Perisai.net – MUSLIM AS begitu berharap berita kematian pemimpin Al-Qaeda, memberikan pengaruh positif terhadap perbaikan citra Islam di kalangan mayarakat AS. Harapan itu rupanya tidak terwujud.
Hasil survey gabungan Ohio State University, Cornell University’s Survey Research Institute, dan University of New Hampshire Survey Center menyebutkan sentimen anti Muslim justru meningkat semenjak Navy Seals membunuh pemimpin Al-Qaeda dalam serangan 1 Mei di Pakistan. Beberapa minggu, sebelum kematian bin Laden, hampir setengah dari responden menggambarkan Muslim Amerika “dapat dipercaya” dan “cinta damai,”. Namun, setelah kematian bin Laden, prosentase kepercayaan masyarakat AS terhadap Muslim justru menurun.
Hasil lainnya disebutkan ‘ada kenaikan’ jumlah responden yang mengatakan kehadiran Muslim di AS meningkatkan risiko negara itu diserang teroris. Sebelum 1 Mei, hanya 27 persen yang percaya kehadiran komunitas Muslim meningkatkan risiko AS diserang teroris. Bulan berikutnya, prosentase itu meningkat menjadi 34 persen.
Hasil analisis juga menyebutkan kesediaan responden untuk memiliki teman seorang Muslim naik mencapai 9-20 persen. Namun, kondisi itu berbanding terbalik dengan tingkat kepercayaan responden terhadap rasa nasionalis komunitas Muslim. Disebutkan kepercayaan responden terhadap rasa nasionalis komunitas Muslim menurun dari semula 62 persen menjadi 52 persen.
Robert Jones, CEO Intitite of Religion Public Research yang bermarkas di Washington mengatakan padangan positif masyarakat AS terhadap Islam menurun dari semula 41 persen menjadi 30 persen semenjak 2005. Erosi pandangan positif itu, dikatakan Jones, akibat opini publik yang terbentuk oleh kalangan konservatif AS.
Kecenderungan itu, kata Jones, terekam dalam pembahasan media-media AS yang menyudutkan umat Islam lantaran kegiatan Bin Laden yang berbau terorisme dan peranan mayoritas Muslim Pakistan yang melindungi bin Laden. “Hiruk-pikuk pemberitaan media mengingatkan terorisme dan serangan 11 September,” kata peneliti Ohio State, Erik Nisbet. Menurut dia, masyarakat AS sudah terlanjur menyamakan Islam dengan terorisme.
Salam Al-Marayati dari Muslim Public Affairs Council, kelompok advokasi Muslim di Los Angeles sepakat dengan pernyataan Jones. Menurut dia, peranan media AS sangat berpengaruh terhadap pembentukan citra negatif umat Islam. ” Masyarakat AS, utamanya komunitas Muslim AS, memiliki pandangan yang sama soal Pakistan. Karena itu, Muslim AS perlu kerja keras untuk dapat menjawab segenap pertanyaan yang mengangkut keyakinannya,” kata dia.
Kesimpulan survei merupakan hasil analisa terhadap wawancara 500 responden di AS dengan rentang waktu antara April 7 hingga 1 Mei 2011. (© Republika)
August 7, 2011 at 12:14 pm
http://danish56.blogspot.com/2010/12/lima-hal-yang-salah-tentang-islam-yang.html
August 8, 2011 at 1:17 am
mantap nehh…..nampaknya kampanye anti islam oleh FF International,SIOA( stop islamisasai amrik), robert spencer, ,dan yang paling saya kagumi pamela Galler.dll..cukup berhasil
ini adalah kumpulan orang2 cerdas yang tidak bisa ditipu oleh mulut manis islam.
August 8, 2011 at 1:23 am
maklum aje rakyat amerika kan logikanya jeblok, di lain pihak logika jalan di pihak lain malah logika dijadiin tempat duduk. baca tuh link yang diatas
August 8, 2011 at 3:07 am
Kita ingat dulu, berbondong-bondong orang masuk agama Kristen adalah dipicu oleh tekanan-tekanan terhadap jemaat Kristen yang dilakukan oleh penguasa. Sekarang saat bagi Islam untuk mendapatkan hal yang sama, berbondong-bondong orang masuk agama Islam setelah para penguasa dan ekstrimis mendeskriditkan Islam dengan terorisme. Ekstrimis seperti FFI Internasional, SIOA, dan begundal lainnya ikut berperan mempromosikan Islam kepada masyarakat dunia melalui media. Tuhan bekerja dengan cara rahasia, membesarkan agamanya melalui tangan-tangan musuh-Nya.
August 8, 2011 at 4:02 am
apalagi kalau baca hidayatullah rubrik KDNY, ampir tiap minggu ada saja warga NY yang masuk islam. maksud hati ingin mematikan Islam tapi apa daya Islam justru berkembang
August 8, 2011 at 2:52 am
Fobia Islam yang menjangkiti para politisi dan media berhaluan ideologi Barat, menaburkan iklim kebencian Eropa terhadap Islam dan kaum Muslim sebagai bagian dari ‘Perang Melawan Teror’ (global war on terror) yang digaungkan Amerika.
Menurut pakar linguistik Amerika, Noam Chomsky, isu terorisme merupakan bagian dari newspeak alias wacana sepihak Amerika. Lihat saja, definisi terorisme menurut Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1378/2001 maupun Perppu No. 1 dan No. 2/2002 di Indonesia, tidak merumuskan dan memberi batasan-batasan jelas tentang pengertian “terorisme.”
Dari 44 organisasi di seluruh dunia yang didaftar US Departement of State sebagai “teroris”, kebanyakan adalah kelompok Islam yang memusuhi Amerika, dan Israel. Misalnya: HAMAS, Jihad Islam, Al-Aqsa Martyrs Brigade di Israel, kelompok Abu Sayyaf di Filipina, Islamic Movement of Uzbekistan (IMU) di Uzbekistan, Lashkar-e Tayyiba (LT)), Jaish-e-Mohammed (JEM), Harakat ul-Mujahidin di Pakistan dan Khasmir.
Padahal, merujuk data FBI selama periode 1982-1992, ternyata operasi teror yang terjadi di Amerika Serikat dilakukan non-Muslim. Misalnya: 72 teror oleh orang Puerto Rico, 23 oleh kalangan kiri, 16 serangan oleh kelompok Yahudi, 12 serangan oleh orang-orang Cuba anti-Castro.
Demikian pula, serangan bersenjata anti-Amerika di luar negeri umumnya di luar Dunia Islam. Misalnya, selama 1994 sebanyak 44 serangan terjadi di Amerika Latin, 5 kali di Asia, 5 kali di Eropa Barat, dan 4 kali di Afrika, serta 8 kali di Timur Tengah.
Dalam laporan bertajuk “Situasi Terorisme dan Laporan Tren 2010″, disebutkan bahwa dari 294 kasus terorisme di Eropa pada 2009, hanya satu yang dilakukan oleh Muslim.
Pengertian terorisme pun hanya terbatas pada orang atau organisasi saja, sehingga pemerintah zalim semacam Amerika dan Isreal tak termasuk teroris. Padahal, kedua negara ini telah menjalankan terorisme negara (state- terrorisme).
Menurut Robert Kagan, Amerika memang dibangun dengan falsafah teror. Pakar hubungan internasional dari Amerika ini, dalam bukunya Of Paradise and Power (2003), menguraikan falsafah politik luar negeri Amerika yang menganut paham Hobbesian. Melalui kekuasaan mutlak dan represif untuk menghindari anarki dan menjaga kehidupan agar tidak lagi “solitary, brutish, poor, nasty, and short”, Amerika memposisikan diri sebagai Leviathan alias Polisi Dunia untuk mewujudkan “The World Order”.
Pada 1833, militer Amerika menyerbu Nicaragua. Agresi menandai ekspansi militer AS ke negara-negara sekitarnya. Sampai tahun 1898, Amerika menginvasi tak kurang dari 11 negara yaitu Nicaragua, Panama, Haiti, Guam, Puerto Rico, Mexico, Hawaii, Cuba, Uruguay, Chili, Colombia.
Amerika juga memerangi negara-negara jauh di Asia seperti Cina,Vietnam, dan Jepang. Dan yang paling banyak diserbu Amerika adalah Dunia Islam (Arab, Timur Tengah, Afghanistan, Somalia, Dharfur, dll). Serbuan semakin intensif dan agresif setelah George W Bush menabuh genderang war on terror.
Akhirnya, seperti dikatakan Prof Richard Bulliet dari University of Columbia: “Orang-orang Amerika Serikat suatu ketika akan meyakini tanpa perlu bukti apa pun bahwa ancaman teroris selalu datang dari kaum Muslim fanatik”.
Muslim yang faham sejarah tdk akan lupa, bahwa kehancuran khilafah utsmaniyah dan perpecahan wilayah Islam menjadi bagian kecil merupakan buah karya kristen inggris, rusia, dls. Dan permusuhan mereka tidak akan berhenti sampai di sana, mereka tidak akan berhenti hingga Islam menjadi sejarah yang dilupakan. Dan terorisme adalah upaya membuat Islam menjadi tabu sehingga masyarakat menyingkirkannya.
August 8, 2011 at 3:08 am
REALITANYA INTELEKTUAL CINA YANG KINI ISLAM FOUNDER BANK SYARIAH MUAMALAT DR.SYAFII ANTONIO DI UNDANG KESONO DIMINTA MENJELASKAN PERIHAL BANK SYARIAH.KARENA AMIRIKA MAU BANGKRUT MEREKA MAU PAKAI SYARIAH.
KALAU AMIRIKA MULAI MAU PAKAI SYARIAH DALAM BANK INSYA ALLAH DIBIDANG2 LAIN MEREKA JUGA AKAN PAKAI.BUKANKAH ORANG2 NEGRO DI AMRIK NENEK MOYANG MEREKA DULU ISLAM.SEKARANG ANAK CUCUNYA UDAH BANYAK YANG BALIK KE ISLAM.
August 8, 2011 at 3:15 am
FAMOUS PEOPLE BACK TO ISLAM
August 8, 2011 at 9:25 am
Hidayatullah.com–Perkembangan Islam di Eropa mendapat perhatian khusus Dr. Muhammad Tohir, SPKJ, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur. Setidaknya, itu yang ia rasakan setelah beberapa waktu lalu berkunjung ke beberapa negara di Eropa.
“Islam di Eropa tidak seperti yang kita bayangkan. Di sana, Islam berkembang cukup menggembirakan,” kata Tohir yang juga Wakil MUI Jatim ini kepada hidayatullah.com Ahad (12/6) di ITS, Surabaya.
Seperti yang ada di Belanda. Negara yang pernah menjajah Indonesia itu, kata Tohir, jumlah umat Islamnya justru lebih besar dibanding Kristen.
“Saya pernah lihat angka statistik jumlah umat beragama di Belanda. Islam 13 persen, Kristen 11 persen selebihnya saya kurang tahu, mungkin ateis,” paparnya.
Dari angka itu, kata Tohir, Islam sebenarnya mayoritas, bahkan di atas jumlah umat Kristen. Angka itu menurutnya, indikasi bahwa Islam mulai diterima dan berkembang di Belanda. Apalagi, sisanya 76 persen, dugaan kuat mereka yang ingin masuk Islam, tapi masih terkendala budaya setempat. “Jika karena budaya memang agak sulit. Makanya, perlu strategi dakwah tersendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata Tohir, masjid di Belanda selalu ramai di saat shalat wajib. Itu ia pernah buktikan ketika ketika mengunjungi dua masjid dalam perjalanan dari Denhaag ke Leiden. “Ketika saya shalat di masjid di Denhaag, saya jumpai masjid penuh jamaah. Begitu juga ketika di Leiden, jamaah juga penuh, bahkan mengadakan taklim bersama,” katanya. Belum lagi bila hal itu ditambah perkembangan Islam di Rusia yang kain hari makin menggembirakan.
Fenomena itu, kata Tohir, berbanding terbalik dengan animo beragama umat Kristen. Umat Kristen mengalami degradasi dalam beragama. Hal itu bisa dibuktikan dengan sepinya tempat ibadah Kristen. ‘Karena sepi, banyak gereja yang dijual dan dijadikan masjid.
Fenomena itu tidak saja terjadi di Belanda, tapi juga di negera lainnya, seperti Jerman, Prancis dan lainnya. “Saya pernah ke negara tersebut dan apa yang terjadi di Belanda tak jauh beda di sana,” tutur penulis produktif buku-buku tentang kesehatan ini.
Menurutnya, kejadian itu kini menjadi perhatian serius negara-negara di Eropa. Mereka takut jika Islam mendominasi. Karena itu, kata Tohir, Eropa ingin mengakampayekan Islamophobia dengan berbagai cara.
August 8, 2011 at 2:12 pm
yang bikin penuh masjid tampangnya timur tengah apa bule?????
August 8, 2011 at 3:21 pm
Menurut Laporan Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman, jumlah orang yang masuk Islam di Jerman bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006, jumlah mereka yang menyatakan diri masuk Islam sekitar 4.000-an orang, sementara di tahun 2005, hanya sekitar 1.000 orang saja. Menurut Direktur Lembaga, Salim Abdullah,“Sedikitnya ada 18.000-an orang Jerman yang tercatat sudah masuk Islam.”
Majalah Time edisi 23 Mei 1988, dengan artikel berjudul “American Facing Toward Mecca”, mencatat jumlah 4.644.000 umat Islam pada saat itu serta lebih dari 600 buah Islamic Center di seluruh Amerika Serikat. Lalu majalah terkemuka itu memperkirakan: US Muslim are expected to surpass Jews in number and, in less than 30 years, become the country’s second largest religious community after Christians (“Muslim Amerika Serikat diperkirakan akan melampaui umat Yahudi dalam jumlah dan, dalam waktu kurang dari 30 tahun, menjadi komunitas agama terbesar kedua di negeri ini sesudah umat Nasrani”).
Perkiraan majalah Time di atas kini makin mendekati kenyataan. Hal ini diakui oleh majalah Nasrani terbesar di Amerika Serikat, Christianity Today, edisi bulan Maret 2005: Words unfamiliar to most Americans are now heard daily on the evening news: jihad, Islam, Allah, Quran, fatwa, imam, ummah, Ramadan. Today, there are approximately seven million Muslims and more than 13000 mosques in North America. Now the Muslims are our neighbors (“Kata-kata yang asing bagi kebanyakan orang Amerika kini terdengar sehari-hari pada berita petang: jihad, Islam, Allah, Qur’an, fatwa, imam, ummah, Ramadhan. Hari ini, terdapat sekitar tujuh juta Muslim dan lebih dari 13000 masjid di Amerika Utara. Sekarang orang-orang Muslim merupakan para tetangga kita”).
Majalah Islamic Horizons edisi Juli-Agustus 1990, yang diterbitkan oleh Islamic Society of North America (ISNA) di Amerika Serikat, mengutip hasil penelitian dari Worldwide Church of God, badan misionari Nasrani yang berpusat di California, terhadap tiga Abrahamic religions (“agama-agama Ibrahim”) yang dipublikasikan oleh majalah mereka, The Plain Truth. Menurut hasil penelitian itu, dalam kurun waktu 50 tahun (1934-1984) pemeluk agama Yahudi hanya meningkat 4%, sementara pemeluk Nasrani meningkat 47%, sedangkan pemeluk Islam meningkat 235%!
Meskipun Islam merupakan agama universal yang paling muda usianya, kini Islam menempati peringkat kedua terbanyak jumlah pemeluknya sesudah Nasrani. Dari seluruh penduduk bumi yang pada tahun 2005 mencapai 6,350 miliar, umat Islam berjumlah 1,550 miliar (24%), di bawah umat Nasrani (Katolik, Protestan, Ortodoks, Anglikan, Kibti, Maroni, Advent, dsb.) yang berjumlah 2,220 miliar (35%). Dalam majalah The Economist, edisi 13 September 2003, terdapat hasil survei “Islam and the West” yang menyatakan bahwa umat Islam di muka bumi berjumlah 1,5 miliar jiwa. Around one in four of the people in the world are Muslims. It is indeed the world’s fastest-growing religion (“Sekitar satu dari empat penduduk bumi adalah Muslim. Islam betul-betul agama yang paling cepat pertumbuhannya di dunia”), demikian komentar The Economist
Di benua Asia dan benua Afrika, Islam menempati peringkat pertama sebagai agama yang paling banyak pemeluknya, masing-masing berjumlah 1,068 miliar (27%) dan 422 juta (47%). Angka-angka yang akurat untuk setiap negara, insya Allah, akan kita perinci berdasarkan data yang tercantum dalam buku The World Almanac and Book of Facts 2005 (World Almanac Books, New Jersey) serta TIME Almanac 2005 with Information Please (Houghton Mifflin, Massachusetts).
Yang lebih menggembirakan, berbondong-bondongnya orang AS yang memeluk Islam. Harian The New York Times (22/10/2001) melaporkan ada sekitar 25 ribu orang Amerika yang kini telah beralih memeluk Islam sejak kasus 11 September. Jumlah yang cukup besar, karena pada saat normal hanya seperempat dari jumlah itu. Columbia News Service (22/3/2001), menulis ada sekitar 15 ribu orang keturunan Amerika Latin beralih dari Katolik dan memeluk Islam di AS. Mereka menyebar di berbagai kota meliputi Newark, Miami, Los Angeles dan New York.
Salah seorang di antara yang baru memeluk Islam adalah Ramaha. Perempuan ini adalah seorang karyawati yang sedang bertugas di pangkalan angkatan laut di Pelabuhan Mutiara (Pearl Harbour), Hawaii. Ketika Ramaha masih menganut Katolik, ia mengaku telah lama mengalami gejolak batin dan kebingungan, terutama tentang konsep Trinitas.
Ramaha kemudian mengikuti kajian pengantar Islam di Hawaii. Seminggu setelah tragedi 11 September, Ramaha memeluk Islam di sebuah masjid di Manoa, Hawai bersama puluhan orang lainnya. “Suatu perasaan yang sangat lengkap yang pernah saya rasakan, ketika saya menemukan agama ini,” ujarnya seperti ditulis oleh surat kabar lokal di Hawaii, The Honolulu Advertiser.
Presiden Assosiasi Muslim Hawaii, Hakim Ouansafi mengatakan, semenjak kejadian 11 September lalu, rata-rata ada sekitar 3 orang AS di Hawaii masuk Islam dalam sebulan. Bahkan, dua bulan setelah terjadinya kasus WTC, orang Hawaii yang masuk Islam meningkat sampai 23 kasus.
Inilah jawaban Allah atas penyematan terorisme kepada Islam, 11 September adalah awal promosi besar yang diberikan musuh Islam kepada Islam, dan berhasil menciptakan arus masuk mualaf. Alhamdulillah.
August 8, 2011 at 3:28 pm
Tingkat kepercayaan masyarkat AS terhadap muslim menurun, walau demikian pertumbuhan mualaf di dunia kian meningkat. Berkat ketidakpercayaan tersebut, banyak mualaf berbondong-bondong masuk Islam. Muslim menikmati ketidakpercayaan tersebut …
August 8, 2011 at 3:37 pm
mau ikutan???
August 8, 2011 at 8:38 pm
berapa jumlah total muslim di amrik sekarang????
berapa persen dari jumlah itu yang asli amrik???
sekarang artinya 2010 or 2011
August 9, 2011 at 1:40 am
mau ikutan sampeyan???
sedih konco2 sampeyan pada masuk islam
August 9, 2011 at 8:03 am
Someone and jack , sebaiknya tulisan di atas di sanggah secara ilmiah, jangan mengambil tulisan yang tidak ilmiah, dan satu hal lagi yang terpenting adalah kualitas iman seseorang bukan kuantitasnya, salah satu contoh masih ada orang yang menyebut nama Tuhan sambil membunuh orang apakah itu yang benar???? tolong direnungkan, kalian membanggakan agama kalian tetapi pada kenyataan tidak seperti apa yang dibanggakan.
August 9, 2011 at 9:35 am
Kesimpulan survei merupakan hasil analisa terhadap wawancara 500 responden di AS dengan rentang waktu antara April 7 hingga 1 Mei 2011. (© Republika)
bandingkan dengan judul tulisannya, apakah 500 orang sudah cukup mewakili suara seluruh rakyat Amerika??
dan siapa saja yang menjadi respondennya???
August 9, 2011 at 9:38 am
@Berahlaq : Jumlah atau persentasi muslim di AS adalah hal yang tidak terlalu menarik, yang menarik adalah bagaimana pertumbuhannya dari tahun ke tahun, meningkat atau menurun. Menurut penelitian Worldwide Church of God (WCG) dalam The Plain Truth, dalam kurun waktu 50 tahun (1934-1984) pemeluk agama Yahudi hanya meningkat 4%, sementara pemeluk Nasrani meningkat 47%, sedangkan pemeluk Islam meningkat 235%! Nah statistik inilah yang seharusnya menarik untuk diperhatikan atau ditanyakan oleh Kristian, karena badan misionaris California WCG saja sampe melakukan penelitian untuk mendapatkan data pertumbuhan tersebut. Berapa tingkat pertumbuhan pada tahun kemarin atau tahun sekarang? Cari saja sendiri dalam The Plain Truth, barangkali WCG masih fokus menggali data tersebut sampe sekarang.
@Atar : Sebaiknya anda belajar memahami ilmiah itu apa. Bagaimana anda mengatakan kutipan dari hasil penelitian kalangan anda / WCG sebagai perbuatan tidak ilmiah. Bagaimana anda mengatakan studi literatur berdasarkan data sekunder berupa data statistik adalah perbuatan yang tidak ilmiah. Sesuatu dikatakan penelitian tentu saja karena dilakukan berdasarkan metode ilmiah. Dan perbuatan mengutip hasil penelitian adalah cara ilmiah. Menyanggah fakta dengan fakta hasil penelitian berarti menyanggah secara ilmiah. Atau maksud anda data yang disampaikan WCG bukan hasil pengolahan data secara ilmiah / penelitian? Anda ini kebiasaan, menuduh tanpa mau menunjukan argumentasinya.
Saya sepakat dengan anda, kualitas iman itu lebih penting dari kuantitas perbuatan. Jangan sampai orang yang mengaku memiliki iman berperang, membunuh musuh dalam perang secara membabi buta tanpa panduan Tuhan sama sekali. Bukan soal berapa banyak kemenangan dalam peperangan yang dihitung, tetapi berapa banyak aturan Tuhan yang berhasil ditegakkan dalam peperangan. Seandainya kita berdua berhadapan dalam peperangan, saat anda akan membunuh saya, maka bagaimana anda membunuh saya, dengan cara yang Tuhan tunjukan atau cara anda sendiri. Jika anda menggunakan cara sendiri, maka anda membunuh tanpa nama Tuhan. Dan ini tidak benar. Sementara saya yang membunuh anda dalam peperangan dengan cara Tuhan, maka saya membunuh ada dalam nama Tuhan secara benar.
Tolong direnungkan, kalian mengomentari agama Islam tetapi pada kenyataannya tidak seperti apa yang anda ceritakan. Pantaslah sekiranya orang berbondong-bondong masuk agama Islam, karena cerita kalian adalah dusta, dan Islam memberikan penjelasan masuk akal.
August 10, 2011 at 4:11 pm
someone, anda katakan: jangan sampai membunuh musuh dalam peperangan secara membabi buta tanpa panduan tuhan sama sekali, saudara someone aliran apa yang yang anda yakini?? tuhan memandu peperangan? tuhan yang mana?? jelas bahwa tuhanmu dan Tuhanku berbeda , Tuhanku adalah Tuhan yang melarang peperangan , yang penuh kasih, Tuhan yang memaafkan Tuhan yang Maha adil . Bagaimana mungkin Dia mengatur strategi perang apalagi mengatur pembagian harta rampasan perang???? dan mengclaim 1/5 dari harta rampasan perang adalah miliknya??
Mengapa harus berperang?? kalau saja kita hidup saling mengasihi ( kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri ) maka tidak akan ada perang.
Mungkin saudara yang harus merenungkan, yang saudara yakini itu pengajaran dari manusia atau dari Tuhan yang sesungguhnya.
August 10, 2011 at 4:47 pm
Hidup di dunia ini tentu saja akan sangat indah jika tanpa peperangan. Kristian mengaku tidak diajarkan berperang dan muslim diajarkan berperang, tapi keduanya sama-sama diajarkan untuk menghindari peperangan. Tapi pertumpahan darah senantiasa terjadi di setiap kurun waktu hidup manusia. Dan sampai detik ini, semua agama tidak pernah berhasil membuat seluruh manusia berhenti berperang demi kemerdekaannya. Dan seandainya Yazuj dan Mazuz atau גוג ומגוג atau Gog dan Magog datang melakukan kerusakan di muka bumi, mencari orang beriman untuk dibunuh, apa yang akan Kristian lakukan?. Diam berpangku tangan, atau melarikan diri sampai terbunuh karena Kristen tidak mengajarkan berperang? Atau melawan mereka agar tidak terbunuh tanpa panduan dari tuhan? Lihatlah, muslim berbaris, menjaga harta dan jiwa mereka, melawan mereka yang hendak mencabut nyawa dalam peperangan, dengan cara yang Allah ajarkan.
Kita memang harus mengasihi orang, menghindari perang, tetapi alangkah buruknya apabila kita membiarkan nyawa ini melayang di tangan orang yang memerangi kita, nyawa anak kita, nyawa istri kita, nyawa ibu bapa kita, hanya karena agama melarang kita untuk berperang. Alangkah buruknya kita, yang membiarkan nyawa orang tak berdosa melayang, hanya karena kita tidak mau memerangi orang yang mencabut nyawa orang tak berdosa tersebut. Alangkah buruknya Kristian, yang diam tak berbuat apapun, saat dirinya hendak dibunuh atau orang tak berdosa hendak dibunuh. Islam mengenal sebutan untuk orang dengan keadaan buruk seperti itu, yakni setan bisu.
August 10, 2011 at 5:36 pm
Kristian memang tidak diajarkan untuk berperang, oleh karena itu kami menghindari peperangan, jika ada orang kristen yang menyukai peperangan maka dia bukanlah kritian sejati, muslim diajarkan oleh allah berperang , tetapi mengaku menghindari peperangan. Inilah salah satu dari banyak contoh pengajaran yang kontradiksi . di suatu sisi mengajarkan berperang disisi yang lain mengajarkan menghindari peperangan. mana yang harus diikuti??? Mungkinkah allah yang maha pengasih dan maha mengetahui mengajarkan sesuatu yang membingungkan umatnya??
jika sampai saat ini masih ada peperangan itu karena keserakahan manusia , yang tidak mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan, bukan karena pengajaranNya yang salah.
dan bagi mereka yang melanggar akan diadili pada pengadilan akhirat oleh Hakim yang maha adil. Dia yang akan mengadili orang-orang yang telah membunuh, memperkosa, mencuri, merampok ,berdusta, dan lain-lain.
dan yang lebih fatal lagi mengapa allah mengatur mengenai harta rampasan perang dan menclaim sebagai miliknya??? ( tidak terlihat sifat keilahiannya )
August 11, 2011 at 1:37 am
Kitab Bilangan 31:25-54
31:25 TUHAN berfirman kepada Musa:..
31:26 “Hitunglah jumlah rampasan yang telah diangkut, yang berupa manusia dan hewan–engkau ini dan imam Eleazar serta kepala-kepala puak umat itu.
31:27 Lalu bagi dualah rampasan itu, kepada pasukan bersenjata yang telah keluar berperang, dan kepada segenap umat yang lain.
31:28 Dan engkau harus mengkhususkan upeti bagi TUHAN dari para prajurit yang keluar bertempur itu, yakni satu dari setiap lima ratus, baik dari manusia, baik dari lembu, dari keledai dan dari kambing domba;
31:29 dari yang setengah yang telah didapat mereka haruslah engkau mengambilnya, lalu menyerahkannya kepada imam Eleazar, sebagai persembahan khusus bagi TUHAN.
31:30 Tetapi dari yang setengah lagi yang untuk orang Israel lain haruslah engkau mengambil satu ambilan dari setiap lima puluh, baik dari manusia, baik dari lembu, dari keledai dan dari kambing domba, jadi dari segala hewan, lalu menyerahkan semuanya kepada orang Lewi yang memelihara Kemah Suci TUHAN.”
31:31 Kemudian Musa dan imam Eleazar melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:32 Adapun rampasan, yakni yang masih tinggal dari apa yang telah dijarah laskar itu berjumlah: enam ratus tujuh puluh lima ribu ekor kambing domba
31:33 dan tujuh puluh dua ribu ekor lembu,
31:34 dan enam puluh satu ribu ekor keledai,
31:35 selanjutnya orang-orang, yaitu perempuan-perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki, seluruhnya tiga puluh dua ribu orang.
31:36 Yang setengah yang menjadi bagian orang-orang yang telah keluar berperang itu jumlahnya tiga ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus ekor kambing domba,
31:37 jadi upeti bagi TUHAN dari kambing domba itu ada enam ratus tujuh puluh lima ekor;
31:38 lembu-lembu tiga puluh enam ribu ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada tujuh puluh dua ekor;
31:39 keledai-keledai tiga puluh ribu lima ratus ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada enam puluh satu ekor;
31:40 dan orang-orang enam belas ribu orang, jadi upetinya bagi TUHAN tiga puluh dua orang.
31:41 Lalu Musa menyerahkan upeti yang dikhususkan bagi TUHAN itu kepada imam Eleazar, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:42 Yang setengah lagi yang menjadi bagian orang Israel lain, yang dipisahkan Musa dari bagian orang-orang yang telah berperang itu,
31:43 yaitu yang setengah yang menjadi bagian umat yang lain itu: domba-domba tiga ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus ekor,
31:44 lembu-lembu tiga puluh enam ribu ekor,
31:45 keledai-keledai tiga puluh ribu lima ratus ekor,
31:46 dan orang-orang enam belas ribu orang.
31:47 Lalu Musa mengambil dari yang setengah yang menjadi bagian orang Israel lain itu satu ambilan dari setiap lima puluh, baik dari manusia baik dari hewan, kemudian menyerahkan semuanya kepada orang Lewi yang memelihara Kemah Suci, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:48 Lalu mendekatlah para pemimpin tentara, yakni kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, kepada Musa
31:49 serta berkata kepadanya: “Hamba-hambamu ini telah menghitung jumlah prajurit yang ada di bawah kuasa kami dan dari mereka tidak ada seorangpun yang hilang.
31:50 Sebab itu kami mempersembahkan sebagai persembahan kepada TUHAN apa yang didapat masing-masing, yakni barang-barang emas, gelang kaki, gelang tangan, cincin meterai, anting-anting dan kerongsang untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa kami di hadapan TUHAN.”
31:51 Maka Musa dan imam Eleazar menerima dari mereka emas itu, semuanya barang-barang tempaan.
31:52 Dan segala emas persembahan khusus yang dipersembahkan mereka kepada TUHAN, yakni yang dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, ada enam belas ribu tujuh ratus lima puluh syikal beratnya.
31:53 Tetapi prajurit-prajurit itu masing-masing telah mengambil jarahan bagi dirinya sendiri.
31:54 Setelah Musa dan imam Eleazar menerima emas itu dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus,maka mereka membawanya ke dalam Kemah Pertemuan sebagai peringatan di hadapan TUHAN untuk mengingat orang Israel
dan Kita lihat bagaimana Tuhannya Musa yang ternyata juga minta Upeti dari rampasan perang tersebut!
dan ini jatah yang didapat Tuhannya Musa :
31:37 jadi upeti bagi TUHAN dari kambing domba itu ada enam ratus tujuh puluh lima ekor;
31:38 lembu-lembu tiga puluh enam ribu ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada tujuh puluh dua ekor;
31:39 keledai-keledai tiga puluh ribu lima ratus ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada enam puluh satu ekor;
31:40 dan orang-orang enam belas ribu orang, jadi upetinya bagi TUHAN tiga puluh dua orang.
31:41 Lalu Musa menyerahkan upeti yang dikhususkan bagi TUHAN itu kepada imam Eleazar, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
August 11, 2011 at 1:37 am
soal Membunuh.
31:1 TUHAN berfirman kepada Musa:
31:2 “Lakukanlah pembalasan orang Israel kepada orang Midian; kemudian engkau akan dikumpulkan kepada kaum leluhurmu.”
31:3 Lalu berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Baiklah sejumlah orang dari antaramu mempersenjatai diri untuk berperang, supaya mereka melawan Midian untuk menjalankan pembalasan TUHAN terhadap Midian.
31:4 Dari setiap suku di antara segala suku Israel haruslah kamu menyuruh seribu orang untuk berperang.”
31:5 Demikianlah diserahkan dari kaum-kaum Israel seribu orang dari tiap-tiap suku, jadi dua belas ribu orang bersenjata untuk berperang.
31:6 Lalu Musa menyuruh mereka untuk berperang, seribu orang dari tiap-tiap suku, bersama-sama dengan Pinehas, anak imam Eleazar, untuk berperang, dengan membawa perkakas tempat kudus dan nafiri-nafiri pemberi tanda semboyan.
31:7 Kemudian berperanglah mereka melawan Midian, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, lalu membunuh semua laki-laki mereka.
31:8 Selain dari orang-orang yang mati terbunuh itu, merekapun membunuh juga raja-raja Midian, yakni Ewi, Rekem, Zur, Hur dan Reba, kelima raja Midian, juga Bileam bin Beor dibunuh mereka dengan pedang.
August 11, 2011 at 1:39 am
sdr atar, apakah Tuhannya Musa sama dengan Tuhannya umat Kristen?
August 11, 2011 at 3:53 am
@Atar, anda berkata “Inilah salah satu dari banyak contoh pengajaran yang kontradiksi . di suatu sisi mengajarkan berperang disisi yang lain mengajarkan menghindari peperangan. mana yang harus diikuti??? Mungkinkah allah yang maha pengasih dan maha mengetahui mengajarkan sesuatu yang membingungkan umatnya??”
Perang dan tidak berperang adalah aktivitas yang berlawanan. Umat Islam diberi panduan saat berperang, kapan mereka menyerang dan kapan mereka berhenti berperang. Bagi orang yang pintar, keandaan ini tidak menggambarkan pengajaran yang kontradiktif, tetapi menggambarkan bahwa perang dalam Islam ada batasnya.
Orang yang memahami Islam tidak melihat bahwa Allah dalam satu saat menyuruh berperang dan menyuruh berhenti sehingga umat yang hendak melakukan perlawanan menjadi bingung mana yang harus dipatuhi karena perintah tersebut kontradiktif. Orang yang memahami Islam melihat bahwa Allah menyuruh umat melakukan perlawanan terhadap mereka yang memusuhi Islam hingga mereka berhenti memusuhi. Jadi perintah berhenti itu menunjukan batas akhir berperang dan bukan meniadakan perintah berperang. Artinya jika mereka masih memusuhi Islam, perintah berperang berlaku bagi umat Islam, namun jika mereka berhenti memusuhi Islam, perintah menghentikan perang berlaku bagi umat Islam. Penjelasan ini sangat sederhana yang hanya membuat bingung mereka yang tidak membaca ajaran Islam secara benar.
Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS 2:193)
Dari ayat tersebut diketahui bahwa Islam berhenti berperang jika musuhnya berhenti memusuhi Islam. Jika Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk mencintai perang dari pada perdamaian, maka tidak akan ada pembatasan seperti itu.
Dari ayat tersebut juga diketahui bahwa sebab perlawanan muslim adalah karena musuhnya bersikap dzalim, selalu memusuhi mereka yang mengakui keesaan Allah dan menolak sesembahan selain Allah, dengan melakukan penyiksaan, blokade ekonomi dan sosial. Kalau mereka tidak berlaku dzalim, muslim tidak akan melakukan perlawanan.
Sampai pada komentar anda ini saya tidak menemukan jawaban, apa yang akan dilakukan Kristian untuk melindungi jiwa mereka, anak-anak mereka, istri mereka, dan ibu-bapak mereka saat mereka berhadapan dengan musuh yang menghendaki nyawa mereka hingga saat mereka benar-benar berhadapan dengan Gog dan Magog. Benarkah Kristian dibentuk agamanya untuk menjadi seorang pengecut, menjadi setan bisu yang membiarkan begitu saja nyawa tak berdosa melayang dan menyerahkan keadilan kepada Allah di akhirat? Cinta damai kok tidak berbuat apa-apa untuk melindungi mereka yang tidak berdosa …
August 11, 2011 at 4:49 pm
someone, anda seolah-olah merasionalisasikan perintah perang oleh allah, sudahkah anda bertanya tanya terhadap diri anda sendiri mungkinkah ayat-ayat dalam quran , yang memerintahkan perang berasal dari Tuhan yang maha pengasih lagi penyayang? ataukah hanya claim kosong saja bahwa perintah Tuhan??
Berperang adalah kondisi dimana sesama manusia saling membunuh, apakah mungkin sang pencipta senang melihat ciptaanNya saling membunuh?? tentu hati nurani anda mengatakan tidak
anda menanyakan apa yang akan dilakukan jika mengahadapi orang yang benar-benar ingin menghabisi nyawa kita, atau keluarga kita., saudara, berperang adalah perintah manusia bukan perintah Tuhan, masih banyak cara elegan untuk menghindari niat jahat orang lain terhadap kita, semakin mencintai Tuhan andapun semakin dekat dengan Tuhan semakin tinggi tingkat spiritualitas anda, semakin anda mengetahui apa yang akan terjadi terhadap diri anda atau orang terdekat anda.
mengapa perbuatan menghindari berperang dikatakan pengecut??
inilah penilaian orang-orang yang hanya melihat hal-hal yang kasat mata,hal-hal duniawi, hanya ingin dipuji orang sebagai gentelman, ksatria.
saudara orang yang meninggikan diri di dunia akan direndahkan oleh Allah di akhirat. Saya mengerti dengan penjelasan saudara yaitu anda hanya melihat sisi lahiriahnya saja , tetapi tidak melihat sisi rohaniah yang menjadi bagian yang paling penting dalam kehidupan manusia .
saya salut atas sikap kritis anda , tetapi sikap kritis itu seakan akan hilang ketika anda berhadapan dengan keyakinan anda, karena anda telah menerima doktrin yang mengatakan apa yang anda yakini adalah murni /100% wahyu Allah( sang pencipta, maha kasih , maha adil, maha penyayang, maha mengetahui dan segala maha yang mengadung arti positif )
Tolong dijawab dari hati nurani anda apakah mungkin Allah meng claim harta rampasan perang adalah kepunyaanNya?????( QS 8.1).
August 11, 2011 at 6:04 pm
@Atar:
Bagaimana anda meragukan perintah berperang itu bukan dari Tuhan yang maha penyayang, sementara anda lihat sendiri Tuhan yang maha penyayang membuat seorang manusia tersalib dan menderita, membuat firaun yang mengejar bani israil tenggelam di laut merah. Jika kekerasan harus dijalankan untuk mendapati hasil akhir yang lebih baik bagi kemanusiaan, bagi hak asasi manusia dalam berkeyakinan, maka apakah anda melihat cela dalam kekerasan tersebut? Perang dalam Islam diperintahkan Tuhan saat kaum muslim diserang karena keimanan mereka kepada Tuhan YME dan saat eksistensi Islam diancam oleh musuh-musuh-Nya. Dimana kasih sayang Tuhan jika Dia tidak perduli, membiarkan hamba-Nya menderita disiksa musuh-Nya karena keimanannya kepada-Nya, dan tidak ada satupun perintahpun dari-Nya untuk melakukan perlawanan demi pembebasan dari penderitaan tersebut? Apakah Tuhan yang anda kenal adalah keji, meminta untuk diakui sebagai Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tetapi melarang hamba-Nya untuk keluar dari penderitaannya?
Perhatikan alKitab yang anda pegang. Kata Ibrani milkhamah (perang) muncul lebih dari 300 kali mulai dari kanon Torah (Kej. 14:2) sampai Ketubim (Dan. 9:26). Banyak fenomena perang dalam gambaran narasi PL (Yosua, Hakim-hakim, 1 Samuel) dilakukan tanpa belas kasihan. Tentu itu sungguh mengherankan mengingat PL bukan buku sejarah, melainkan kitab suci, wahyu dari Tuhan kepada manusia. Dalam Taurat, Tuhan terang-terangan mengarahkan umat Israel untuk berperang tanpa belas kasihan jika tawaran untuk berdamai ditolak (Ul. 20:10-18). Untuk bangsa yang jauh, setelah mereka dikalahkan, seluruh penduduk lelakinya harus dibunuh dengan pedang, yang lain ditawan, dan harta bendanya dirampas (ay. 13-15). Untuk bangsa yang dekat (Het, Amori, Kanaan, Feris, Hewi, dan Yebus), kota-kota mereka akan dialihkan menjadi milik Israel. Mereka juga akan ditumpas habis supaya orang Israel tidak dipengaruhi praktik-praktik agama mereka (ay. 16-18). Salah satu alasan kenapa Allah dalam PL merestui perang adalah dengan berbagai cara Tuhan telah digambarkan sebagai raja yang terlibat langsung dalam perang umat-Nya (divine warrior, Gibson, 1998:123-25)). Orang Israel pertama kali menyebut Yahweh sebagai ’is milkhamah ”pahlawan perang,” ketika pasukan Mesir yang mengejar mereka binasa (Kel. 15:3). Apakah anda hendak bertanya lagi kepada muslim, apakah Tuhan pernah memerintahkan perang kepada umat-Nya?
Anda bertanya, “Berperang adalah kondisi dimana sesama manusia saling membunuh, apakah mungkin sang pencipta senang melihat ciptaanNya saling membunuh?? tentu hati nurani anda mengatakan tidak”.
