Refleksi : Masyaalloh! Rupanya Pastor Jones di Florida (USA) mempunyai banyak sobat di NKRI. Tidak satu pun Al Quran yang dibakar oleh Pastor Jones, gertak sambal Pastor Jones dilakukan oleh anak buahnya di NKRI yang berkopiah dan berjupah putih. Tidak tanggung-tanggung, sekaligus dibakar 50 Al Quran. Apa kata MUI? Apakah tidak ada yang protes ataukah lagi berteduh seperti katak di bawah tempurung?

Lebih dari 50 Al-Quran Dibakar di Cisalada
Bogor, Bingkai Merah – Lebih dari 50 Al-Quran dibakar di Kampung Cisalada, Desa Ciampea, kawasan pemukiman jama’ah Ahmadiyah. Al-Quran yang dibakar sama seperti Al-Quran yang digunakan umat Islam di seluruh dunia. Kejadian itu terjadi pada Jumat (3/10) sekitar pukul 19.30 WIB.

Peristiwa itu tidak mendapatkan perhatian dari media-media arus besar. Padahal sebelumnya, media-media arus besar memberitakan besar-besaran wacana pembakaran Al-Quran di Amerika. Tidak lama, wacana itu mendapat reaksi dari banyak kelompok Islam di dunia, termasuk di Indonesia.

Pembakaran Al-Quran merupakan bagian dari aksi penyerangan yang dilakukan sekitar 30 remaja ke arah Masjid At-Taufiq, pusat peribadahan jama’ah Ahmadiyah di Kampung Cisalada. Masjid itu pun tidak luput dari pembakaran.

Satu orang remaja yang tertangkap saat membakar Al-Quran mengaku berasal dari Kampung Pasar Selasa, berdekatan dengan Kampung Cisalada. Pelaku mengatakan disuruh oleh orang-orang dewasa di daerahnya. Menurut remaja itu, yang mengorganisir mereka berinisial LUK alias KOP.

Dua jam kemudian penyerangan kedua berlangsung. Sekitar 300 remaja dan dewasa dari beberapa kampung menyerang lebih beringas. Sekitar 32 rumah dirusak dan dijarah. Sebagian rumah habis dibakar. Termasuk gedung Madrasah Al-Munawaroh dan tempat tinggal Mubaligh. Sebelumnya, pelaku memadamkan listrik, membuat penerangan di kampung padam total.

Warga yang sebagian besar petani itu lari ke tengah sawah dan tanah makam saat terjadi penyerangan. Mereka hanya mengenakan pakaian seadanya. Harta benda mereka raib dijarah dan dirusak. Di dalam pelarian, mereka begitu tertekan dan kelelahan. Beberapa perempuan berusia lanjut pingsan. Sebagian dari meraka masih berada di dalam rumah dengan berlindung di bawah ranjang di tengah umpatan para pelaku. Pasrah dengan nasib mereka.

Penyerangan kedua terjadi karena adanya isu soal penusukan ke salah satu pelaku yang dituduhkan ke jama’ah Ahmadiyah saat penyerangan pertama. Hal itu dibantah oleh salah seorang pengurus Jama’ah Ahmadiyah Cabang Cisalada, Rahmat Ali. Rahmat mengatakan isu itu seakan sengaja dibuat untuk memprovokasi warga lainnya agar melakukan penyerangan dengan jumlah massa yang lebih banyak.

“Saat penyerangan pertama tidak ada dari jama’ah kami yang melakukan penusukan. Kami hanya menangkap satu remaja yang tertinggal saat membakar Al-Quran di dalam masjid. Itu pun langsung kami amankan untuk menghindari penganiayaan dari massa”, tutur Rahmat.

“Isu penusukan itu justru semakin mendiskriminasi kami sebagai korban”, lanjutnya.

Bahkan, enam warga Kampung Cisalada, termasuk seorang tokoh bernama Mubarak Ahmad, sempat diperiksa sewenang-wenang. Di dalam pemeriksaan, mereka mendapatkan perlakuan diskriminatif, intimidatif, pemaksaan agar mengaku, dan pelecehan terhadap agama yang mereka yakini. Mereka akhirnya dilepaskan karena tidak ada bukti.

Warga menyesalkan keterlambatan pengamanan dari pihak kepolisian atas kejadian itu. Padahal, pengurus sudah meminta pengamanan kepada pihak kepolisian setengah jam sebelumnya. Begitu pun setelah penyerangan pertama. Pihak kepolisian belum juga datang.

Modus penyerangan yang dilakukan pelaku mengarah ke aksi terorganisir. Menurut beberapa saksi, saat kejadian berlangsung, para pelaku memilih target rumah yang akan dirusak dan dibakar, menjadikan masjid sebagai sasaran utama, memobilisasi massa dengan bayaran uang, dan telah menyiapkan perangkat dan perlengkapan aksi.

