MEMBUNUH NABI ALLAH ISA ALMASIH
Paham KAU UMMAT SETAN YAHUDI
May 20, 2016 at 10:46 pm
tunggu nabi Isa al masih yang sebenarnya turun dan menghancurkan salib 🙂 dan “bodohnya” orang KRISTEN mempercayai yesus anak tuhan sedangkan tidak ada satu kutipan di injil manapun yang yesus sendiri berkata bahwa dirinya tuhan dan “tololnya” lagi masa ada anak tuhan. emang tuhan lu kucing ber anak pinak 🙂 tuhan dzat yang tidak beranak dan tidak diperanak 🙂