Manusia tercipta dengan sifat saling menumpahkan darah, hal ini dikenal bahkan sebelum manusia diciptakan oleh para malaikat. Pertumpahan darah ini tidak disukai oleh malaikat dan Tuhan, karena itu dalam agama-Nya Dia memerintahkan umat-Nya untuk menghindari pertumpahan darah dan mengajarkan sifat kasih. Tetapi peperangan tidak pernah berhenti hingga saat ini. Bahkan Paus Paulus dan pemuka agama Protestan tidak kuasa membendung Kristian dan Yahudi Amerika untuk tidak berperang. Walau demikian, Allah dalam Islam berhasil meletakan ajaran yang dapat membuat muslim menjadi orang yang tidak memulai peperangan dan menyerukan perdamaian. Dan Allah dalam Islam berhasil meletakan ajaran yang dapat membuat muslim mampu melakukan perlawanan menanggapi genderang perang yang dibunyikan oleh musuh mereka. Dengan demikian, Tuhan yang dikenal Islam tidak senang melihat ciptaan-Nya, terlebih umat-Nya saling membunuh, namun berkat kasih sayang Tuhan lah umat-Nya diizinkan untuk melakukan perlawanan hingga musuh mengentikan serangannya dan penderitaan umat-Nya berakhir. Hati nurani saya menyetujui jalan cinta dan kasih sayang Tuhan ini. Hati nurani saya menyetujui jika Ruhullah Isa al-Masih kelak memimpin perang besar melawan pasukan kegelapan al-Masih ad-Dajal, perang untuk membebaskan dunia ini dari jemaat al-Masih ad-Dajal yang mencintai perang dan melakukan banyak kedzaliman terhadap umat Tuhan.
Saya kira anda bukanlah orang yang mengetahui atau pernah terlibat dalam situasi di mana nyawa anda terancam sehingga dengan mudahnya anda berkata anda akan bersikap elegan menghadapi ancaman maut yang menimpa anda. Anda bukanlah orang yang merasakan penderitaan orang-orang yang dibunuh karena keimanan oleh sepasukan perang sehingga memilih lari dari peperangan dari pada melawan para pembunuh tersebut. Jika saudara anda mati dibunuh karena tidak sanggup membela diri, seharusnya anda pun berfikir lebih baik mati membela mereka dari pada mati karena melarikan diri. Mati adalah kehormatan jika anda membela kemanusiaan atas dasar kasih sayang. Mati bisa pula merupakan kehinaan jika sebelumnya anda adalah orang yang menyatakan perang kepada orang yang tidak menyerukan berperang kepada anda. Inilah yang disebut sikap ksatria, dan sikap seperti ini hanya timbul dari ruhani yang penuh kasih, dan bukan daru ruhani yang berpaling dari rasa kasih terhadap sesama yang menderita. Saya dan orang yang memiliki rasa kasih di dalam hatinya tidak kehilangan rasa kasih kepada manusia jika harus memiliki sikap ksatria seperti ini.
Anda bertanya apakah Allah mengklaim ada bagian harta rampasan perang untuk diri-Nya? Seharusnya anda tahu, untuk apa harta rampasan perang itu digunakan oleh Allah. Jika rampasan perang / ghanimah dipergunakan untuk memperkaya diri, niscaya Nabi kami tergolong orang yang berlimpah harta saat meninggalnya. Bukankah anda tahu, Nabi kami bahkan harus menggadaikan baju perangnya kepada seorang Yahudi di masa kejayaannya?
Allah berfirman: Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul [593], oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”
[593] Maksudnya: pembagian harta rampasan itu menurut ketentuan Allah dan RasulNya.
SEBAB TURUNNYA AYAT:
Ketika kaum Muslimin berbeda pendapat tentang harta rampasan perang Badar; para pemuda kaum Muslimin mengatakan bahwa harta rampasan itu adalah untuk kami sebab kamilah yang maju di dalam peperangan. Sedangkan orang-orang yang berusia lanjut dari mereka mengatakan kamilah yang menjadi tameng bagi kalian di bawah panji-panji, seandainya kalian mundur niscaya kamilah yang membela mati-matian, oleh karena itu janganlah kalian mau menang sendiri terhadap ganimah (harta rampasan) itu. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi turunnya surah ini.
Abu Daud, Nasai, Ibnu Hibban dan Hakim meriwayatkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. Ibnu Abbas r.a. telah menceritakan bahwa Nabi saw. bersabda, “Barang siapa yang berhasil membunuh seorang kafir (dalam perang), maka baginya ganimah sebanyak demikian. Dan barang siapa yang berhasil menawan seorang kafir (dalam perang), maka baginya ganimah sebanyak demikian. Adapun bagi pasukan yang berusia lanjut, maka hendaknya mereka tetap bertahan di bawah panji-panji peperangan. Dan bagi pasukan yang berusia muda, maka hendaknya mereka segera maju ke dalam kancah peperangan dan meraih ganimah.” Maka pada saat itu pasukan yang berusia lanjut berkata kepada pasukan yang berusia muda, “Sertakanlah kami bersama kalian dalam bagian ganimah, karena sesungguhnya kami adalah pasukan cadangan bagi kalian, seandainya terjadi sesuatu dengan kalian, maka niscaya kalian akan berlindung kepada kami.” Lalu mereka bersengketa dalam masalah ini dan mengadukan permasalahannya kepada Nabi saw.
Maka pada saat itu turunlah firman-Nya, “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang.” Katakanlah! “Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul.” (Q.S. Al-Anfaal 1) Imam Ahmad meriwayatkan melalui Saad bin Abu Waqqash yang telah menceritakan, bahwa ketika perang Badar terjadi saudaraku yang bernama Umair terbunuh (gugur), maka aku membalas kematiannya itu dengan membunuh Said bin Ash, kemudian aku mengambil pedangnya sebagai barang rampasan. Selanjutnya aku mendatangi Nabi saw. seraya membawa pedang rampasan itu, maka Nabi saw. bersabda, “Pergilah dan lemparkanlah pedang itu ke dalam kumpulan barang-barang rampasan.” Lalu aku kembali sedangkan keadaan diriku pada saat itu tiada seorang pun yang mengetahuinya melainkan hanya Allah, disebabkan karena terbunuhnya saudaraku. Ternyata Rasulullah saw. mengambil pedang rampasanku itu, maka ketika aku baru pergi dari sisi beliau hanya beberapa langkah, maka turunlah surah Al-Anfaal. Maka setelah itu Nabi saw. bersabda kepadaku, “Pergilah dan ambillah pedangmu itu.”
Abu Daud, Tirmizi dan Nasai telah meriwayatkan melalui Saad yang telah menceritakan, “Ketika perang Badar aku datang (kepada Rasulullah saw.) seraya membawa pedang rampasan, lalu aku berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah meredakan dendam yang membara di dadaku terhadap orang-orang musyrik, maka berikanlah pedang ini kepadaku.’ Rasulullah saw. menjawab, “Pedang ini bukan milikku dan bukan pula milikmu.” Lalu aku berkata, “Barangkali pedang ini akan diberikan kepada seseorang yang belum pernah tertimpa musibah seperti diriku ini.” Rasulullah saw. datang kepadaku seraya bersabda, “Sesungguhnya engkau telah meminta kepadaku apa yang bukan menjadi milikku, dan sekarang ia telah menjadi milikku, engkau sekarang boleh mengambilnya, ia buatmu.” Selanjutnya Saad menceritakan bahwa pada saat itu turunlah firman-Nya, “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang….” (Q.S. Al-Anfaal 1) Ibnu Jabir telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Mujahid, bahwa para sahabat bertanya kepada Nabi saw. mengenai khumus (seperlima ganimah) sesudah terbaginya empat perlima yang lainnya, maka turunlah firman-Nya, “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang….” (Q.S. Al-Anfaal 1).
Dengan demikian muslim memahami bahwa ghanimah / rampasan perang merupakan hak Baitul Mal yang dikelola oleh Waliyatul Amri yang dalam konteks perang Badar yang melatari ayat tersebut dijabat oleh Rasulullah SAW. Keadaan seperti di atas terus berlangsung sepanjang masa Rasulullah SAW. Bahkan sistem ghanimah / war booty dikenal dalam peperangan yang dilakukan oleh non muslim. Dalam aturan hukum humaniter internasional kebiasaan disebutkan bahwa Pihak yang terlibat konflik boleh merebut perlengkapan militer pihak musuh sebagai rampasan perang (Aturan 49). Jika rampasan perang ini tidak diatur oleh Allah dan Rasul-Nya, maka akan terjadi masalah dalam pasukan muslim yang merugikan kekuatan Islam. Hal ini difahami oleh praktisi perang hingga masa sekarang.
August 12, 2011 at 4:30 pm
saudara someone , penjelasanmu di atas panjang lebar hanya menunjukan nafsu kedagingan manusia, jika anda mengakui bahwa ayat-ayat di atas dibuat oleh manusia , maka kami bisa memahami adanya aturan perang seperti itu, bahkan anda pun mengutib aturan peperangan yang dibuat oleh manusia mengenai rampasan perang ( aturan 49 ) , jika demikian apa bedanya buku yang anda yakini ( dari Allah ) dengan buku /aturan yang dibuat oleh manusia .???? sama bukan? Persoalannya adalah anda telah mengclaim bahwa aturan perang itu dibuat oleh Allah, sehinggah anda dengan sekuat tenaga dan pikiran melakukan pembelaan terhadap claim yang terlanjur dilakukan agar tidak kehilangan muka.
Allah yang sejati adalah Allah yang maha kasih dan maha adil, bukankah anda juga meyakini pengadilan akhirat. setiap manusia tidak bisa menghindari kematian jika saatnya telah tiba. hal ini yang anda dan saya pun tidak tahu kapan saatnya tiba.
apakah dikatakan ksatria jika kita membela diri sehinggah menyebakan nyawa orang lain melayang? apakah anda juga diberi hak oleh Allah pencipta untuk mencabut nyawa orang lain??
jika itu ada berarti hal itu hanya claim belaka yang mengatasnamakan Allah.
Setiap perbuatan manusia harus dipertanggung jawabkan ketika kita mati, saya pikir anda setuju itu. termasuk perbuatan : Perampokan, pemerkosaan, penipuan, pembunuhan.dll.
Jika orang lain menyebabkan nyawa anda hilang tentu orang tsb harus mempertanggung jawabkan di dunia dan akhirat. kita tidak perlu membalas kekerasan dengan kekerasan, hendaknya sikap memaafkan yang perlu kita tonjolkan, jika setiap kita memiliki sifat kasih maka tidak akan terjadi pertumpahan darah, Allah adalah Kasih.
saudara someone harap anda renungkan ; peperangan saja dilarang apalagi Allah mengatur harta rampasan perang dan menyatakan bahwa kepunyaanNya, peperangan itu ada karena nafsu kedagingan manusia , keserakahan manusia dan manusia yang tidak mengikuti ajaran kasih serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
harta rampasan perang adalah kata benda, artinya barang hasil dari pekerjaan merampas.
merampas adalah mengambil hak milik orang lain secara paksa tanpa persetujuan dari si pemilik. apakah ini bukan dosa??
hak milik orang lain akan tetap menjadi hak milik orang lain dalam situasi apapun. kata merampas dalam bahasa indonesia sudah jelas berkonotasi negatif.
Mungkinkah Allah menyetujui perbuatan konyol semacam ini??
sementara orang yang kehilangan harta benda , menjadi melarat dan kelaparan, disisi lain Allah membagi-bagi harta hasil rampasan kepada orang lain yang bukan milik mereka.
Saudaraku someone, tolong jawab yang jujur ; jika saudara mengasihi saya seperti saudara mengasihi diri saudara sendiri , apakah saudara ingin berperang melawan saya? begitu juga sebaliknya?
dari penjelasan anda di atas ; saya ingin menambahkan bahwa : akan lebih Mulia jika anda merelakan nyawa anda melayang demi menyelamatkan nyawa saudara anda dari pada anda melarikan diri.
Jika saudara mempunyai hati nurani makan saudara akan mengerti penjelasan saya di atas.
August 12, 2011 at 7:45 pm
Anda sedang menunjukan sikap sekular, di mana anda bersangka agama terisolir dari kehidupan duniawi. Anda bersangka kehidupan agama tidak pernah bersentuhan dengan kehidupan duniawi karena agama hanya berbicara soal akhirat semata.
Saudaraku, alQuran itu tidak berisi keterangan yang hanya berrwujud dalam hayalan, tetapi ia adalah pedoman hidup bagi peri kehidupan manusia, dapat diterapkan dalam amal perbuatan duniawi dan menjadikan manusia dengannya hidup benar untuk mencapai hasil yang baik. Jika ada buah fikir manusia yang sejalan dengan pedoman hidup dalam alQuran, hal itu membuktikan bahwa alQuran dapat hidup dalam fikiran manusia, dan diperlukan manusia.
Manusia belajar dari generasi ke generasi, berhasil mengatur dirinya untuk melakukan sesuatu, dan bahkan menuliskan aturan tersebut sebagai bekal bagi generasi di masa depan. Apakah anda tidak mengetahui bahwa Tuhan melalui utusan-Nya seringkali menolong manusia, meluruskan aturan yang telah dibuat manusia? Apakah tuhan anda belum pernah memberi anda petunjuk, aturan untuk melakukan sesuatu yang merupakan bagian dari kehidupan anda? Apakah tuhan anda tidak menunjukan bagaimana cara berniaga yang baik, menjauhkan dari praktik riba? Apakah terlarang bagi tuhan untuk menunjukan bahwa riba itu harus dijauhi manusia? Apakah Tuhan juga tidak dapat menolong manusia, menunjukan jalan peperangan yang baik agar manusia tidak memilih perang sebagai jalan hidup namun sebagai jalan melindungi kemanusiaan? Saya tidak merasa kehilangan muka saat mengakui Tuhan telah memberi pedoman bagi hidup manusia. Sebaliknya saya melihat, anda yang menghapus kebaikan Tuhan tersebut, telah kehilangan muka di sisi-Nya.
Perhatikan oleh anda baik-baik hukum yang pernah diturunkan Tuhan kepada Musa. Tuhan memberi hak kepada umat-Nya melalui hakim yang adil untuk mencabut nyawa penjahat demi kemaslahatan. Jangan hanya karena dalam agama anda hukum mati tidak ada lalu anda menganggap Tuhan Musa dan Tuhan Muhammad SAW yang menurunkan hukum rajam bukan Tuhan yang sebenarnya. Karena boleh jadi hukum yang dikenal dalam agama anda bukan hukum Tuhan, tetapi buatan manusia semata.
Perhatikan oleh anda baik-baik pertanyaan saya. Jika sepasukan bersenjata datang hendak membunuhi penduduk suatu negeri, segala upaya pembicaraan yang kaum anda lakukan tidak berhasil menahan gerak pasukan tersebut memasuki gerbang negeri. Saat mereka mulai membunuhi penduduk negeri tersebut, apa yang anda lakukan? Berdiam diri ambil menutup mata? Atau terus melakukan upaya pembicaraan hingga penduduk negeri itu binasa? Dan apakah setelah penduduk negeri itu binasa kelemahan anda bisa ditutupi hanya dengan memaklumi mereka yang membunuh ribuan orang. Di mana rasa kasih anda dan kasih Tuhan kepada mereka? Seandainya isi fikiran orang Kristen pada masa PD I atau PD II seperti anda, maka pastinya Hitler dan Stalin pasti berjaya karena orang Kristen memaafkan pembunuhan masal yang mereka lakukan.
Siapa yang mengatakan peperangan itu dilarang? Tuhan tidak melarang peperangan. Di dalam Islam, perang diperbolehkan dalam batas dan semata untuk tujuan kemanusiaan. Perang adalah sesuatu yang tidak pernah akan sirna dari kehidupan manusia hingga masa Perang Besar di akhir jaman. Karenanya Tuhan memberikan panduan, dan panduan itu akan digunakan saat umat-Nya benar-benar harus berhadapan dalam peperangan besar melawan Dajal.
Memang benar bahwa perang itu timbul dari nafsu kedagingan manusia, karenanya Islam dan agama yang benar tidak mengajarkan umatnya untuk memulai perang. Apakah anda tidak tahu, bahwa tidak setiap peperangan bisa dihentikan dengan pembicaraan? Saya yakin anda tidak tahu, karena agama anda tidak mengajarkan banyak hal tentang peperangan.
Harta rampasan perang adalah hukum yang usianya melampaui masa Kristen, karenanya wajar jika rampasan perang muncul dalam teks perjanjian lama. Tuhan Musa tidak menyebut merampas senjata musuh sebagai perbuatan dosa. Setiap orang yang berperang memahami, apa yang menjadi miliknya akan diambil oleh pemenang. Oleh karenanya sangat tidak tepat jika anda mengatakan pengambilan itu dilakukan tanpa persetujuan dari si pemilik. Bedakan antara rampasan perang dengan barang curian.
Sungguh sangat lucu saat anda mengatakan kata merampas dalam bahasa Indonesia berkonotasi negatif. Apa anda hendak mengatakan, polisi yang merampas narkoba dari tangan pengedar adalah sebuah dosa, perbuatan keliru karena narkoba itu hak milik pengedar dan polisi mengambil hak milik itu tanpa persetujuan pengedar. Saya kembalikan pertanyaan anda, mungkinkan Allah menyetujui perampasan tersebut yang anda anggap konyol ??? Barangkali anda lah yang konyol karena berfikir merampas itu selalu berkonotasi negatif.
Anda bertanya, “jika saudara mengasihi saya seperti saudara mengasihi diri saudara sendiri , apakah saudara ingin berperang melawan saya? ”
Bukankah sudah saya jelaskan berkali-kali, Islam mengajarkan kepada kami tidak memerangi orang yang tidak memerangi. Apakah Islam dengan demikian menyuruh saya untuk memerangi anda yang mengasihi saya? Apakah mengasihi itu memerangi? Jika bukan, kenapa saya harus melanggar ajaran agama saya dengan memerangi anda?
Saya ingin mengakhiri penjelasa saya dengan kalimat, “Di mana nurani dan cinta kasih suatu kaum yang harus mengangkat senjata untuk melindungi kaumnya dan kaum lainnya dalam peperangan namun kaum itu tidak mengangkat senjatanya hingga kaumnya dan kaum lainnya terbunuh.”
Perkataan anda “akan lebih Mulia jika anda merelakan nyawa anda melayang demi menyelamatkan nyawa saudara anda dari pada anda melarikan diri.” menunjukan bahwa nurani anda berkata bahwa anda harus menghadapi perang untuk menyelamatkan nyawa saudara anda, apakah berperang dengan menghilangkan kemampuan berperang musuh atau sekedar menjadi tameng saja. Saya rasa anda akan mengerti penjelasan saya di atas.
August 13, 2011 at 12:56 am
someone anda jelas-jelas salah mengerti tentang hukum Tuhan yang diberikan kepada Musa, Nabi Musa diberi 10 perintah ALLAH , antara lain jangan membunuh, jangan mencuri , jangan bersaksi dusta , hormatilah ibu bapakmu dll. Nabi Musa adalah orang yang Mulia yang mampu membebaskan umatnya dari penindasan bangsa mesir , dimana dengan pertolongan Tuhan mereka bisa menyeberangi sungai nil , sedang pasukan mesir tenggelam dalam sungai . Peran Nabi Musa sangat elegan dimana dia tidak melumuri pedangnya dengan darah manusia, inilah yang menjadi inti perbedaannya. Jika Allah mengambil nyawa manusia itu adalah wajar , karena Allah adlah maha kuasa, tetapi akan menjadi aneh jika jika Allah memerintahkan manusia untuk melumuri pedangnya dengan darah manusia. Mengapa kalian tidak mencontoh cara elegan dari Nabi Musa yang melepaskan bangsanya dari penindasan mesir????
saudara someone kata merampas itu bermakna negatif, narkoba pun bisa bermakna negatif jika dalam jumlah banyak. dalam takaran tertentu juga digunakan dalam dunia kedokteran yang bisa bermandfaat bagi manusia. anda menganalogikan jika seorang polisi merampas narkoba , semua orang juga tau kalau narkoba adalah barang berbahaya bagi kesehatan kalau dikonsumsi tanpa aturan medis.
Pertanyaan saya adalah kembali kepada inti qs 8.1 , apakah yang dirampas dalam perang itu Narkoba??? dalam usaha saudara, membuat makna positif kata merampas ?? sehinggah diperbolehkan karena bertujuan baik?? pertanyaan timbul, apakah Allah juga menginginkan pembagian Narkoba???
Jelas yang di ada dalam ayat di atas adalah bukan narkoba yang dirampas dan dibagi-bagikan bukan??
tolong dijawab inti pertanyaan saya: Apakah Halal merampas hak milik orang lain tanpa persetujuan si pemilik, dan membagi-bagikan harta tersebut kepada para perampas??
August 13, 2011 at 5:53 am
sdr atar memang selalu berusaha menutup mata yah??
sampai2 musa dikatakan hanya menyeberangi sungai
dan lagi tentang perampokan dan pembunuhan yang dilakukan musa anda anggap apa?kebohongan belaka?
August 13, 2011 at 8:25 am
@atar : Anda benar-benar tidak memahami alKitab sehingga anda tidak tahu kewajiban anda untuk turut berperang bersama Yesus, saat dia kembali ke bumi untuk memerangi dajal dalam perang besar. Anda pun tidak pernah membaca kitab sehingga tidak pernah tahu bahwa sejumlah nabi dan orang saleh telah terlibat dalam peperangan. Ada saatnya bagi manusia melepaskan diri dari ancaman kegelapan dengan mukjijat Tuhan, ada saatnya bagi manusia melepaskan diri dari ancaman kegelapan dengan perlindungan dari manusia lainnya, dan ada saatnya bagi manusia melepaskan diri dari ancaman kegelapan dengan kaki tangan kita sendiri. Saya sudah menuliskan penjelasan tentang hal ini secara khusus kepada anda pada komentar anda paling bawah.
Atar, pada fase awal di mana umat Islam tidak memiliki kekuatan, Nabi Muhammad SAW pernah menghindari ancaman pembunuhan tanpa melakukan perlawanan. Tuhan membantu beliau dengan membuat para penyerangnya mengantuk sehingga beliau berhasil menyelamatkan diri dan bersembunyi di sebuah ceruk. Saat itu tidak ada yang dapat dilakukan oleh beliau melihat siksa yang dideritanya dan oleh pengikutnya melainnya menyerukan untuk bersabar menetapi keyakinan. Tapi saat Tuhan membuat umat menjadi kuat, mampu melakukan perlawanan, tidak ada satupun alasan yang diterima oleh Allah dan Rasul-Nya dari setiap lelaki dewasa untuk berdiam diri, tidak ikut melawan perbuatan dzalim orang Kafir yang senang menyiksa dan membunuh muslim hanya karena muslim menolak berhala mereka. Tuhan telah membuat umat menjadi kuat dan mendorong mereka untuk menghentikan kesewenang-wenangan terhadap kemanusiaan. Saat pembicaraan ditanggapi orang kafir dengan acungan senjata, maka umat Islam menghadapi mereka hingga mereka kalah dan tidak sanggup lagi mengulang perbuatan zalimnya kepada orang yang beriman kepada Tuhan YME.
_______________
Soal merampas kelihatannya anda belum mengerti, malah berfikir yang lain-lain. Sekarang kalau yang merampas adalah petugas Pabean, yang dirampas adalah sembako yang didatangkan secara ilegal, apakah menurut anda Allah tidak menginginkan pembagian sembako? Jangan anda mempersoalkan barang apa yang dirampas, tetapi perhatikan apa isi kepala orang yang kalah perang saat harta bendanya dirampas. Orang kafir jika memenangkan perang maka mereka merampas harta musuh yang dikalahkannya. Jika muslim mengalahkan orang kafir kemudian melakukan hal yang sama, merampas harta mereka, apakah orang kafir itu tidak memakluminya? Bagaimana bisa anda berfikir orang kafir itu akan bertanya kepada muslim, “kenapa kamu mengambil harta kami?”. Apakah anda menganggap orang kafir itu semuanya bodoh sehingga tidak akan ada orang yang menjawab pernyataannya dengan kalimat, “bukankah kamu juga mengambil harta kami saat kami dikalahkan dan pengambilan harta ini menjadi sebuah kesepakatan dalam peperangan?”. Jika anda bertaruh dengan sejumlah uang, demikian pula lawan anda, bertaruh dengan sejumlah uang, lalu ada kesepakatan antara anda dan lawan anda, siapa yang menang, bolehlah dia mengambil uang taruhan, ternyata anda kalah, apakah patut anda menarik kembali kesepakatan dan merengek minta uang anda dikembalikan? Rampasan perang adalah kesepakatan dalam perang. Setiap orang yang terlibat dalam perang memahami, hartanya dapat dirampas oleh musuhnya. Kesepakatan seperti ini berlaku hingga sekarang. Jadi jangan anda berkata bahwa lawan perang yang kalah tidak setuju hartanya dirampas. Kalau tidak setuju dirampas, ya jangan berperang. Masa berperang fikirannya cuma barang orang lain saja yang boleh dirampas …. hihihihi
August 13, 2011 at 6:40 pm
someone ; Penjelasan saudara yang panjang lebar di atas masuk di akal jika qs 8.1 dibuat oleh muhamad sendiri, tetapi akan menjadi konyol jika anda meng claim sebagai wahyu allah.
mengapa ? 1. Allah maha pengasih dan penyayang terlibat dalam perampasan harta benda hak milik manusia ciptaanNya , apalagi meminta jatah dari hasil rampasan.
2. anda telah merendahkan Allah yang maha besar karena anda meng claim Allah lah yang membuat aturan tentang harta rampasan perang antara sesama ciptaanNya.
August 13, 2011 at 7:52 pm
Baiklah, setelah saya memberikan komentar August 13, 2011 at 7:55 am, mudah-mudahan anda faham dan dapat menerima bahwa perang itu dapat menjadi suci bahkan di dalam agama anda sendiri. Sekarang tinggal saya menjelaskan bagaimana jika harta rampasan itu diatur oleh Allah.
Sebelumnya saya telah menjelaskan bahwa kata rampasan dalam bahasa Indonesia terbukti tidak berkonotasi negatif seperti anggapan anda. Artinya rampasan perang dapat merupakan sesuatu yang negatif. Dalam Islam, harta rampasan bukan merupakan sesuatu yang negatif, dia adalah sesuatu yang halal.
Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 8:69)
Harta rampasan hanya difahami kebenarannya oleh kami yang diberi pengajaran perang suci oleh Tuhan. Melkisedek pun memahaminya.
Jadi, kita lihat di sini betapa besarnya Melkisedek ini; ia begitu besar sehingga Abraham, bapak leluhur bangsa kita, memberikan kepadanya sepersepuluh dari segala sesuatu yang didapatnya dari pertempuran itu (rampasan perang). (Ibrani 7:4)
Harta rampasan perang dikenal pada masa nabi Musa :
Setelah itu orang-orang Israel mengambil semua hasil rampasan itu, termasuk para tawanan dan hewan, lalu membawanya kepada Musa dan Imam Eleazar dan kepada seluruh umat Israel. Pada waktu itu mereka sedang berkemah di dataran Moab, di tepi Sungai Yordan, dekat kota Yerikho. (Bilangan 31:11-12)
Yesus pun memahami bahwa dalam perang ada kesepakatan soal harta rampasan perang:
Kalau seorang yang kuat, dengan bersenjata lengkap, menjaga rumahnya sendiri, semua miliknya akan selamat. Tetapi kalau seorang yang lebih kuat menyerang dan mengalahkan dia, maka orang yang lebih kuat itu akan merampas semua senjata yang diandalkan oleh pemilik rumah itu, lalu membagi-bagikan semua barang-barangnya. Orang yang tidak memihak Aku, sesungguhnya melawan Aku, dan orang yang tidak membantu Aku, sesungguhnya merusak pekerjaan-Ku (Lukas 11:21-23)
Rampasan perang itu halal sehingga bani israil mempraktikannya, bahkan Yesus mengakuinya, dan Allah menegaskan kembali kehalalannya kepada muslim (QS. 8:69). Setiap orang yang berperang baik dari kalangan muslim ataupun bani israil dan musuh keduanya memahami, siapa yang menang akan mendapatkan rampasan perang. Oleh karenanya, tidak ada satupun dari pihak yang kalah yang memahami perang menganggap pemenang perang tidak berhak mengambil harta mereka, karena mereka pun kalau menang akan melakukan hal yang sama. Mereka yang kalah perang tidak perlu dikasihani karena hartanya diambil, karena mereka memahami bahwa apa yang diambil oleh pemenang bukan lagi hak milik mereka. Jika Tuhan mengatur soal pembagian rampasan perang, mereka yang dikalahkan tidak akan menganggap Tuhan tidak menyayangi mereka, karena mereka pun butuh pengaturan Tuhan saat mereka memenangkan peperangan dan mengambil rampasan perang.
Sudah saya jelaskan bahwa QS 8:1 maksudnya adalah bahwa rampasan perang semuanya milik Allah dan Rasul-Nya sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengambilnya kecuali melalui cara pembagian Allah dan Rasul-Nya. Ahmad meriwayatkan dari Abi Umamah, dia berkata, “Aku bertanya kepada Ubadah bin Samit ihwal al-Anfal. Dia menjawab, ‘al-Anfal itu berkenaan dengan kami, orang yang terlibat dalam perang Badar. Ayat ini diturunkan tatkala kami berselisih ihwal rampasan perang. Kami menghadapinya dengan perangai buruk sehingga Allah pun merampasnya dari tangan kami, lalu diberikan kepada Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW membagikannya di antara kaum muslimin.”
Jika Allah menghindarkan umat-Nya dari perselisihan memperebutkan harta rampasan dengan menyerahkan pembagian harta rampasan kepada Rasulullah SAW sehingga semuanya ridha dengan pembagian itu, apakah anda menganggap rendah Allah atas aturannya tersebut? Apakah menurut anda Allah tidak direndahkan jika kita berfikir sebaiknya Dia membiarkan saja prajurit Badar memperebutkan sesuatu yang halal dengan perangan yang buruk hingga pasukan bercerai berai karena saling menyimpan rasa bermusuhan di dalam hatinya? Di mana kasih sayang Allah jika Dia membiarkan perpecahan terjadi dalam jemaat-Nya?
August 14, 2011 at 8:39 am
Someone : jadi menurut qs 8: 69 harta rampasan adalah halal???, oh My God, HARTA MILIK ORANG LAIN BOLEH DIRAMPAS DAN HALAl UNTUK DIMAKAN DAN ITU BUKAN DOSA????
hati nuranimu telah mati akibat dari kepercayaan buta. pernahkan anda bertanya dalam diri anda , sungguhkan ayat di atas berasal dari Tuhan???
DIMANAKAH MORALMU?? DIMANAPUN DAN APAPUN ALASANNYA HARTA KEPUNYAAN ORANG LAIN ADALAH TETAP HAK MILIK MEREKA.
August 14, 2011 at 8:53 am
Siapa yang mengatakan rampasan perang tidak halal dan bukan milik pemenang perang, anda sendiri? OMG, rupanya anda hendak menolak pendapat Tuhannya bani israil dan muslim. Rupanya anda hendak besebrangan pemikiran dengan Musa, Daud, Yesus, dan Muhammad. Silahkan kalau menurut keyakinan anda Tuhan tidak menghalalkan rampasan perang, kami hanya bisa menyimpulkan Tuhan yang anda maksud bukanlah Yahweh ataupun Allah. Seandainya anda tidak menyandarkan keyakinan anda kepada firman Tuhan dari agama manapun yang secara dzahir mengatakan rampasan perang adalah haram, maka dengan demikian anda sedang membuat diri anda sebagai Tuhan. Karena tidak ada Tuhan yang lain yang berpandangan seperti anda.
August 9, 2011 at 2:35 am
@BERAKLAQ SELALU BURUK SANGKA
BAHKAN ORANG JERMAN YANG MUDA2 BANYAK YANG KEMBALI KE ISLAM.INI HAQ ALLAH .
MAKANYA MINTA SAMA ALLAH AGAR DIPILIH JUGA KEMBALI KE ISLAM.
HE HE HE BUKAN HANYA ITU JIN AJA BANYAK YANG KEMBALI KE ISLAM
August 9, 2011 at 3:50 pm
hehehhehehehheheheehhehe
kita lihat saja 5 tahun ke depan,siapakah yang akan memenangkan hati rakyat amerika.
apakah propagandis islam macam CAIR, ataukah aktifis anti islam Pamella galler dkk???
hehheheheheehheheheeehehhe………
untuk jack: saya akan masuk islam kalo anda udah murtad
August 10, 2011 at 2:52 am
hehehe sory bro, silahkan kalau sampeyan mau masuk neraka, walaupun dicincang sekalipun gue kagak bakalan keluar dari islam
August 10, 2011 at 6:53 am
Bagus tuh…. nanti ketemu Muhammad di surga ya….? ada banyak bidadari di sana….
August 10, 2011 at 12:23 pm
maaf I will, saya beribadah bukan untuk masuk surga, tapi hanya menjalankan perintah Tuhan, terserah nanti dimasukin ke surga atau neraka Insyaallah saya iklas jika Tuhan memang menghendaki
August 9, 2011 at 11:51 pm
Tebarkan kebenaran yang berbalut kebaikan dan kemanfaatan niscaya manusia mengikutimu karena banyak manusia mempertanyakan akan makna kebenaran yang lepas dari kebaikan dan kemanfaatan. Nabi-nabi dahulu diikuti manusia bukan karena hanya mengusung kebenaran yang telanjang tanpa darinya hikmah menyertainya. Agama bukan untuk Tuhan karena Dia (=dzat yang maha benar) tidak memerlukan kebenaran. Tetapi agama diturunkan untuk keperluan manusia agar seluruh perangkat lahir dan batin yang Tuhan berikan padanya menjadi berfungsi lebih baik dan berpotensi untuk kebaikan manusia dunia aherat dan ingat!!!! BUKAN UNTUK KEMANFAATAN TUHAN karena Dia maha semporna.
Maka jadilah manusia yang bermanfaat, maka anda dan agamamu juga akan diikuti manusia. Insaalah.
August 10, 2011 at 4:27 am
di indo az sudah ada grup nasyid DEBU yg personilnya orang mana ya? yakinlah bila kaum murtadin ini menggunakan akalny seperti halnya Ibrahim AS maka Insya ALLAH islam jawabannya
August 10, 2011 at 7:43 pm
Woooyyy.. braqlak tolol…
kliatan lu BODO abiz…
disatu sisi lu pade triak2 soal diskriminasi di Republik ini…!!!
as or eropa yg “katenye” dedengkot demokrasi, ga taunye raja rasis
lu bilang mantap…
weleh.. weleh.. weleh…
anak tk juga bisa nebak “topeng” lu…
bahkan kandidat capres as d/ prtai republik, jelas2 kmpanye soal islampobhia…
jadi ngapain musti heran klo islam d negri sono dikuyo2…
cma minoritas di Republik ini yg bener2 pade nglunjak…!!!
xixixixi…
tp yg pasti, Muslim sbg Mayoritas di Republik ini amat sangat Toleran…
smpe2 ada blog bgini aje silahkan diteruskan… sa karepe dewe…!!
betul…???? Betuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuullll…!!!
August 10, 2011 at 9:18 pm
woyyy…bego aja betah loe yehhh..
yang gwe teriakin tuh,tingkah laku muslim indo yang melanggar hukum dan HAM, seperti pembunuhaaan brutal anggota Ahmadiyah.
kalo loe tafsirkan sebagai anti islam,yahh terserah loe aja,gwe maklum kok otak loe kan cetek..
gwe mendukung FFI dan pamella Galler karna mereka adalah orang2 yang menyadari bahaya islam dan syariaat islam,seperti jihad ,diskriminasi terhadap perempuan dan NON muslim, pembunuhan murtadin,dll.
hehehhehehhehehehhehehhhheheheh
loe takut ama blog ini yahh??? muslim macam mana takut ama blog kafir????
muslim cap tikus kau bahh…
wkwkwkkwkwkkwkwkkwkkwkwkwkkwkkwkwkwkwkkw
muslim di indonesia sangat toleran??????? yah sure…..saking tolerannya tuhh ahmadiyah di bunuh bunuhin…..
August 11, 2011 at 1:42 am
lah kenapa libur jatuh hari minggu nggak hari jum’at???
August 11, 2011 at 2:54 am
kalo hari libur hari jumat, aktifitas ekonomi indonesia akan kesulitan menyesuaikan diri dengan aktifitas ekonomi internasional.
efeknya lebih ke arah pengaruh ekonomi global ke indonesia.
August 11, 2011 at 3:18 am
ah nggak juga klak, orang arab libur hari jumat, bangsa yahudi libur hari sabtu. jadi libur hari minggu lebih karena alasan sejarah (hari nyembah dewa matahari yang diadopsi kristen) dan karena saking tolerannya umat islam sehingga hari minggu dipersilahkan libur
August 11, 2011 at 4:05 am
Umat Islam tidak takut wacana keislaman yang disampaikan oleh misionaris gereja dan membiarkan situs FFI karena terbukti mendatangkan berkah yang banyak, yakni banyak orang jadi tahu Islam dan berbondong-bondong masuk Islam. Situs semacam ini samalah seperti propaganda terorisme yang dilakukan Amrik, sebuah promo Islam gratis, usaha untuk memperdengarkan Islam kepada masyarkat dunia, membiarkan istilah Islam selalu terdengar dalam telinga masyarakat yang pada awalnya tidak mengenal Islam. Bayangkan saja, pasca 11 September, terminologi Islam menjadi akrab terdengar di telinga masyarakat AS karena banyak media anti Islam di AS menyiarkan acara yang mendeskriditkan Islam. Tapi hasilnya, banyak warga AS yang sebagaimana fitrah manusia bertanya, benarkah Islam seperti yang digembar-gemborkan media? Mereka kemudian mendatangi Islamic Center dan mendapatkan jawaban yang menunjukan kelirunya pemahaman media anti Islam dan menunjukan Islam yang sebenarnya. Setelah melihat ternyata Islam bahkan lebih baik dari agamanya yang semula, maka merekapun mengucapkan syahadat menjadi mualaf.
Thanks a lot GOD !
August 11, 2011 at 4:55 pm
Jack , someone , apakah mungkin Allah meng claim harta rampasan perang adalah kepunyaanNya???? ( Qs 8.1), tolong dijawab dengan hati nurani.
August 11, 2011 at 6:18 pm
Saya sudah menjawabnya dalam komentar di atas. Sangat layak bagi Alah dan Nabinya memiliki hak untuk mengatur harta rampasan. Karena jika harta rampasan diserahkan kepada tentara yang saling berebut, kekuatan pasukan dapat menjadi lemah. Pengaturan pembagian rampasan perang secara terpusat seperti ini diakui oleh praktisi militer hingga sekarang.
August 12, 2011 at 2:56 am
betul kata sdr someone, jika pasukan saling berebut harta rampasan malah hanya akan memperlemah pasukan saja, tapi sdr atar tidak perlu jauh2 melihat ke dalam Al Quran, dalam Al Kitab sendiri juga ada hukum tentang harta rampasan yang diperoleh Musa
August 11, 2011 at 5:09 pm
@ atar
he he he..Jangankan harta rampasan perang,malah seluruh alam ini Allah berhak utk mengklaim sebagai milikNya.
Muslim seharusnya ada waktu untuk bekerja bagi menafkahi diri dan kaum keluarga.Tetapi waktu itu telah mereka korbankan karena ulah orang-orang kafir menyebabkan mereka terhambat utk mencari kebutuhan hidup.Orang kafir telah datang dengan membawa bala tentra utk membunuhi umat Islam dan melarang umat Islam dari menjalankan kewajiban menyembah Allah.Jika mereka berkata-kata “Tolong!jangan bunuh saya,jangan bunuh saya..”pasti rayuan itu tidak akan didengarkan.Jika mereka lari mereka akan terancam ketiadaan tempat tinggal dan ketiadaan makanan yang mengakibatkan kematian pada akhirnya.Jadi jalan yang tinggal satu-satunya adalah jihad.Dan karena masa mereka telah digunakan utk melaksanakan jihad sehingga terpaksa meninggalkan pekerjaan mencari nafkah maka adalah wajar dan sangat adil jika harta rampasan perang itu dihalalkan utk mereka.Adapu 1/5 utk Allah itu bermaksud harta rampasan perang itu hendaknya seperlimanya disalurkan kepada jalan kebajikan seperti kepada fakir miskin dan anak-anak yatim yang membutuhkan dsb.
August 11, 2011 at 6:29 pm
Benar yang dikatakan Ilham. Karena harta rampasan adalah hak Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah SAW kemudian mendistribusikan harta tersebut berdasarkan pembagian yang dipandang adil oleh beliau. Bentuk pembagian yang dikenal antara lain sebagai berikut :
1/5 (20 %) untuk : Imam (1. 4%), Fkir dan miskin (2. 4%), Mashalihul’l Muslimin (3. 4%), Ibnu’ssabil ((4. 4%), dan anak Yatim (5. 4%).
Sementara 4/5 (80%) diserahkan bulat sebagai bagian Tentara yang ikut bertempur.
Jadi jangan difahami bahwa harta rampasan itu milik Allah dan Rasul-Nya, tidak dibagi kepada siapapun. Dari hadits difahami bahwa kalimat “milik Allah dan Rasulnya” dalam QS 8:1 artinya hak untuk membagi. QS 8:1 mengajarkan dan membentuk sistem distribusi rampasan perang terpusat, solusi untuk mencegah perpecahan dalam pasukan perang.