Isu yang berkembang, aksi penyerangan diorganisir oleh Tim 40. Tim itu digerakan oleh ulama-ulama di luar Kampung CIsalada yang tidak suka kehadiran jama’ah Ahmadiyah. Mereka sejak dulu ditengarai melakukan beberapa upaya pembatasan beragama dan beribadah kepada jama’ah Ahmadiyah dengan cara menghasut warga dengan anggapan-anggapan buruk.

Tidak semua terhasut. ulama-ulama dan sebagian warga lain menepis hasutan itu dan masih bertoleransi kepada warga Ahmadiyah. Mereka ikut membantu jama’ah Ahmadiyah di dalam menyelesaikan persoalannya.

Atas kejadian itu banyak warga mengalami trauma, terutama anak-anak. Mereka yang rumahnya habis terbakar mengungsi ke rumah kerabatnya.

Basyirudin Ahmad, Ketua JAI Cabang Cisalada, mengatakan tidak akan ada serangan balasan kepada kelompok penyerang.

“Meski kami diperlakukan tidak adil, tetapi kami tidak akan pernah membalas kekerasan dengan kekerasan. Prinsip kami, Love for all. Hatred for no one, akan terus kami pegang”, tegas Basyirudin.

Meski demikian, warga Ahmadiyah mengharapkan adanya penegakan hukum atas kasus itu dan jaminan kebebasan dalam beribadah. Sebab, sejak tahun 2000 orang-orang yang melakukan penghinaan dan perusakan berbasis agama di Kampung Cisalada belum pernah ditindak tegas secara hukum oleh pemerintah.

Kasus gangguan beribadah terakhir terjadi pada Juli lalu. Tiang-tiang bangunan Masjid Al Taufiq dipotong paksa oleh aparat pemerintah dan sekelompok orang beserta ancaman. Kemudian menyusul penyegelan Madrasah Al Munawaroh oleh pemerintah setempat.

Rentetan dari perlakukan diskriminatif yang dialami jama’ah Ahmadiyah selama ini di berbagai tempat di Indonesia tidak mendorong pemerintah membuat kebijakan khusus untuk melindungi mereka sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi dan Pancasila.

Love for all. Hatred for no one, seharusnya juga diimani oleh pemerintah di dalam penyelenggaraan kebebasan beragama. Sehingga, dapat menjadi prinsip bagi semua orang di dalam kehidupan bermasyarakatnya. Kelak, kekerasan berbasis entitas sosial dan budaya hanya menjadi angin lalu. (bfs)

Komentar:

-Wew, malah orang islam yg bakar quran…bonus sama mesjid-nya sekalian ya…

-Jangan kaget soal kebrutalan orang-orang muslim sewaktu mereka menggebuk saingannya spt Ahmadiyah. Walopun puluhan Quran dibakar ataupun dikencingin, ada pengertian bahwa Quran dan Mesjid Ahmadiyah itu barang-barang yang haram.

Padahal Quran Ahmadiyah itu sama dengan Quran yang dimiliki oleh muslim lainnya.

Kenapa muslim selalu punya perangai brutal ?

Karna sepanjang hidup, mereka tidak pernah belajar utk punya etika spt orang-orang yang masih normal. Ditambah
keadaan sosial mereka yang miskin, terbelakang dan bodoh.

Lalu sekarang ada pertanyaan lain:

Kenapa muslim itu bodoh dan miskin ?

Ya balik lagi, spt anjing pengen gigit ekornya, karena selama hidup mereka juga tak pernah belajar hingga punya skill
yang dibutuhkan oleh kepentingan lingkungannya. Tak ada keahlian, nihil, nada, niet !

– ummat islam ini emang ummat konyol !!…
anak² SD, klas 5 sekarang ini udah diajarin “manasik”… ntu tuh ritual ibadah haji.. tapi gedean dikit malah bakarin Qurannya sendiri…

LANJUTKAN  !!!  ( jargonnya SBY kali ini tepat )

benar kata Gus Mus :
pencoreng citra Islam adalah orang Islam sendiri yang tidak mengerti banyak tentang Islam, tetapi berbicara, bahkan bertindak dengan mengatasnamakan Islam dan orang di luar Islam.

http://oase.kompas.com/read/2010/09/24/05411060/Ulama.Harus.Perbaiki.Citra.Islam-14

-ini kan ngebuktikan kebenaran Islam, dgn jadi Islam, maka orang boleh ngelakukan segala macam perbuatan dr ngebakar Quran, malak, ngerampok sampe ke merkosa ke siapa pun jg termasuk ke sesama orang Islam. Sebaliknya non Islam ga boleh ngelakukan apa jg ke orang Islam, nolak dipalak misalnya berarti nyawa bisa melayang.

Islam itu emang agama yg benar untuk segala macam bajingan keparat