August 12, 2011 at 2:54 pm
hehehhehehhhehhehehe
jangan percaya dehh sama taqiyya slimers.
harta rampasan perang itu gunanya untuk mengimimg imingi orang agar masuk islam. gak percaya????
nehh buktinya hadist soheh bukhari:
Peperangan (44) : 332
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ نَاسٌ مِنْ الْأَنْصَارِ حِينَ أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَفَاءَ مِنْ أَمْوَالِ هَوَازِنَ فَطَفِقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِي رِجَالًا الْمِائَةَ مِنْ الْإِبِلِ فَقَالُوا يَغْفِرُ اللَّهُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِي قُرَيْشًا وَيَتْرُكُنَا وَسُيُوفُنَا تَقْطُرُ مِنْ دِمَائِهِمْ قَالَ أَنَسٌ فَحُدِّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَقَالَتِهِمْ فَأَرْسَلَ إِلَى الْأَنْصَارِ فَجَمَعَهُمْ فِي قُبَّةٍ مِنْ أَدَمٍ وَلَمْ يَدْعُ مَعَهُمْ غَيْرَهُمْ فَلَمَّا اجْتَمَعُوا قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا حَدِيثٌ بَلَغَنِي عَنْكُمْ فَقَالَ فُقَهَاءُ الْأَنْصَارِ أَمَّا رُؤَسَاؤُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَلَمْ يَقُولُوا شَيْئًا وَأَمَّا نَاسٌ مِنَّا حَدِيثَةٌ أَسْنَانُهُمْ فَقَالُوا يَغْفِرُ اللَّهُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِي قُرَيْشًا وَيَتْرُكُنَا وَسُيُوفُنَا تَقْطُرُ مِنْ دِمَائِهِمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنِّي أُعْطِي رِجَالًا حَدِيثِي عَهْدٍ بِكُفْرٍ أَتَأَلَّفُهُمْ أَمَا تَرْضَوْنَ أَنْ يَذْهَبَ النَّاسُ بِالْأَمْوَالِ وَتَذْهَبُونَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى رِحَالِكُمْ فَوَاللَّهِ لَمَا تَنْقَلِبُونَ بِهِ خَيْرٌ مِمَّا يَنْقَلِبُونَ بِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ رَضِينَا فَقَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَتَجِدُونَ أُثْرَةً شَدِيدَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْا اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنِّي عَلَى الْحَوْضِ قَالَ أَنَسٌ فَلَمْ يَصْبِرُوا
44.332/3986. Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Muhammad Telah menceritakan kepada kami Hisyam Telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri katanya, telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, katanya, sejumlah anshar mengatakan; ketika Allah memberi rampasan fai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Shallallahu’alaihiwasallam, beliau memberi bagian kepada Quraisy dan membiarkan kami-kami, Anshar. Padahal pedang kami masih meneteskan darah mereka. Kata Anas, maka hal itu disampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seketika itu pula Rasulullah langsung mengutus utusan ke Anshar dan mengumpulkan mereka dalam sebuah kubah yang terbuat dari tanah liat dan tidak beliau undang selain mereka, Anshar. Setelah semua Anshar berkumpul, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan bersabda: Apa maksud protes yang telah kudengar dari kalian? Para pemuka Anshar menjawab; Adapun para pemimpin-pemimpin kami wahai rasulullah, mereka sama sekali tak menyampaikan protes sepatah katapun, adapun generasi muda kami, memang mereka katakana; Kiranya Allah mengampuni Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, sebab ia beri Quraisy namun membiarkan kami-kami ini, padahal pedang kami masih meneteskan darah mereka (musuh Quraisy musyrik). Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi jawaban Sungguh aku memberi beberapa orang yang baru saja terentaskan dari kekufuran (baru masuk Islam) dengan maksud aku menjinakkan hati mereka, apakah kalian tidak puas sekiranya manusia membawa harta sedang kalian membawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ke perumahan kalian? Demi Allah, apa yang kalian bawa pulang, Jauh lebih istimewa daripada yang mereka bawa pulang. Mereka lantas berujar; Wahai Rasulullah, kami semua sekarang telah ridha. Kalian, kata Nabi selanjutnya, akan menemui sifat-sifat super egoisme, maka bersabarlah kalian hingga kalian temui Allah dan Rasul-Nya Shallallahu’alaihiwasallam, karena aku berada di telaga. Kata Anas, namun mereka tidak bersabar.
supaya orang quraisy tertarik sama islam,muhamad memberikan harta rampasan ke quraisy supaya mereka masuk islam.
kaciannn..dehh..orang anshar,udah cape2 perang gak dapat apa apa…
LOL….LOL LOL LOL LOL LOL
August 12, 2011 at 3:52 pm
hehehhehehhhehhehehe
jangan percaya dehh sama kebodohan kafirun.
kesimpulan yang mereka buat selalu cacat. gak percaya????
nehh buktinya :
Dengan kapasitas pengetahuan anda yang terbatas anda menyimpulkan hadits tersebut: “Supaya orang Quraisy tertarik sama islam, muhamad memberikan harta rampasan ke quraisy supaya mereka masuk islam..” Kemudian anda membuat kesimpulan umum bahwa “Harta rampasan perang itu gunanya untuk mengimimg imingi orang agar masuk islam.”
Dalam hadits disebutkan dengan sangat jelas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi jawaban “Sungguh aku memberi beberapa orang (Quraisy) yang baru saja terentaskan dari kekufuran (baru masuk Islam)”
Anda mengatakan supaya mereka, yakni beberapa orang (Quraisy) yang baru saja terentaskan dari kekufuran (baru masuk Islam), masuk Islam. Masa orang yang baru saja masuk Islam / mualaf dianggap Nabi SAW belum masuk Islam / kafir ???
LOL….LOL LOL LOL LOL LOL
Anda berkata, “kaciannn..dehh..orang anshar,udah cape2 perang gak dapat apa apa…”
Apa anda gak baca, orang anshar bawa Nabi SAW ke perumahan mereka, dan itu bagi mereka lebih berharga dari fa’i atau dunia dan seisinya. Orang Anshar ridha dengan keuntungan yang mereka dapatkan, sehingga berkata “Wahai Rasulullah, kami semua sekarang telah ridha.”
August 12, 2011 at 4:53 pm
Isu pertama:Adalah satu kekonyolan jika kita mengasumsikan orang-orang Ansar langsung tidak mendapat apa-apa bahagian dalam peperangan tersebut.Yang sebenarnya mereka telah mendapat bahagian apa yang mereka berhak dapat.Beratus-ratus ekor yang diberikan oleh RasululLah itu adalah dari harta khumus yaitu bahagian satu perlima yang diperuntukkan kepada Allah dan Rasulnya dan sedikitpun tidak menjejaskan hak-hak orang-orang Ansar.
Isu kedua:Protes mereka berdasarkan kepada appa?Yaitu berdasarkan kepada kasih sayang mereka kepada RasuluLlah.Apabila mereka melihat RasuluLah memberikan beratus-ratus ekor unta kepada orang-orang Mekah yang baru memeluk Islam ketika itu mereka menyangka bahawa RasuluLah telah mulai cenderung kepada kaum baginda sehingga mereka menyangka mungkin RasuluLah akan menetap di Mekah selepas ini.Ini terbukti mereka menjadi tenang selepas RasuluLah mengatakan “apakah kalian tidak redha orang lain pulang dengan membawa beratus-ratus ekor unta sedangkan kalian pulang dengan membawa RasuluLlah?”Jadi tahulah mereka apa yang mereka sangkakan selama ini adalah tidak benar sehingga kebimbangan mereka berjaya diredakan.
Isu ketiga:Mengapa RasuluLah memberikan kepada orang-orang Mekah yang baru memeluk Islam itu dengan pemberian yang banyak.Ini tidak lain adalah sebagi satu siasat supaya mereka yang baru memeluk Islam itu jangan berbalik menyerang orang-orang Islam di Madinah.RasuluLlah tau kebanyakan orang Mekah yang baru memeluk Islam itu Imannya belum kuat dan bisa-bisa mereka boleh murtad kembali dan menjadi musuh kepada orang Islam di Madinah nanti.Ini tentulah akan meyulitkan kehidupan umat Islam di Madinah kelak dan mengganggu usaha penyebaran Islam ke tempat-tempat lain.Jadi dengan budi dan pemberian itu RasuluLlah telah berjaya ‘mengikat’ mereka-mereka yang lemah iman itu sehingga tidak timbul niatan utk mengkhianati umat Islam.Malah dengan pemberian itu telah membuka mata orang-orang Mekah terhadap kebenaran Islam dan betapa Tuhan telah membantu RasuluLlah selama ini sehingga RasuluLah mampu utk memberikan kepada mereka beratus-ratus unta padahalnya penyebaran Islam yang dilakukan oleh RasuluLah pada mula-mulanya adalah dhaif sehingga mustahil pada pandangan mata mereka Islam boleh berjaya.Dengan pemberian itu pandangan negative mereka terhadap Islam telah dapat dikikis sehingga bukan saja mereka akhirnya yakin dengan kebenaran Islam malah seterusnya merekalah yang telah menjadi tulang belakang agama Islam bahu membahu bersama orang Ansar setelah kewafatan RasuluLah.
August 12, 2011 at 6:54 pm
wkwkwkkwkwkwkwkwkwkkwkkwkwk
bagaimana bisa harta rampasan perang bisa menguatkan iman orang yang baru masuk islam????????
di mana logikanya tong????
orang akan kuat imannya jika diberi dakwah secara teratur,bukan diberi uang.
mengapa saya berkata harta rampasan perang ini akan mengimimg imingi orang supaya masuk islam????
karna orang quraisy yang lain yang belum muallaf akan tertarik menjadi muallaf karna menjadi muallaf berarti menjadi kaya mendadak!!!!
ini semacam iklan atau promosi islam:
hai orang2 quraisy,liat nehh..orang2 quraisy muallaf,mereka dapat uang berlimpah lohhh…kalian kapan nyusulnya???? ntar kaya mendadak lohh…
wkwkkwkwkkkkwwkwwkwwkkwkkwwkwkwkkwkwkwk
August 12, 2011 at 8:01 pm
@berakhlaq
Misionaris juga tahu, manusia itu bisa terpengaruh keimanannya oleh materi. Suprmie saja bisa bikin orang masuk agama Kristen. Di mana logika anda tong???
Apa hadits tersebut bicara soal menguatkan iman? Perasaan yang disebut adalah menjinakan hati ya? Berapa banyak orang yang jinak hatinya kepada misionaris setelah mendapat bantuan finansial atau sekedar Supermie….
wkwkkwkwkkkkwwkwwkwwkkwkkwwkwkwkkwkwkwk
Memangnya anda punya bukti, ada orang Quraisy yang masuk Islam karena tertarik rampasan perang? Lagi pula apa anda tahu bahwa pada peperangan selanjutnya pembagian rampasan perang seperti itu lagi? Jangan-jangan di perang itu saja pembagiannya seperti itu, di perang selanjutnya pembagiannya kembali seperti biasanya, Anshar diberi bagian.
August 12, 2011 at 10:05 pm
Mengapa pemberian beratus ratus ekor unta itu khusus utk orang-orang mekah saja tidak kepada kaum-kaum lain?karena orang-orang mekah adalah orang-orang Quraisy yg merupakan orang-orang Arab yang terkuat dan mempunyai pengaruh yang besar ke atas lain-lain kaum Arab.Sekiranya mereka kembali memerangi Islam dampaknya adalah besar.Selain itu mereka itu dulunya adalah orang yang pertama yang memerangi dan memusuhi Islam.Mereka mula-mula mengenali Islam sebagai agama yg melarat dianut oleh kebanyakan orang-orang miskin dan golongan kelas bahawan tidak seperti kebanyakan kaum-kaum Arab yang lain yang mengenal Islam setelah Islam mempunyai tapak yang kukuh dan negara yang teratur.Jadi pemberian beratus-ratus ekor unta itu semacam satu penampakan mukjizat Tuhan kepada mereka dan memang hanya mereka sajalah yang bisa menilai arti mukjizat itu dan bisa memikirkan.Hal inilah yang seolah-olah diperingati kembali oleh Sayidina Umar sewaktu membuka Palestina dengan katanya yang masyhur:
“Nahnu qaumun ta’azzazna bil islam famahma nabtaghi ghairal islama izzan adhallanaLlah”-Kami ini adalah satu kaum yang menjadi mulia karena Islam walaubagaimana pun kita mencari kemuliaan selain daripada Islam nescaya kita akan dihinakan Allah.
August 12, 2011 at 4:51 pm
saudara Ilham, adlah benar seperti yang saudara katakan bahwa seluruh alam semesta dan isinya adalah milik Allah. Tetapi yang jadi konyol jika anda meyakini :1. Allah mengatur perang antar sesama ciptaanNya ( Allah akan menjadi penonton dari Surga atau jadi wasit ) ????? 2. Allah meng claim hasil rampasan perang dari manusia sebagai milikNya walaupun dengan dalih akan dibagikan kepada pihak yang merampas. sementara sang pemilik harta benda yang sesungguhnya hidup melarat. saudaraku jika ini ada, maka tentunya bukan ajaran Allah yang sejati , yang maha pengasih lagi penyayang. Hanya hati nuranimu yang bisa menjawab
August 12, 2011 at 5:17 pm
Perang adalah sesuatu yang dahsyat karena di dalamnya ada pembunuhan.Dari sisi lain perang tidak dapat dielakkan karena selagi kita di dunia pertentangan antara kebaikan dan kejahatan akan sentiasa berlaku.Yang jahat akan sentiasa menetang yang baik.Jadi daripada manusia berperang tanpa peraturan bukankah lebih baik kalau Tuhan sendiri menurunkan tuntunan kepada manusia etika-etika dalam peperangan?Dalam Islam etika itu antaranya:
1)Tidak boleh memulakan peperangan.
2)Tidak boleh membunuh wanita,kanak-kanak,orang-orang yang lemah yang tidak ikut berperang,pendeta-pendeta yang beribadah dan seumpamanya.
3)Tidak boleh merusakkan insfrastruktur,menebang tanaman dan membunuh ternakan.
4)Dan banyak lagi.
Sila pelajari fikih Islam dalam peperangan.
Orang kristian sering mengatakan peperangan dapat dielakkan jika kita selalu bersikap damai dan menyerah serta membalas kejahatan dan keganasan dengan kebaikan dan kelembutan.Saya katakan kepada anda kalau itu dalam Islam pun ada diajarkan tapi sesuai pada tempat-tempatnya dan sesiapapun akan mengakui bahawea ada masanya peperangan memang tidak dapat dielakkan.
Anda tidak belajar sejarah agama kristian.Keristian telah wujud sejak 2000 tahun,tapi dalam tempoh 2000 tahun itu bukan saja peperangan tidak dapat dihentikan malah mereka orang-orang kristian sendirilah yang banyak mencetuskan peperangan dan pembunuhan.Ingat kasus perang salib dan inkuisi.Kristian hanyalah menyeru damai selepas mereka tidak lagi kuat berpegang kepada agama kristian dimana kekuasaan gereja dibatasi oleh golongan sekular.
August 12, 2011 at 8:27 pm
Saya melihat atar tidak memahami apa yang telah Allah berikan kepada muslim berkaitan dengan perang. Pertama Allah tidak menjadi penonton atau jadi wasit, tetapi jadi sumber pedoman cara perang yang benar dan kendali agar perang dapat berhenti. Kedua rampasan perang itu harus diklaim oleh Allah agar tidak ada perseteruan di dalam tubuh pasukan. Jika anda tahu yang mengangkat senjata melawan muslim itu melarat, seharusnya anda berkata sama dia, “kalau elo kalah perang, maka harta elo jadi rampasan perang. Elo kan melarat, kalau elo gak yakin bisa menang, mending elo gak usah ngajak perang muslim”
Allah yang sejati tidak berpihak kepada manusia yang nantangin perang, Allah yang maha pengasih dan penyayang akan melindungi manusia yang ditantangin perang dengan memberi pedoman berperang untuk mempertahankan diri. Hanya otak encer yang bisa memahaminya.
August 13, 2011 at 1:17 am
someone, apakah anda ingin mengatakan hanya orang pintar yang bisa memahami qs 8.1 , jika demikian bagaimana dengan orang yang tidak pintar?? bukankah quran mengaclaim bahwa isinya adalah petunjuk yang jelas??? bagaimana dengan orang yang kurang pendidikannya?
benar apa yang saudara katakan bahawa saya tidak bisa memahami kalau itu di claim sebagai Wahyu Allah , jika anda mengatakan bahwa itu buatan manusia saya pasti memaminya.
so mampukah kalian membuat saya menjadi memahami???
August 13, 2011 at 1:22 am
ilham, bisakah anda tunjukan ayatnya dalam quran yang mengandung aturan seperti yang anda sebutkan di atas?
saya tunggu jawaban anda.
August 13, 2011 at 2:00 am
loh apa sdr atar menyatakan diri sendiri bodoh sehingga ayat yang begitu jelas tidak mau mencoba mengerti??
tapi anda juga mengatakan akan mengerti jika wahyu tersebut buatan manusia. jadi anda memang menutup pikiran anda sndiri untuk mengerti, bukan??
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Qs 2 Al Baqarah 190)
apakah ayat diatas kurang jelas??
August 13, 2011 at 3:12 am
jack anda memmunculkan satu lagi ayat yang diclaim sebagai perintah Allah, anda mati-matian membela bahwa allah yang memerintahkan perang, apakah allah senang melihat manusia ciptaannya saling membunuh, dimanakah posisi allah pada saat itu ketika menyaksikan manusia saling membunuh.
Hati nuranimu sudah hilang jika anda mengatakan itu perintah Allah.
Allah menciptakan manusia , mengapa allah memerintahkan ciptaannya untuk saling berperang.????
anda salah mengerti pernyataan saya , jika anda katakan ayat tsb di atas berasal dari nabi saudara saya memahami, tapi ayat2 di atas anda claim berasal dari allah, saya tidak bisa mengerti.
kalian selalu mengatakan kalian berperang karena diperangi , benarkah demikian , contoh nyata ; apakah ahmadiah memerangi kalian , sehinggah mereka harus dibunuh???
August 13, 2011 at 3:59 am
@ atar
Agama kristian anda tidak ada penyelesaian terhadap soal-soal keganasan.Baiklah sekarang Amerika menyerang Iraq dan Afghanistan.Apa penyelesaian yang agama anda boleh sumbangkan?Tidakada.Paling anda katakan Amerika tidak mewakili kristian.Come on man!Orang Islam sudah masak dengan helah begini.Ini adalah cara gereja membunuh atas nama kristiann tanpa mengotorkan agama kristian itu sendiri pada pandangan masyarakat antarabangsa.Bush mengatakan keopada paus “biar kami yang lakukan..Anda hanya perlu beri restu..”
Soal Ahmadiyah itu menyangkut perlanggaran undang-undang dalam agama Islam -mereka telah melakukan jenbayah agama.Mereka melanggar prisip Islam yang paling mendasar kemudian mereka katakan itu adalah Islam.Berarti mereka telah menyerang Islam dengan cara yang paling kejam.Tidak ada orang Islam yang mati secara fisik tetapi agama Islam akan pupus.Seperti yang Paulus lakukan ke atas agama kristian.Selepas pertobatannya(pertobatan pura-pura) dia telah menyerang ajaran nabi isa dengan cara lain sehingga ajaran nabi Isa pupus sampai sekarang.Anda tau apakah hukuman korupsi di Filipin?Hukuman mati!Padahal seorang koruptor tidak membunuh sesiapa.
Anda tidak boleh bilang kerajaan filipina kejam
karena menghukum mati koruptor di negaranya karena memang itulah hukuman yang telah ditetapkan.Kalau tidak mau mati jangan korupsi mudahkan?
August 13, 2011 at 5:47 am
sdr atar coba anda tunjukkan ayat yang menyuruh agar umat islam berperang tanpa alasan?
apakah anda tidak sadar/berusaha tidak sadar bahwa dari diskusi awal, anda hanya mampu bertanya/menuduh tanpa bisa memberikan jawaban yang pasti
August 13, 2011 at 7:11 am
@Atar : Jangan memperlakukan alQuran seperti kitab suci anda yang dapat ditafsirkan semaunya. Menafsirkan alQuran itu tidak bisa sekehendak hati, harus cukup ilmu untuk memahami isi kandungan alQuran. Jika kapasitas ilmu anda tidak memadai, hanya sekedar mampu membaca teks alQuran saja, janganlah anda coba menafsirkan alQuran, nanti tersesat. Untuk orang dalam kapasitas seperti anda, untuk orang yang kurang pendidikannya, di dalam islam diperintahkan untuk mengikuti penjelasan ahli tafsir. Artinya, jika anda ingin memahami apa maksud ayat alQuran, mintalah penjelasan ahli tafsir, atau minimalnya bukalah kitab tafsir, jangan hanya membaca terjemah bahasa indonesia keluaran Depag yang kemudian anda makni berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia. alQuran itu jadi petunjuk, bagi mereka yang berilmu, bukan bagi mereka yang mengikuti prasangka.
Petunjuk itu milik Tuhan, diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dihindarkan dari siapa yang dikehendaki-Nya. Bukan kami yang membuat anda memahami, tetapi Tuhan. Apakah anda ingin memahaminya?
@Jack : memang sejak kita ketemu dia, perilakunya seperti itu …
August 13, 2011 at 7:04 pm
someone lagi-lagi anda mengesankan bahwa wahyu Allah, tidak bisa dipahami oleh semua orang , hanya orang yang berilmu, dan bagi yang tidak berilmu diminta untuk bertanya kepada ahli tafsir, timbul pertanyaan ; bagaimana kalau nanti disesatkan oleh ahli tafsir. bukankah ashari si pembuat bom itu bergelar doktor artinya orang berilmu apakah karena pemahaman yang benar sehingga dia mempengaruhi orang lain utk menjadi pembom bunuh diri??
mengapa Tuhan menciptakan ayat-ayat suciNya yang sulit / tidak mudah dipahami oleh semua orang , mengapa oh mengapa saudaraku??? coba kalian kritis sedikit lah.
manusia diberikan akal budi untuk bisa menganalisa , sehinggah kita bisa menentukan mana yang benar dan salah.
August 13, 2011 at 8:14 pm
Catat baik-baik, ahli tafsir itu menguasi metode yang menjaga agar alQuran difahami secara benar. Bisa saja ada orang yang ngaku-ngaku sebagai ahli tafsir lalu dia memberi pemahaman alQuran secara keliru, besebrangan dengan pemahaman ahli tafsir mainstream. Karenanya, jangan asal nyari orang untuk memahami alQuran. Carilah ahli tafsir yang kredibilitasnya diakui secara luas. Kalau kitab tafsir, carilah yang dikarang oleh ulama besar dan dirujuk oleh mainstream muslim, seperti Ibn Katsir, Jalalain, dls.
Dr Azhari itu mendapatkan gelar Doktornya di bidang apa, ilmu tafsir? Anda ini aneh-aneh saja, hehehehe. Jangan anda anggap Dr itu segala bisa. Semakin anda naik strata pendidikan, maka semakin sempit bidang yang anda tekuni. Dr di bidang komputer mana tahu metode tafsir. Dr yang tidak faham metode tafsir bagaimana bisa menghasilkan pemahaman alQuran yang benar, dan Dr yang tidak faham usul fiqh bagaimana bisa menghasilkan hukum Islam yang benar. Dr Azhari itu bukan mufasir (ahli tafsir) atau fuqaha (ahli hukum), jadi wajar saja jika beliau salah memahami alQuran dan membuat hukum agama yang berkaitan dengan jihad.
Yang menyulitkan manusia memahami firman Tuhan adalah hawa nafsu dan keterbatasan pengetahuan. Bukankah di situs ini saja nampak jelas, bagaimana akibatnya jika alQuran difahami oleh anda dengan dugaan dan hawa nafsu. Maka jadilah pemahamannya keliru. Karenanya Tuhan menolong kekurangan manusia tersebut dengan menjadikan Nabi sebagai mufasir dan fuqaha. Ulama kemudian menyesuaikan pemahamannya dengan pemahaman Nabi, demikian seterusnya. Cobalah kritisi diri anda sedikitlah.
Manusia memang diberikan akal budi, tetapi keterbatasan ilmu dan hawa nafsu dapat menjauhkan mereka dari kebenaran, membuat kita tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Anda sendiri yang pernah mendeskriditkan Tuhan dan Nabi kami, menyalahkan syariat agama kami, dan mengetahui kekeliruan pendeskriditan tersebut dari penjelasan kami, merupakan bukti bagaimana akal budi dijauhkan dari kebenaran oleh sebab keterbatasan ilmu dan dikuasai hawa nafsu.
August 14, 2011 at 4:31 am
dimanakah petunjuk yang jelas itu???, jika untuk mengerti 1 ayat saja anda mesti mendatangkan ahli tafsir????
August 14, 2011 at 8:13 am
Loh, alQuran itu memang jelas kok, tapi orang yang tidak hidup di saat ayat itu diturunkan tidak memiliki pemahaman yang sama dengan orang yang hidup saat ayat itu diturunkan. Buktinya, kesimpulan anda terhadap firman Allah yang mengklaim rampasan perang sebagai hak miliknya berbeda dengan kesimpulan prajurit badar yang saat turunnya ayat tersebut sedang berselisih memperebutkan harta rampasan perang. Karenanya, orang semacam kita harus melihat latar belakang turunnya ayat tersebut dan variabel lainnya. Artinya butuh banyak pengetahuan. Tanpa pengetahuan tersebut, akan tersesatlah seperti anda …
August 14, 2011 at 3:24 pm
someone pernyataan anda jelas bertolak belakang dengan claim alquran yang merupakan petunjuk yang jelas, apakah makna ayat yang sama dari dulu hingga sekarang berbeda sehinggah pemahaman orang pada waktu itu dengan sekarang berbeda ??
anda telah memutar balikin fakta ; yang mengatakan bahwa untuk memahami ayat qs 8.1 , perlu pengetahuan yang banyak , pada kenyataan boleh dikatakan anak kecil saja tau maksudnya apa.
hanya karena anda sudah terlanjur percaya bahwa itu dari Allah , sehinggah anda mati-matian mencari pembenaran, terhadap suatu hal yang konyol. merampas harta benda orang yang kabur menghindari perang sehinggah tidak sempat membawa harta bendanya , dan membagikan kepada para pasukan perang sementara sipemilik melarat dan mati kelaparan??
August 14, 2011 at 3:53 pm
Rasulullah SAW semasa masih hidup para sahabat dapat bertanya langsung pada Beliau SAW tentang makna suatu ayat yang tidak mereka pahami atau mereka berselisih paham tentangnya. Sekarang saya dan anda berselisih faham tentang surat 8:1. Maka makna yang benar itu diperoleh dari mana kalau bukan dari hadits. Karena hadits mengungkapkan latar belakang turunnya ayat dan penjelasan Nabi atas ayat alQuran.
Saya sudah mengemukakan kepada anda hadits yang menjelaskan latar belakang turunnya ayat tersebut. Garis besar isi hadist tersebut, yakni terjadi saling rebut rampasan perang di antara orang yang mengikuti perang Badar, karena setiap orang menganggap memiliki hak atas rampasan perang tersebut. Kemudian Allah menghentikan perselisihan itu dengan menetapkan rampasan perang sebagai hak-Nya dan Nabi-Nya. Setiap orang pada akhirnya tidak mengakui memiliki hak atas rampasan perang tersebut. Kemudian Nabi membagikan rampasan perang tersebut, dan semua orang ridha atas pembagian ini.
Jika anda memiliki pemahaman yang besebrangan dengan hadits ini, dan tidak memiliki sandaran selain pendapat pribadi, maka sesungguhnya anda telah melakukan perbuatan haram. Menafsirkan Al Qur’an dengan akal semata, adalah haram menurut kesepakatan ulama Ahlus Sunnah, apalagi tafsir yang dilandasi ilmu filsafat -walaupun terkadang benar-
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (artinya): “Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan akalnya atau tanpa ilmu maka siapkanlah tempat duduknya dengan api neraka.” (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan)
August 14, 2011 at 4:01 pm
Sudah saya sampaikan berkali-kali, berdasarkan literatur yang saya tunjukan kepada anda, bahwa rampasan perang itu tidak dilarang menurut Musa, Yesus, dan Muhammad. Jika anda mengatakan rampasan perang itu tidak benar, berarti anda menganggap tidak benar Yahweh yang katanya tuhannya Musa, Yesus yang katanya tuhannya Kristen, dan Allah tuhannya Muhammad. Jika anda mengatakan rampasan perang itu keliru menurut pendapat anda, dan bukan menurut Musa, Yesus, dan Muhammad, maka saya menerimanya. Tetapi anda mengkaitkan rampasan perang dengan hukum tuhan tentang larangan pencurian, sehingga pendapat anda seakan mewakili kelompok yang taat kepada 10 perintah Tuhan, ini yang tidak bisa saya terima. Kenapa demikian, karena rampasan perang itu bukan barang curian, dan rampasan perang itu halal dan dipraktikan oleh Musa, orang yang menerima sendiri dan menjalankan 10 perintah tuhan.
August 14, 2011 at 4:11 pm
Sudah saya katakan kepada anda, mereka yang berperang sudah tahu konsekuensi berperang, faham terhadap aturan main yang dikatakan oleh Yesus:
Kalau seorang yang kuat, dengan bersenjata lengkap, menjaga rumahnya sendiri, semua miliknya akan selamat. Tetapi kalau seorang yang lebih kuat menyerang dan mengalahkan dia, maka orang yang lebih kuat itu akan merampas semua senjata yang diandalkan oleh pemilik rumah itu, lalu membagi-bagikan semua barang-barangnya.
Saat mereka kalah, mereka memahami hartanya kini adalah milik pemenang. Jika kemudian pemenang menyisakan sedikit harta untuk mereka, itu masuknya kebaikan dalam perang. Jika kemudian mereka kelaparan setelahnya, mereka tidak akan mengeluh, karena yang memilih perang adalah mereka sendiri, dan saat memilih berperang mereka tahu bahwa kemungkinan mereka akan kalah dan kehilangan harta.
Lagi pula aturan perang di dalam Islam sudah sangat jelas, tidak membuat musuh yang dikalahkannya menderita. Belum ada sejarahnya dalam masa Nabi musuh mereka kelaparan setelah dikalahkan dalam peperangan. Islam tidak mengijinkan membumi hanguskan infrastruktur musuh, sehingga musuh yang dikalahkan masih dapat menggeliat ekonominya karena pasar-pasar mereka tidak dibumi hanguskan. Lain dengan pasukan Musa versi alKitab yang katanya membumi hanguskan infrastruktur kota taklukan.
August 13, 2011 at 3:49 am
ayo jack, ilham, someone kalian bisa , coba kalian menjawab dulu pertanyaan2 yang ada di atas, sehinggah bisa masuk akal .
August 13, 2011 at 7:55 am
Beberapa orang Kristen berkata bahwa mereka adalah “orang yang suka damai,” dan bahwa perang selalu salah. Beberapa orang sudah berpendapat terlalu jauh sehingga mereka tidak mau membela diri sendiri meskipun seseorang berusaha membunuh mereka. Seseorang akan menyebut Kristen “militan” jika seorang Kristian melawan orang yang menyerangnya. Apakah kata Alkitab tentang perang?
Sementara banyak ayat yang sudah ditafsirkan dalam cara penyelesaian pertikaian secara damai, kami menegaskan bahwa keyakinan tentang seseorang yang tidak boleh membela diri sendiri, keluarganya, masyarakatnya, atau bangsanya berasal dari salah menafsirkan Alkitab. Bahkan dengan membaca Alkitab sepintas lalu akan menunjukkan bahwa jika seeorang harus mencantumkan anak judul di bawah Kejadian 3:7 – Wahyu 20:10, maka itu adalah ”TUHAN DI MEDAN PERANG.” Dengan siapakah Dia berperang? Dan apakah yang diperebutkan mereka?
Tuhan berperang melawan roh yang kita kenal sebagai Iblis, Setan, atau Lucifer, yang memberontak terhadap Dia, dan kemudian memutarbalikkan hati Adam dan Hawa untuk menjerat mereka agar memberontak kepada-Nya. Setan adalah pribadi yang sama yang sudah menyebabkan kekacauan pada umat manusia, mencuri, membunuh, dan menghancurkan segala sesuatu dan semua orang (Yoh. 10:10). Sebaliknya, Tuhan, yang adalah kasih, maka Setan adalah benar-benar kebencian.
Tuhan dan Isa al-Masih adalah contoh kasih, dan suatu hari kelak Mereka akan membawa damai di bumi, tetapi Mereka tahu bahwa si jahat berdiri menghadang di jalan damai, dan harus ditangani. Ketika berkaitan dengan kejahatan yang merupakan perwujudan Setan, satu-satunya cara untuk memperoleh damai sejahtera adalah melalui perang, termasuk pada akhirnya menghancurkan dia dan semua sekutunya. Dalam peperangan antara baik dan jahat, di pihak yang baik terdapat Tuhan dan pasukan-Nya, baik malaikat maupun manusia. Di pihak yang jahat adalah Setan, roh-roh jahat, dan semua orang yang sadar atau tidak sadar berpihak pada dia. Meskipun tidak selalu seperti ini, latar belakang alam roh dan jasmani yang kita hidupi sekarang adalah konflik. Itulah sebabnya Alkitab berkata bahwa Tuhan adalah panglima. ”TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya” (Kel. 15:3).
Jika posisi orang yang suka damai benar, akan tampak masuk di akal bahwa di seluruh sejarah manusia Tuhan akan mencegah perang, atau paling tidak menyingkir jika berhadapan dengan konflik manusia, tetapi itu bukanlah yang terjadi. Sudah jelas Tuhan bukan pribadi yang suka menyelesaikan pertikaian dengan cara damai, dan tindakan dari Tuhan pahlawan perang adalah demi umat-Nya, seringkali melalui malaikat-malaikat-Nya, yang dapat dilihat dalam seluruh Alkitab. Beberapa contoh yang berkaitan dengan hal itu: Tuhan menyingkirkan kereta kuda bangsa Mesir ketika mereka mengejar bangsa Israel, dan menenggelamkan mereka di laut (Kel. 14:25, 28); Dia mencurahkan hujan batu ke atas pasukan Kanaan (Yos. 10:11); Dia menurunkan api dari langit dan membakar tentara musuh yang hendak menangkap Elia (2 Raj. 1:9-15); Dia membunuh 185.000 tentara Asyur yang menyerang Yerusalem (2 Raj. 19:35); Dia membutakan mata nabi palsu Bar-Yesus, yang berdiri menentang pengajaran Paulus (Kis. 13:9-11). Di masa depan, Dia akan melemparkan hujan batu besar seberat kurang lebih seratus pon ke atas musuh-musuh-Nya (Why. 16:21).
Malaikat-malaikat Tuhan adalah prajurit juga, dan mereka adalah pasukan-Nya. Sebenarnya, Tuhan disebut “TUHAN semesta alam” lebih dari 200 kali dalam Alkitab (a.l 1 Taw. 11:9; Maz. 46:7-11; Yes. 13:4; Yer. 11:22; 51:33; Nah. 2:13; Hag. 2:6). Namun sayang, orang Kristen yang biasa saja tidak tahu apa arti ungkapan itu, dan bahkan kata tersebut sudah diterjemahkan oleh beberapa versi, dengan memakai ungkapan ”TUHAN Mahakuasa” daripada ”TUHAN semesta alam.” Perubahan ini sangat mengaburkan pemahaman tentang peperangan rohani. Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “semesta alam” berarti “bala tentara” (seperti kata Yunani dalam Lukas 2:13). Malaikat-malaikat adalah bagian terbesar dari bala tentara Tuhan, dan Alkitab menunjukkan bahwa malaikat-malaikat bergabung dengan Tuhan dalam pertempuran-Nya melawan kejahatan, seperti yang dinyatakan dalam ayat berikut:
Wahyu 12:7
Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga [Iblis] itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya,
Jika Tuhan adalah pahlawan perang, dan malaikat-malaikat-Nya juga pejuang dan berperang bersama Dia, bagaimanakah dengan Yesus? Alkitab menunjukkan bahwa Dia juga seorang pejuang. Peperangan yang dilakukannya sementara menyelesaikan pelayanan-Nya di dunia adalah secara rohani dan mental. Dia mengusir roh-roh jahat, berdiri menentang pemimpin yang jahat di masa-Nya, dan menolong orang-orang dalam segala cara yang dapat dilakukan-Nya. Pelayanan-Nya hanya singkat, dan tujuannya tidak melibatkan peperangan di bumi untuk membela umat Tuhan. Akan tetapi, ketika Yesus kembali lagi, Dia akan menunjukkan Diri-Nya sebagai pejuang yang sempurna, sesuatu yang sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama dan digambarkan dalam kitab Wahyu. Perhatikan ayat nubuatan berikut ini dari Yesaya tentang kedatangan Tuhan yang kedua kali untuk menaklukkan bumi dari cengkeraman si jahat, dan bagaimana Dia digambarkan dengan jubah yang diperciki oleh darah.
Yesaya 63:1-4 dan 6
(1) “Siapa dia yang datang dari Edom, yang datang dari Bozra dengan baju yang merah, dia yang bersemarak dengan pakaiannya, yang melangkah dengan kekuatannya yang besar?” “Akulah yang menjanjikan keadilan dan yang berkuasa untuk menyelamatkan!”
(2) “Mengapakah pakaian-Mu semerah itu, dan baju-Mu seperti baju pengirik buah anggur?”
(3) “Aku seorang dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umat-Ku tidak ada yang menemani Aku! Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murka-Ku, dan Aku telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku; semburan darah mereka memercik kepada baju-Ku, dan seluruh pakaian-Ku telah cemar.
(4) Sebab hari pembalasan telah Kurencanakan dan tahun penuntutan bela telah datang.
(6) Aku memijak-mijak bangsa-bangsa dalam murka-Ku, menghancurkan mereka dalam kehangatan amarah-Ku dan membuat semburan darah mereka mengalir ke tanah.”
Kitab Wahyu, yang akan diwujudkan di masa depan, juga menunjukkan Yesus datang dari surga dan melawan kejahatan.
Wahyu 19:11, 13-15a
(11) Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: “Yang Setia dan Yang Benar”, Ia menghakimi dan berperang dengan adil.
(13) Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: “Firman Allah.”
(14) Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih.
(15) Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa.
Setelah Yesus mengalahkan musuh-musuh yang sekarang mengancam bumi dan menegakkan kerajaan 1000 tahun-Nya (Why. 20:4-6), Dia tidak akan bergantung pada “sifat baik” umat-Nya untuk menjalankan tatanan dalam masyarakat. Alkitab jelas berkata bahwa Dia akan menjalankan pemerintahan dengan menggunakan “tongkat besi” (Why. 2:27; 12:5; 19:15). Meskipun ini tampak kejam dan kasar, namun tidak demikian, karena tidak seorang pun harus menjadi seorang kriminal, dan bersikap kejam terhadap kriminal melindungi yang tidak bersalah. Orang-orang Kristen dan otoritas sipil harus memperhatikan: Jika Yesus akan memerintah kerajaan-Nya dengan tongkat besi untuk mempertahankan keteraturan dan melindungi yang tidak bersalah, mengapa kita akan berpikir bahwa masyarakat kita harus memerintah secara berbeda? Hukum kita yang lunak telah mengakibatkan timbulnya masyarakat yang tidak aman, dan kita dan anak-anak kita tidak akan aman hingga kita memutuskan untuk bersikap kejam pada orang yang bersalah sama seperti yang akan dilakukan Yesus.
Dengan jelas Yesus adalah seorang pejuang, dan fakta bahwa tidak ada ayat dalam Injil yang menunjukkan Dia melindungi keluarga atau masyarakat bukan berarti bahwa Dia tidak akan melakukan hal itu. Demikian pula, tidak ada dalam Firman yang berkata bahwa Yesus tidak mendukung hukuman yang digambarkan oleh Hukum Musa, termasuk hukuman mati terhadap kriminal. Kita melihat bahwa Dia pasti akan menghukum musuh-musuh-Nya di masa depan.
Kita sudah melihat bahwa Tuhan adalah pahlawan perang, demikian pula para malaikat-Nya dan Yesus. Namun bagaimana dengan orang Kristen? Pertama-tama, kita harus mengingat bahwa di seluruh Perjanjian Lama, umat Tuhan, seperti Tuhan juga, mereka adalah pahlawan perang. Musa, Yosua, para Hakim, Daud, dan raja-raja Yehuda semua memimpin pasukan, dan Tuhan menolong mereka memenangkan peperangan mereka ketika mereka berdiri di pihak-Nya. Contoh-contoh tentang Tuhan menolong umat-Nya memenangkan peperangan mencakup Dia berkata kepada Yosua bagaimana menaklukkan Yerikho (Yos. 6:2-5); berkata kepadanya bahwa sebuah penyerangan merupakan cara untuk menghancurkan kota Ai (Yos. 8:1,2)l; berkata kepada Daud bagaimana menyerang pasukan Siria (1 Raj. 20:13,14). Orang-orang yang setia dari Perjanjian Lama mengerti bahwa terdapat keadaan di mana pertempuran dan peperangan merupakan hal yang penting, dan mereka bergantung pada Tuhan, senjata mereka, dan latihan mereka selama masa-masa itu.
Mazmur 18:35 dan 36
(35) yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga.
(36) Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, tangan kanan-Mu menyokong aku, kemurahan-Mu membuat aku besar
Mazmur 144:1 dan 2
(1) Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang;
(2) yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku!
Apakah semua itu berubah ketika Yesus datang ke dunia? Apakah Tuhan berhenti meminta umat-Nya untuk berperang melawan kejahatan, dan apakah Dia berhenti menolong mereka dalam peperangan? Kami menegaskan bahwa Tuhan tetap menginginkan umat-Nya untuk memerangi kejahatan, dan tetap menolong mereka untuk menang. Untuk mengerti Alkitab, kita harus menyadari bahwa kecuali Tuhan dengan jelas mengubah sebuah perintah yang sudah diberikan-Nya, maka perintah itu tetap harus dipercayai dan ditaati. Dan kita tidak melihat revisi terhadap perintah-perintah Tuhan untuk melindungi seseorang, berpartisipasi dalam perlindungan masyarakat, atau berperang untuk melindungi satu bangsa.
Beberapa orang mungkin tidak setuju, dan berkata bahwa Yesus mengajar kita untuk mengasihi musuh kita (Mat. 5:44), memberi pipi yang lain (Mat. 5:39), dan mengingatkan kita bahwa “barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang” (Mat. 26:52). Namun ayat-ayat ini tidak menunjuk pada melindungi hidup seseorang, hidup keluarga atau bangsa. Yesus mengasihi musuh-Nya juga, tetapi Dia mengasihi mereka melalui memberikan kepada mereka semua kesempatan yang dapat dibayangkan untuk berubah dari yang jahat; Dia tidak “mengasihi” mereka dengan cara membiarkan mereka menyakiti yang tidak bersalah, karena itu bukan kasih. Kita melihat di atas bahwa ketika orang jahat menolak mengambil keuntungan dari kesempatan yang indah yang diberikan kepada mereka agar berubah dari jalan-jalan mereka yang jahat, suatu hari kelak Yesus akan membunuh mereka untuk melindungi masyarakat. Tuhan mengasihi musuh-musuh-Nya juga, dan bahkan memberkati mereka, membiarkan mereka tahu bahwa hanya kemurahan-Nyalah yang dapat memimpin mereka kepada pertobatan (Rm. 2:4). Namun ketika orang jahat tidak meresponi kasih-Nya, dan tetap menjadi bahaya bagi orang yang tidak berdosa, Tuhan akan berperang melawan mereka sama seperti yang dilakukan-Nya di masa lalu, dan akhir dari orang yang jahat dan mereka yang tidak mau bertobat adalah Dia melemparkan mereka ke dalam api Gehenna (Why. 21:8).
Penting untuk diingat bahwa hanya beberapa jam sebelum Yesus ditangkap, Dia berkata kepada semua rasul-Nya, “Siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang” (Luk. 22:36), tetapi kemudian Dia berkata kepada Petrus sementara Dia ditangkap, “barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang” (Mat. 26:52). Yesus tidak akan pernah berkata kepada para pengikut-Nya untuk membeli pedang dan kemudian berkata bahwa adalah hal yang salah jika menggunakan pedang. Mengapa Yesus membuat pernyataan itu kepada Petrus? Jawabannya adalah bahwa meskipun para imam dan tentara yang menangkap Yesus tidak bermoral, apa yang mereka lakukan bukanlah hal yang melanggar hukum, karena mereka mempunyai hak pemerintahan untuk menangkap Yesus. Jadi, Petrus, walaupun dia berpikir dia melakukan hal yang benar dalam membela Yesus dengan pedangnya, sesungguhnya dia melanggar hukum. Jika pengadilan terhadapYesus dilakukan dengan adil dan tidak rancu, maka Dia akan segera dibebaskan tidak lama setelah penangkapan-Nya. Banyak orang yang tidak bersalah difitnah, ditangkap dan dipenjarakan, tetapi kemudian dibebaskan di pengadilan. Dengan memakai pedangnya, Petrus melanggar hukum, dan Tuhan maupun Yesus tidak memberikan hak kepada kita untuk melakukan itu.
Sebaliknya, kita mempunyai hak yang sah untuk membela diri dan masyarakat kita terhadap kejahatan, dan Yesus tahu hal itu, jadi Dia memberitahukan kepada pengikut-Nya untuk membeli pedang. Orang-orang jahat adalah hal yang berbahaya bagi mereka yang ada di sekelilingnya, itulah sebabnya mengapa melindungi diri, dan hal-hal yang lebih besar (misalnya perlindungan dari suatu keluarga, masyarakat dan bangsa) adalah penting untuk diselamatkan. Karena Yesus berkata kepada para pengikut-Nya untuk membeli pedang pada malam penangkapan-Nya, dan tidak pernah mengubah perintah itu setelah kebangkitan-Nya, maka tidak ada alasan untuk percaya bahwa hal-hal tersebut harus berbeda pada hari ini. Kita perlu bersedia dan sanggup melindungi diri sendiri dan masyarakat kita.
Terdapat lebih banyak bukti di mana Tuhan mengharapkan kita untuk berperang terhadap apa yang benar dalam dunia hari ini, baik di dalam Filipi 2:25 dan Filemon 2, Paulus menunjuk kepada orang Kristen lain sebagai “rekan prajurit.” Dia juga menulis kepada Timotius, anaknya di dalam iman:
2 Timotius 2:3 dan 4
(3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
(4) Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
Kami menegaskan bahwa istilah ”prajurit” memiliki arti yang jauh dari sekadar peperangan rohani, dan jika perlu, juga mencakup peperangan jasmani di mana semua itu sering terjadi sebagai bagian dari kehidupan.
Masih ada bukti yang lebih alkitabiah di mana seseorang dalam militer tidak dibenci oleh Tuhan sehubungan dengan profesi yang dipilihnya. Orang-orang bukan Yahudi yang pertama yang tercatat menjadi orang Kristen adalah prajurit Romawi, Kornelius, dan keluarga dan sahabatnya. Kornelius dipimpin oleh seorang malaikat untuk mendengar Kabar Baik dari Petrus sendiri (Kisah Para Rasul 10). Dengan begitu banyak orang-orang bukan dari kalangan militer di Palestina, fakta bahwa Tuhan memilih seorang prajurit sebagai orang bukan Yahudi pertama yang dilahirkan kembali berbicara tentang penerimaan-Nya terhadap militer.
Alasan lain, walaupun tidak alkitabiah, yang percaya bahwa Tuhan mendukung orang-orang Kristen dalam perang terdapat dalam kisah yang langsung dari sumbernya tentang Tuhan menolong orang Kristen ketika berperang. Sementara catatan mula-mula dapat dimengerti jika sukar ditemukan, ribuan kisah dari Perang Revolutionary hingga hari ini dengan jelas menunjukkan bahwa Tuhan masih mendukung pasukan ilahi.
Seiring dengan peperangan jasmani yang kita lakukan terhadap kejahatan, peperangan rohani terus mengamuk di sekitar kita. Itu dimulai dalam Kejadian dan tidak akan berakhir hingga Wahyu, jadi setiap orang Kristen harus menjadi pejuang rohani. Efesus 6:12 berkata kepada kita bahwa dalam tatanan Rahasia Kudus ini kita berperang melawan kekuatan rohani, roh-roh jahat, yang bekerja di dalam orang-orang untuk menghambat maksud Tuhan.
Bila dan ketika peperangan rohani memuncak dalam alam jasmani hingga pada titik di mana seorang yang jahat (atau bangsa dari mereka) akan membahayakan kita, pesan Alkitab jelas: Dengan pertolongan Tuhan, lawanlah dan menang! Kita tahu bahwa ketika Nuh keluar dari Bahtera setelah Air Bah, Tuhan mendirikan pemerintahan sipil sebagai sarana untuk sistem pemerintahan di bumi. Ini berarti bahwa umat manusia bertanggung jawab untuk menghukum mati manusia yang membunuh orang lain (Kej. 9:5 dan 6). Orang jahat mungkin tidak takut kepada Tuhan, tetapi mereka takut kepada orang lain (pejabat pemerintahan) yang mempunyai kuasa untuk menghukum mati mereka. Tuhan sudah membuat itu sebagai tanggung jawab kita untuk mengendalikan kejahatan.
Sebagai pokok yang menarik sehubungan dengan topik ini, Keluaran 20:13, diterjemah-kan dengan tepat, tertulis: ”Jangan membunuh.” Semua pembunuhan adalah mematikan, tetapi tidak semua yang mematikan adalah pembunuhan. Di seluruh Alkitab Tuhan menerangkan dan mendorong tiga jenis tindakan yang mematikan yang dibenarkan dan sering dibutuhkan: 1) membela diri; 2) pembelaan masyarakat (menghukum mati kriminal); 3) pertahanan diri negara, yang kita sebut perang.
Beberapa orang Kristen berkata bahwa mereka tidak berhak memutuskan siapa yang harus hidup atau mati, jadi mereka tidak akan membela diri mereka sendiri jika seseorang berusaha membunuh mereka. Bukan saja itu bertentangan dengan perintah Tuhan untuk melaksanakan keadilan dalam masyarakat kita, hal itu membiarkan pembunuh memutuskan siapa yang hidup dan siapa yang mati. Apakah artinya? Mudah untuk mengerti mengapa Setan menyebarkan dusta bahwa perang, entah secara pribadi maupun bangsa, selalu salah – itu adalah cara yang baik untuk membuat beberapa umat Tuhan menyerahkan hidup mereka.
Tentu saja, tidak ada pemerintahan yang merupakan standar tertinggi untuk kapan perang dipandang benar. Seperti dalam Kisah Para Rasul 5:29, kita harus mentaati Tuhan daripada manusia, jadi jika atau ketika suatu dekrit pemerintahan bertentangan dengan apa yang diperintahkan Tuhan untuk kita perbuat, kita mentaati Tuhan. Mungkin kita tidak selalu tahu manakah perang yang diletuskan oleh pemerintah yang merupakan hal yang benar dilakukan, tetapi Alkitab menjelaskan bahwa demi Tuhan dan maksud yang dikehendaki-Nya melalui kita, kita harus menyisingkan lengan jika kita terancam dengan penghancuran. Jadi, dalam pandangan Tuhan, ada saatnya untuk berperang.
Pengkhotbah 3:1 dan 8
(1) Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.
(8) ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
Anda sebagai orang Kristen, saat Yesus nanti datang ke dunia lagi, anda harus percaya dan taat kepada Tuhan agar berdiri menghadapi musuh, Setan, dan melawan dia yang bekerja melalui orang-orang jahat. Jika dan ketika kejahatan mengancam anda, anda bodoh dan tidak bertanggung jawab jika tidak membela diri sendiri hingga pada tingkat dibutuhkan untuk menghentikan mereka yang hendak menghancurkan kemanusiaan. Yesus dipercaya Kristen memberikan hidup-Nya untuk kebebasan dari dosa bagi semua umat manusia. Jika anda tanpa perlu dan dengan bodoh menyerahkan hidup anda, tidak menyediakan kebebasan bagi siapa saja, itu hanya berarti berkurang satu orang benar lagi untuk menolong dan memberkati orang lain. Yesus menang melalui memberikan hidup-Nya. Seharusnya anda menang melalui berperang demi Tuhan dan umat-Nya, mengalahkan kejahatan kapan saja dapat anda lakukan melalui cara yang saleh dan sah yang tersedia, dan tetap hidup untuk memberkati dan melayani umat Tuhan.
August 13, 2011 at 7:21 pm
saudaraku someone untuk alinea terakhir penjelasamu di atas , saya melihat pikiran jernihmu mulai kelihatan saya tertarik anda mengatakan Yesus menang dengan caranya memberikan kehidupan Nya bagi semua umat manusia. Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup. dan Yesus juga mengajarkan kepada umatnya agar saling mengasihi dan saling memaafkan antar sesama manusia. Terima kasih.
August 13, 2011 at 8:21 pm
Semoga yang anda baca bukan hanya alinea terakhir, tapi keseluruhan alinea, agar fikiran jernih anda muncul yang menghantarkan anda kepada pemahaman bahwa perang merupakan salah satu jalan Tuhan selain jalan damai.
August 14, 2011 at 4:20 am
saudara someone , adalah konyol orang yang mengatakan perang adalah jalan Tuhan, peperangan mempunyai ekes yang mengerikan , saling membunuh, bahkan pemerkosaan, perbudakan ,kemiskinan karena harta benda di rampas, hal ini sangat bertentangan dengan ajaran moral . apakah Tuhan tega menyaksikan umat ciptaanNya saling menenteng kepala musuh-musuh mereka?? ( karena Tuhan sendiri mengajarkan berperang ).
katakanlah yang sejujurnya saudara walau itu pahit.
August 14, 2011 at 6:51 am
tapi apakah tuhan rela melihat ajarannya diselewengkan ciptaannya sendiri alias ciptaan menghina pencipta??
sebaiknya anda bertanya”kenapa tuhan tidak menciptakan manusia yang kekal tidak binasa” jika menurut anda perang itu kejam
August 14, 2011 at 8:02 am
@atar :
Barangkali andalah yang konyol, menganggap membunuh demi menghentikan pembunuhan yang dzalim sebagai suatu kekonyolan. Mungkin memang benar jalan perang non muslim itu barbar dan tidak sesuai dengan ajaran moral. Tetapi jalan perang muslim itu sesuai dengan ajaran moral, karena agama Samawi / Abrahamic dari Ibrahim hingga Muhammad, menggauli hamba sahaya itu halal dan bukan perkosaan, kemiskinan karena perang itu sebuah konsekuensi karena ikut berperang. Tuhan tidak tega menyaksikan umat ciptaan-Nya dibunuh atau ditenteng-tenteng kepalanya secara dzalim, maka Dia berusaha menghentikan para pembunuh dzalim itu walau harus dengan cara menggerakan tentara-Nya memerangi para pembunuh itu. Dan Tuhan nya muslim tidak mengajarkan untuk memulai perang, tetapi mengajarkan untuk memerangi mereka yang memulai perang terhadap kemanusiaan.
Terimalah kebenaran wahai saudaraku, walau pahit rasanya.
August 23, 2011 at 6:03 pm
Tuhan kami adlah Tuhan yang mengajarkan kasih sayang, tidak dendam. sehinggah kita tidak perlu membalas kejahatan dengan kejahatan. jika anda mengatakan bahwa tuhanmu mengajarkan utk memerangi orang yang memerangimu , maka anda telah mencitrakan Tuhan sebagai pendendam.
pendendam adalah sifat manusia, Tuhan adalah Maha mengampuni.
jadi pendapat anda yang mengatakan bahwa berperang adalah ajaran Tuhan adlah keliru.
August 24, 2011 at 10:48 am
Hahahaha … anda ini perlulah sekali-kali baca perjanjian lama, agar wawasan anda tentang perang memadai. Pertanyaan saya sederhana, apa yang anda lakukan saat menghadapi pasukan perang yang hendak membunuh anda, di mana anda tidak dapat berlari dan serangannya tidak dapat dihentikan dengan berdialog? Jawab dengan akal hidup dan jangan dengan mimpi.
August 13, 2011 at 5:42 am
@ATAR ANDA MENYEMBAH MANUSIA YANG MAKAN, MINUM, BERAK LALU MANUUSIA ITU ANDA JADIKAN TUHAN.
MANUSIA DIJADIKAN TUHAN SUNGGUH INI TIDAK MASUK AKAL.
TAPI ANDA TERIMA INI .
PERTANYAAN SAYA ADALAH APAKAH ANDA PUNYA AKAL.KOK MALAH BERTANYA PADA BUNG ILHAM DAN BUNG SOMEONE YANG JELAS2 BERAKAL.
SELAMA ANDA MENYEMBAH MANUSIA SEBAGAI TUHAN ANDA ITU KAGAK BERAKAL.
ORANG HIDUP NGGA SAMA DENGAN ORANG MATI.
August 23, 2011 at 6:09 pm
cikk saudaraku, anda keliru menyampaikan, bukan manusia yang dijadikan Tuhan tetapi Tuhan yang berkenan menjadi manusia.
mudah-mudahan saudara mendapat pencerahan ilahi
August 13, 2011 at 6:39 am
@ atar
anda tidak layak berdiskusi karena anda kurang ilmu sehingga menyebabkan anda kurang pemahaman.Yang perlu anda lakukan ialah belajar lagi.Saranan ikhlas lho!
August 13, 2011 at 7:29 pm
apakah karena anda tidak dapat meyakinkan orang lain sehinggah anda mengatakan tidak layak berdiskusi??? menurut saya tidak lah sulit untuk memahami isi alquran, bukankah alquran meng claim diri sebagai petunjuk yang jelas??
jika anda mengatakan orang harus punya ilmu yang tinggi agar bisa memahami quran, anda telah mengkontradiksi dengan claim alquran sebagai petunjuk yang jelas.
cobalah berpikir kritis.
August 13, 2011 at 8:27 pm
Ayat-ayat yang jelas itu (QS 45:25) tanpa menggunakan metode yang benar, tidak akan menghantarkan kepada pemahaman yang benar. Jadi memahami maksud ayat-ayat yang jelas tersebut hanya akan berhasil jika anda menggunakan metode yang benar, bukan dugaan atau hawa nafsu yang menyesatkan.
August 13, 2011 at 8:29 pm
Sangat mudah membuat ayat-ayat al-Quran yang jelas difahami secara keliru, dan sangat sulit untuk memahami ayat-ayat alQuran yang jelas itu jika tanpa ilmunya.
August 14, 2011 at 4:01 am
someone apanya yang sulit untuk memahami ini ??? : harta rampasan perang kepunyaan allah dan rasulnya.
apakah merampas hak milik orang lain bukan dosa???? karena kegigihan anda untuk mempertahankan bahwa ayat di atas sebagai wahyu allah, maka anda memberi kesan bahwa Allah yang maha suci itu mengajarkan dosa.
kalo itu bukan milikmu mengapa anda ambil???? harap di jawab dengan hati nurani, someone, ilham, jack dll,
anda katakan hanya orang yang punya ilmu tertentu yang bisa memahami??? jika demikian berapa % penduduk indo yang memahaminya, tidak mereka akan menjadi korban penyesatan, karena hanya mengandalkan kemampuan orang lain / penafsir??????? SANGAT SANGAT TIDAK MASUK DI AKAL.
August 14, 2011 at 6:48 am
nah siapa yang dimaksud “orang lain”dalam pertanyaan sdr atar??
apakah anda menyamakan harta rampasan perang dengan harta rampokan??
August 14, 2011 at 6:52 am
nah masalahnya, apakah anda sedang berada dalam posisi mencari petunjuk dalam Al Quran sdr atar??
August 14, 2011 at 7:54 am
Yang sulit itu menjawab secara benar alasan kenapa harta rampasan perang itu menjadi kepunyaan Allah dan Rasulnya. Dengan mudahnya anda mengemukakan pendapat bahwa pengambilan Allah tersebut dzalim, padahal siapa yang mengatakan pengambilan harta rampasan sebagai sesuatu yang dzalim, Nabi mana yang mengatakannya, Kitab mana yang mengatakannya, melainkan anda sendiri? Kok benar menurut pendapat sendiri … hehehehe.
Anda bertanya, “kalo itu bukan milikmu mengapa anda ambil????”
Kan udah dijelasin, rampasan perang bukan lagi hak milik orang yang kalah perang, tetapi milik orang yang memenangkan perang. Jika dibariskan pasukan Musa, pasukan Daud, pasukan Isa, pasukan Muhammad dan pasukan anda dalam situasi kalah perang, maka hanya pasukan anda sajalah yang merengek-rengek minta hartanya dikembalikan karena masih menganggap harta tersebut merupakan hak miliknya. Jika berbaris lagi semuanya dalam situasi menang perang, maka hanya pasukan anda yang bodoh tidak mensyukuri kemurahan Tuhan atas halalnya rampasan perang di sisi Tuhan tiga agama.
Berapa % penduduk indo yang memahaminya? Makanya belajarlah jadi orang beragama. Karena dua hal yang dapat menyelamatkan seseorang dalam agamanya, pertama pemahaman keagamaannya yang benar, kedua cinta kepada agamanya. Orang yang menjadi korban penyesatan kalian itu karena tidak memiliki cinta dan pemahaman yang benar. SUDAH MASUK AKAL DIK?
August 14, 2011 at 9:00 am
tidak perlulah perkataan Nabi , hanya untuk menilai bahwa harta rampasan itu adalah tidak halal, orang yang bermoral dan mempunyai hati nurani pasti sudah jelas mengetahui , bahwa harta milik orang lain yang diambil secara paksa adalah tidak halal, apapun situasi dan kondisinya.
Allah yang mana yang mengajarkan demikian??
August 14, 2011 at 9:31 am
Nah, ini dia, tanda-tandanya orang tidak beragama, tidak memahami fungsi Nabi dan firman Tuhan. Kalau setiap orang bisa mendefinisikan sendiri moral baik dan buruk itu seperti apa, gak perlulah Tuhan menurunkan wahyu kepada Nabi untuk menjelaskan zina itu haram, mencuri itu haram, menyekutukan tuhan itu haram. Apa ajaran moral dalam agama anda didefinisikan oleh anda sendiri? Agama apa yang sudah anda buat ini?
Anda bertanya, “Allah mana yang mengajarkan demikian?”
Loh, anda itu ngobrol kok pake tidur segala. Bukannya sudah saya tunjukan, Yahweh tuhannya Musa menghalalkan rampasan perang, Allah Tuhannya Muhammad menghalalkan rampasan perang, Yesus tuhannya orang Kristen tidak mengharamkan rampasan perang, cuma anda tuhannya diri anda sendiri saja yang mengharamkan rampasan perang.
August 14, 2011 at 1:36 pm
wah sepertinya saudara atar hendak menyamakan harta rampasan perang dengan harta curian/ sdr atar malah tidak bisa membedakan keduanya??
August 13, 2011 at 7:13 am
MISTERI DI BALIK RAIBNYA NASKAH QUMRAN
Penemuan tulisan-tulisan tangan berbahasa Ibrani dan Aramaik kuno di propinsi Qumran, paska Perang Dunia II telah memicu antusiasme para Ahli Sejarah Kitab Suci untuk mendapatkan informasi tentang naskah-naskah tersebut yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas misteri dari periode penting dalam sejarah umat manusia. Hal itu tentu saja sangat beralasan mengingat bahwa naskah berbahasa Ibrani paling kuno yang ada saat ini dari Kitab-kitab Perjanjian Lama berasal dari abad ke-10 M. Selain bahwa naskah-naskah tersebut menyimpan perbedaan-perbedaan cukup besar jika dihadapkan dengan naskah-naskah septuagintal Yunani yang berhasil diterjemahkan di Aleksandria pada abad ke-13 SM. Manakah di antara kedua naskah yang paling sahih dalam hal terjadinya perbedaan? Manakah di antara keduanya yang paling dapat diandalkan? Tidak hanya terbatas pada Jemaat-Jemaat Yitzrael, bahkan Gereja-Gereja Kristen Yunani, mengakui Perjanjian Lama sebagai bagian dari Kitab Suci mereka. Sementara umat Kristen hingga abad ke-10 M, mengandalkan naskah Septuaginta (naskah Yunani, pent) dan setelah itu mereka beralih – kecuali Gereja Yunani Timur- ke naskah Ibrani pada awal abad yang sama.
Sebagaimana sumber-sumber yang sampai kepada kita tentang al-Masih, semuanya berasal dari tulisan-tulisan yang disusun pada setengah abad semenjak waktu yang ditentukan sebagai saat wafatnya Yesus. Dan tidak terdapat satu naskahpun – meskipun sedikit – dari sumber-sumber sejarah masa kini yang menyebutkan secara pasti periode yang dikatakan bahwa Yesus pernah hidup di masa itu. Bahkan sebaliknya, Kitab-kitab Perjanjian Baru sendiri – sebagai rujukan satu-satunya tetang kehidupan Yesus�memberikan kepada kita inforamsi yang kontradiktif berkenaan dengan kehidupan dan kematian Yesus. Injil Matius menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Herodus, yang mangkat pada tahun ke-4 SM. Sedangkan Injil Lukas menetapkan kelahiran al-Masih pada masa sensus penduduk oleh Romawi, yakni tahun ke-enam kelahiran al-Masih. Perbedaan juga muncul berkenaan dengan masa berakhirya kehidupan al-Masih di bumi. Berdasarkan keterangan-keterangan yang didapat dari kitab-kitab Injil, ada yang menetapkan pada tahun ke�30, tahun ke-33 dan ada pula yang menetapkannya pada tahun ke-36.
Sementara keyakinan terdahulu menegaskan bahwa para penulis Injil itu adalah para murid dan sahabat yang hidup semasa al-Masih, dan mereka menjadi saksi hidup atas maklumat yang mereka tulis. Akan tetapi, saat sekarang ini menjadi jelas bahwa tidak seorangpun dari para penulis Injil itu yang pernah bertemu Yesus. Para penulis itu tanpa terkecuali bersandar pada riwayat-riwayat yang mereka dengar dari orang lain atau dari penafsiran-penafsiran mereka terhadap tulisan-tulisan kuno.
Berdasarkan pada kenyataan ini, maka penemuan tulisan-tulisan kuno yang mendahului atau semasa dengan zaman kehidupan Yesus di kawasan yang hanya berjarak beberapa kilometer dari kota Jerusalem, yang disebut-sebut sebagai kota tempat meninggalnya al-Masih, telah membangkitkan kembali harapan untuk menemukan sumber-sumber pengetahuan untuk menyingkap tabir misteri dan hakikat persoalan dalam sejarah institusi agama Kristen dan keterkaitannya dengan jemaat-jemaat Yahudi yang ada pada masa itu. Antusiasme menjadi bertambah besar semenjak dipublikasikannya bagian�bagian awal manuskrip pada tahun enam puluhan. Maka jelaslah bahwa tulisan-tulisan tangan itu berkaitan erat dengan kelompok Judeo-Kristen yang dikenal sebagai Kaum Esenes, yang memiliki seorang guru bijak dengan sifat dan karakter yang tidak berbeda dengan al-Masih. Namun sayang bahwa antusiasme yang muncul di kalangan para ilmuan sejarah kitab suci dan para pembaca awam justru menimbulkan rasa cemas dan khawatir dari pihak otoritas agama dan institusi-institusi Yahudi maupun Kristen. Alasan kecemasan itu tidak berhubungan dengan rasa takut bahwa informasi yang berhasil diketemukan akan menguatkan keimanan orang-orang muslim, sebab sejatinya bahwa tulisan-tulisan itu merupakan tulisan keagamaan kuno. Namun kecemasan itu lebih mengarah pada kekhawatiran akan terjadinya penyelewengan dan perubahan yang tidak saja berkenaan dengan hakikat sejarah, tetapi juga meyangkut penafsiran teks-teks keagamaan berikut maknanya.
Berdasarkan alasan demikian ini, maka semenjak pemerintah Israel menduduki kota Jerusalem Lama paska Perang Juni 1967, usaha-usaha penerbitan masuskrip Laut Mati secara praktis terhenti. Sementara di sana masih tersisa lebih dari separoh yang belum sempat diterbitkan. Bahkan lebih dari itu, pemerintah Israel berupaya untuk membungkam suara-suara yang datang dari segala penjuru -yang paling lantang justru dari para ilmuan Israel sendiri-. Untuk berkelit dari desakan terus�menerus itu, pemerintah Israel merencanakan sebuah aksi simbolis. Pihak berwenang di Depertemen Arkeologi Israel mengirimkan gambar-gambar potografi yang diklaim sebagai telah mewakili seluruh naskah yang ada di musium Rockefeller di Jerusalem, kepada Universitas Oxford di Inggris dan kepada sebuah universitas di Amerika Serikat. Selanjutnya pemerintah Israel berpura-pura seolah-olah geram dan melancarkan aksi protes ketika universitas yang dimaksud menerjemahkan dan mempublikasikan gambar-gambar photografi manuskrip tersebut tanpa izin resmi dari pemerintah Israel.
Drama simbolis pemerintah Israel ini, agaknya dimaksudkan untuk memberi kesan seolah-olah semua naskah manuskrip telah diterjemahkan dan dipublikasikan, sehingga dengan demikian tidak akan ada lagi alasan pihak manapun untuk mendesak pemerintah Israel agar memperlihatkan semua naskah kuno yang ada di tangannya. Bisa dipastikan bahwa di sana masih ada sejumlah naskah yang potongan�potongannya masih belum terpublikasikan, dan oleh pihak-pihak tertentu sengaja dirahasikan keberadaannya, agar dengan demikian ia akan dilupakan kembali oleh sejarah. Akan tetapi, bagian yang telah dipublikasikan sebelumnya, cukup untuk memberikan penjelasan kepada kita apa sejatinya misteri yang oleh pihak tertentu sengaja ditutup-tutupi. Inilah yang hendak kita coba untuk mengungkapnya pada bahasan-bahasan berikut.
Manuskrip Laut Mati yang dimaksud adalah sekumpulan tulisan tangan kuno yang berhasil diketemukan antara tahun 1947 – 1956 di dalam gua�gua tersembunyi di pegunungan yang terletak di sebelah barat Laut Mati, antara lain kawasan Qumran, Muraba’at, Khirbat, Mrd, Ein Jeda dan Masada. Penemuan tersebut, khususnya yang berasal dari wilayah Qumran atau Umran, wilayah Tepi Barat Jordan yang berjarak hanya beberapa kilometer selatan kota Yerikho (Areeha), semenjak setengah abad yang lalu, telah membawa dampak sangat dalam pada pola pikir peneliti-peneliti Yahudi dan Kristen di seluruh dunia. Selanjutnya penemuan-penemuan spektakuler itu, secara pasti, telah mengakibatkan terjadinya perubahan pada banyak struktur kepercayaan yang selama ini diyakini di Palestina. Meski demikian, kita masih berada di awal langkah sehingga belum bisa diharapkan untuk mendapatkan hasil-hasil yang sempurna, kecuali apabila seluruh naskah yang ada berhasil dipublikasikan dan difahami maknanya oleh para peneliti.
Ketika Perang Dunia II hampir reda, tepatnya pada bulan Pebruari tahun 1947, ditemukan gua pertama dekat Laut Mati. Ketika itu Palestina di bawah perwalian Inggris dan Jerusalem masih dalam genggaman rakyat Palestina. Awalnya, Muhammad Ad-Dib, seorang anak gembala kehilangan seekor domba miliknya. Ia berasal dari suku Ta’amirah yang mendiami wilayah yang membentang dari Jerusalem hingga tepian Laut Mati. Dalam usaha menemukan dombanya yang tersesat, anak gembala itu naik ke sebuah batu cadas. Dari tempat itu ia melihat celah sempit dari sebuah tebing yang berhadapan dengan lereng gunung. Dipungutnya sebuah batu, ia lemparkan batu itu ke dalam gua dan sekonyong�konyong terdengar beturan batu yang dilemparkannya dengan benda-benda yang tampaknya terbuat dari bahan tembikar. Gembala kecil itu kemudian menaiki lereng gunung dan mengintip dari atas. Dalam suasana remang-remang, Muhammad menyaksikan sejumlah perabot dari tembikar yang tersusun rapi di lantai gua. Esok paginya, Muhammad kembali ke gua diikuti beberapa orang kawan. Dan benar, di dalam gua itu mereka menemukan seperangkat perabot dari tembikar dan tujuh gulungan tulisan tangan.
Dalam waktu singkat, naskah manuskrip tulisan tangan itu telah dipamerkan untuk dijual oleh pedagang barang antik di Jerusalem, bernama Kando. Ia membeli barang itu dari seorang penduduk Ta’amirah. Athanasius Samuel, Kepala Biara Katolik Saint Markus di Swiss yang pada saat itu sedang berada di Jerusalem membeli 4 buah manuskrip, sedangkan 3 buah lainnya dibeli oleh Profesor Eliezer Sukenik dari University of Hebrew di Jerusalem.
Ketika Perang Arab – Israel berkecamuk, menyusul proklamasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 15 Mei 1948, Atanasius khawatir akan nasib naskah-naskah kuno yang dibelinya. Ia berniat mengirimkan ke-empat naskah itu ke Amerika Serikat untuk dijual di sana. Namun akhirnya naskah-naskah itu dibeli oleh Yigael Yadin -anak Profesor Sukenik�dengan harga seperempat juta US dollar atas nama Hebrew University di Jerusalem. Dengan demikian, tujuh naskah temuan pertama itu berada dalam kepemilikan Hebrew University di Israel.
Ketika dicapai kesepakatan damai Arab-Israel pada 7 Nopember 1949, kawasan Qumran dan sepertiga bagian utara wilayah Laut Mati menjadi wilayah teritorial Kerajaan Hashemit Jordania, sehingga dengan demikian pihak berwenang di Jordan dapat dengan leluasa melancarkan rangkaian ekspedisi arkeologis guna melacak keberadaan manuskrip kuno yang masih tersisa. Meskipun di pihak lain warga Ta’amirah merahasiakan keberadaan gua�gua misterius itu, namun pada akhirnya pihak berwenang Jordan berhasil menemukannya pada akhir bulan Januari 1949.
Menyusul penemuan lokasi gua-gua Qumran, pihak berwenang Jordan segera melancarkan ekspedisi pencarian di dalam gua-gua tersebut. Di bawah pengawasan G.L. Harding, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris yang yang menjabat sebagai Direktur Departemen Arkeologi Jordan bersama Pendeta Roland de Vaux direktur French Dominican I’Ecole Biblique, di Jerusalem Timur, ekspedisi itu berhasil menemukan ratusan potongan-potongan kecil di dalam gua berikut benda-benda kuno dari tembikar, kain dan benda-benda dari kayu. Benda-benda antik tersebut tentu sangat membantu upaya menentukan masa sejarah tulisan-tulisan tangan dari zaman kuno itu. Namun sayangnya, ekspedisi kali ini tidak dilanjutkan hingga mencakup wilayah Khirbat – dataran di bawah lokasi gua- kecuali pada bulan Nopember 1951, di mana diketemukan puing-puing perkampungan kuno yang didiami oleh para pengikut sekte Esenes, di dalamnya juga diketemukan benda�benda kuno romawi antara lain; kepingan uang logam, yang dari masa pembuatannya mengindikasikan bahwa gua-gua tersebut dihuni oleh orang-orang tertentu hingga berkobarnya gerakan pemberontakan Yahudi melawan penguasa Romawi antara tahun 66 – 70 M, yang berakhir dengan pembumihangusan kota Jerusalem dan diusirnya bangsa Yahudi dari kota tersebut dan wilayah-wilayah lain di sekitar Jerusalem.
Karena tamak untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan materi, penduduk Ta’amirah menjelajahi hampir seluruh kawasan tepi Laut Mati guna menemukan manuskrip-manuskrip lain yang diperkirakan masih tersembunyi di gua-gua wilayah pegunungan. Pada bulan Nopember 1952, seorang warga Badui Ta’amirah berhasil menemukan gua lain yang tersimpan di dalamnya sejumlah besar gulungan manuskrip yang telah lapuk dan menjadi potongan�potongan kecil. Ia kemudian menjualnya kepada pihak berwenang di Jordan. Cara pencarian yang dilakukan oleh penduduk Ta’amirah itu kemudian ditiru oleh pemerintah Jordan untuk melakukan eksplorasi di gua�gua Laut Mati dalam upaya menemukan naskah�naskah yang masih tersisia. Puncaknya, pada tahun 1965, ditemukan sekumpulan gua yang terdiri dari dua belas buah, juga di wilayah Qumran. Gua-gua baru yang berhasil ditemukan itu selanjutnya diberi nomor sesuai urutan penemuan. Warga Ta’amirah menemukan gua nomor 1, 4, dan 6, sedangkan tujuh gua laiinnya ditemukan oleh pihak berwenang Jordan.
Di pihak lain, Athanasius -setelah melakukan tes kelayakan arkeologis naskah-naskah Laut Mati�telah memberil<an rekom.endasi keaada American Institute for Oriental Studies di Jerusalem untuk memotret ulang dan mempublikasikan ke-empat naskah yang berada dalam genggamannya. Antara tahun 1950 – 1951, Institut Amerika di Jerusalem itu untuk pertama kalinya menerbitkan gambar-gambar photografi naskah Laut Mati, sehingga dengan demikian telah memberi kesempatan kepada para peneliti yang lain untuk menelaahnya, yang kemudian diikuti dengan penerbitan terjemahan naskah dalam bahasa Inggris. Pada tahun 1953, Hebrew University di Jerusalem juga mempublikasikan tiga buah gambar photografi naskah berikut terjemahannya.
Pater De Voux, selanjutnya ditunjuk menjadi Penanggung jawab Ekspedisi Arkeologis Jordan dalam upaya menemukan naskah-naskah kuno di Qumran, merangkap Penanggung Jawab proyek penyiapan dan penerjemahan Naskah. Oleh de Foux, potongan�potongan naskah yang berhasil diketemukan di Gua Nomor-1 diserahkan kepada Dominique Partolemi dan Millick, keduanya patner kerja de Foux di French Dominican I'Ecole Biblique. Penerbitan naskah terjemahan dilakukan oleh Oxford University pada tahun 1955. Namun sebelum itu, pemerintah Jordan telah terlebih dahulu membentuk I<omisi Internasional beranggotakan delapan orang peneliti -tidak seorangpun dari mereka berkebangsaan Arab- dengan tugas menyiapkan naskah transkrip dan penerbitannya, diketuai oleh de Foux dengan anggota dari Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan Jerman yang segera tiba di Jerusalem dan siap untuk bekerja.
Menyusul sesudah itu, pada tahun 1961, terjemahan manuskrip yang diketemukan di gua kawasan Muraba'at, arah selatan Qumran, oleh Josef T. Milik, telah dipublikasikan pula. Bagian keempat dari manuskrip Muraba'at yang berisikan kitab-kitab Mazmur yang berasal dari temuan di gua nomor 11 itu dipublikasikan pada tahun 1965. Sedangkan bagian kelima yang merupakan potongan-potongan yang berasal dari gua nomor 4 diterbitkan pada tahun 1968.
Pada perkembangan berikutnya, diketemukan pula manuskrip-manuskrip kuno di gua-gua lain di luar kawasan Qumran, antara lain di wilayah Mird, arah barat daya Qumran, Muraba'at (arah tenggara Qumran) dan Masada, sebuah benteng kuno Yahudi di selatan Laut Mati yang dikuasai pemerintah Israel. Dalam usaha menemukan manuskrip-manuskrip kuno itu, penduduk Qumran tidak puas dengan pencarian di Qumran saja, mereka bahkan telah menjelajahi hampir seluruh kawasan pegunungan yang membentang sepanjang kawasan pantai Laut Mati. Pada bulan 0ktober tahun 1951 lagi-lagi seorang warga Badui Ta'amirah menemukan sejumlah manuskrip dalam bahasa Ibrani dan Yunani di sebuah gua di kawasan oase Muraba'at, kurang lebih 15 km selatan gua Qumran yang pertama, lalu ia menjual naskah temuan itu kepada pihak berwenang Jordan. Pada saat yang sama, sejumlah warga Ta'amirah lainnya menemukan sebagian tulisan-tulisan kristiani di wilayah Mird, dekat Qumran, di antaranya tertulis dalam bahasa Suryani. Sebuah tim ekspedisi yang beranggotakan para arkeolog Israel di bawah pimpinan Yigael Yadin, juga melakukan pencarian naskah kuno antara tahun 1963 – 1965, khususnya di bekas-bekas peninggalan di benteng Masada, dalam wilayah kekuasaan Israel, arah timur laut kota Arikha (AI-Khalil), dan berhasil menemukan beberapa buah naskah kuno. Namun yang menjadi sorotan kita di sini adalah tulisan-tulisan kuno yang berasal dari Qumran, yang diyakini merupakan peninggalan orang�orang sekte Esenes, bukan tulisan-tulisan Yudaisme dan Kristen yang ditemukan di luar Qumran.
Pecahnya Perang Arab – Israel tahun 1967 menyebabkan jatuhnya wilayah Tepi Barat ke dalam cengkeraman pemerintah pendudukan Israel, begitu juga museum Jerusalem, tempat di simpannya manuskrip-manuskrip kuno. Tidak ada yang terlepas Jari penguasaan pihak berwenang Israel selain sebuah manuskrip tembaga, sebab pada saat itu, naskah berada di Amman, Jordan. Dan semenjak saat itu, semua aktifitas publikasi naskah kuno praktis terhenti.
Wahai orang-orang kafir!Kalian akan masuk neraka yang sangat panas jika mati tidak sempat bertobat.Janganlah terpedaya dengan suatu agama yang penuh dengan kebohongan tapi coba membohongi agama Allah Tuhan sekelian alam.Ucapkanlah Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah supaya kalian mendapat kejayaan yang abadi di akherat.Jika tidak, neraka menunggu!
August 13, 2011 at 7:42 pm
ilham, pada alinea terakhir tulisan saudara di atas apakah anda telah bermaksud mengatakan kepada diri anda sendiri??
bagi kami sangat sederhana menbedakan mana yang benar-benar wahyu Allah dan mana yang buatan manusia yaitu Wahyu Allah tidak akan bertentangan dengan ajaran moral.
jika bertentangan dengan ajaran moral maka sudah jelas tempatnya.
August 14, 2011 at 6:54 am
bisakah sdr atar menunjukkan ajaran dalam Al Quran yang bertentangan dengan ajaran moral??
August 14, 2011 at 8:04 am
Jangan-jangan moral yang dibuatnya sendiri, bukan moral menurut Tuhan, hehehehe …
August 14, 2011 at 8:43 am
JACK DIMANAKAH MORALMU JIKA ANDA MEMAKAN HARTA YANG DIRAMPAS DARI ORANG LAIN??0? SEMENTARA ORANG YANG DIRAMPAS MATI KELAPARAN?? QS 8:69
August 14, 2011 at 8:46 am
Someone pura-pura tidak tahu moral menurut Tuhan?? saya sudah katakan jika ayat@ di atas buatan manusia saya bisa memahami, tetapi anda meng claim bahwa wahyu Tuhan itu yang membuat tidak bisa dipahami.
August 14, 2011 at 8:56 am
Lalu siapa yang mengklaim bahwa rampasan perang itu haram, klaim Tuhan atau klaim anda?. Kalau ternyata itu cuma klaim anda semata, OMG, kebangetan sekali anda, telah mendudukan diri anda sebagai Tuhan yang menentukan halal dan haram.
August 14, 2011 at 9:08 am
merampas harta orang lain adlah sama saja dengan mencuri dan merampok, anda mestinya belajar juga 10 perintah Allah, salah satunya adalah jangan mencuri yang di terima oleh Nabi Musa.
pada jaman moder ini anda bisa dihukum karena mencuri atau merampok. hatinuranimu sudah mati saudara
August 14, 2011 at 9:21 am
Lalu siapa yang menyatakan rampasan perang itu sama dengan barang curian yang dimaksud dalam 10 perintah Tuhan, pernyataan Tuhan atau anda?. Kalau ternyata itu cuma pernyataan anda semata, OMG, kebangetan sekali anda, telah mendudukan diri anda sebagai Tuhan.
August 14, 2011 at 9:24 am
Kalau rampasan perang adalah barang curian, Musa yang menerima sendiri 10 firman Tuhan akan menolak rampasan perang. Kok anda yang tidak menerima 10 firman Tuhan menganggap rampasan perang sebagai barang curian yang secara tidak langsung menyalahkan Musa karena menerima rampasan perang. Jangan-jangan yang menerima 10 perintah Tuhan itu bukan musa, tapi anda … Hahahaha.
Kalau rampasan perang adalah ditolak Musa, pastinya Yesus mengharamkan rampasan perang. Jangan-jangan Yesus itu anda, karena andalah yang menerima 10 perintah Tuhan dan tahu persis bahwa rampasan perang itu adalah barang curian. Hehehehe.
August 14, 2011 at 3:44 pm
Yesus, tidak pernah mengajar kepada umatnya untuk berperang karena berperang adalah perbuatan yang saling menghilangkan nyawa., Yesus tidak mengajarkan mengambil hak milik orang lain, makanya Yesus juga mengajarkan untuk saling mengasihi antar sesama manusia, kalau saja setiap manusia benar-benar mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari maka tidak ada permusuhan antar sesama, hanya dalam kehidupan sehari-hari masih banyak yang terjerumus dalam nafsu kedangingan, dan lebih mementingkan hal-hal duniawi.
someone , ilham dan jack, kalian juga harus kritis , coba dipertanyakan ayat-ayat itu apakah benar dari Tuhan atau hanya mengatasnamakan saja. kalian seolah-olah mati akal jika dihadapkan pada permasalahan tsb.
August 15, 2011 at 2:21 am
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku (Yesus) datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (Matius 5:17)
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:18)
Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:19)
dan kita lihat penerima hukum taurat
Kitab Bilangan 31:25-54
31:25 TUHAN berfirman kepada Musa:..
31:26 “Hitunglah jumlah rampasan yang telah diangkut, yang berupa manusia dan hewan–engkau ini dan imam Eleazar serta kepala-kepala puak umat itu.
31:27 Lalu bagi dualah rampasan itu, kepada pasukan bersenjata yang telah keluar berperang, dan kepada segenap umat yang lain.
31:28 Dan engkau harus mengkhususkan upeti bagi TUHAN dari para prajurit yang keluar bertempur itu, yakni satu dari setiap lima ratus, baik dari manusia, baik dari lembu, dari keledai dan dari kambing domba;
31:29 dari yang setengah yang telah didapat mereka haruslah engkau mengambilnya, lalu menyerahkannya kepada imam Eleazar, sebagai persembahan khusus bagi TUHAN.
31:30 Tetapi dari yang setengah lagi yang untuk orang Israel lain haruslah engkau mengambil satu ambilan dari setiap lima puluh, baik dari manusia, baik dari lembu, dari keledai dan dari kambing domba, jadi dari segala hewan, lalu menyerahkan semuanya kepada orang Lewi yang memelihara Kemah Suci TUHAN.”
31:31 Kemudian Musa dan imam Eleazar melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:32 Adapun rampasan, yakni yang masih tinggal dari apa yang telah dijarah laskar itu berjumlah: enam ratus tujuh puluh lima ribu ekor kambing domba
31:33 dan tujuh puluh dua ribu ekor lembu,
31:34 dan enam puluh satu ribu ekor keledai,
31:35 selanjutnya orang-orang, yaitu perempuan-perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki, seluruhnya tiga puluh dua ribu orang.
31:36 Yang setengah yang menjadi bagian orang-orang yang telah keluar berperang itu jumlahnya tiga ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus ekor kambing domba,
31:37 jadi upeti bagi TUHAN dari kambing domba itu ada enam ratus tujuh puluh lima ekor;
31:38 lembu-lembu tiga puluh enam ribu ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada tujuh puluh dua ekor;
31:39 keledai-keledai tiga puluh ribu lima ratus ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada enam puluh satu ekor;
31:40 dan orang-orang enam belas ribu orang, jadi upetinya bagi TUHAN tiga puluh dua orang.
31:41 Lalu Musa menyerahkan upeti yang dikhususkan bagi TUHAN itu kepada imam Eleazar, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:42 Yang setengah lagi yang menjadi bagian orang Israel lain, yang dipisahkan Musa dari bagian orang-orang yang telah berperang itu,
31:43 yaitu yang setengah yang menjadi bagian umat yang lain itu: domba-domba tiga ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus ekor,
31:44 lembu-lembu tiga puluh enam ribu ekor,
31:45 keledai-keledai tiga puluh ribu lima ratus ekor,
31:46 dan orang-orang enam belas ribu orang.
31:47 Lalu Musa mengambil dari yang setengah yang menjadi bagian orang Israel lain itu satu ambilan dari setiap lima puluh, baik dari manusia baik dari hewan, kemudian menyerahkan semuanya kepada orang Lewi yang memelihara Kemah Suci, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:48 Lalu mendekatlah para pemimpin tentara, yakni kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, kepada Musa
31:49 serta berkata kepadanya: “Hamba-hambamu ini telah menghitung jumlah prajurit yang ada di bawah kuasa kami dan dari mereka tidak ada seorangpun yang hilang.
31:50 Sebab itu kami mempersembahkan sebagai persembahan kepada TUHAN apa yang didapat masing-masing, yakni barang-barang emas, gelang kaki, gelang tangan, cincin meterai, anting-anting dan kerongsang untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa kami di hadapan TUHAN.”
31:51 Maka Musa dan imam Eleazar menerima dari mereka emas itu, semuanya barang-barang tempaan.
31:52 Dan segala emas persembahan khusus yang dipersembahkan mereka kepada TUHAN, yakni yang dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, ada enam belas ribu tujuh ratus lima puluh syikal beratnya.
31:53 Tetapi prajurit-prajurit itu masing-masing telah mengambil jarahan bagi dirinya sendiri.
31:54 Setelah Musa dan imam Eleazar menerima emas itu dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus,maka mereka membawanya ke dalam Kemah Pertemuan sebagai peringatan di hadapan TUHAN untuk mengingat orang Israel
August 15, 2011 at 2:24 am
8:70. Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: “Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu”. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
kelaparan atau tidak tergantung orang yang ditawan, apakah ada niat baik atau hendak khianat
August 15, 2011 at 5:50 am
Apa yang dilakukan Yesus saat menghadapi Gog dan Magog atau al-Masih ad-Dazal? Bermesraan dengan mereka, melakukan apa yang anda lakukan, yakni berusaha membujuk mereka dalam proses berjatuhannya korban manusia di tagan mereka? Yesus yang dikenal penuh kasih, tidak mungkin merasa tenang dengan berdiplomasi dalam keadaan mata melihat satu persatu nyawa manusia tak berdosa melayang.
August 23, 2011 at 11:28 am
Yesus mengajarkan kasih , bahkan musuhpun perlu kita doakan. dan dikasihi.
August 23, 2011 at 12:11 pm
Dalam Islam kita memang digalakkan memaafkan orang lain.Firman Allah:
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan itu,Tolaklah (kejahatan itu)dengan cara yg lebih baik, sehingga orang yg tadinya bermusuhan denganmu akan menjadi teman yg setia.(HA MIM AS SAJADAH ayat 34)
Firman Allah lagi:
tetapi siapa saja yang memberi maaf dan memperbaiki keadaan, maka ganjarannya (adalah) atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang zhalim” (Asy-Syura : 40).
Firman Allah lagi:
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang jahil.” [Al-A’râf: 199]
Firman Allah lagi:
Dan (sebaliknya) hendaklah mereka memaafkan serta
melupakan kesalahan orang-orang itu, tidakkah kamu suka supaya Allah
mengampunkan dosa kamu? (Surah An-Nur, Ayat: 22).
Firman Allah lagi:
dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang. Dan (ingatlah), Allah mengasihi orang-orang yang berbuat perkara-perkara yang baik. (Aali Imraan (3) : 134)
August 23, 2011 at 6:23 pm
bagaimana dengan ini saudaraku ??: al -boqaroh (2) :195 jika mereka memerangi kamu maka perangilah mereka.
August 23, 2011 at 7:09 pm
Itu adalah utk mempertahankan diri bukan utk membalas dendam.Allah Maha Adil.Jadi wajar kalau dalam ajaranNya ada ajaran utk mempertahankan diri.Dengan demikian ajaran Islam jadi sempurna.Kemaafan tidak menafikan keadilan dan sebaliknya keadilan tidak menafikan kemaafan.
August 24, 2011 at 10:44 am
Jika mereka memerangi kamu maka perangilah mereka, jika tidak memerangi?
Kalau anda tidak memerangi muslim, ya muslim tidak akan memerangi anda …
Asal ada kata “perangi” dalam alQuran, fikiran buruk anda begitu saja berfikir muslim pasti memerangi tanpa alasan. Sungguh fikiran buruk menyebabkan akal anda tidak berguna.
August 14, 2011 at 3:57 pm
coba someone, jack , ilham berpikir kritis :
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa”.( qs 70:40 )
Siapakah aku dan kami pada ayat di atas??
August 15, 2011 at 2:16 am
Frasa Tuhan Yang menguasai timur dan barat dalam QS. 70:40 di atas merupakan kiasan yang maksudnya adalah malaikat-malaikat pemelihara benda-benda angkasa.
August 15, 2011 at 9:11 am
Aku dalam ayat tersebut adalah Tuhan, dan kata “Tuhan” di sana adalah diri-Nya sendiri. Artinya Tuhan bersumpah dengan Diri-Nya sendiri. Apakah lazim bagi Allah bersumpah dengan diri-Nya sendiri? Tentu saja lajim, Dia bisa bersumpah demi apapun yang dikehendaki-Nya, bahkan demi ciptaan-Nya, seperti firman Allah : “Demi buah Tin” dls.
Apakah ahli Kitab harus merasa heran jika Tuhan bersumpah seperti ini? Jawabannya tidak perlu, sebab dalam alKitab juga dijumpai tuhan bersumpah dengan dirinya sendiri :
Kejadian 22:16 kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,
Ibrani 6:13 Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya,
Makna نحن (Nahnu = Kami) disini adalah salah satu yang diagungkan dan memiliki pembantu-pembantu, bukan bermakna bayak Tuhan.
Adapun berkenaan dengan satu-satunya illah yang berhak di ibadahi, maka berlaku bagi-Nya saja. Karena itu Allahu ta’ala tidak pernah berfirman فإىّن فعبد ( faiyyana fa’budu = hanya kepada kami, maka beribadahlah). Setiap kali memerintahkan ibadah, takwa, takut dan tawakal, Dia menyebut diri Nya sendiri dengan nama khususNya. Adapun bila menyebut perbuatan perbuatan yang dia mengutus para malaikat untuk melakukannya maka Dia berfirman :
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (Al Fath : 1)
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaanya itu (Al Qiyamah : 18)
dan ayat ayat semisalnya
August 15, 2011 at 9:27 am
Kenapa ada frasa “kami” dalam ayat tersebut yang beriringan dengan soal pengaturan benda langit? Karena Allah mengutus malaikat dalam pengaturan benda-benda langit tersebut. Tugas malaikat seperti ini dikenal baik dalam kitab Yahudi atau kitab Muslim.
Dalam kitab Enoch Yahudi disebutkan saat Enoch naik ke langit dia melihat 200 malaikat bersayap mengatur bintang dan melayani sorga.
Terntang malaikat yang ikut dalam pengaturan matahari, Nabi bersabda: “Kepada matahari diutus sembilan Malaikat. Setiap harinya mereka menghujani matahari dengan salju. Seandainya tidaklah demikian niscaya tiada sesuatupun yang terkena sinar matahari melainkan pasti terbakar.” (Hadits riwayat Thabrani melalui Abu Umamah)
Kenapa ada frasa “aku” dalam ayat tersebut yang beriringan dengan Tuhan yang mengatur benda langit? Sebagaimana disebutkan pada penjelasan sebelumnya frasa aku berkaitan dengan satu-satunya illah yang disembah. Digunakan frasa “aku” karena hanya ada satu Tuhan yakni “aku” yang mengutus malaikat untuk mengatur benda langit sesuai dengan petunjuk-Nya, dan benar-benar maha kuasa karena kalian manusia tidak dapat melakukannya. Malaikat-malaikat itu tidak dapat melakukan pengaturan jika tidak diberi kuasa oleh Tuhan.
August 16, 2011 at 10:29 pm
ok, menurut jack, Tuhan bersumpah dengan malaikat pemelihara benda angkasa.
menurut someone Tuhan bersumpah dengan Tuhan, manakah yang benar ?? apakah selalu demikian , setiap orang boleh menafsirkan berdeda-beda???
jika ayat di atas perlu penjelasan coba anda datangkan dalil yang berasal dari Tuhan sendiri kata Tuhan di atas maksudnya adalah Tuhan bukan malaikat atau kata Tuhan maksudnya adalah malaikat bukan Tuhan, agar jawabannya bukan merupakan asumsi kalian saja.
terima kasih.
August 17, 2011 at 2:56 am
Silahkan lihat pola ayat, penggunaan Aku dan Kami oleh Tuhan, selalu seperti itu. Pola ini adalah dalil tuhan yang tidak perlu dikatakan karena orang yang membaca alQuran mengetahuinya.
August 17, 2011 at 3:35 am
mana ya pendapat sdr someone yang mngatakan Tuhan bersumpah dengan tuhan??
S U R A T A L – F A T I H A H
1:2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,
August 17, 2011 at 6:33 am
Maksudnya kalau ada frasa “Aku” dalam ayat al-Quran, maknanya adalah menunjukan satu-satunya yang diibadahi.
August 17, 2011 at 10:39 am
Jack, coba baca sekali lagi yang teliti penjelasan dari some one.
someone mengatakan pola ini adalah dalil Tuhan yang tidak perlu dikatan, karena orang yang membaca alquran mengetahuinya adakah dalan quran dalil yang tersembunyi, jika ada mengapa mesti disembunyikan?
anda mengatakan orang yang membaca alquran mengetahuinya. Apakah demikian, buktinya anda dengan someone saja beda penafsiran.
Jack; frasa Tuhan di ayat tsb diatas hanya kiasan yang maksudnya adalah malaikat-malaikat pemelihara benda angkasa
someone : kata Tuhan disana artinya diri-Nya sendiri, artinya Tuhan bersumpah dengan dirinya sendiri.
coba kalian jawab , mengapa bisa beda?? mana yang benar??
jangan kalian katakan Tuhan = Malaikat, jadinya tak masuk akal.
August 17, 2011 at 12:52 pm
coba baca lagi tulisan saya
Frasa Tuhan Yang menguasai timur dan barat dalam QS. 70:40 di atas merupakan kiasan yang maksudnya adalah malaikat-malaikat pemelihara benda-benda angkasa.
kemudian sdr someone menambahkan
Aku dalam ayat tersebut adalah Tuhan, dan kata “Tuhan” di sana adalah diri-Nya sendiri
ketika menaggapi QS 70:40
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa”.( qs 70:40 )
jadi dimana letak beda pendapatnya??
August 17, 2011 at 1:32 pm
ok lah jack, kita petik 3 kata dari ayat di atas yaitu, Aku, Tuhan dan Kami. malaikat-malaikat pemelihara benda-benda angkasa adalah merupakan kiasan dari apa? coba diperjelas . pertanyaan saya terdahulu adalah siapakah Aku dan kami? pada pada qs 70:40
August 17, 2011 at 2:18 pm
sekali lagi, anda minta penjelasan yang sesuai selera anda?? bukannya sudah dijelaskan, mental anak TK harap jangan dibawa kesini dong, ini kan forum yang bagus
kata “bisa” jika kita membacanya tanpa mempelajari kalimatnya juga bisa kesasar
August 17, 2011 at 5:11 pm
Tuhan dalam ayat di sana berkaitan dengan Aku dan Kami. Aku berelasi dengan Tuhan, dan Kami berelasi dengan Tuhan. Aku yang berelasi dengan Tuhan bermakna Karena Akulah benda langit itu bergerak, maka sembahlah Aku. Kami yang berelasi dengan Tuhan bermakna, Aku lah yang telah memrintahkan malaikat untuk menggerakan benda langit itu. Jadi sangat tidak salah jika Jack merelasikan Tuhan dengan malaikat, karena benda langit itu bergerak memang oleh malaikat atas perintah Tuhan.
August 17, 2011 at 9:51 pm
kita sudah membaca penjelasan someone, tentang aku dan kami.
sekarang kita akan melihat penjelasan jack mengenai siapakah Aku dan kami pada ayat di atas. silahkan jack
August 18, 2011 at 2:46 am
hehehehe anda ini lucu ya
kata”aku” ya jelas mengacu kepada Tuhan sedangkan “kami” ya jelas mengacu kepada Tuhan dan malaikat, bukankah tuhan itu maha adil sdr atar?? apakah tuhan yang maha adil akan melupakan peran serta malaikat dalam peredaran benda2 angkasa sehingga memakai kata “aku”
August 18, 2011 at 4:55 pm
jadi menurut someone ; aku = Tuhan dan kami maksudnya adalah Tuhan juga ( walaupun tersamar )
Jack : aku maksudnya Tuhan, dan kami adalah Tuhan dan malaikat.
inilah pembaca, dari awal pertanyaan saya kepada jack dan someone tentang pengertian kata aku dan kami , pada qs 70:40.
pendapat mereka berdua saja berbeda, tentunya orang yang membaca akan dengan jelas melihat perbedaan pendapat dari keduanya, dimanakah letak petunjuk yang jelas itu????
jika ada lagi orang lain yang memberikan pendapat , maka mungkin saja berbeda lagi, Tuhan tidak mungkin memberikan firman kepada ciptaanNya yang sama sekali tidak jelas, dan membingungkan, sehinggah setiap orang bisa bependapat sesuai pemikirannya masing-masing.
yang lebih fatal adalah pendapat saudara jack; karena mengartikan kami sebagai Tuhan dan malaikat dengan alasan Tuhan maha adil.
kalau dikutip kalimat di atas sbb: kami benar-benar maha kuasa
jadi Tuhan dan malaikat benar-benar maha kuasa.
jack adakah yang maha kuasa selain Tuhan??? tolong dijawab saudaraku.
August 18, 2011 at 5:51 pm
Kadang-kadang Allah membahasakan diriNya dengan kataganti Aku dan ditempat lain pula dengan kataganti Kami.Kataganti Kami bukanlah jamak yang menunjukkan bilangan.Ianya adalah katajamak utk menunjukkan keagungan.
Contoh Allah menggunakan kataganti kami:
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan Kamilah yang akan menjaganya”. (AL Hijr 15:9)
Contoh Allah menggunakan kataganti Aku:
Sesungguhnya Akulah Allah; tiada Tuhan melainkan Aku; oleh itu, Sembahlah akan daku, dan dirikanlah solat untuk mengingati daku.” (Toha 20:14)
Contoh Tuhan memanggil diriNya sendiri sebagai Tuhan:
Hai Musa! Aku ini Allah, Tuhan semesta alam. Lemparkanlah tongkatmu!, Setelah dilihatnya tongkat itu bergerak-gerak seperti ular, ia lari ke belakang tidak menoleh lagi. ‘Hai Musa! Kembalilah, jangan takut! Engkau sudah mendapat lindungan keamanan. Masukkanlah tanganmu kedalam saku bajumu, niscaya akan keluar dalam keadaan putih tanpa cacat dan dekapkan tanganmu ke badanmu jika engkau merasa takut.’ Inilah dua mujizat dari Tuhan ditujukan kepada Firaun dan pembesar-pembesarnya; sebab mereka itu orang-orang yang jahat.” (Qur’an, 28: 30 – 32)
Didlam ayat 70:40 diatas ketiga-tiganya telah digunakan secara bersamaan yang merujuk kepada diri Allah itu sendiri seakan-akan Tuhan mengungkapkan keesaan dan keagunganNya dan menyatakan bahawa Dia adalah Tuhan secara bersamaan yang dihimpun hanya dalam satu ayat.
August 18, 2011 at 9:37 pm
Benar kata mas ilham, kami itu tidak berbilang, bukan maksudnya aku dan dia. Kami menyatakan keagungan Tuhan, menggambarkan kemampuan Tuhan yang diwujudkan dengan menugaskan malaikat. Saya kira maksud jack juga ke sana. Jadi kalau ada kalimat kami benar-benar maha kuasa, yakni Allah yang dengan keagungan-Nya menugaskan malaikat mengelola benda langit tersebut. Jadi ayat di sana tidak sedang menjelaskan selain Allah, tidak sedang menjelaskan tuhan lain atau malaikat.
Dalam tata bahasa Arab, ada kata ganti pertama singular [anâ], dan ada kata ganti pertama plural [nahnu]. Sama dengan tata bahasa lainnya. Akan tetapi, dalam bahasa Arab, kata ganti pertama plural dapat, dan sering, difungsikan sebagai singular. Dalam gramer Arab [nahwu-sharaf], hal demikian ini disebut “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i”, kata ganti pertama yang mengagungkan dirinya sendiri.
Permasalahan menjadi membingungkan setelah al-Quran yang berbahasa Arab, dengan kekhasan gramernya, diterjemahkan ke dalam bahasa lain, termasuk Indonesia, yang tak mengenal “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i” tsb.
Akan tetapi, setelah mengetahui perbedaan gramer ini, kejanggalan tsb. segera dimaklumi.
August 19, 2011 at 1:16 pm
hehehehe sdr atar sangat lucu ya jika mempertentangkan pendapat saya dengan sdr someone. coba baca lagi tulisan sdr someone yang malah mendukung pendapat saya. silahkan dibaca kalimat terakhirnya
August 19, 2011 at 5:36 pm
Saudara jack ; mengapa anda berlari dari kenyataan, sehinggah tidak mengakui apa yang sudah saudara tuliskan di atas sbb: kata kami ya jelas-jelas mengacu pada Tuhan dan Malaikat.
saya akan coba memasukan kata – kata sesuai tafsiran Ilham
Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat terbitnya matahari, bulan dan bintang, sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa. qs 70:40
Jika Aku adalah Tuhan masa Tuhan bersumpah dengan Tuhan?????
Tuhan yang mana lagi???
jika maksudnya Tuhan bersumpah dengan diriNya sndiri, mestinya kalimatnya menjadi Aku bersumpah dengan diriKu sendiri, bukan aku bersumpah dengan Tuhan ….
jadi aku itu siapa??? jika kata kami menunjukan keagungan. apakah kata aku yang benar-benar menunjuk sebagai Tuhan tidak menunjukan keagungan? jika menunjukan keagungan mestinya kata ganti Allah, semuanya adalah Kami. karena Allah adalah selalu agung.
Firman Allah itu akan jelas sampaikanpan pun dan dimanapun, tidak akan menimbulkan kejanggalan, bukan kah sebagai petunjuk yang jelas akan tetap jelas walaupun diterjemahkan kedalam bahasa apapun.
coba ilham , jack, someone renungkan saudaraku. kita harus kritis, bukankah kita diberi akalbudi oleh sang pencipta?
August 19, 2011 at 6:15 pm
Anda bertanya, “Jika Aku adalah Tuhan masa Tuhan bersumpah dengan Tuhan????”
Kejadian 22:16 kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri …”
Aku dalam Kejadian 22:16 tersebut adalah Tuhan. Sekarang mari kita ganti Aku dengan Tuhan, karena Aku adalah Tuhan :
“Tuhan bersumpah demi diri Tuhan sendiri”
Terlihat bukan, Tuhan bersumpah dengan Tuhan.
Karenanya tidak salah jika di dalam Ibrani 6:13 disebutkan “Ia (Tuhan) bersumpah demi diri-Nya sendiri,”
Jadi jangan heran jika Tuhan bersumpah dengan Tuhan, karena hal itu dikenal di dalam alKitab. Jika anda bisa menerima Tuhan bersumpah dengan diri-Nya sendiri, maka bagaimana anda menolak jika dalam alQuran Tuhan bersumpah dengan diri-Nya sendiri? Jangan standar ganda donk.
Anda bertanya, “Tuhan yang mana lagi???”
Sangat mengherankan jika anda bertanya kepada muslim, Tuhan mana lagi yang dimaksud oleh Aku (Allah)? Bukankah sudah sangat jelas di dalam ayat yang lain Allah berfirman,
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (6:162-163)
Jadi pemahaman muslim terkait dengan ayat tersebut adalah bahwa Aku adalah Tuhan dan Tuhan adalah Aku, Aku adalah Kami, Kami adalah Aku, Tuhan adalah Kami dan Kami adalah Tuhan.
Kita main logika yang gampang. Jika Aku adalah Tuhan, maka pernyataan berikut ini adalah benar :
“Aku bersumpah demi diri Tuhan sendiri”
“Tuhan bersumpah demi diri-Ku sendiri”
“Aku bersumpa demi diri-Ku sendiri”
“Tuhan bersumpah demi diri Tuhan sendiri”
Siapakah orang yang akan bertanya Tuhan yang dimaksud oleh Aku itu siapa? Adalah orang yang tidak tahu bahwa Aku adalah Tuhan. Anda adalah orang yang tidak faham bahwa Tuhan yang dimaksud dalam ayat alQuran tersebut adalah Aku, karena Aku adalah Tuhan dan Tuhan adalah Aku.
Perkataan anda “jika maksudnya Tuhan bersumpah dengan diriNya sndiri, mestinya kalimatnya menjadi Aku bersumpah dengan diriKu sendiri, bukan aku bersumpah dengan Tuhan ….”
Kenapa anda mempersempit kemampuan Tuhan atau meniadakan kemampuan manusia? Kami muslim mampu memahami Tuhan di sana adalah Aku karena Tiada Tuhan selain Dia. Apa hanya karena anda meyakini ada Tuhan selain Dia lalu Tuhan harus berkata “Aku bersumpah dengan diri Ku sendiri”. Hanya orang yang meyakini ada Tuhan selain Dia sajalah yang menyangka Tuhan dalam ayat tersebut adalah Tuhan yang lain. Sudah sangat jelas perbedaan keyakinan muslim dengan anda dalam soal ketuhanan, muslim tidak mengenal Tuhan yang lain sehingga tidak mempertanyakan keberadaan Tuhan yang lain, sementara anda mengenal Tuhan yang lain sehingga mempertanyakan keberadaan Tuhan yang lain. Tolong jangan samakan muslim dengan anda.
Anda harus memahami kenapa Tuhan kami menyebut dirinya dengan Aku, Kami dan Tuhan. Semua diposisikan sesuai dengan tujuan yang berbeda sehingga tidak bisa semuanya yang menunjuk kepadanya menggunakan Kami. Tuhan kami cukup sempurna sehingga Dia menggunakan pilihan kata yang sempurna, di mana saat menunjukan Ubudiyah-Nya Dia menggunakan Aku, saat menunjukan Rubbubiyah-Nya Dia menggunakan Kami, dan saat menunjukan kedudukan-Nya Dia menggunakan Tuhan.
Pernyataan anda, “Firman Allah itu akan jelas sampaikanpan pun dan dimanapun, tidak akan menimbulkan kejanggalan, bukan kah sebagai petunjuk yang jelas akan tetap jelas walaupun diterjemahkan kedalam bahasa apapun.”
Bagi kami jelas kok, demikian pula bagi orang yang berpengetahuan, sangat jelas, sama sekali tidak menimbulkan kejanggalan. Orang yang merasa tidak jelas dalam masalah ayat ini adalah mereka yang tidak memahami gramer bahasa Arab dan yang menggunakan faham ketuhanannya yang besebrangan dengan faham ketuhanan menurut alQuran.
August 16, 2011 at 5:46 pm
@atar : jika bukan karena berperang, anda tidak bisa merdeka seperti sekarang ini. Tidak ada penjajah Kristen baik Spanyol atau Belanda yang menjajah Indonesia tanpa penumpahan darah, dan kemerdekaan ini kita capai dengan menumpahkan darah mereka. Mana yang akan Yesus pilihkan untuk bangsa ini menurut anda, menerima penjajahan atau melawan penjajah sekalipun harus menghadapi senjata canggih mereka?
August 16, 2011 at 10:45 pm
wow , someone berperang adalah nafsu kedagingan manusia, Tuhan tidak pernah memerintahkan perang, Spanyol dan belanda memerangi bangsa kita bukan karena perintah Tuhan tetapi karena hawa nafsu kedangingan mereka , karena kehausan mereka akan harta bahkan harta – harta kita diambil dan dibagi-bagikan sebagai hasil rampasan perang, sedangkan nenek moyang kita mati kelaparan , tetapi anda tidak usah khawatir Tuhan Maha Adil dan maha kuasa, para pelakunya yang menganiaya suku bangsa kita sudah di adili karena dosa-dosa mereka.
Saudaraku mudah mudahan anda mendapat pencerahan, Perlakukanlah kepada orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan. it is so simple, adakah suka cita dalam diri saudara??
August 17, 2011 at 3:13 am
Ya betul, Tuhan mengadili mereka melalui tangan-tangan para pejuang, dari kalangan muslim dan kristian. Mereka tidak merasa hina telah membunuh penjajah yang hendak membunuh dan merampas kemerdekaan mereka, dan tidak merasa hina pula menyerahkan hasilnya berupa kemerdekaan kepada anda. Yang memberikan kebaikan kepada anda itu adalah orang yang anda sebut diliputi nafsu kedagingan, yang anda sebut kristian tidak sejati. Semoga Tuhan membalas kebaikan mereka semua.
August 17, 2011 at 3:38 am
makan juga merupakan nafsu kedagingan, apakah tuhan juga tidak pernah memerintahkan manusia untuk makan??
sebenarnya definisi dari “nafsu kedagingan” menurut anda itu apa sih??
August 17, 2011 at 10:52 am
Jack saudaraku, anda belum mengerti tentang nafsu kedanginan, nafsu kedagingan adalah kiasan bagi orang yang tidak dapat menguasai hawa nafsu, yang hidup berdasarkan kemauan fisik ( merampok, memperkosa, membunuh, dll ) saja tanpa memikirkan sisi rohani, manusia teridi dari badan dan roh , badan diartikan sebagai daging maka dapat juga dikatakan nafsu badaniah.
tetapi inti dari pembicaraan kita Ayat-ayat yang di claim sebagai wahyu Allah , namun terasa aneh. sebaiknya kalian menjawab dulu pertanyaan di atas.
August 17, 2011 at 12:55 pm
setahu saya makan merupakan keinginan daging, sedangkan roh tidak perlu makan. bagaimana anda menjelaskannya??
August 17, 2011 at 1:36 pm
apa yang perlu dijelaskan , sudah jelas kan.
August 17, 2011 at 2:20 pm
tidak perlu penjelasan atau anda tidak mampu/sanggup menjelaskannya??
jangan cuma jadi PENANYA ULUNG tapi jadilah PENJAWAB yang baik juga
August 17, 2011 at 5:28 pm
Di dalam Islam, nafsu itu dapat tercela dan dapat mulia. Nafsu itu naturalnya adalah sifat kehewanan, mendorong kepada keburukan (amarah bissu’i) yang bertentangan dengan jalan lurus, hanya saja bisa terkendali atau tidak. Nafsu yang dapat dikendalikan dan tidak berontak saat pemiliknya beramal sesuai ketentuan Tuhan, maka nafsu ini disebut nafsu yang tenang (mutmainnah). Nafsu yang tidak dapat dikendalikan dan menguasai pemiliknya sehingga melanggar aturan Tuhan, maka ini lah yang disebut nafsu kebinatangan. Jadi, tidak setiap perbuatan yang didorong oleh keinginan daging / nafsu itu tercela. Tidak setiap makan tercela, tidak setiap berhubungan badan tercela, tidak setiap mengambil sesuatu dari dunia itu tercela, selama berkesesuaian dengan hukum Tuhan.
August 17, 2011 at 9:55 pm
tolong di baca tulisan saya ; nafsu kedagingan (… )
August 18, 2011 at 2:50 am
wah kok yang menjawab jadinya malah sdr someone ya, tapi yah itung2 daripada tidak ada yang menjawab. trims
August 18, 2011 at 7:54 am
Kalau begitu seandainya berperang dilakukan dengan mengikuti jalan lurus, maka nafsu nya terpimpin, bukan lagi nafsu kedagingan yang tercela.
August 17, 2011 at 11:01 am
someone , itulah jika saja spanyol dan belanda ( Pemerintah dan Tentara ) , mengamalkan ajaran Tuhan untuk tidak memerangi sesama manusia tentu nenek moyang kita tidak menderita seperti yang kita ketahui bersama, maka saya mengajak someone, untuk hidup saling mengasihi, semua manusia adalah saudara kita.
August 17, 2011 at 2:21 pm
bisakah anda menunjukkan ajaran tuhan dalam alkitab yang melarang berperang??
August 17, 2011 at 5:35 pm
Dan tahukah anda, jalan apa yang ditempuh kita di masa lalu untuk membebaskan diri dari mereka semua? Para penjuang berperang mengusir penjajah atas dasar kasih sayang kepada bangsanya yang terjajah. Para pejuang menghentikan peperangannya setelah musuh berhenti, inilah jalan hidup saling mengasihi. Kita semua memaafkan penjajahan yang mereka lakukan, inilah jalan hidup persaudaraan. Jadi perang dapat menjadi suci, berazaskan kasih sayang dan persaudaraan. Inilah hal penting untuk anda fahami, yang melihat perang hanya dari sisi musuh, lihat juga perang dari mereka yang dibela.
August 17, 2011 at 10:02 pm
jack, jika anda di ajari untuk mengasihi sesamamu manusia, apakah anda akan memerangi orang lain? kita bisa saja memerangi orang lain jika kita tidak mengikuti ajaran itu.
someone ; tidakah anda berpikir kalau saja spanyol dan belanda mengikuti ajaran saling mengasihi, maka meraka tidak memerangi kita.
August 18, 2011 at 2:59 am
jack, jika anda di ajari untuk mengasihi sesamamu manusia, apakah anda akan memerangi orang lain? kita bisa saja memerangi orang lain jika kita tidak mengikuti ajaran itu.
=============>>>
kapan indonesia akan terbebas dari penjajah jika pendapat anda diterapkan??
August 18, 2011 at 8:09 am
Dengan demikian, panduan berperang bagi orang atau kaum yang diserang menjadi logis diberikan oleh Tuhan karena setiap orang atau kaum berpotensi menyerang orang atau kaum lainnya.
Yang harus anda fahami bukan hanya bahwa orang atau kaum berpotensi menyerang orang atau kaum lainnya, tetapi juga bahwa setiap serangan dari orang atau kaum tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dengan diplomasi namun harus dengan cara memeranginya demi melindungi nyawa orang tidak berdosa yang diperanginya. Dalam peperangan, yang berdosa itu orang atau kaum yang menyerang pertama kali, bukan orang atau kaum yang membela diri dari penyerangan itu.
August 18, 2011 at 5:08 pm
jack anda tidak akan mengerti mengenai karya Tuhan yang begitu besar terhadap ciptaanNya. apakah hanya dengan berperang saja kita bisa merdeka?? apakah anda sudah melupakan usaha para pemimpin kita berdialog, berunding dengan jalan damai, jika tidak ada kuasa Tuhan apakah kita bisa merdeka???
anda memaksakan perintah berperang yang dibuat oleh manusia sebagai perintah Tuhan. Perkataan manusia adlah sangat jauh dari sempurna dan seringkali tidak masuk akal, sehinggah sangat mudah untuk diperdebatkan.
August 18, 2011 at 5:26 pm
someone anda mengatakan panduan berperang bagi orang atau kaum yang diserang menjadi logis diberikan oleh Tuhan, karena setiap orang berpotensi menyerang orang atau kaum lain.
coba anda sebutkan panduan perang yang katanya diberikan oleh Tuhan dalam alquran, sertakan ayatnya. terima kasih
August 18, 2011 at 5:56 pm
Sebaiknya kamu ke sini aja:http://flawlessimagine.blogspot.com/2010/05/jihad-dan-hukum-perang-dalam-islam.html
August 18, 2011 at 10:14 pm
Muslim diijinkan berperang dengan syarat jika diperangi :
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (22:39)
Walau demikian, muslim diajarkan untuk berhenti berperang saat para penyerangnya menghendaki perdamaian :
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (8:61)
Muslim diajarkan sebagai pasukan perdamaian yang berusaha mendamaikan pihak yang berperang dan berusaha melindungi pihak yang diperangi :
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (49:9)
Pasukan perdamaian PBB hingga sekarang melakukan hal yang sama, seperti melindungi warga Bosnia dari serangan pasukan Serbia dengan menghancurkan infrastruktur militer Serbia dan memukul mundur pasukan Serbia. Karenanya wajar saja jika aturan perang dalam Islam diadopsi dalam konvensi jenewa sebagai standar perang internasional.
August 19, 2011 at 1:19 pm
sebaiknya sdr atar membaca lagi buku sejarah tingkat smp jika sudah silahkan kita lanjutkan diskusi kita
August 19, 2011 at 6:03 pm
( 49.9)dan kalau ada 2 golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaknya kamu damaikan antara keduanya.
someone perintah berperang itu bukan dari Allah. Allah itu maha pengasih dan adil.
ayat di atas menyuruh anda untuk mendamaikan orang beriman yang berperang. bagaimana kalau orang kafir yang berperang?
apakah anda akan mendamaikan ? jelas ayat di atas untuk orang beriman. anda tidak kritis terhadap ayat di atas.
sekali lagi jika orang serbia mengasihi orang bosnia sebagai sesama manusia, tentu mereka tidak akan memerangi orang bosnia.
Tuhan sudah melarang sesama manusia untuk saling berperang atau memerangi orang lain, tetapi manusia tetap melanggar konsekwensinya ya pengadilan akhirat.
Tuhan itu maha mengampuni , mengapa manusia tidak bisa saling memaafkan, .
coba anda jawab yang jujur kalau anda mengasihi saya , apakah anda akan memerangi saya??? tolong dijawab ya atau tidak
August 19, 2011 at 6:53 pm
Anda berkata bahwa perintah berperang itu bukan dari Allah. Saya hanya berkata, silahkan saja sebagian orang Kristen berkata bahwa perang bukan perintah Allah dan sebagian orang Kristen lainnya berkata bahwa perang adalah perintah Allah. Terserah pula jika sebagian Kristian melemahkan keimanan sebagian yang lainnya terkait keyakinan terkait perintah berperang ini. Saya tidak merasa heran jika anda atau sebagian Kristian tidak meyakini Tuhan memerintahkan perang kepada orang yang diperangi, karena Kristen memang terputus dari ajaran Musa yang diajarkan syariat berperang, bukan agama samawi ciptaan Tuhan sehingga tidak memiliki kesamaan, melainkan agama bumi buah akal budi manusia sehingga berbeda.
Anda bertanya, “ayat di atas menyuruh anda untuk mendamaikan orang beriman yang berperang. bagaimana kalau orang kafir yang berperang?”
Memangnya orang kafir itu bukan manusia seperti orang beriman ya sehingga muslim tidak akan mendamaikan mereka? Kafir dan beriman itu sebutan untuk menjelaskan keadaan iman, sama seperti bodoh dan pintar, kaya dan miskin.
Bukankah sudah jelas bahwa condongnya muslim kepada perdamaian bukan hanya dalam pertikaian antara muslim dengan muslim saja, tetapi juga dalam pertikaian antara muslim dengan non muslim, sebagaimana firman-Nya:
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (8:61)
Jika muslim harus terlibat, menengahi pertikaian antara non muslim dengan non muslim, maka muslim akan tetap condong kepada perdamaian, karena condong kepada perdamaian adalah perintah Tuhan yang wajib ditaati.
Anda benar, seandainya Salibis Serbia mengasihi Muslim Bosnia, pasti mereka tidak akan memerangi muslim Bosnia. Apakah anda hidup dalam angan-angan sehingga menganggap tidak akan ada manusia di muka bumi yang akan memerangi manusia lainnya? Bangun! Cobalah anda berfikir sesuai dengan kenyataan. Apakah jika Salibis Serbia tidak dapat dicegah dengan diplomasi lalu anda biarkan mereka membantai muslim Bosnia? Apakah jika hitler, stalin, dan musolini tidak dapat dicegah pembunuhan masalnya dengan diplomasi lalu pasukan sekutu membiarkan mereka melanjutkan pembantaiannya terhadap manusia?
Jika anda dan keluarga anda adalah orang yang dibantai, lalu ada sepasukan perang Kristen bersenjata lengkap dan kuat berada bersama anda. Para pembantai itu mulai membantai kakak anda, adik anda, nenek anda, satu persatu. Pasukan perang itu tidak berbuat apa-apa, hanya menonton kekejian yang tidak bisa diterimanya. Setelah pembantai itu pergi, pasukan perang yang bersenjata lengkap itu menghampiri anda dan keluarga yang tersisa seraya berkata, “Sabarlah, maafkan mereka karena Tuhan maha pengampun. Mereka akan mendapatkan balasan setimpal di akhirat.”. Lalu datang keesokan harinya para pembantai itu memulai aksinya lagi hingga yang tersisa tinggal anda. Pasukan bersenjata lengkap itu melakukan hal yang sama, menasihati anda untuk bersabar. Lalu datang lagi pembantai membunuh anda. Pasukan bersenjata lengkap itu menonton anda dibantai, lalu pergi setelahnya. Saya bertanya, pasukan itu sebenarnya berada di sisi anda membela kemanusiaan atau di sisi para pembantai? Di mana kasih sayangnya kepada anda dan keluarga anda sehingga mereka tidak mau melindungi dengan senjata yang mereka punya. Sungguh tipu daya iblis, dengan fikiran manusia bahwa perang itu tidak diizinkan kepada mereka, maka iblis telah memuluskan jalan kekuasaannya. Apakah anda pemulus jalan iblis yang cinta kasih dan rasa kemanusiaan itu sekedar di lidah saja?
Anda bertanya, “coba anda jawab yang jujur kalau anda mengasihi saya , apakah anda akan memerangi saya??? tolong dijawab ya atau tidak?”
Kalau anda adalah para pembantai itu, anda adalah sekutu hitler si pembantai, maka saya akan mengasihi orang yang dibantai. Saya mengasihi anda dengan berusaha menghentikan kejahatan anda walau dengan berhadap-hadapan dengan senjata. Saya sebagaimana pasukan sekutu, akan memerangi anda demi kemanusiaan dan cinta kasih hingga anda berhenti. Setelah anda berhenti, maka muslim pun akan berhenti memerangi anda, sebagaimana pasukan sekutu tidak melanjutkan dengan membantai warga jerman hingga habis. Ini adalah cinta kasih hamba Tuhan kepada mereka yang diperangi dan kepada mereka yang memerangi.
August 20, 2011 at 1:49 am
someone mengapa anda belum bisa menjawab pertanyaan sederhana dari saya?? jika anda mengasihi saya apakah anda memerangi saya??
jadi kuncinya adalah saling mengasihi antara sesama manusia itulah ajaran Tuhan. berperang dan segala aturan serta strategynya di atur oleh manusia.
August 20, 2011 at 2:28 am
Ternyata butuh kalimat lebih sederhana untuk bisa anda cerna …
jika anda mengasihi saya apakah anda memerangi saya??
Jika anda memerangi orang yang tidak bersalah maka saya akan memerangi anda
Jika anda tidak memerangi siapapun maka saya tidak akan memerangi anda
jika anda berhenti memerangi orang yang tidak bersalah maka saya berhenti memerangi anda
Jadi jawabannya relatif bisa ya/tidak, tergantung bagaimana keadaan anda.
August 20, 2011 at 2:48 am
wow, someone jadi jika saya mengasihi anda kemungkinan anda akan memerangi saya??
August 20, 2011 at 2:56 am
Kunci yang sebenarnya adalah mengikuti pedoman perang Tuhan yang absolut benar, dan senantiasa mengukur strategi dan kebijakan perang manusia yang relatif bisa benar dan bisa salah dengan pedoman perang Tuhan. Kunci lainnya adalah strategi dan kebijakan perang dibuat manusia merupakan hasil mendekomosisi pedoman perang Tuhan.
Saling mengasihi saja tidak cukup, karena mata hati manusia bisa menjadi juling. Manusia bisa saja salah mengasihi, malah mengasihi sekutunya yang memerangi orang yang melakukan perlawanan dan berdiam diri tidak melindungi orang yang melakukan perlawanan. Contohnya veto AS terhadap kutukan Dewan Keamanan PBB tindakan pelanggaran HAM yang dilakukan israel terhadap penduduk Palestina. Agar kasih manusia tidak keliru dan sanggup menghukum sekutu bersalah yang sangat dicintainya, maka diperlukan pedoman Tuhan. Jadi sangat keliru jika anda berfikir strategi dan kebijakan perang yang dibuat manusia dengan tanpa memperhatikan pedoman berperang Tuhan selalu pasti sejalan dengan semangat kasih dan kemanusiaan.
August 20, 2011 at 3:02 am
Ya, tentu saja saya akan memerangi anda sekalipun anda mengasihi saya jika anda melakukan penyerangan terhadap pihak yang tidak bersalah dan tidak berhenti sekalipun telah saya peringatkan. Siapapun, walau anak sendiri, jika dia bersalah maka saya tidak akan menghindarkannya dari hukum. Hukum bagi orang yang memerangi dan tidak mendengarkan nasihat adalah cegahan, walau harus berhadap-hadapan dan menanggapi penggunaan senjata anda kepada saya dengan penggunaan senjata saya kepada anda.
August 20, 2011 at 6:54 pm
someone mudah-mudahan anda mendapat pencerahan, anda jawab tentu saja anda akan tetap memerangi saya , kalau saya memerangi orang lain. ini adlah aneh .
mana mungkin saya memerangi orang lain jika saya mengasihi orang lain seperti saya mengasihi diri saya sendiri. yang memerangi orang lain adlah hanya orang yang tidak mengikuti ajaran Tuhan, sehinggah mereka jatuh dalam dosa.
peperangan saja dilarang oleh Tuhan apalagi dikatakan Tuhan meng claim harta rampasan perang??????
August 21, 2011 at 3:31 am
Anda ini aneh, coba perhatikan pertanyaan anda:
“wow, someone jadi jika saya mengasihi anda kemungkinan anda akan memerangi saya??”
Anda menginformasikan bahwa anda mengasihi saya. Apa anda dalam kalimat tersebut bertanya apakah saya memerangi anda jika anda mengasihi orang lain?
Anda mengalami disorientasi …
Anda berkata, “Yang memerangi orang lain adalah hanya orang yang tidak mengikuti ajaran Tuhan, sehingga mereka jatuh dalam dosa.”
Pertanyaan saya, Tuhan yang mana dan dalam ajaran yang mana, Yahweh Tuhannya nabi Musa atau Allah Tuhannya nabi Muhammad?, dua-duanya panglima perang loh … Kalau anda jawab Yesus tuhannya Paulus, memangnya Yesus melarang berperang, coba tunjukan ayatnya?
Maksud ada dengan perkataan itu, pasukan sekutu yang memerangi HItler adalah orang-orang yang tidak mengikuti ajaran Tuhan dan berdosa sekalipun mereka menaruh kasih yang sangat terhadap manusia yang dibantai oleh penguasa diktator tersebut? Fikiran anda itu hanyalah hembusan dari Hitler yang ingin memenangkan peperangan … agar tidak ada siapapun yang dapat mencegah pembunuhan masal yang dilakukannya. Tapi saya tidak heran kok, soalnya Hitler melakukan pembantaian terhadap komunitas Yahudi sekedar melanjutkan praktik inkuisisi yang telah dilakukan sebelumnya oleh penguasa Kristian.
Peperangan itu tidak dilarang oleh Tuhannya agama samawi / abrahamic. Jika Tuhan tidak berhak mengklaim harta rampasan, apakah Tuhan juga tidak berhak mengklaim ciptaan lainnya seperti mengklaim jiwa anda? Anda benar-benar atheis sejati.
August 23, 2011 at 11:17 am
someone, Tuhan meng claim jiwa manusia adalah sesuatu yang jauh berbeda dengan meng claim harta dari hasil merampas.
siapapun umat beragama pasti mengakui, jika Tuhan meng claim jiwanya.
tetapi yang aneh bin ajaib adalah Tuhan yang maha baik, maha besar, maha kasih , maha adil : harus meng claim , harta benda hasil dari perbuatan tercela manusia, yaitu merampas harta benda milik orang lain. Harta benda orang lain apapun kondisinya adalah tetap milik orang, apakah itu dalam kondisi perang atau tidak predikatnya tetap milik orang lain.
anda hanya menerima secara buta tetapi tidak mau mengujinya.
August 23, 2011 at 12:17 pm
Itu adalah bentuk hukuman kepada orang kafir yang memerangi Islam.Dirampas hartanya utk diberikan kepada orang Islam yang telah dianiaya.Apabila orang kafir memerangi orang Islam berarti mereka telah menganiaya orang Islam tersebut.Jadi menasabah kalau hartanya dirampas.Mislanya klau anda memfitnah seseorang lalu orang itu menyaman kamu dan mahkamah memerinthkan kamu membayar sekian-sekian banyak adakah ini berarti mahkamah telah mengklaim harta kamu?
August 24, 2011 at 10:40 am
Nabi Musa tidak menganggap rampasan perang sebagai harta curian, mengambilnya tidak dianggap sebagai perbuatan mencuri, sehingga bukan merupakan perbuatan tercela. Rampasan perang adalah harta yang kepemilikannya berpindah kepada pihak pemenang, karenanya Musa sebagai pemenang perang mengambil rampasan perang. Apakah anda hendak besebrangan pemikiran dengan Musa dan mengatakan beliau melakukan perbuatan tercela?
Anda hanya menerima secara buta pendapat anda tanpa mau mengujinya dengan pendapat Nabi Musa.
Semua yang ada di langit dan di bumi adalah hak milik Allah, dia bisa memberi harta kepada siapapun yang dikehendaki-Nya dan bisa mengambil-Nya kembali.
August 24, 2011 at 4:03 pm
Ilham , anda mengatakan merampas harta pada saat perang adalah hukuman bagi orang kafir. siapa yang menghukum???? Allah atau manusia????
someone anda selalu mengutip perjanjian lama, anda tidak membaca 10 perintah allah yang diberikan kepada Musa,
setelah kedatangan Yesus ke dunia ini Yesus telah mengajarkan kepada umat manusia untuk saling mengasihi, Yesus Tidak mengajarkan berperang.
Tetapi anehnya 600 tahun kemudian ajaran seperti pada perjanjian lama kok muncul. suatu kemunduran
August 24, 2011 at 4:52 pm
Atar, bagaiman bisa anda yang mengakui Musa menerima 10 perintah Tuhan, lalu menganggap Musa melanggar perintah tersebut karena menerima rampasan perang dan menganggap harta rampasan perang itu sebagai barang curian? Yang mengherankan, anda sama sekali tidak menunjukan pendapat nabi musa atau Yesus yang mengatakan rampasan perang adalah barang curian. Dengan demikian, saya melihat anda sedang melawan pemahaman Musa. Di dalam alKitab, orang yang tidak menerima pemahaman Nabi disebut orang bodoh, yang dalam Islam disebut kafir.
Yesus memang tidak mengajarkan berperang karena pedoman berperang dalam Taurat dianggap cukup baginya. Yesus tidak hendak menghapus hukum Taurat, termasuk hukum berperang di dalamnya. Saya tidak menemukan Yesus melarang berperang dalam alKitab. Dengan demikian, saya melihat anda sedang menjadikan pendapat anda sendiri sebagai pendapat Yesus, suatu kebohongan yang pernah dipraktekan dan diakui praktiknya oleh Paulus. Anda benar-benar meneladani Paulus.
Sangat aneh jika setelah 600 tahun kemudian praktik kebohongan dianggap alQuran sebagai kesalahan ahli kitab, kemudian anda mempraktikannya masa sekarang. Suatu kemunduran.
August 26, 2011 at 8:51 am
Jangankan rampasan perang, merompak saja diperbolehkan Paus sehingga pasukan salib ordo KNIGHT HOSPITALLER melakukannya di perairan dekat Turki. Sekarang ini memang banyak Kristian tersesat yang menganggap perompakan tertentu dan rampasan perang adalah perbuatan berdosa karena dianggapnya sama dengan pencurian.
August 19, 2011 at 7:44 pm
@ Atar berkata
“Jika Aku adalah Tuhan masa Tuhan bersumpah dengan Tuhan?????
Tuhan yang mana lagi???”
Ayat yang dibincangkan mesti dilihat dalam konteks Al Quran.Al Quran tidak pernah mengatakan ada Tuhan selain Allah.Jadi bisa dimengerti bahawa Tuhan sedang bersumpah dengan diriNya sendiri.
Coba kalau ikut pemikiran anda Tuhan berfirman kayak anak kecil baru belajar bikin ayat.
1)Aku bersumpah dengan diriku
2)Aku adalah Tuhan.
3)Akulah yang mengatur …bla..bla..bla..
Bahasa Al Quran itu tinggi lho!Dalam satu ayat banyak perkara dapat disinggung.
August 20, 2011 at 1:32 am
saudara Ilham, bagaimana dengan claim sebagai petunjuk yang jelas?? jika merupakan petunjuk Allah yang jelas, pastinya setiap orang yang membacanya siapapun akan menjadi jelas.
jika kita analisa ayat di atas , Aku dan Tuhan lalu menjadi Kami, ini secara tata bahasa adalah jelas dan logis.
persoalannya anda menghindari aku sebagai oknum yang lain.
sehinggah Tuhan harus bersumpah dengan Tuhan .
bagaimana dengan kata Kami yang menurut saudara menunjukan keagungan?? bukakah Tuhan selalu agung.
mestinya kata aku diganti dengan kami .
August 20, 2011 at 3:25 am
Tentang petunjuk yang jelas anda melupakan satu hal. Petunjuk yang jelas bagi siapa? AlQuran ini diturunkan dalam bahasa Arab agar kaum di mana Nabi melaksanakan tugas kenabian memahaminya. Orang Arab dengan sangat jelas memahami kalimat alQuran karena gramer yang mereka gunakan sama dengan garmer alQuran. Saat alQuran ditranslasikan ke dalam bahasa lain yang gramernya memiliki keterbatasan, maka kalimat yang jelas itu tidak berlaku. Karenanya, salah satu syarat menafsirkan alQuran adalah memahami bahasa Arab. Karena kejelasan itu hanya didapat dengan menggunakan gramer Arab dan bukan selainnya.
Allah berfirman : Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (4:82)
Ayat tersebut menegaskan satu prinsip penafsiran alQuran yakni tidak boleh ada pertentangan di antara ayat-ayat alQuran. Anda mengira muslim menghindari aku sebagai oknum yang lain, padahal tidak ada satupun ayat alQuran yang menjelaskan adanya oknum yang lain. Bagaimana anda mengatakan kami menghindari sesuatu yang tidak ada? Banyak ayat alQuran menunjukan bahwa Tiada Tuhan selain Allah. Maka bagaimana muslim menentangkan ayat tersebut dengan ayat lainnya sehingga memahami Aku sebagai Allah dan Tuhan sebagai bukan Allah atau sebaliknya?
Tuhan memang selalu agung, tapi Tuhan kami menunjukan keagungan-Nya dalam kalimat dengan menggunakan kata “Nahnu”. Apakah anda lebih berkuasa dari Tuhan sehingga dapat mengatur Tuhan agar cukup menggunakan kata Aku saja dan tidak perlu menggunakan kata Kami. Jika raja senang menggunakan kata kami, maka alangkah lancangnya sahaya jika dia mengatur raja dengan melarangnya menggunakan kata tersebut. Anda ini selain tidak faham, juga lancang kepada Tuhan. Jangan berlaku kepada tuhan kami seperti berlakunya anda kepada manusia. Anda tidak dapat berlaku lancang dengan mengatur Tuhan kami, karena Tuhan kami bukan manusia yang bisa diatur. Tuhan manusia adalah pengatur dan hanya manusia yang dapat diatur.
August 20, 2011 at 6:19 pm
someone penjelasan anda panjang lebar di atas tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan di atas?
siapakah aku???? jika aku adalah Tuhan , mungkinkah Tuhan bersumpah dengan Tuhan???
jika kami adalah untuk menunjukan keagungan Tuhan, mestinya semua kata aku , lebih tepatnya diganti dengan kata Kami , karena Tuhan selalu agung.
adalah aneh jika kata-kata allah hanya bisa jelas bagi kaum tertentu saja atau orang arab saja, lalu mengapa anda bisa merasa jelas?? semoga alasan anda bukan hanya sebagai pembenaran saja
hakikat kalimat allah adalah jelas bagi seluruh umat manusia, tanpa terkecuali, coba dipikirkan lagi.
August 21, 2011 at 3:04 am
Sebenarnya sudah menjawab dengan sangat jelas karena saya tulis penjelasannya. Anda saja yang tidak punya cukup kemampuan untuk melihatnya, atau mungkin anda tidak melihatnya karena tidak sanggup membaca penjelasan dari saya. Cuma tulisan saja kok takut sih …
Anda bertanya, siapakah aku???
Jawabannya : Tuhan.
Anda bertanya, jika aku adalah Tuhan, mungkinkah Tuhan bersumpah dengan Tuhan???
Jawabannya : Mungkin.
Anda mengajukan agar Tuhan mengganti Kami dengan Aku karena Tuhan selalu Agung.
Tanggapan saya : Tuhan memang selalu agung dalam benak orang yang mengetahuinya, namun bagi orang Arab yang tidak memahami keagungan-Nya, mengetahui keagungan-Nya tersebut cukup melalui kata Kami, karena kata Aku tidak menunjukan keagungan-Nya.
Anda bertaya, kenapa saya mengetahui dengan jelas firman Allah yang diturunkan dalam bahasa Arab sementara anda tidak?
Jawab : Karena saya membaca tafsir alQuran yang menjelaskan, sementara anda membaca terjemah alQuran yang mentranslasikannya ke dalam bahasa Indonesia dengan keterbatasan gramer.
Penjelasan saya ini hanya difahami oleh orang tidak tertutup dari pengetahuan.
Kalimat Allah memang jelas, tetapi anda tidak bisa menolak fakta adanya hambatan translasi bahasa yang disebabkan karena ketidaksinkronan gramer yang menyebabkan kejelasannya menjadi hilang. alQuran itu menjadi petunjuk yang jelas bagi muslim di berbagai negara di dunia, dan menjadi kesesatan yang gelap bagi non muslim yang bersangka buruk kepada Islam.
August 21, 2011 at 5:29 am
@Someone
bukan tidak mempunyai kemampuan untuk melihat, melainkan tidak mempunyai kemampuan untuk menerima apa yang telah dilihat
August 20, 2011 at 9:05 am
@ Atar berkata
“saudara Ilham, bagaimana dengan claim sebagai petunjuk yang jelas?? jika merupakan petunjuk Allah yang jelas, pastinya setiap orang yang membacanya siapapun akan menjadi jelas.”
Jawab:Ha ha ha..Matahari itu cahayanya sangat terang.Tapi bagi si burung hantu ia menyebabkannya menjadi rabun di siang bolong.
Memang setiap orang yang membaca Al Quran akan mendapati Al Quran adalah petunjuk yang jelas kecuali bagi mereka seperti berikut:
1)Kanak-kanak yang belum pandai membaca.
2)Orang yang tersangat bodoh.
3)Orang gila.
August 20, 2011 at 6:42 pm
saudara ilham anda jangan berlari dari topik diskusi,
siapakah aku?? jika aku adalah allah , apakah mungkin allah bersumpah dengan Tuhan?? Tuhan yang mana lagi??
jika kata kami , untuk menunjukan keagungan Tuhan, mestinya kata aku diganti dengan kami untuk menujukan keagungan tuhan karena tuhan pasti selalu agung.
Ilham mengimani alquran adalah kata-kata allah, apakah anda tidak merasa janggal? aku=allah, tuhan=allah, kami=allah
August 20, 2011 at 10:19 pm
Kan saya,someone dan jack telah menerangkan dengan cukup terang dan jelas?Mengapa anda pura-pura tidak memahami?Sya tunjukkan kepada anda di tempat lain bagaimana Allah bersumpah dengan diriNya sendiri dalam keadaan dia membahasakan diriNya dengan kataganti orang ketiga:
Firman Allah SWT dalam ayat 65 surah an-Nisa’ yang bermaksud: “Maka demi Tuhanmu (Wahai Muhammad)! Mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan engkau hakim dalam mana-mana perselisihan yang timbul antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa yang telah engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya.”
Saya juga telah menerangkan kepada anda bahawa kata aku dan kami harus diartikan dalam kontek al Quran.Al Quran tidak pernah mengakui ada Tuhan selain Allah.Bahkan Al Quran sangat-sangat mengingkari kalau ada Tuhan selain dari Allah.Jadi jelas kata kami adalah merujuk kepada Allah.Penggunaan kata ganti Aku dalam merujuk kepada Allah mempunyai makna yang tersendiri dalam mengungkapkan keesaan Allah dan penggunaan kata kami pula mempunyai makna yang tersendiri dalam mengungkap penghurmatan dan keagungan.Ternyata Tuhan telah menggabungkan kedua-duanya dalam satu ayat supaya ada rasa bagi manusia itu utk mengesakannya dan sekaligus mengagungkannya.Perhatikan misal yang ini pula:
“Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS, 67:2)
Perhatikan dengan cara yang sama Allah menghimpunkan sifat keperkasaannya dan pengampunannya dalam satu ayat supaya manusia takut kepada keperkasaanNya dan dalam masa yang sama tidak berputus asa daripada mengahrapkan keampunanNya.Inilah yang dikatakan mukjizat jam’ul kalam bagi Al Quran yaitu menerangkan beberapa perkara dengan menggunakan ayat yang ekonomis yang bukan saja dapat ditangkap oleh minda tetapi terus menusuk ke hati dan perasaan.
August 21, 2011 at 3:52 am
Saudara atar, jangan berlari dari penjelasan dan bertingkah bodoh,
Sungguh tidak memperhatikan fakta jika seseorang bertanya tuhan mana lagi kepada orang yang tidak memiliki tuhan yang lain
Sungguh tidak memiliki wawasan bahasa jika seseorang menganggap aku bisa menggantikan “nahnu”.
Sungguh teramat bodoh jika seseorang merasa janggal jika ada orang lain memahami aku=allah, tuhan=allah, kami=allah.
August 21, 2011 at 5:27 am
Menurut Lughot/bahasa (ada dalam Kitab ilmu Nahwu dan ilmu Shorof),Lafadz “ALLAH” berasal dari Kalimah(dalam bahasa arab/kata dalam bahasa indonesia) ” ILAAHUN ” Yang artinya ” Tuhan ” ,arti tuhan disini Umum,bisa saja Tuhannya Orang yahudi atau nasrani.
kalimah ” ILAAHUN ” ditambah ” AL(Alif dan Lam) Ma’rifah ” menjadi lafadz “ALLAHU” (jika anda ingin tahu lebih jelasnya belajar ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof) yang menandakan bahwa arti “Tuhan” disini ma’rifah/khusus (tiada ILAAHUN selain ALLAHU). kenapa tidak “ALLAHUN” tapi “ALLAHU”,karena dalam bahasa arab jika ada kalimah kemasukan “AL” maka akan hilang “Tanwinnya”….
Kenapa tidak “AL ILAHU” karena hamzah/alif pada lafadz “ILAHU” Sifatnya Washol jadi tidak berfaidah(dibuang) jika Dimudlofkan(sambung) dengan “AL”…….
jelas!!!!!!!!
pada lafadz “LAAILAAHA ILLALLAH”
berasal dari Lafadz “LAAMAUJUDAILAAHA ILLALLAH”
dah ketahuan artinya Qo’.ada lafadz “ILAAHA” dan “ALLAH”.
lafadz “ILAAHA” berasal dari LAFADZ “ILAAHUN” kemasukan “LA Naf’iyyah” yang berarti “tidak”.
“MAUJUDA” artinya “wujud/ada”
“LA” berfaidah membuang “MAUJUDA”
menjadi “LAAILAAHAILLALLAH”
yg artinya ” Tiada Tuhan selain ALLAH “
August 21, 2011 at 2:05 am
saudara ilham, dari penjelasan kalian di atas semakin tidak jelas , bahkan jack mengartikan kami sebagai malaikat dan allah, someone mencari-cari pendekatan agar kelihatan masuk diakal.
Bukankah muslim mempercayai alquran adalah murni kata-kata allah yang diucapkan kepada jibril??
jika demikian berarti kita mestinya seperti mendengarkan rekaman , atau copy paste , tanpa adanya selipan atau penggantian ataupun tambahan.
ayat qs 70:40 , menjadi aneh jika dipresentasikan sebagai murni kata-kata Allah. coba anda analisa kembali.
August 21, 2011 at 3:40 am
Mas Ilham, mohon dimaklum saja … kemampuannya tidak seperti kemampuan kita semua.
QS 70:40 memang kata-kata murni Allah. Tapi kalau anda bilang terjemah Indonesia dari ayat tersebut sebagai kata-kata murni Allah, maka anda itu keliru. Coba anda analisa kembali pengetahuan dan cara berfikir anda yang tidak masuk akal itu.
August 21, 2011 at 5:06 pm
yang aneh bukan terjemahan tetapi pengertiannya, jika aku adalah allah , Tuhan adalah Allah dan Kami adalah allah, dalam satu ayat allah mempresentasikan dirinya dalam tiga kata yang berbeda – beda, adkah kalian menemukan ayat lain ?? dimana tuhan mempresentasikan dirinya dengan tiga kata?? aku, tuhan dan kami??
August 22, 2011 at 3:50 am
nah sdr mengakui sendiri yang aneh bukan terjemahan tapi pengertian orang yang membaca, siapa yang merasa aneh? yaitu sdr atar sendiri
August 22, 2011 at 4:45 am
Ya benar, itu artinya atar masih tidak percaya bahwa Tuhan dapat menyebut dirinya dengan berbagai representasi. Inilah luar biasanya gramer Arab. Saya sudah menjelaskan, masing-masing representasi-Nya memberikan pengertian yang berbeda. Bagaimana mungkin orang Arab tahu bahwa Tuhan sedang menyatakan keagungannya jika dia hanya menggunakan aku dan bukan “Nahnu”. Apa korelasinya pengulangan lebih dari satu kali dengan makna Tuhan yang lain?
August 24, 2011 at 2:04 am
jika orang yang membaca masih mempunyai pengertian yang berbeda-beda , hal ini tidak menunjukan keistimewaan malah sebaliknya
August 24, 2011 at 10:30 am
Yang istimewa memang bisa diperdebatkan, seperti ketuhanan Yesus contohnya.
August 21, 2011 at 5:20 am
oke kita ambil contoh yang paling gampang, yaitu antara Bhs Indonesia dengan Bhs Inggris
anda pasti tahu penggunaan He/She dalam bhs inggris yaitu untuk orang ketiga tunggal laki2/perempuan, tapi dalam bhs Indonesia semuanya berubah dan hanya menggunakan kata Dia/Ia
jadi yah jika berusaha menyatukan pemahaman bahasa yang berbeda yah susah, apalagi bahasa yang satu miskin kosa kata n masih muda
August 21, 2011 at 5:13 pm
jack, penjelasanmu jauh panggang dari api, tidak ada hubungan sama sekali dengan topik. bukan terjemahan tetapi pengertian secara keseluruhannya yang aneh. anda di atas menulis kami adalah malaikat dan Tuhan, atas dasar apa anda mengatkan demikian??
August 22, 2011 at 3:43 am
coba anda baca uraian sdr yudi dibawah??
apakah anda percaya dan yakin sepenuh hati bahwa Tuhan maha adil??
jika dalam suatu tindakan ada keterlibatan malaikat, apakah adil kiranya jika Tuhan hanya menggunakan kata “aku”???
August 24, 2011 at 2:07 am
sungguh merupakan suatu kekayaan interprestasi, jack dan yudi di suatu sisi , someone dan ilham sisi yang berbeda
August 24, 2011 at 1:41 pm
heheheheh, anda ini lucu yah,coba saya tantang anda menunjukkan bukti dengan cara mengcopas pendapat masing2 neter muslim disini untuk menunjukkan letak perbedaan pendapat
August 21, 2011 at 2:01 pm
Begitulah orang Kristen jika alKitabnya tidak menyertakan bahasa asli Injil, mereka menafsirkan Injil berdasarkan bahasa terjemahan. Dikiranya muslim juga berlaku sama, padahal jelas alQuran terjemahan saja menyertakan bahasa Arabnya. Kata “kami” kok dianggap sama dengan “nahnu”, aneh !
August 21, 2011 at 5:23 pm
persoalannya bukan pada terjemahannya , tetapi pengertian dari ayat di atas yang terasa aneh, mengapa anda tidak kritis??
jelas : aku dan tuhan menjadi kami ini logis.
tetapi anda mengatakan aku=allah, tuhan=allah, kami =allah
maka allah bersumpah demi allah yang mengatur …… kalau allah bersumpah dengan dirinya mestinya demikian : Aku bersumpah dengan diriku ( ini baru jelas dan tidak ada yang aneh, sehinggah tidak perlu dipertanyakan ) seperti ayat dalam kitab kejadian yang anda kutib.
dimanakah sikap kritismu someone????
August 21, 2011 at 5:33 pm
dengan bertambahanya komentar dari saudara yudi maka semakin bermacam-macam lah pengertian kata Tuhan .
Ilham . Tuhan = Allah
Someone Tuhan = allah
jack Tuhan = allah , kami allah dan malaikat
yudi Tuhan= malaikat-malaikat.
ini menujukan bahwa ayat di atas dapat ditafsir sesuai dengan pengetahuan seseorang.
yang menjadi pertanyaan kok bisa beda?? mengapa??
August 22, 2011 at 3:48 am
hehehehehe coba sdr atar copas tulisan dari masing2 neter yang menguatkan tudukan anda.
dari tulisan sdr atar sendiri sudah kelihatan bahwa Tuhan = Allah dan penggunaan kata kami dipakai ketika ada keterlibatan malaikat sesuai dengan uraian sdr yudi
August 22, 2011 at 5:05 am
Anda bukannya menunjukan kepada saya sikap kritis, tapi sikap berlebih, sikap Kristian yang digambarkan Allah dalam ayat terakhir surat al-Fatihah. Anda sedang berusaha mengalahkan makna yang sebenarnya dengan pendapat pribadi, menafsirkan alQuran dengan bahasa Indonesia.
“Maka aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.”
Di manakah sikap kritismu atar?
Kritislah, karena alQuran itu difahami dengan bahasa Arab, bukan bahasa indonesia. Kami dalam ayat tersebut adalah kata ganti pertama plural yang difungsikan sebagai singular, yang dalam gramer Arab [nahwu-sharaf] disebut “al-Mutakallim al-Mu’adzdzim li Nafsih-i”, kata ganti pertama yang mengagungkan dirinya sendiri.
Kami muslim tidak melihat kami dalam ayat di sana sebagai kami plural menurut gramer Indonesia, tetapi kami singular menurut gramer Arab. Tahukah anda “kami singular” itu artinya apa? Artinya, kata ganti tersebut merujuk kepada satu individu bukan dua individu sebagaimana sangkaan anda. Jadi sangkaan anda “kami singular” itu menyatakan aku dan tuhan adalah aneh jika anda menganggap tuhan itu bukan aku (dua individu / plural). Jika kami dalam ayat tersebut adalah “plural”, maka benarlah pendapat anda bahwa tuhan itu bukan aku.
Karena kami dalam ayat tersebut adalah “kami singular” maka tuhan adalah aku dan aku adalah allah, satu individu / single.
Buat anda yang tidak faham bahasa Arab, ayat tersebut harusnya dikasih tanda berikut ini :
“Maka aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami (singular) benar-benar Maha Kuasa.”
August 22, 2011 at 4:46 pm
someone , mestinya anda juga menanagapi tulisan yudi di atas yg jelas-jelas mengatakan bahwa : frasa tuhan yang menguasai timur dan barat adlah kiasan yang maksudnya malaikat-malaikat pemelihara benda-benda angkasa.
sedangkan menurut someone : Tuhan adalah maksudnya allah.
manakah yang benar????? apakah kedua-duanya sama benarnya???
singkat saja saudaraku.
August 22, 2011 at 5:09 pm
Yang benar, Tuhan maksudnya adalah Allah.
August 22, 2011 at 5:21 pm
Karena di dalam tafsir Ibn Katsir dijelaskan :
Allah berfirman, “Maka tidak, Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari”, yaitu dengan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan bintang-bintang yang tampak dari arah-arah Timurnya dan tenggelam dari arah-arah baratnya. Dalam alQuran, hanya Allah yang menciptakan, malaikat itu hanya mengurus apa yang Allah ciptakan. Karenanya, Tuhan yang menciptakan di sana adalah Allah, dan bukan malaikat.
Tetapi kami dalam kelanjutan ayat tersebut adalah “kami singular” bukan “kami plural”, biasa digunakan Allah dalam alQuran untuk menunjukan kebesaran-Nya, umumnya digunakan saat Allah menjelaskan sesuatu yang melibatkan malaikat.
August 23, 2011 at 1:57 am
hehehehe ngapain sdr someone perlu mengomentari tulisan sdr yudi, kalau dilihat dari koment saya yang pertama adalah sama dengan koment sdr yudi, sedangkan koment saya yang pertama sudah dibahas sdr someone. Nah kenapa harus membahas sesuatu yang sama untuk kedua kali sdr atar??
August 21, 2011 at 6:29 pm
@ atar
Contoh lain:
Seorang bapa berkata kepada anaknya begini:
“Wahai anakku walaupun AKU sangat menyayangimu tapi BAPA tidak sekali-kali akan membiarkan engkau melakukan maksiat.Demi DIRI yang telah menyebabkan engkau lahir kedunia bahawa engkau akan tetap dijaga daripada perkara-perkara yang tidak baik.”
Siapa AKU ,BAPA dan DIRI dalam ayat di atas?Orang yang sama?Atau orang yang berlainan?Dengan siapa sang bapa itu bersumpah?Orang yang berfikiran waras pasti bisa mengerti ketiga-tiga panggilan itu adalah orang yang sama dan dia bersumpah dengan dirinya sendiri.Tapi bagi orang yang fikirannya tidak waras akan mengatakan “Aneh!”
August 21, 2011 at 6:40 pm
Bandingkan kalau mengikut alur pemikiran kamu
Sang bapa akan terpaksa mengulang-ulang perkataan aku lebih dari sekali yang tentu mempuat cape telinga yang mendengar
“Wahai anakku walaupun AKU sangat menyayangimu tapi AKU tidak sekali-kali akan membiarkan engkau melakukan maksiat.Demi DIRI AKU yang telah menyebabkan engkau lahir kedunia bahawa engkau akan tetap dijaga daripada perkara-perkara yang tidak baik.”
Masa anda tidak pernah diajar gimana cara membuat prosa yang baik semasa di sekolah.Pernah sekolah gak ni?
August 22, 2011 at 5:26 am
Dan kalau menggunakan aku semua, orang yang diajak bicara tidak bisa memahami bahwa si aku sedang menunjukan kedudukan sebagai BAPA, dan si aku sedang berbicara ke dalam dan bukan ke luar dengan menyebut DIRI.
August 22, 2011 at 5:22 pm
saudara someone, andapun sama sehinggah melanjutkan kesalahan Ilham, mengapa anda mati akal?? coba baca tanggapan saya di bawa ini.
August 22, 2011 at 5:17 pm
ilham contoh yang anda buat di atas adalah tidak aneh .
Tapi bagi orang beriman , contoh di atas sangatlah aneh.
demi diri yang telah menyebakan engkau lahir ke dunia. orang yang pintar bisa saja menyebut , aku , bapa dan diri adlah orang yang sama .
Tetapi orang yang pintar dan beriman akan mengatakan DIRI adalah Allah bukan orang yang sama. Apakah saudara telah melupakan bahwa yang menyebabkan anda lahir kedunia adalah Allah????
mengapa anda bisa meng claim DIRIlah yang menyebakan engkau lahir kedunia???
Mudah-mudahan saudara mendapat pencerahan.
August 22, 2011 at 5:33 pm
Jika saya berkata, anda seumpama lentera yang padam karena kehabisan minyak zaitun. Maka sangat aneh jika kemudian anda malah mengomentari, lentera di rumah saya tidak pake minyak zaitun. Kenapa anda menggiring perumpamaan Ilham untuk membicarakan soal lain?
Ilham kan sedang menunjukan, bahwa seorang bapak bisa merepresentasikan dirinya dalam kalimat yang disampaikan kepada anaknya dalam kata aku, bapa, dan diri. Bagi saya, penjelasan Ilham yang menurut anda aneh, memberi argumentasi masuk akal dan nyata, bahwa seseorang bisa menyatakan dirinya dengan aku, jabatannya, dls.
Musah-mudahan saudara mendapat pencerahan.
August 23, 2011 at 10:59 am
saya hanya mau mengedukasi Ilham ,jika ingin membuat suatu analogi harus tepat, jangan akan menjadi rancu.
perlu diketahui, analogi dari ilham dan someone masuk di akal, tetapi jauh panggang dari api, sama sekali tidak ada hubungan degan pengertian dari qs 70:40, ilham ingin menggambarkan bahwa seseorang bisa disebut dengan beberapa nama, tetapi orang tsb adalah sama.
hal ini berbeda dengan qs 70:40, aku dan Tuhan adalah dua oknum yag berbeda. sebab jika tuhan disimpulkan ingin bersumpah dengan dirinya mestinya kalimatnya seperti ini: Aku bersumpah dengan diriku sendiri, bukan aku bersumpah dengan tuhan yang
menguasai…. . jika aku tetap diartikan sebagai Tuhan. Apakah mungkin Tuhan bersumpah dengan Tuhan ? adakah tuhan yang lain??
August 24, 2011 at 10:07 am
Hahahaha… anda itu lucu. Aku bersumpah dengan Tuhan di artikan Tuhan bersumpah dengan Tuhan yang lain. Coba anda lihat dalam ayat lain dalam alQuran, apakah ada yang mengatakan adanya Tuhan selain Allah? Sudah sangat jelas di sebutkan pada banyak ayat, Tiada Tuhan selain Allah. Artinya Tuhan hanya difahami muslim sebagai Allah, sehingga jika Dia bersumpah dengan Tuhan, maka karena tidak ada Tuhan yang lain selain Dia, maka yang Dia maksud dengan Tuhan adalah diri-Nya sendiri. Ini logika sederhana bro, kok bikin lo rumit!
August 23, 2011 at 12:32 pm
Berdasarkan kepada contoh yang saya berikan dari mana anda tahu bahawa Aku ,bapa dan diri yang telah melahirkan itu adalah orang yang sama?Ya, bagaimana anda mempastikan?Saya copas lagi dengan tidak menyertakan naratif:
“Wahai anakku walaupun AKU sangat menyayangimu tapi BAPA tidak sekali-kali akan membiarkan engkau melakukan maksiat.Demi DIRI yang telah menyebabkan engkau lahir kedunia bahawa engkau akan tetap dijaga daripada perkara-perkara yang tidak baik.”
August 23, 2011 at 5:26 pm
wow, ilham anda telah berlari dari kenyataan bahwa anda sendirilah yang mengatakannya itu : orang yang berfikiran waras pasti mengerti bahwa ketiga-tiga panggilan itu adalah orang yang sama dst.
tetapi bagaimana anda bisa yakin bahwa dalam qs 70:40 adlah oknum yang sama??? sdangkan secara nyata , dari pengertian ayat tsb adalah 2 oknum yang berbeda, jika aku adalah tuhan maka tuhan bersumpah dengan tuhan yang menguasai ….. akan menjadi ganjil .
August 23, 2011 at 6:55 pm
Kan udah dijelaskan.Eh anda menuntut penjelasan lagi.
1)Dalam konteks Al Quran Tidak ada Tuhan selain Allah.Seperti firmanNya:
Sesungguhnya Akulah Allah; tiada Tuhan melainkan Aku; oleh itu, Sembahlah akan daku, dan dirikanlah solat untuk mengingati daku.” (Toha 20:14)
2)Allah juga sering menggunakan kataganti kami dengan maksud pengagungan seperti firmanNya:
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran dan Kamilah yang memeliharanya. (al-Hijr :9)
3)Allah juga sering menggunakan kataganti pihak ketiga utk merujuk kepada diriNya sendiri seperti firmanNya:Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa 60-65).
Jadi berdasarkan kepada tiga fakta di atas adalah jelas bahawa maksud Kami ,Aku dan Tuhan yang mengatur perjalanan… di dalam qs 70:40 adalah merujuk kepada oknum yang sama yaitu Allah sendiri.
Sedangkan kamu tidak ada fakta dan bukti utk menunjukkan bahawa Aku,Kami dan Tuhan adalah oknum yang berlainan.Hanya semata-mata mendasarkan kepada perkataan yang digunakan adalah yang satu menyebut Aku,yang satu menyebut Kami dan yang satu lagi menyebut Tuhan???Konyol kan?
August 24, 2011 at 1:20 am
anda tentunya ingin menghindari kata Aku tidak menunjukan Tuhan, karena anda sdh terlanjur mengakui bahwa quran adalah murni kata-kata Allah. pada hal jelas-jelas bahwa ayat:
Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang, sesungguhnya kami adalah maha kuasa.
Kalau aku menunjukan Tuhan sendiri adalah aneh jika Tuhan bersumpah dengan tuhan. maka timbul pertanyaan : Tuhan yang mana lagi??? anda mengakui tidak ada tuhan lain selain allah.
Tapi pada ayat ini jelas-jelas memberikan pengetian aku dan Tuhan adalah dua oknum yang berbeda. dan dalam bahasa arab yang aslipun tidak ada kata ( katakanlah )
interprestasi kata Aku adlah Tuhan, terlalu dipaksakan, sehinggah menjadi aneh.
August 24, 2011 at 10:14 am
Sekarang begini, Tuhan muslim kan satu, hanya Allah. Kalau muslim ditanya, “ada berapa Tuhan?”, jawabannya pasti, “satu yakni Allah”.
Jadi kalau Allah bersumpah dengan Tuhan, muslim hanya bisa memahami Tuhan di sana adalah diri-Nya sendiri, yakni Allah. Kecuali teks ayatnya begini : “Aku bersumpah dengan Tuhan yang lain”. Klo begini bunyi teksnya baru sesuai dengan keinginan anda, yakni ada Tuhan yang lain selain Allah. Kalau kata “yang lain” nya gak ada, maka bagaimana bisa difahami ada Tuhan yang lain selain Allah. Anda ini aya aya wae …
August 22, 2011 at 7:45 am
atar Says:
August 13, 2011 at 7:21 pm
saudaraku someone untuk alinea terakhir penjelasamu di atas , saya melihat pikiran jernihmu mulai kelihatan saya tertarik anda mengatakan Yesus menang dengan caranya memberikan kehidupan Nya bagi semua umat manusia. Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup. dan Yesus juga mengajarkan kepada umatnya agar saling mengasihi dan saling memaafkan antar sesama manusia. Terima kasih.
@ ATAR YANG BEGO.HANYA ITU SAJA KOMEN ANDA?OH OH
JADI ANDA MENYEMBAH JESUS MELALUI KATA2 PAULUS???MATILAH KAU.KATA SIHOMBING.
KALAU ANDA IKUTI KATA2 JESUS DI ALKITAB DIA ITU HANYA UNTUK BANI ISRAIL DAN DIA TIDAK MINTA DISEMBAH.DIA MEMERINTAHKAN HANYA MENYEMBAH ALLAH SEDANGKAN DIA UTUSAN ALLAH.MAKA ANDA AKAN MENUJU KE ISLAM
MURID2 JESUS TIDAK MENYEMBAH JESUS.ANDA BISA BAYANGKAN KALAU YESUS KE WC APA ANDA JUGA NYEMBAH JESUS YANG LAGI DI WC.APANYA YANG ANDA SEMBAH.?
AGAMA ADALAH AKAL TIDAK ADA AGAMA BAGI YANG TIDAK BERAKAL.
August 22, 2011 at 4:55 pm
saudaraku Cikk, jika agama adalah akal, bagaimana anda menggambarkan bentuk dari Allah???? akalmu tidak dapat mengerti Allah. coba anda jelaskan secara akal bagaimana caranya Allah bisa mengetahui isi hati semua manusia yang jumlahnya miliaran di bumi ini dalam waktu yang sama dan setiap saat ??? Silakan saudaraku gunakan akalmu.
August 22, 2011 at 6:28 pm
Yang cikk bilang “agama adalah akal”.Bukannya dia bilang utk menggambarkan tuhan harus dengan akal.
August 23, 2011 at 11:01 am
ilham coba anda jelaskan agama adalah akal
August 23, 2011 at 7:57 am
MANUSIA TIDAK DIBERI ILMU OLEH ALLAH KECUALI SEDIKIT.
KITA DI DIMENSI KETIGA BISAKAH KITA NAIK KE DIMENSI 4, LIMA , ENAM DAN SETERUSNYA.???COBA JAWAB?SEMUA GHAIB.
UNTUK MENAMBAH ITU AKAL , ALLAH BERI HATI AGAR BISA MENERIMA KEBESARAN ALLAH(IMAN).
CONTOH KISAH NABI IBRAHIM.
RAJA NAMRUZ YANG ZOLIM MENGATAKAN PADA KAUMNYA DAN NABI IBRAHIM BAHWA DIA ADALAH TUHAN YANG BISA MENGHIDUPKAN DAN MEMATIKAN.MAKA RAJA BOOOOOOOOOODOH ITU MEMINTA DUA ORANG TAWANAN DIBAWA KEHADAPANNYA LALU YANG SEORANG DIBUNUH DAN SEORANG DIBIARKAN HIDUP.SETELAH ITU IA BERKATA PADA IBRAHIM “LIHAT BUKANKAH AKU YANG MENGHIIIIDUPKAN DAN AKU YANG MEMATIKAN”.
MAKA DIJAWAB OLEH IBRAHIM KALAU BEGITU COBA TUAN RAJA TERBITKAN MATAHARI DARI BARAT DAN TERBENAMKAN DI TIMUR..MAKA RAJA ITU BARU SADAR AKAN KEBODOHANNYA..TAPI TETAP SAJA DIA TIDAK BERIMAN.
CONTOH KE DUA UNTUK MENGALAHKAN AKAL ALLAH BERIKAN MU’JIJAT PADA NABI NABI.UNTUK MENGALAHKAN MUSUH ALLAH.
SEP NABI MUSA.
KISAH LAUT TERBELAH SEHARUSNYA MENYADARKAN FIR’AUN AKAN TETAPI KARENA KESOMBONGANNYA MENGANGGAP DIRINYYA TUHAN DAN DIA BARU SAADAR KETIKA TIMBUL TENGGELAM DAN KETIKA ITULAH IA BARU MAU BERIMAN PADA TUHANNYA MUSA DAN HARUN. TAPI SUDAH TERLAMBAT. DAN JASADNYA MASIH ADA SAMPAI SEKARANG DI MUSIUM MESIR.DAN HAL INI ALLAH ABADIKAN DI QURAN.PADAHAL ANTARA JARAK ANTARA NABI MUSA DAN NABI MUHAMMAD RIBUAN TAHUN.INILAH MU’JIJAT AL QURAN.
DR.BEDAH PERANCIS MASUK ISLAM GARA2 BACA QURAN TENTANG KISAH FIRAUN SEDANGKAN JASAD FIRAUN ADA DISISINYA UNTUK DITELITI. DISINI AKAL DAN HATINYA MEMBENARKAN QURAN.IA MENERIMA KISAH INI YANG PASTI DATANGNYA DARI ALLAH.
KARENA TIDAK MUNGKIN NABI MUHAMMAD TAHU KISAH JASAD FIRAUN INI.YANG BANYAK MENGANDUNG GARAM, KJALAU TIDAK DIBERI TAHU OLEH ALLAH.
KETIKA HIDAYAH MASUK BADANNYA BERGETAR KARENA KEBESARAN ALLAH.
KALAU KISAH INI NIRU AL KITAB SORRY BUNG BARANG MURAHAN SEPERTI KITAB KIDUNG AGUNG BAHKAN TAK PANTAS DISEBUT KITAB AGUNG DALAM AL KITAB.UNTUK APA DIIIIIIIIITIRU.
KAL;AU ANAK2 ANDA KEGEREJA APA NGA MALU BAWA KITAB ITU??PIKIR TUH.
KEMBALILAH KE ISLAM ANDA AKAN SELAMAT.
SEBAGAIMANA JASAD FIRAUN ALLAH SELAMATKAN UNTUK MENJADI CONTOH BAGI UMAT SEKARANG. AGAR MENGAKUI KEBENARAN QURAN.
KALAU ANDA TIDAK BERIMAN PADA QURAN MAKA JASAD ANDA AKAN KEKAL DI NERAKA SEBAGAIMANA JASAD FIRAUN
BEDANYA ADA AKAN DISIKSA SELAMA2NYA JADI BAHAN BAKAR API NERAKA DENGAN SAKIT YANG TIDAK TERBAYANGKAN DASYATNYA.KARENA ANDA MENYEMBAH ALLAH LAIN DENGAN CARA YANG TIDAK DIREDHOINYA.
ISLAM AGAMA YANG DIREDHOI ALLAH. SELAIN ITU TIDAK.
August 23, 2011 at 10:45 am
bisa jelaskan apa maksud agama adalah akal???
August 23, 2011 at 12:22 pm
Maksudnya agama yang diturunkan Allah harus sejalan dengan akal.Jika agama itu tidak sejalan dengan akal berarti itu agama buatan syaitan.Misalnya adalah suatu perkara yang sejalan dengan akal bahawa yang dikatakan Tuhan itu tidak sekali-kali harus tunduk pada makhluk.Tapi kalau Tuhan itu dikatakan tunduk kepada makhluk,menyerah diri utk disalibkan dan akhirnya harus mati di tangan manusia itu namanya tidak sejalan dengan akal.Bahkan akal akan mengingkarinya.
August 23, 2011 at 5:39 pm
ilham saudaraku : lagi-lagi setelah blunder dengan perumpamaan ayat qs 70:40, sekarang agama adlah akal, setela membaca penjelasan saudara di atas , mestinya anda menulis , agama harus sejalan dengan akal bukan agama adalah akal.
kita akan bahas , setelah ayat qs 70:40 . silakan komentarnya.
August 23, 2011 at 6:28 pm
Pernyataan agama adalah akal itu asalnya adalah hadis nabi yang berbunyi “Addiinu hual ‘aqlu laa diina liman laa ‘aqla lahuu” yang artinya agama itu adalah akal tidak ada agama bagi orang yang tidak mempunyai akal.Hadis ini tidak bermaksudkan akal itu agama dan agama itu akal.Tapi hadis ini bermaksud akal merupakan satu syarat yang sangat penting dalam beragama dan sangking pentingnya akal itu sebagai syarat dalam agama maka langsung saja disebut bahawa akal itu adalah agama.Di dalam bahasa Arab kaedah ini disebut zikrul kulli li tadulla ‘alal juz-i yaitu menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksudkan adalah sebahagian.Seperti hadis yang menyebutkan “al hajju arafah”-Haji itu adalah wukuf di padang Arafah.Bukanlah hadis ini bermaksud haji itu semata-mata pergi ke padang Arafah di mekah karena rukun haji itu ada banyak lebih daripada satu.Tapi hadis ini memberikan kefahaman bahawa wukuf dipadang Arafah itu adalah rukun haji yang penting.Samalah seperti hadis akal tadi.Karena pentingnya ia dalam agama langsung disebutkan bahawa akal itu adalah agama.Kami telah mengutipnya secara direct translation dan kalian pula telah memahaminya secara lurus.konsekwensi daripada hadis di atas adalah:
1)Orang yang tidak berakal tidak ditanggungkan atasnya pahala atau dosa seperti orang gila,kanak-kanak dan hewan yang tidak berakal.
2)Salah satu ciri agama yang datang dari Allah ialah agama itu mesti dapat diterima oleh akal sehingga jika sesuatu agama itu tidak dapat diterima oleh akal yang waras maka itu menjadi bukti bahawa agama itu bukan datang dari Allah.Karena tidak mungkin setelah Allah menjadikan manusia itu berakal yang membuatkan mereka menolak perkara yang tidak masuk akal tiba-tiba Dia menurunkan satu agama yang tidak masuk di akal seolah Dia sengaja membuat manusia menolak agama yang telah diturunkanNya.
August 24, 2011 at 1:43 am
saudara kita akan bahas topik di atas kemudian, kembali ke qs 70 : 40, terlebih dahulu sebab masih ada ayat serupa yang akan kita bahas.
Anda mengakui tidak ada tuhan selain Allah, tetapi pada ayat diatas anda menginterprestasikan kata Aku sebagai Tuhan, sehinggah timbul pengertian Tuhan bersumpah dengan Tuhan yang lain, interprestasi anda telah menjadi kontradiksi dengan keyakinan saudara di atas, bahwa tidak ada tuhan selain Allah.
August 24, 2011 at 10:27 am
Kalau bunyi ayatnya “Aku bersumpah dengan Tuhan yang lain”, maka benarlah kata anda, ada tuhan lain selain Allah. Tapi kan ayatnya berbunyi “Aku bersumpah dengan Tuhan”, dan kalau ditanya siapa Tuhan, jawabannya adalah Dia karena Tiada Tuhan Selain diri-Nya.
Jika Tuhan adalah diri-Ku, maka
Aku bersumpah dengan Tuhan
Aku bersumpah dengan diri-Ku
Nah ini difahami jika Tuhan itu Allah saja.
Jika Tuhan adalah diri-Nya, maka
Aku bersumpah dengan Tuhan
Aku bersumpah dengan diri-Nya
Nah ini baru maknanya ada Tuhan yang lain selain Allah.
Tuhan itu kan gelar, jika gelar itu bukan milik “Aku” maka Tuhan pastinya bukan “Aku”. Namun jika gelar itu milik “Aku” saja, maka Tuhan adalah “Aku”.
Dalam keimanan anda, “Tuhan” itu gelar bagi tiga oknum, maka jika ada kata “Tuhan”, tentu saja anda memahaminya sebagai bukan “Aku” saja.
Tetapi dalam keimanan Islam, “Tuhan” itu gelar bagi Allah saja, maka jika ada kata “Tuhan”, muslim hanya memahaminya sebagai “Aku” saja.
Jadi seperti yang pernah saya sampaikan kepada anda sebelumnya, jangan menggunakan pemahaman ketuhanan anda untuk menafsirkan ayat ini, karena hasil akhirnya akan berbeda antara tafsir anda dengan tafsir muslim.
August 24, 2011 at 3:42 pm
someone, penjelasanmu di atas adalah terlalu dipaksakan, Firman Allah adalah tetap dan kekal, tidak terkendala bahasa dan jika diterjemahkan kedalam beragam bahasa maknanya adalah tetap sama, ini baru disebut Firman Allah.
janganlah kita bicara mengenai Allah , tetapi menggunakan cara berpikir manusia, ayat Allah, pasti akan dimengerti oleh seluruh ciptaannya. Jadi pengertiannya jelas bagi semua orang, tidak terkendala grammar.
Bukan untuk bangsa tertentu saja, pemahaman anda dan teman-teman saja berdeda, bagaimana mengatakan itu sebagai yang jelas???
ayat di atas jelas-jelas dua oknum yang berbeda yaitu aku dan Tuhan. kalimat : aku bersumpah dengan tuhan , saja sudah cukup untuk mengambil kesimpulan bahwa ada dua oknum yang berbeda , tidak peru kata-kata tambahan “yang lain”.
jika anda bersikeras tetap mengatakan bahwa tuhan bersumpah dengan dirinya, maka ayat seperti ini : Aku bersumpah dengan diri-Ku , jauh lebih jelas dan masuk akal dan dimengerti baik dan tidak bisa dipertanyakan lagi.
Apakah mungkin kalimat Allah yang maha mengetahui tidak bisa dimengerti baik oleh ciptaanNya sendiri????? sehinggah perlu disusun dan diatur agar bisa dipahami???
sebenarnya anda dalam kondisi dilema karena jika anda menyebut aku adalah malaikat atau manusia, anda akan terkontradiksi dengan sendirinya.
sekarang tinggal anda merenungkannya sendiri.
August 24, 2011 at 4:32 pm
atar, pendapatmu itu terlalu dipaksakan, terlebih setelah saya menunjukan kepada anda perbedaan gramer antara bahasa Arab dan Indonesia dan setelah saya menunjukan kepada anda perbedaan makna antara kami yang meyakini hanya satu Tuhan dengan anda yang menyakini ada Tuhan lain.
Bukankah sudah ditunjukan, ternyata kalau tidak mengerti gramer Arab, makna “Kami” saja tidak dimengerti oleh anda, sekalipun katanya anda sudah menggunakan cara berfikir manusia. Bagaimana perdebatan lama kita tentang “Kami” karena ketidakfahaman anda tentang adanya “Kami Singular” begitu saja anda lupakan kemudian anda sebut diri anda tidak terkendala gramer Arab?
Ayat alQuran memang menggunakan bahasa Arab yang jelas sehingga bisa difahami setiap katanya oleh orang Arab, namun maknanya seringkali perlu dijelaskan oleh Rasulullah SAW sehubungan dengan beragamnya latar belakang pemikiran para sahabat yang mendengarkannya. Anda yang memahami alQuran dari terjemah Indonesia yang terbatas gramernya dan meyakini ada Tuhan yang lain, tidak mungkin akan berhasil memahami ayat alQuran secara benar jika anda memaksakan keterbatasan gramer Indonesia dan keyakinan anda tersebut.
Sudah jelas bahwa Tuhan itu adalah gelar bagi siapapun yang dianggap layak disembah. Kalau anda bersikeras memahami Tuhan dalam bahasa Indonesia, coba anda buka Kamus Besar Bahasa Indonesia. Disebutkan di dalamnya bahwa Tuhan adalah sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg Mahakuasa, Mahaperkasa, dls. Siapa sesuatu yang demikian menurut alQuran? Jawabannya adalah hanya Allah. Dan siapa Aku dalam ayat itu? Jawabannya adalah Allah. Dengan demikian ayat tersebut difahami Allah bersumpah dengan diri-Nya sendiri.
Namun jika ayat itu menuliskan “bersumpah dengan Tuhan yang lain” atau Tuhan dianggap boleh memiliki sekutu atau tuhan saingan, maka jauh lebih jelas dan masuk akan dan dimengerti dengan baik dan tidak bisa dipertanyakan lagi jika ayat tersebut menjelaskan Allah bersumpah dengan selain diri-Nya. Persoalannya, dalam metode tafsir, ayat alQuran itu tidak difahami besebrangan dengan ayat lainnya. Dan Tuhan yang lain itu tidak dikenal dalam ayat-ayat alQuran lainnya. Oleh karenanya pemahaman anda bahwa Tuhan dalam ayat tersebut adalah selain diri-Nya yang besebranyan dengan ayat-ayat alQuran lainnya menjadi tertolak oleh ahli tafsir atau tidak valid secara metode tafsir.
Sebenarnya anda dalam kondisi dilema jika menerima makna Tuhan sebagai Allah saja, karena bagi anda ada tuhan yang lain selain Allah.
Sekarang tinggal anda merenungkan lagi kesalahan cara berfikir anda itu, karena sampai kapanpun, Tuhan yang diakui dalam alQuran hanyalah Allah, dan memaksakan pengertian Tuhan sebagai Tuhan selain Allah hanya akan menimbulkan kontradiksi dengan sendirinya.
August 25, 2011 at 6:21 pm
saudara someone penjelasan anda bahwa hanya orang arab saja yang mengerti baik ayat alquran, telah mengecilkan kebesaran Allah, bagaimana Allah yang maha segala-galanya mengirimkan ayat untuk dimengerti oleh kalangan tertentu saja???
kata Anda : tidak mungkin memahami alquran secara benar dari terjemahan ke dalam bahasa indonesia. apakah demikian ??? masih banyak ayat alquran yang dapat dimengerti, ini menunjukan perbedaan tata bahasa tidak menjadi masalah.
hanya anda yang tidak kritis saja yang mengatakan bahwa ada perbedaan grammar, sebagai dalih untuk menghindari ketidak jelasan ayat di atas.
anda meyakini quran adalah murni kata-kata Allah, coba anda jawab apakah kata-kata Allah tidak sempurna? sehinggah perlu disempurnakan oleh anda agar dimengerti oleh semua orang???
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa. qs 70:40
jika Aku diartikan sebagai Tuhan oleh someone , maka someone harus menerima kenyataan , timbul pengertian Tuhan yang bukan penguasa bersumpah dengan Tuhan penguasa timur dan barat.
anda mengatakan bahwa anda mengakui tidak ada tuhan lain selain Allah, tetapi akibat dari kesalahan mengambil arti dari kata aku, maka timbulah pengertian seperti di atas.
Sebab jika anda ingin menggiring ke persepsi Tuhan bersumpah dengan diriNya maka : Simple saja , mudah dimegerti dan dipahami sbb: ” Maka Aku bersumpah dengan diriKu”.
Anda dalam dilema, mengapa??
jika aku anda artikan sebagai manusia atau malaikat maka akan terbentur dengan kata-kata Maha kuasa.
so anda benar-benar dalam dilema, anda berusaha keluar dari dilema dengan memilih arti yang lebih baik menurut anda , aku diartikan sebagai Tuhan tetapi tetap saja timbul kontrakdiksi dengan keyakinan anda.
note : tolong sertakan ayat lain dalam quran yang mengandung kata Aku, Tuhan dan Kami didalam satu ayat , thanks.
August 26, 2011 at 1:49 am
Apakah jika anda tidak memahami gramer Arab hal itu menyebabkan kebesaran Allah menjadi kecil? Yang kecil itu justru anda, orang yang ingin memahami alQuran tetapi tidak mau merujukan terjemahan Indonesia kepada bahasa Arab karena menganggap gramer bahasa Arab itu sama dengan gramer bahasa Indonesia. Jika memang teks alQuran terjemah Indonesia itu sama teks alQuran dalam bahasa Arab, bagaimana “kami plural” dalam bahasa Indonesia anda anggap sama dengan “kami singular” dalam bahasa Arab? Bagaimana pemaknaan “Kami plural” oleh kalangan anda yang menyebabkan Tuhan difahami lebih dari satu dianggap bukan masalah?
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa. qs 70:40
Hanya anda yang tidak kritis dan tidak berpengetahuan saja yang menutup mata dengan adanya perbedaan gramer antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab, sebagai dalih untuk menguatkan pendapat aneh anda terkait ayat di atas.
ayat alQuran adalah firman Tuhan yang sempurna, pernyempurnaan manusia itu bukan atas ayatnya tetapi atas maknanya. Penyempurnaan makna ini dilakukan mufasir agar makna alQuran sesuai dengan makna yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Karenanya pemaknaan alQuran tidak boleh besebrangan dengan ayat alQuran lainnya dan hadits Rasulullah SAW.
Anda berkatan : “jika Aku (dalam ayat tersebut) diartikan sebagai Tuhan oleh someone , maka someone harus menerima kenyataan , timbul pengertian Tuhan yang bukan penguasa bersumpah dengan Tuhan penguasa timur dan barat.”
Bagaimana anda menyimpulkan bahwa Aku adalah Tuhan yang bukan penguasa, apakah anda mengetahui dari ayat alQuran lainnya atau hadits bahwa Aku adalah Tuhan yang bukan penguasa? Sudah saya bilang berkali-kali, dalam alQuran tidak dikenal ada dua Tuhan, apa lagi jika yang satu berkuasa dan satunya lagi tidak berkuasa. Maka bagaimana anda memaknai Aku sebagai Tuhan yang tidak berkuasa? Tuhan muslim itu satu, yakni yang menguasai timur dan barat, dan Aku dalam ayat tersebut adalah Tuhan yang dimaksud. Timbulnya pengertian adanya Tuhan lain itu hanya pada orang semacam ada yang menerima adanya Tuhan selain Allah. Kami yang diajarkan alQuran untuk mengerti bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tidak melihat “Tuhan” dalam ayat tersebut berbeda dengan “Aku”.
Saya fahamkan anda sekali lagi, Tuhan itu adalah sesuatu yang bisa dinisbatkan kepada siapapun juga. Anda bisa mengaku diri anda Tuhan, fir’aun mengaku dirinya Tuhan, dan Yesus dianggap Kristian sebagai Tuhan. Jadi kalau ditanya Tuhan itu siapa, jawabannya bisa Aku, Dia, Kamu, dls. Dalam alQuran, yang disebut Tuhan itu adalah Allah. Maka Tuhan dalam ayat tersebut difahami sebagai Allah. Jika Aku adalah Allah, maka difahami dari ayat tersebut bahwa Allah bersumpah dengan diri-Nya sendiri, semakna dengan pernyataan anda “Aku bersumpah dengan diri-Ku.”.
Seandainya Tuhan di sana difahami sebagai selain Allah, maka Rasul dan mufasir dari dulu sampai sekarang ada yang mengartikannya sebagai Tuhan selain Allah. Faktanya, hanya anda dan kalangan anda saja non-muslim yang menafsirkan Tuhan di sana sebagai selain Allah. Dari sisi keyakinan, bagaimana saya akan mendengar pendapat anda yang tidak berdasarkan ilmu dan mengesampingkan pendapat para ahli tafsir (mufasir) yang berdasarkan ilmu ?
Anda dilema dalam menerima Tuhan sebagai Allah saja, kenapa?
Karena ayat-ayat alQuran itu tidak pernah berbenturan, maka benarlah pendapat saya bahwa Tuhan adalah Aku dan Aku adalah Allah.
So anda benar-benar dalam dilema, anda berusaha keluar dari dilema dengan memaksakan pendapat yang benar menurut anda, yang snagat aneh menurut kami dan ahli bahasa, Tuhan diartikan sebagai selain Allah sehingga menimbulkan kontradiksi dengan ayat alQuran yang lain. Sementara kami muslim yang memahami Tuhan adalah Allah dan Aku adalah Allah tidak mengalami dilema karena telah benar dan tidak berkontradiksi dengan ayat alQuran ataupun pendapat mufasir.
Dilema dan kebingungan anda semakin terbukti saat anda meminta saya menyertakan dalam komentar ayat yang sudah dikutip anda berkali-kali. Kasihan sekali, beginilah jika seseorang menentang arus kebenaran.
August 26, 2011 at 2:25 am
Jika anda ingin ada Tuhan yang lain yang digunakan Allah untuk bersumpah, maka seharusnya teks ayatnya sebagai berikut :
“Maka Aku (Allah) bersumpah dengan Dia (Tuhan yang lain)”
atau
“Maka Aku (Allah) bersumpah dengan Tuhan yang lain”
Kenapa demikian? Karena Dia bukan Aku, dan Tuhan yang lain juga bukan Aku (Tuhan). Dalam dua contoh kalimat tersebut sangat jelas bahwa Aku berbeda dengan yang lainnya.
Sekarang perhatikan ayat tersebut :
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan …”
Aku siapa menurut alQuran? Allah. Tuhan siapa menurut alQuran? Allah. Maka Tuhan di sana adalah diri-Nya yang disebut Aku dalam ayat tersebut. Ini pengetahuan bahasa yang sederhana, tidak rumit seperti memaknai Kami.
Anda bilang, seharusnya ayatnya begini :
“Maka aku bersumpah dengan diri-Ku …”
Siapa diri-Ku di sana, Tuhan? Ya. Kalau begitu karena diri-Ku adalah Tuhan, maka kalimat di atas sama dengan kalimat berikut:
“Maka aku bersumpah dengan tuhan…”
Ini persamaan matematika sederhana, yang harus anda kuasai jika ingin terampil memvariasikan bahasa.
Saya kasihan dengan kemampuan anda, karenanya saya ingin membantu anda. Coba perhatikan persamaan matematika berikut ini :
Jika diberikan nilai, Sisi = 4
Luas = Sisi x Sisi apakah sama dengan Luas = 4 x 4 ?
Jangan keliru jawabnya ya, karena Sisi = 4, maka Sisi bisa digantikan dengan 4 dan 4 bisa digantikan dengan Sisi.
Sekarang, mari kita terapkan ke dalam bahasa. Nama anda di situs ini kan atar, dan nama saya di situs ini someone. Jika saya berkata kepada anda, “Hai kamu !”. Siapa kamu di sana? Atar bukan? Jika saya ganti katanya menjadi “Hai atar !”, keliru? Tentu saja tidak, karena kamu adalah atar.
Sekarang coba tengok kalimat berikut “aku bersumpah dengan tuhan”. Jika aku adalah Allah dan Tuhan adalah Allah, maka kalimat tersebut sama dengan “Allah bersumpah dengan Allah.” Karena Allah yang kedua sama dengan Allah yang pertama, maka Allah yang kedua dalam tata bahasa Indonesia bisa diganti dengan kata “Diri-Nya”, sehingga kalimatnya sama dengan “Allah bersumpah dengan Diri-Nya”. Kalau Allah yang pertama diganti dengan Aku, maka dalam tata bahasa Indonesia Diri-Nya berubah menjadi Diri-Ku, karena subjek yang pertama sama dengan subjek kedua, sehingga kalimatnya sama dengan “Aku bersumpah dengan diri-Ku”.
Jika penjelasan saya yang begini anda masih bingung, artinya anda harus belajar matematika dasar dan tata bahasa indonesia lagi, artinya anda harus sekolah lagi. Jika anda menerima penjelasan saya terkait perubahan subjek dalam kalimat, maka saya yakin anda pernah lulus matematika dasar dan bahasa indonesia. Namun jika setelah menerima penjelasan ini anda masih dilema, berarti hambatan anda bukan penguasaan bahasa tetapi kejiwaan. Salah satu masalah kejiwaan adalah jika seseorang berpaling dari kebenaran yang diketahuinya.
Saya bertanya kepada anda, sebenarnya yang menghambat anda adalah kemampuan tata bahasa indonesia atau kejiwaan?
August 26, 2011 at 6:56 pm
Someone , anda keliru menyampaikan jika , saya menginginkan atau memaksakan ada Tuhan lain dalam ayat itu, TETAPI AYAT ITU AKAN MENGINDIKASIKAN ADANYA TUHAN LAIN JIKA ANDA SECARA MEMAKSAKAN UNTUK MENGARTIKAN BAHWA KATA AKU ADALAH TUHAN.
” Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat, sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
Sesungguhnya Aku dan Tuhan pada ayat di atas secara jelas dan nyata menunjukan dua oknum yang berbeda.
tetapi, ketika dua oknum di atas menjadi maha kuasa maka akan timbul kontradiksi , karena yang maha kuasa hanyalah Tuhan.
Maka someone dengan segala daya upaya, analogi , contoh matematika, berusaha agar ayat di atas tidak kelihatan rancu, yaitu dengan menafsirkan kata Aku sebagai Tuhan, dan kata kami pun diartikan sebagai Tuhan.
maka ayat di atas akan menjadi sbb:
” maka aku ( Tuhan ) bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat, sesungguhnya kami ( Tuhan ) benar-benar maha kuasa.
maka ayat di ataspun menjadi:
Aku ( Tuhan ) bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat. Atau Tuhan bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat.
oleh someone diartikan sebagai Tuhan telah bersumpah dengan diriNya sendiri, artinya Tuhan pada ayat di atas adalah oknum yang sama.
APAKAH BENAR DEMIKIAN ?? TENTU SAJA TIDAK, MENGAPA??
jika anda katakan Tuhan bersumpah dengan Tuhan tentu beda dengan ayat di atas yang mengatakan bahwa :
TUHAN BERSUMPAH DENGAN TUHAN YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT.
ayat di atas tidak menjelaskan bahwa aku ( Tuhan ) yang bersumpah adalah juga menguasai timur dan barat , tetapi hanya kata aku (Tuhan ) saja.
JIKA ANDA INGIN MERUBAH PENGERTIAN MENJADI TUHAN YANG SAMA MAKA AYAT DI ATAS MESTINYA SBB :
AKU ( TUHAN ) YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT BERSUMPAH DENGAN TUHAN YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT, kelihatan juga janggal atau yang paling mudah dimengerti dan dipahami oleh semua orang yang akan membacanya hanyalah :
AKU BERSUMPAH DENGAN DIRIKU SENDIRI, Mengapa Allah yang maha sempurna menurunkan ayat yang tidak mudah dimengerti sehinggah perlu disempurnakan oleh someone?????
Inilah jika terlalu dipaksakan , sebagai akibat dari keyakinan bahwa alquran adalah murni kata-kata Tuhan bukan kata-kata manusia juga.
August 26, 2011 at 8:19 pm
@ atar
Kan udah dibilang berkali-kali bahawa ayat Al Quran mesti difahami menurut kontek Al Quran.Al Quran tidak pernah mengatakan ada Tuhan selain Allah itu intinya.Malah Al Quran sangat menolak ada Tuhan selain Allah di dalam ayat-ayat lain yang lebih jelas.Perbandingannya begini:
Kalau saya katakan “Aku bersumpah demi Ilham othmany bahawa….(dan seterusnya)”
Kalau anda telah mengenal saya pasti anda tahu ‘aku’ dan ilham othmany adalah orang yang sama dan Ilham Othmany sedang bersumpah dengan dirinya sendiri.
Kalau anda keliru mengatakan aku dan ilham othmany orang yang berbeda artinya anda belum mengenal Ilham othmany.Sama kalau orang mengatakan bahawa Aku dan Tuhan yang mengatur perjalanan bintang-bintang dalam ayat 70:40 sebagai dua oknum yang berbeda berarti dia tidak membaca keseluruhan Al Quran.Tapi orang yang telah membaca keseluruhan Al Quran dia akan tahu sendiri bahawa masalah ayat 70:40 di atas hanyalah masalah gaya bahasa sahaja yang digunakan oleh Allah dan gaya bahasa apa pun yang digunakan oleh Allah itu adalah hakNya dan menjadi tugas kitalah utk memikirkan dan mencari tau mengapa gaya bahasa begitu yang digunakan.Pasti ada sesuatu hikmah yang dapat menambah wawasan kita.Jika tidak Tuhan tidak akan menggunakan gaya bahasa yang tersebut.
Sebab itulah saya katakan Anda bingung karena anda memahamkan ayat al quran yang kita bincangkan dengan cara yang terpisah dari keseluruhan kontek Al Quran padahal anda pun tahu ayat Al Quran bukan ayat 70:40 itu saja.Penjelasan someone adalah sangat logis dan jelas.Saya heran mengapa anda coba memaksakan pentafsiran anda sendiri yang terkeluar dari kontek Al Quran?
August 27, 2011 at 3:28 am
Anda mengatakan Aku dan Tuhan adalah oknum yang berbeda, padahal Tuhan bisa dinisbatkan kepada Aku, Dia, Kamu, dls. Saat anda memahami Tuhan sebagai selain Aku, hanya Dia saja, maka ini adalah usaha pengkerdilan kemampuan bahasa yang mencengangkan …
Dan saat anda tidak mampu memahami kami dalam ayat tersebut sebagai kami singular, maka semakin rumitlah fikiran anda, karena anda melihat kontradiksi yang tidak kami lihat. Sungguh kontradiksi ini dibuat oleh anda sendiri yang mengkerdilkan kemampuan bahasa dalam pemaknaan Tuhan. Kerumitan ini merupakan indikasi ketersesatan yang seharusnya dapat mendorong anda mengevaluasi kembali kelemahan anda.
Saya ulang sekali lagi, “Kami” di sana adalah kami singular, yakni subjek yang sama dengan “Aku” dan “Tuhan”. Jadi, dalam satu ayat itu, seluruh subjek yang mengemuka hanyalah Allah, tidak ada selain-Nya. Dia merepresentasikan diri-Nya dalam sebutan Aku, Tuhan, dan Kami untuk menunjukan eksistensinya, ketuhanannya (Illahiyah) dan kepenciptaannya (Rubbubiyah).
Pada saat anda mengira setiap orang yang menunjukan kebenarannya yang menolak kebenaran anda adalah sedang berusaha menutupi kesalahannya, maka dapat disimpulkan anda adalah tipikal orang yang menganggap seluruh yang anda fahami adalah benar dan tidak menghendaki orang lain menyalahi anda. Ini salah satu sifat sombong anda yang telah berhasil anda tunjukan kepada saya dan pembaca lainnya. Oleh karenanya saya memaklumi apabila anda berpaling dari penjelasan tanpa menunjukan kelemahan penjelasan tersebut, dan senantiasa mengulang penjelasan anda yang sudah berkali-kali saya tunjukan kelemahannya.
Kenapa saat anda berhadapan dengan lebih dari satu kata Tuhan dalam satu kalimat lalu fikiran anda selalu menganggapnya sebagai Tuhan yang banyak? Apa karena pengaruh kepercayaan Trinitas yang anda yakini? Bukankah sudah saya jelaskan bahwa Tuhan itu dapat bermakna Aku, Dia, Kamu, dls?. Bukankah sudah saya kemukakan dalam contoh alKitab bahwa Tuhan pernah bersumpah dengan diri-Nya sendiri? Artinya, jika Tuhan bersumpah dengan Tuhan, di mana Tuhan pertama dan Tuhan kedua adalah Allah, hal ini dapat diterima karena Tuhan memang bisa dinisbatkan kepada siapapun termasuk Allah dan Tuhan bersumpah dengan diri-Nya bukan hal yang aneh.
Saat anda melihat Aku pasti berbeda dengan Tuhan, maka indikasinya anda harus mengulang sekolah. Tuhan itu dalam Kamus Besar disebut sebagai sesuatu, dan sesuatu itu bisa Aku, Dia, Kamu, dls. Jadi, tidak ada orang yang pernah lulus bahasa Indonesia yang akan menyalahkan jika Tuhan itu adalah Aku. Banyak contoh dalam alKitab yang menunjukan bahwa Tuhan itu adalah Aku.
Dalam alQuran disebutkan, fir’aun berkata: “Akulah Tuhanmu yang paling tinggi” (an-Naazi’at : 24). Jika Tuhan tidak pernah boleh difahami sebagai Aku, maka menurut anda apakah Tuhanmu di sana bukan Aku (fir’aun)? Aneh sekali jika anda menganggap Aku pasti berbeda dengan Tuhan.
Saya sudah menunjukan dengan rinci bagaimana kata “Tuhan” dalam ayat tersebut dapat digantikan dengan “Diri-Ku”.
Inilah jika terlalu dipaksakan, sebagai akibat dari keyakinan bahwa pendapat anda selalu benar sekalipun orang-orang melihat kerancuan pemahaman anda.
August 27, 2011 at 5:27 am
Someone Tuduhan anda bahwa anda telah menunjukan kelemahan penjelasan saya adalah tidak benar, justru saudara yang menunjukan kelemahan penjelasan saudara, Pengertian ayat di atas tergantung dari tafsir kalian bahkan para pembaca juga bisa membacaa tafsiran-tafsiran dari jack , yudi yang berbeda dengan anda, mengapa terjadi ?? karena tidak adanya suatu kepastian semuanya tergantung dari tafsir.
Pada kenyataan siapapun akan mengakui Firman Allah adalah sempurna, FIRMAN ALLAH TIDAK TERBENTUR TATA BAHASA, JIKA TERBENTUR ANDA TELAH MENGECILKAN , FIRMAN ALLAH .
Firman Allah adalah mutlak benar, semua suku, bangsa , ras, agama, dari latar belakng yang berbeda pasti mengerti , INTINYA, FIRMAN ALLLAH ADaLAH MUDAH DIPAHAMI, jika sukar dipahami dan ditafsir dengan tafsiran yang berbeda -beda maka anda sendiri dan para pembaca bisa menjawabnya.
What is that??
August 27, 2011 at 4:16 pm
oke sdr atar, saya punya pertanyaan singkat
siapa nama tuhan anda???
August 30, 2011 at 2:04 am
someone, kata Tuhan atau Allah, adalah tafsiran saudara dari kata Aku yang tertulis di ayat, setuju???? sedangkan kata TUhan tidak ditafsirkan artinya sesuai dengan yang tertulis.
qs 70:40 Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat , sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
Mulanya adlah dua kata yang berbeda ( aku dan Tuhan ), tetapi anda tafsirkan menjadi dua kata yang sama yaitu Tuhan dengan Tuhan.
anda bicara mengenai subject dan predi0kat , coba anda belajar lagi tata bahasa, mengenai subyek dan predikat.
ayat akulah Tuhanmu yang paling tinggi. aku adalah subyek sedangkan tuhan yang paling tinggi adalah predikat. ciri predikat . bisa pertanyakan . siapakah aku?? jawab : Tuhan yang paling tinggi.
terlepas dari kekeliruan saudara menentukan subjek dan predikat , saya mengajak anda untuk melihat perbedaan ayat yang diclaim Firaun dengan ayat yang diclaim sebagai ayat Tuhan.
Siapun dia : terlepas dari claim firaun benar atau tidak , ayat sbb :
Akulah Tuhanmu yang paling tinggi. Mudah dipahami dan tidak perlu tafsir.
ayat diatas jelas tanpa tafsir , sudah bisa dipahami .
kita bandingkan dengan ayat ( Tuhan ) sbb:
Maka aku bersumpah dengan tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
ayat Tuhan ini agar bisa dimengerti, perlu tafsiran yang bermacam-macam, mengapa Tuhan menurunkan ayat yang tidak mudah dipahami( butuh penafsiran )??????
coba anda renungkan mengapa claim firaun lebih mudah dipahami daripada claim Tuhan ?????
Anda mengatakan:
Berpredikat atau tidak, jika keduanya subjek yang sama, maka keduanya memiliki predikat yang sama.( ANDA KELIRU , HAL INI TIDAK BISA DITERAPKAN PADA KEDUA SUBYEK YANG SEDANG BERSUMPAH )
Jika anda mengenal konsep berorientasi objek, Ini yang disebut pewarisan. Jika Aku tidak berpredikat dan Tuhan berpredikat menguasai timur dan barat, maka jika Aku sama dengan Tuhan, maka Aku berpredikat menguasai timur dan barat. ( INI SAMA SAJA DENGAN PENJELASANAN SAUDARA DIATAS, TIDAK BERLAKU BAGI KEDUA SUBJECK YANG SEDANG BERSUMPAH ) Ini persamaan sederhana dan logika pewarisan yang sah ( SALAH PENEMPATANNYA/TIDAK TEPAT JIKA DIMAKSUDKAN UNTUK AYAT INI )
MASUK AKAL JIKA DALAM KEADAAN AKU DAN TUHAN TIDAK BERSUMPAH:
AKU=TUHAN.
TUHAN MENGUASAI TIMUR DAN BARAT.
MAKA TIDAK DIRAGUKAN LAGI SAMA DENGAN AKU MENGUASAI TIMUR DAN BARAT.
TETAPI
kedua subjek di atas sedang bersumpah.
subjek (Aku) membuat sumpah sedang subjek (Tuhan) menerima sumpah.
MAKA PENGERTIANNYA ADA DUA OKNUM YANG BERBEDA, JIKA ANDA MEMAKSAKAN BAHWA KEDUANYA ADALAH OKNUM YANG SAMA MAKA,
ANDA PERLU REVISI AYAT DIATAS SBB:
MAKA AKU BERSUMPAH DEMI DIRIKU YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT, SESENGGUHNYA AKU BENAR-BENAR MAHA KUASA.
ANDA KATAKAN :
Maka Aku yang menguasai langit dan bumi bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi”
Allah merasa tidak perlu mengulangi atribut ( SUNGGUH SUATU PENJELASAN YANG MERENDAHKAN KEILAHIAN ALLAH ‘ ALLAH TIDAK MENGETAHUI ISI HATI CIPTAANNYA, PADA KENYATAANNYA MANUSIA MERASA PERLU DAN MENJADI BAHAN PERDEBATAN???? ) , karena sudah difahami bahwa hanya Dia Tuhan yang menguasai timur dan barat, sehingga firman-Nya berbunyi :
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi”, ( KALIMAT INI TIDAKLAH ANEH SEKALIPUN KITA MENGGANTIKAN KATA AKU DENGAN SOMEONE)
August 30, 2011 at 3:59 am
Kata Tuhan atau Allah bukan tafsiran saya, tetapi tafsiran Ibn Katsir, ahli tafsir terkenal yang diakui muslim kompetensinya. Posisi saya tidak sedang menafsirkan, tetapi menjelaskan kepada makna ayat berdasarkan tafsiran beliau dengan menggunakan pendekatan yang anda gunakan.
Sebenarnya yang menggunakan istilah predikat itu anda. Saya mengidentifikasi sesuatu Aku dan Tuhan sebagai subjek dan yang menguasai timur dan barat sebagai atribut. Penggunaan istilah subjek, predikat, dan atribur sama sekali tidak dikaitkan dengan tata SPO. Kecuali anda ingin menggiring bahasannya ke arah sana, saya bisa membukanya.
Seandainya anda membaca keseluruhan ayat alQuran, hafal semuanya, atau minimalnya membaca tafsir atau meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah, maka ayat tersebut tidak membingungkan.
Saya heran dengan anda, bagaimana bisa anda menganggap Aku dan Tuhan sebagai sesuatu yang jelas berbeda padahal tidak ada pembedanya. Seandainya orang sudah memahami Tuhan yang dimaksud adalah Aku yang bersumpah, maka orang akan memahami Tuhan di sana sebagai Diri-Nya, tanpa perlu merubah kalimatnya.
Anda mengakui Allah mengetahui kondisi ciptaan-Nya yakni anda yang tidak dapat mudah memahami ayat tersebut, tetapi tidak mengakui kondisi ahli tafsir yang mudah memahami ayat tersebut. Jika Allah menyerahkan penjelasan suatu ayat kepada ahli tafsir, yang awalnya Nabi Muhammad SAW kemudian dilanjutkan perannya oleh ulama, maka seandainya anda yang tidak mengerti ayat alQuran, tanyakan donk sama ulama. Kan ada yang bilang, “malu bertanya sesat di jalan”. Anda sesat memahami ayat tersebut bukan karena malu bertanya, tapi memang gak mau bertanya. Seandainya anda mau bertanya kepada ulama, perdebatan seperti ini tidak perlu terjadi.
August 30, 2011 at 4:14 am
Sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa saya hanya mengikuti pendekatan anda dan tidak mengkaitkan subjek, predikat, dan atribut dengan tata SPO. Dan syukurlah saya begitu karena nampaknya anda sendiri memang tidak konsisten dalam memahami tata SPO. Perhatikan komentar anda pada August 27, 2011 at 3:02 pm ini :
“jika kita teliti lebih dalam bahwa: Kata Tuhan Yang pertama pada ayat di atas adalah tanpa predikat sedangkan kata Tuhan yang kedua pada ayat di atas adalah berpredikat menguasai timur dan barat.”
Jika kata “Aku” yang anda sebut Tuhan pertama disebut tanpa predikat, sementara kata “Tuhan” yang anda sebut Tuhan kedua disebut memiliki predikat, yakni “menguasai timur dan barat”. Artinya anda tidak sedang mengatakan Tuhan yang kedua sebagai predikat bukan? Maka tdk salah jika saya menganggap anda sedang menjelaskan bahwa “Aku” dan “Tuhan” adalah subjek, sementara “menguasai timur dan barat” adalah predikat, lepas dari benar atau tidaknya tata SPO yang anda gunakan?
Dalam komentar August 30, 2011 at 2:16 am anda menunjukan pemahaman yang berbeda :
“aku adalah subyek sedangkan tuhan yang paling tinggi adalah predikat.”
Jadi sebenarnya yang harus belajar lagi tata bahasa itu anda, agar tidak ada pemahaman berbeda seperti ini.
August 30, 2011 at 2:45 pm
Someone :
Anda sedang berusaha menafsirkan al Quran dengan pendapat sendiri, tanpa bersandar kepada pendapat al Quran, as Sunnah, Sahabat, atau memperhatikan bahasa asli al Quran. Padahal Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa saja yang berbicara mengenai Al Qur’an dengan pendapatnya sendiri kemudian benar maka ia tetap dianggap salah” (HR Abu Dawud, HR At Tirmidzi )
jika ini yang anda kutib : maka benar jika kekritisan anda habis , anda masuk di akal jika orang benar tetapi tetap dianggap salah???
anda tidak sadar telah diperdaya agar sikap kritismu menjadi mati. jika saudara mengutib tafsiran Ibnu katsir maka tafsiran Ibnu katsir pun menimbulkan kejanggalan sbb:
maka aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa. Menjadi :
Maka Allah bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
anda berargumentasi karena anda meyakini tiada tuhan selain allah, atau allah itu esa maka,jika aku ditafsirkan sebagai Allah, maka Allah dan Tuhan pada ayat di atas pasti oknum yang sama. ini keliru dan bertolak belakang dengan pengertian dari ayat di atas.
anda mencari alasan untuk mendukung tafsiran di atas dengan menyisipkan ayat lain albaqarah 115, pada ayat di atas , saya tidak tahu apakah Ibnu katsir juga melakukan hal serupa?
ini namanya tambal sulam, jelas keliru.
coba nada jawab dari hati nurani dengan membuang jauh prasangka buruk .
mana diantara dikedua ayat di bawah ini yang mudah dipahami dan tidak diperbedabatkan karena sudah jelas??
AKU BERSUMPAH DENGAN DIRIKU , SESUNGGUHNYA AKU MAHA KUASA.
MAKA ALLAH BERSUMPAH DENGAN TUHAN YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT SESUNGGUHNYA KAMI BENAR-BENAR MAHA KUASA.
monggo.
pendapat yang mengatakan bahwa untuk memahami Firman Allah , perlu ilmu tafsir tingkat tinggi, telah mengontradiksi claim dari alqurkan sebagai suatu petunjuk yang jelas.
mengapa Allah menurunkan firmannya
August 30, 2011 at 7:45 pm
Rupanya anda tidak faham makna “pendapatnya sendiri” sehingga menganggap HR Abu Dawud dan at Tirmizi tersebut tidak masuk akal. Jika anda bicara mengenai al-Quran berdasar perkataan Allah dalam al Quran, Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabiin dst, maka anda tidak sedang berpendapat sendiri sehingga tidak akan dianggap salah. Demikianlah ahli tafsir, beliau semua tidak berbicara mengenai al Quran dengan pendapatnya sendiri, melainkan dengan berdasar kepada selain diri-Nya yang dipercaya, sehingga kitab tafsirnya tidak akan dianggap salah dan dirujuk oleh banyak ulama.
Dalam tradisi penelitian, tulisan kritis yang dipenuhi pendapat sendiri itu dianggap tidak valid, dipertanyakan, dan umumnya menjadi sampah. Sementara karya penelitian yang pendapatnya disandarkan kepada literatur yang dipercaya, dianggap layak untuk diuji, dan hasilnya boleh dirujuk oleh peneliti lainnya. Hadits tersebut relevan dengan kebiasaan keilmuan sampai saat ini. Pendapat anda bahwa berbicara tentang sesuatu dengan pendapat sendiri adalah pintu kritis, maka pintu itu hanya terbuka bagi anda dan akan ditutup oleh komunitas peneliti manapun karena subjektif dan tidak terhubung dengan literatur atau penelitian sebelumnya. Kekritisan anda akan habis oleh anda sendiri dan bukan oleh orang lain karena orang lain enggan merujuk produk subjektif.
Tentang catatan yang saya buat :
“Maka Aku (Allah yang mempunyai timur dan barat, Al Baqarah : 115) bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi (Allah atau diri-Nya sendiri, Tuhan yang menguasai langit dan bumi yang dipunyai-Nya )”
Apa saya menyebutkan ini kutipan Ibn Katsir? Rupanya anda tidak faham makna “penjelasan”.
Saya kutip tafsiran Ibn Katsir terkait ayat berikut ini :
Mengapakah orang-orang kafir itu terhadapmu bergegas.(36) Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok. (37) Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan? (38) Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui. (39) Maka tidak, Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa. (40) Untuk mengganti dengan yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan. (41)
Ibn Katsir menjelaskan :
Allah tidak membenarkan sikap orang kafir yang memisahkan diri dari Rasulullah SAW menjadi beberapa kelompok, padahal mereka hidup sezaman dengannya dan menyaksikan sendiri keberadaan Rasul dan mukjizat-mukjizatnya yang luar biasa, yang didatangkan Allah untuk memperkuat kebenaran. Allah berfirman, “Mengapakah orang-orang kafir itu terhadapmu bergegas.Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok.”, yaitu berpaling, berkelompok-kelompok, bergegas ke arah kanan dan kiri, sambil mengatakan, “Apakah gerangan yang dikatakan orang ini?”
Hal ini sesuai dengan riwayat Jabir bin Samurah r.a. :
Rasulullah SAW pernah keluar untuk menemui mereka, sedangkan ketika iu mereka berada dalam beberapa lingkaran, lalu beliau mengatakan, “Heran, mengapa kalian berkelompok-kelompok (yaitu bercerai berai menjadi beberapa lingkaran): (Hadits diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud)
Firman Allah, “Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan? Sekali-kali tidak! ”
Apakah dengan sikap menjauhi Rasulullah dan menjauhi kebenaran mereka masih pula menginginkan masuk surga yang penuh kenikmatan? Sekali-kali tidak, justru tempat mereka adalah neraka jahanam (Someone : Ibn Katsir mendasarkan tempat orang kafir ini kepada ayat al Quran). Kemudian Allah berfirman seraya memastikan keberadaan hari kembali dan penyiksaan mereka yang selalu mereka ingkari dan mustahilkan itu dengan berdalih kepada mereka tentang memulai suatu hal bahwa mengembalikan mereka itu adalah lebih mudah,d an mereka mengakui anggapan ini. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui.”, yaitu dari air mani yang sangat lemah. Penggalan ini seperti firman-Nya, “Bukankah Kami telah menciptakan kamu dari air yang hina?”
Kemudian Allah berfirman, “Maka tidak, Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari”, yaitu dengan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan bintang-bintang yang tampak dari arah-arah timur dan tenggelam dari arah-arah baratnya. Yang hendak ditegaskan dalam ayat ini adalah bahwa hari berbangkit, dikumpulkan, dan penghisaban itu akan terjadi tanpa ragu lagi. Pengingaran mereka tidak berpengaruh apa-apa. Itulah sebab Allah mengungkapkannya dengan lafadz “laa” ketika hendak memulai sumpah-Nya. Persoalannya tidak seperti yang kamu duga, “Aku bersumpah…” sedang kamu menyaksikan keagungan dan kekuasaan Allah yang lebih dahsyat dari hari kiamat, yakni penciptaan langit dan bumi”, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan kamu tidak mengetahui.”
Kalimat yang ditebalkan ini adalah saat di mana Ibn Katsir menjelaskan bahwa Aku dalam ayat ini adalah Allah, sehingga tidak salah saya berkata kepada anda, “Di dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa Aku di sana adalah Allah.” (August 27, 2011 at 6:27 pm, August 28, 2011 at 5:14 pm, August 28, 2011 at 5:29 pm)
Lalu anda mengganti Aku dengan Allah sehingga ditulis seperti ini :
“Maka Allah bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.”
Dan saat saya mempertegas petunjuk Ibn Katsir bahwa Aku itu Allah dengan ayat 2:115 anda menganggapnya mencari alasan. Padahal Ibn Katsir menjelaskan Aku di sana Allah, jika saya memberi catatan “Allah yang mempunyai timur dan barat” (2:115) maka ini bukan mencari alasan, tetapi mempertegas. Bagaimana anda mengatakan saya mencari alasan agar Aku menjadi Allah, padahal saya tidak memerlukan alasan, karena Ibn Katsir telah menegaskan dalam tafsirnya bahwa Aku itu adalah Allah.
Sungguh anda ini sangat aneh, tatkala Ibn Katsir mengatakan Aku itu Allah, lalu saya memberi catatan Allah itu yang mempunyai timur dan barat (2:115), anda malah mengatakan catatan saya itu jelas keliru, tambal sulam, seakan Aku itu maknanya bukan Allah.
Cobalah anda fikirkan dengan akal yang cerdas dengan membuang prasangka buruk dan terbuka untuk menerima selain pendapat sendiri, apalagi ini pendapat ahli tafsir (Ibn Katsir).
Anda bertanya, “mana yang mudah difahami dan tidak diperdebatkan karena sudah jelas ?
AKU BERSUMPAH DENGAN DIRIKU , SESUNGGUHNYA AKU MAHA KUASA.
MAKA ALLAH BERSUMPAH DENGAN TUHAN YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT SESUNGGUHNYA KAMI BENAR-BENAR MAHA KUASA.
Saya jawab, setelah membaca tafsir, bentuk kalimat manapun menjadi jelas. Dan ahli tafsir menganggap seluruh ayat al Quran itu mudah difahami dan tidak menjadi perdebatan karena ilmu nahwu sudah tersedia.
Sungguh lucu pendapat anda ini : “Pendapat yang mengatakan bahwa untuk memahami Firman Allah , perlu ilmu tafsir tingkat tinggi, telah mengontradiksi claim dari alqurkan sebagai suatu petunjuk yang jelas. Mengapa Allah menurunkan firmannya, yang tidak mudah dipahami oleh semua manusia ciptaanNya. Jika anda kritis anda bisa menjawabnya.”
Jika al Quran bukan petunjuk yang jelas, tentu tidak akan ada kitab tafsir. Banyaknya kitab tafsir menunjukan manusia berhasil mengungkap petunjuk yang jelas dari al Quran. Jika anda berharap bisa memahami segala sesuatu secara benar dengan sendirinya, maka apalah gunanya anda berguru di sekolah. Bukankah 1+1 bagi anda sekarang sangat jelas, tapi faktanya dulu anda membutuhkan guru untuk memahami 1 itu apa dan 1+1 itu hasilnya apa? Demikian pula setelah anda membaca tafsir, maka anda akan seperti saya, mengetahui makna al Quran yang benar, dan itu jelas bagi anda. Ok.
August 27, 2011 at 6:52 am
Berarti selama ini anda melewatkan penjelasan saya, kenapa? Pantas saja anda terus saja menganggap benar pendapat anda yang sudah ditunjukan kelemahannya oleh saya.
Saat anda berkata bahwa Tuhan itu bukan Aku, saya menunjukan kepada anda dengan pendekatan tata bahasa indonesia dan persamaan matematika dasar bahwa Tuhan dapat dinisbatkan kepada Aku karena Tuhan menurut Kamus Besar adalah sesuatu dan sesuatu itu dapat Aku, Dia, Kamu, dls. Saat anda berkata Kami menunjukan Aku dan Tuhan berbeda, saya menunjukan Kami singular dalam gramer bahasa Arab yang menunjukan bahwa Aku, Tuhan, dan Kami merujuk kepada subjek yang sama, yakni Allah. Saat anda berkata seharusnya bukan Tuhan tetapi diri-Nya, saya menunjukan kepada anda bahwa Tuhan memiliki makna sama dengan Diri-Nya jika Tuhan adalah Aku. Saat anda meragukan kalau Tuhan bersumpah dengan diri-Nya, saya menunjukan kepada anda adanya sumpah seperti itu dalam alKitab. Jadi upaya saya ini tidak anda fahami sebagai upaya menunjukan kelemahan penjelasan anda? Kalau begitu kemungkinan masalah anda bertambah, selain kemungkinan kelemahan dalam penguasaan tata bahasa Indonesia dan masalah kejiwaan yang menutup anda dari pengetahuan, kemungkinan lainnya adalah soal keterampilan berkomunikasi, dalam hal menyimak dan menilai penjelasan lawan bicara.
Saya, Jack, dan Yudi menyimpulkan dari ayat tersebut bahwa selain Allah tida ada Tuhan yang lain, maka bagaimana anda menganggap saya, Jack, dan Yudi berbeda? Anda menyimpulkan dari ayat tersebut bahwa selain Allah ada Tuhan yang lain, maka bagaimana kami menganggap benar kesimpulan anda yang bertentangan dengan ayat alQuran lainnya, dengan ajaran islam, dengan pendapat mufasir Islam secara umum.
Bukannya anda menyuruh saya untuk kritis terhadap ayat tersebut? Kenapa setelah saya kritis dengan menggunakan pendekatan tata bahasa, menggugurkan pendapat anda, anda menolak hal tersebut dan menganggap sebagai sesuatu yang tidak kritis karena tidak berkesesuaian dengan pendapat anda yang aneh jika ditakar dengan pendekatan tata bahasa. Bagaimana bisa kritis itu diukur dengan sesuai atau tidaknya pendapat dengan pendapat anda? Memangnya pendapat anda itu sudah benar? Bertaubatlah dari kesombongan anda atar, karena kesombongan seperti itu hanya menutup anda dari kebenaran.
Pada kenyataannya anda sendiri melihat bukti bagaimana perbedaan tata bahasa menyebabkan anda yang memaknai “Kami” dalam ayat tersebut dengan gramer Indonesia sebagai “Kami plural” berbeda dengan muslim yang memaknai “Kami” dalam ayat tersebut dengan gramer bahasa asli alQuran (Arab) sebagai “Kami singular”. Dan sampai detik ini karena gramer tersebut dan kata ganti dalam tata bahasa Indonesia anda menyimpulkan ayat tersebut berbeda dengan muslim, di mana anda menyimpulkan dari ayat tersebut bahwa Aku sedang bersumpah dengan Dia karena Tuhan bukan Aku, sementara muslim menyimpulkan dari ayat tersebut bahwa Aku sedang bersumpah dengan Diri-Nya karena Tuhan adalah Aku.
Karenanya saya ulang sekali lagi :
APAKAH JIKA ANDA TIDAK MEMAHAMI GRAMER ARAB DAN KATA GANTI DALAM TATA BAHASA MENYEBABKAN KEBESARAN ALLAH MENJADI KECIL?
Firman Allah adalah mutlak benar, semua suku, bangsa, ras, agama, dan latar belakang yang berbeda pasti memiliki pengertian yang Allah kehendaki jika seluruh makna katanya dikembalikan kepada makna bahasa yang Allah gunakan. INTINYA FIRMAN ALLAH ADALAH MUDAH DIFAHAMI JIKA MENGUASAI BAHASA YANG ALLAH GUNAKAN UNTUK MENGHANTARKAN FIRMAN-NYA ITU. Jika alQuran sukar difahami seseorang adalah karena dia tidak berilmu. Jika alQuran ditafsiri berbeda-beda adalah karena landasan teorinya berbeda-beda, ada yang landasannya benar sehingga tafsirnya benar, ada yang landasannya keliru sehingga tafsirnya keliru.
Anda berusaha mendefinisikan kritis itu jika tafsiran kami sama dengan tafsiran anda, yakni ayat tersebut menyatakan ada Tuhan selain Allah. What is that??
August 27, 2011 at 3:02 pm
Saudara someone, anda telah berusaha menggiring opini pembaca , bahwa saya tidak setuju deangan kaidah2 yang sdh dianggap umum. Diluar Ayat yang sedang kita bahas, Tuhan mempresentasikan diriNya sebagai Aku , adalah masuk akal , dan umat manusiapun sudah biasa menyebut Tuhan dengan kata Dia.
Kembali lagi ke pada ayat qs 70:40,
” Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
Anda ingin menafsirkan ayat di atas bahwa : Tuhan sedang bersumpah dengan diriNya. Sehinggah anda menginterprestasikan kata Aku adalah Tuhan sendiri. sehinggah Firman Tuhan menjadi :
Maka Tuhan bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat . Menurut anda Tuhan =Aku dalam kontex ayat tersebut.
Coba kita terapkan sbb:
Maka Tuhan bersumpah dengan aku yang menguasai timur dan barat. kedua contoh diatas sama-sama kedengaran aneh.
jika kita teliti lebih dalam bahwa: Kata Tuhan Yang pertama pada ayat di atas adalah tanpa predikat sedangkan kata Tuhan yang kedua pada ayat di atas adalah berpredikat menguasai timur dan barat.
Nama someone boleh saja sama tetapi akan berbeda jika someone yang tidak berpredikat bersumpah dengan someone yang berpredikat.
contoh : someone bersumpah dengan someone yang mempunyai pabrik mobil.
Penjelasannya : someone yang membuat sumpah adalah someone yang tidak ditulis mempunyai pabrik mobil , sedangkan someone yang menerima sumpah adalah someone yang ditulis mempunyai pabrik mobil.
Bisakah dikatakan kedua someone di atas sebagai orang yang sama??? jelas tidak bisa.
jika anda paksakan mestinya begini : MAKA SOMEONE YANG MEMPUNYAI PABRIK MOBIL BERSUMPAH DENGAN SOMEONE YANG MEMPUNYAI PABRIK MOBIL.
coba anda bandingkan dengan jika ayat diatas seperti dibawah ini :
Maka Aku bersumpah dengan diriKu , sesungguhnya Aku benar-benar Maha kuasa.
jika demikian siapakah yang tidak masuk akal terhadap ayat di atas.?????.
MUNGINKAH TUHAN YANG MAHA SEMPURNA , KELIHATAN MENJADI TIDAK SEMPURNA ATAS AYAT YANG DIFIRMANKANNYA DI ATAS ,AKIBAT KESALAHAN TAFSIR ANDA??
Anda mengatakan:
INTINYA FIRMAN ALLAH ADALAH MUDAH DIFAHAMI JIKA MENGUASAI BAHASA YANG ALLAH GUNAKAN UNTUK MENGHANTARKAN FIRMAN-NYA.
wow Mr. someone anda ingin mengatakan kepada dunia bahwa untuk mengerti Firman Allah manusia ciptaan Allah harus menguasai bahasa Arab?? ( kita bahas mengenai bahasa quran ), jika demikian untuk apa diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa indonesia??
Lelucon apalagi yang anda buat?
August 27, 2011 at 4:07 pm
Berpredikat atau tidak, jika keduanya subjek yang sama, maka keduanya memiliki predikat yang sama. Jika anda mengenal konsep berorientasi objek, Ini yang disebut pewarisan. Jika Aku tidak berpredikat dan Tuhan berpredikat menguasai timur dan barat, maka jika Aku sama dengan Tuhan, maka Aku berpredikat menguasai timur dan barat. Ini persamaan sederhana dan logika pewarisan yang sah.
Masalah ini sebenarnya cukup sederhana, yakni menjawab Tuhan yang dimaksud itu Aku atau bukan? Jika Aku adalah Allah, maka menurut apa yang kami fahami dari al Quran, Aku adalah Tuhan karena tidak ada Tuhan selain Allah. Sementara menurut anda Aku bukan Tuhan karena anda meyakini ada Tuhan selain Allah. Sekarang tinggal konfrontir dengan ayat alQuran lainnya, adakah satu ayatpun yang mendukung pendapat anda bahwa ada Tuhan selain Allah? Jawabannya jelas tidak ada, sehingga yang benar menurut al Quran terkait ayat tersebut adalah Aku yang dimaksud adalah Tuhan, yakni Allah, karena semua ayat al Quran seragam berkata Tiada Tuhan Selain Allah.
Anda mengambil contoh berikut : “someone bersumpah dengan someone yang mempunyai pabrik mobil.” Jika di dunia ini hanya ada satu someone, apakah menurut anda someone pertama berbeda dengan someone kedua? Menurut anda berbeda, sekalipun di dunia ini tidak ada someone yang lain. Pertanyaan kemudian untuk anda adalah lalu dimana someone yang lain jika di dunia ini tidak ada someone yang lain? jawabannya hanya di dunia dugaan dan hayalan anda semata.
Nampaknya anda mengalami disorientasi kawan. Jika anda datang kepada saya tanpa atribut jabatan, apakah saya akan menganggap anda sebagai orang lain hanya karena anda datang kepada saya menyandang jabatan tertentu? Apakah anda menjadi bukan anda hanya karena sekarang anda tidak tampil sebagai anda yang dulu?
Jadi tidak perlu cape-cape membuat kalimat MAKA SOMEONE YANG MEMPUNYAI PABRIK MOBIL BERSUMPAH DENGAN SOMEONE YANG MEMPUNYAI PABRIK MOBIL, karena kalau di dunia ini hanya ada satu someone, dua someone dalam kalimat berikut ini adalah subjek yang sama dan berpredikat sama : MAKA SOMEONE BERSUMPAH DENGAN SOMEONE YANG MEMPUNYAI PABRIK MOBIL.
Dengan demikian jelaslah bahwa pendapat anda yang menolak Aku adalah Tuhan sangat tidak masuk akal.
MUNGKINKAN TUHAN YANG MAHA SEMPURNA, KELIHATAN MENJADI TIDAK SEMPURNA HANYA KARENA ANDA TIDAK MENERIMA HANYA ADA SATU TUHAN YANG DINYATAKAN ALQURAN??
Anda melewatkan satu kalimat saya sebelumnya, “pengertian yang Allah kehendaki”. Penerjemahan itu dilakukan agar orang membaca alQuran dalam bahasanya. Namun pengertian yang terbentuk setelah membaca hanya bisa sesuai dengan yang Allah kehendaki jika setiap katanya dimaknai sesuai dengan gramer bahasa Arab, sehingga tidak terjadi “Kami singular” dimaknai sebagai “Kami plural”.
Ini adalah penjelasan saya atas lelucon anda yang membingungkan diri anda sendiri, hehehe …
August 27, 2011 at 6:24 pm
@ atar
“Coba kita terapkan sbb:
Maka Tuhan bersumpah dengan aku yang menguasai timur dan barat. kedua contoh diatas sama-sama kedengaran aneh.”
Contoh yang anda beri itu benar-benar menggambarkan kekacauan fikiran kamu.Ini benar-benar menggambarkan kamu benar-benar dalam keadaan terpojok dan kesulitan.Kamu kata
Contoh anda di atas terkeluar dari kontek perbincangan.Benar-benar gak nyambung.Yang kita permasalahkan sekarang adalah siapakah Aku itu dan siapakah Tuhan yang menguasai timur dan barat?Adakah oknum yang sama atau oknum yang berlainan?Itu yang kita permasalahkan.Bukannya kita permasalahkan sussunan ayatnya.Contoh yang anda kasi itu hanya relevan jika yang kita bincangkan adalah masalah susunan ayat.Kalau berdasarkan contoh yang anda bagi apa-apa ayat pun kan jadi aneh kalau diterbalik terbalikkan begitu.Perhatikan:
1)Bola itu bulat-Tidak aneh
Diterbalikkkan
Bulat itu bola-Aneh
2)Gula itu manis-Tidak aneh
Diterbalikkan
Manis itu gula-Aneh
3)Aku bercita-cita menjadi seorang saintis-Tidak aneh
Diterbalikkan
Saintis bercita-cita menjadi aku-Aneh
He he he he….
Anda bilang
“Nama someone boleh saja sama tetapi akan berbeda jika someone yang tidak berpredikat bersumpah dengan someone yang berpredikat.”
Jawab:
Contoh yang anda berikan itu tidak pas dengan ayat Al Quran 70:40 di atas karena sebelumnya tidak ada keterangan bahawa someone hanya seorang .
Padahal berhubung ayat 70:40 itu pula memang telah ada keterangannya bahawa hanya ada satu Tuhan dan bahawa Tuhan itu menguasai timur dan barat.
“Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, Maka Sembahlah Aku” (QS 20 : 14).?
Tuhan Yang memiliki timur dan barat, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. ( Al Muzzamil 9)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat (Al Baqarah 115)
Jadi sangat jelas bahawa Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa itu tidak lain adalah Allah sendiri.
Saya tidak mengerti keterangan macam apa yang kamu maukan lagi? He he he…
August 27, 2011 at 6:27 pm
Tentang pewarisan atribut, perhatikan perkataan fir’aun berikut ini :
“Akulah Tuhanmu yang paling tinggi” (an-Naazi’at : 24)
Siapa aku di sana? Fir’aun. Siapa Tuhanmu di sana? Fir’aun. Apakah Aku di sana memiliki atribut pengenal? Tidak. Apakah Tuhanmu di sana memiliki atribut pengenal? Ya, sebagai yang paling tinggi. Jika aku dan tuhan di sana adalah fir’aun, apakah aku atau fir’aun yang paling tinggi? Ya.
Jadi, salah jika satu subjek sama dengan subjek lainnya dalam kalimat, semua subjek mewarisi apa yang dilekatkan pada salah satu subjek.
Kembali lagi ke pada ayat qs 70:40,
” Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
Anda menyebut aku tidak berpredikat, sementara Tuhan berpredikat yakni menguasai timur dan barat. Karena yang satu berpredikat yang satunya lagi tidak, anda menyimpulkan keduanya berbeda. Saya kira dengan mengambil contoh perkataan fir’aun tersebut, kesimpulan anda ini kelihatan kelirunya. Jika aku dan tuhan adalah subjek yang sama, maka predikat yang dinisbatkan kepada Tuhan juga dinisbatkan kepada aku. Ini merupakan kaidah pewarisan objek.
Dua subjek akan berbeda jika bermakna kontradiktif, seperti Aku dan Dia berbeda. Contohnya :
“Maka aku bersumpah dengan dia (atau selain aku)”
Baik Aku dan Tuhan, keduanya bisa mengidentifikasi sesuatu apapun. Aku bisa dimaknai Tuhan atau bukan Tuhan, dan Tuhan bisa dimaknai Aku atau bukan Aku. Siapa Aku dan siapa Tuhan dalam ayat 70:40, apakah Aku bukan Tuhan dan Tuhan bukan Aku? Haruslah dikembalikan kepada al Quran. Di dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa Aku di sana adalah Allah. Lalu siapakah Tuhan? Karena disebut dalam alQuran hanya ada satu Tuhan yakni Allah, maka Tuhan di sana adalah Allah. Jadi ayat di sana difahami Allah bersumpah dengan diri-Nya.
Jika anda ingin pendapat anda benar, maka caranya gampang. Carilah ayat al Quran yang menunjukan pengakuan ketuhanan sesuatu selain Allah.
August 27, 2011 at 6:29 pm
Ralat :Jadi, salah jika satu subjek sama dengan subjek lainnya dalam kalimat, semua subjek mewarisi apa yang dilekatkan pada salah satu subjek.
Seharusnya : Jadi, jika satu subjek sama dengan subjek lainnya dalam kalimat, semua subjek mewarisi apa yang dilekatkan pada salah satu subjek.
August 27, 2011 at 6:35 pm
@someone
Kayaknya saudara atar ini sudah merasa dia telah tersalah.Sebaiknya buat atar adalah menamatkan saja diskusi ini karena keterangan anda sudah sangat jelas.Jika diteruskan hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.He he he..
August 28, 2011 at 3:03 pm
Baik saudara someone : anda sudah kehilangan akal sehinggah mengambil suatu contoh yang tidak relevan, dengan topic pembahasan : ayat di atas adlah claim dari firaun yang mengatakan dirinya sebagai tuhan yang paling tinggi:
” Akulah tuhanmu yang paling tinggi.
Siapakah yang tidak bisa memahami ayat ini?? Jujur saja Ayat ini , : sangat-sangat mudah untuk di pahami dan dimengerti,tanpa perlu penafsiran.
sudah jelas di ayat ini Firaun mengaclaim dirinya sebagai Tuhan
Bandingkan dengan Ayat Tuhan di bawah ini :
Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
Ayat Tuhan di atas bisa menimbulkan banyak pertanyaan.
siapa aku ?
Someone : Tuhan
siapa Tuhan?
Someone : Tuhan
siapa kami?
someone : Tuhan
sehinggah menjadi sbb:
Tuhan bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya tuhan benar-benar maha kuasa.
Tuhan pada awal kalimat adalah Tuhan yang tidak ditulis menguasai timur dan barat. apakah perlu kita sisipkan supaya menjadi oknum yang sama???
sedangkan kata Tuhan kedua dituliskan sebagai yang menguasai timur dan barat.
ini jelas beda , walaupun anda mengatakan bahwa anda hanya mengakui satu Tuhan. TETAPI TAFSIRAN ANDA TELAH MENGKONTRADIKSI KEYAKINAN ANDA SENDIRI.
Seharusnya : Jadi, jika satu subjek sama dengan subjek lainnya dalam kalimat, semua subjek mewarisi apa yang dilekatkan pada salah satu subjek.
INI JELAS KELIRU , aturan dari mana lagi saudaraku??
okelah kita bermain matematika jugalah , maaf saya tidak sehebat anda dalam bidang matematika sbb :
jika kita berasumsi kata Tuhan adalah (X) dan yang menguasai timur dan barat adalah (a). maka :
X tidak sama dengan (X + a).
Keterangan X adalah Tuhan
( X+a ) adalah Tuhan yang menguasai timur dan barat.
gimana caranya supaya sama? caranya adalah X yang pertama perlu ditambahkan a ( yang menguasai timur dan barat ) maka persamaan menjadi :
( X+a ) = ( X+a )
kata Tuhan yang pertama tidak dijelaskan oleh predikat yang sama dengan kata Tuhan yang kedua, jadi jelas beda, coba lihat persamaaan matematika sederhana di atas.
saya tidak mengatakan bahwa pendapat saya yang benar, semuanya saya serahkan kepada para pembaca, tetapi hasil penafsiran anda telah mengkontradiksi apa yang menjadi keyakinan anda.
@ Ilham , pendapat saudara lebih tepat ditujukan kepada anda sendiri, yang beberapa kali membuat perumpamaan tetapi blunder.
August 28, 2011 at 4:19 pm
Hahahaha … kehilangan akal menurut orang yang mengalami disorientasi. Bukankah perkataan fir’aun itu saya gunakan untuk menunjukan kelirunya pendapat anda yang mengatakan bahwa subjek pertama yang tdk berpredikat berbeda dengan subjek kedua yang berpredikat sekalipun kedua subjek itu adalah orang yang sama. Kenapa anda bicara soal mudah atau sulitnya memahami perkataan fir’aun ini? Anda ini lucu sekali.
Jika Aku yang bersumpah itu adalah Allah, maka apakah Allah adalah Tuhan yang menguasai timur dan barat? Ya, sebab Allah berfirman : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat (Al Baqarah 115). Adakah Tuhan lain menurut alQuran yang menguasai timur dan barat? Tidak, sebab Allah berfirman “Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, Maka Sembahlah Aku” (QS 20 : 14). Dengan demikian sudah pasti bahwa dalam ayat 70:40 Allah bersumpah dengan diri-Nya sendiri. Jika anda hendak mengatakan Tuhan yang dimaksud ayat 70:40 adalah bukan Allah, tunjukanlah ayat dalam alQuran yang menyatakan ada Tuhan lain selain Allah yang menguasai timur dan barat!
Bukankah sudah saya jelaskan, jika dua subjek adalah sama maka atribut subjek yang satu adalah juga atribut subjek yang kedua. Penerapan kaidah pewarisan dalam konsep berorientasi objek ini adalah jika Tuhan yang pertama tidak diberi atribut menguasai timur dan barat sementara Tuhan yang kedua diberi atribut menguasai timur dan barat, maka jika Tuhan yang pertama sama dengan Tuhan yang kedua, Tuhan pertama pasti memiliki atribut menguasai timur dan barat.
Jika anda pernah belajar bahasa indonesia, maka anda pernah diajarkan untuk tidak melakukan pengulangan kata atau kalimat yang tidak perlu. Jika terdapat kalimat berikut ini :
“Maka Aku yang menguasai timur dan barat bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat.”
Jika Aku adalah Tuhan, maka kalimat tersebut mengandung pengulangan yang tidak perlu. Agar tidak ada pengulangan yang tidak perlu, maka kalimatnya dirubah menjadi :
“Maka Aku yang menguasai timur dan barat bersumpah dengan Tuhan.”
atau
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat.”
Jika anda berfikir perlu disisipkan kalimat “yang menguasai timur dan barat” sehingga Aku dan Tuhan memiliki atribut yang sama, hal tersebut menandakan bahwa anda belum mendapatkan pelajaran bahasa Indonesia soal pengulangan kata dan kalimat yang tidak perlu. Alangkah jenuhnya orang yang mendapat surat dari anda jika di dalamnya anda melakukan pengulangan kata dan kalimat yang tidak perlu. Sebaiknya anda mengambil kursus bahasa Indonesia lagi agar memahami soal pengulangan tersebut.
Wajar saja jika anda menyatakan kaidah pewarisan ini keliru, sebab anda lupa atau mungkin belum mendapatkan pengajaran soal pengulangan yang tidak perlu. Walau demikian, saya akan menunjukan kesimpulan keliru anda itu salah.
Rumus matematika X+a anda ini hanya menunjukan perbandingan panjang dua kalimat, antara X dengan X+a, dan sama sekali tidak menunjukan bahwa isi X pertama berbeda dengan X kedua. Bukankah yang kita persoalkan adalah apakah isi dua X berbeda?
Jika diketahui X1=X2, X1, X2+a. Apakah isi X1 X2 jika X2+a ?
Untuk mengetahui isi dari X2, anda harus mengurangi dengan a sehingga diperoleh rumus X2+a-a, sama dengan X2. Sehingga terbukti sekalipun X2+a, tetapi isi X2 = X1.
Mudah-mudahan anda kuat memahami persamaan matematika tersebut.
Dari rumus tersebut diketahui bahwa untuk memastikan apakah dua subjek itu sama, tidak perlu melihat atributnya, cukup dilihat data / fakta apakah dua subjek ini sama atau beda. Sebab jika atributnya sama, tetapi kedua subjek itu berbeda, maka keduanya tetap berbeda.
Diketahui X1X2. Apakah X1+a = X2+a ? Cabut saja a dari keduanya, maka hasilnya X1X2.
Anda berpendapat, jika ingin sama maka bukan Aku (X1) dan Tuhan (X2) nya yang harus sama, tetapi atributnya (a) yang harus sama, sehingga kalimatnya harus seperti ini :
“Maka aku yang menguasai timur dan barat bersumpah dengan tuhan yang menguasai timur dan barat”
Berdasarkan rumus di atas, sekalipun atribut keduanya sama, jika subjek aku dan subjek tuhan berbeda, maka kedua subjek tersebut berbeda. Namun jika subjek aku dan subjek tuhan sama, maka kedua subjek tersebut sama. Atribut hanya pelengkap yang tidak mempengaruhi persamaan tersebut. Pengulangan atribut yang tidak mempengaruhi persamaan tersebut dianggap sebagai pengulangan berlebih.
Pendapat saya ini bersandar kepada pengetahuan, hanya orang yang memiliki pengetahuan sama yang melihat kebenaran pendapat saya. Dan berdasarkan pengetahuan itu, tafsir yang difahami muslim, yang saya yakini ini, yang tertulis dalam tafsir ibn Katsir, sama sekali tidak mengkontradiksi ayat lain atau keyakinan bahwa Tuhan itu Esa.
August 28, 2011 at 4:23 pm
CATATAN : Di dalam penjelasan saya tertulis X1 X2, seharusnya ada simbol tidak sama dengan, hanya saja dianggap script html sehingga hilang. Karenanya jika ada tertulis X1 X2, dibacanya X1 tidak sama dengan X2
August 28, 2011 at 5:14 pm
Saudara atar, atribut itu tidak dapat digunakan untuk membedakan dua subjek. Di dalam al Quran tuhan diberi atribut berbeda, tetapi tuhan yang mempunyai kerajaan adalah sama dengan tuhan yang menguasai timur dan barat, dan sama juga dengan tuhan yang disembah, yakni Allah, karena disebutkan dalam alQuran, tiada Tuhan selain Allah.
Bahkan seandainya atributnya dihilangkan, jika difahami dua subjek itu sama, maka kesimpulanya dua subjek itu tidak berbeda.
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan”
Kalimat tersebut difahami Tuhan bersumpah dengan diri-Nya sendiri apabila Aku adalah Tuhan, dan akan difahami Aku bersumpah dengan Dia apabila Aku bukan Tuhan. Memastikan apakah Aku sama atau beda dengan Tuhan tidak dapat dari kalimat tersebut, tetapi dari pemahaman yang berasal dari fakta lainnya. Fakta lainnya dalam al-Quran adalah Tiada Tuhan selain Allah, sehingga apabila Aku di sana adalah Allah, maka Aku dan Tuhan adalah subjek yang sama.
Ibn Katsir menyebutkan Aku di sana adalah Allah, karenanya ayat tersebut difahami Allah bersumpah dengan diri-Nya. Seandainya ada yang memahami Aku di sana bukan Allah, tetapi misalnya Nabi Muhammad SAW, silahkan tunjukan dari kitab tafsir apa.
August 28, 2011 at 5:29 pm
Atribut tidak dapat membedakan dua subjek, kecuali atribut yang dinisbatkan kepada setiap objek saling bertentangan. Misalnya :
“Maka Aku yang tidak menguasai langit dan bumi bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi.”
Apabila salah satu subjek tidak menggunakan atribut :
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi.”
maka atribut Aku disana tersamar, bisa atributnya sama, sehingga jika ditampilkan menjadi seperti ini :
“Maka Aku yang menguasai langit dan bumi bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi”
dan bisa juga atributnya bertentangan :
“Maka Aku yang tidak menguasai langit dan bumi bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi.”
Pertanyaannya, apakah atribut Aku bertentangan atau sama? Jawabannya hanya diperoleh dengan memastikan terlebih dahulu siapa Aku. Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan Aku di sana adalah Allah, dan dalam ayat lainnya disebutkan bahwa Allah adalah Tuhan, tiada tuhan selain Allah, dan Allah menguasai timur dan barat. Dengan demikian dipastikan bahwa atribut Aku sama dengan atribut Tuhan, yakni menguasai langit dan bumi, sehingga jika ditampilkan atributnya menjadi :
“Maka Aku yang menguasai langit dan bumi bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi”
Allah merasa tidak perlu mengulangi atribut, karena sudah difahami bahwa hanya Dia Tuhan yang menguasai timur dan barat, sehingga firman-Nya berbunyi :
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi”
Untuk anda yang tidak memahaminya, diberikan catatan sebagai berikut :
“Maka Aku (Allah yang mempunyai timur dan barat, Al Baqarah : 115) bersumpah dengan Tuhan (diri-Nya) yang menguasai langit dan bumi”
August 28, 2011 at 5:41 pm
“Maka Aku (Allah yang mempunyai timur dan barat, Al Baqarah : 115) bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi (Allah atau diri-Nya sendiri, Tuhan yang menguasai langit dan bumi yang dipunyai-Nya )”
August 29, 2011 at 3:16 am
Inilah yang membedakan antara anda dengan kami. Anda memahami ayat al Quran dengan mengabaikan ayat lainnya karena bersangka ada pertentangan dalam al Quran, sementara kami memahami ayat al Quran dengan memperhatikan ayat lainnya karena meyakini tidak ada pertentangan dalam al Quran.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (4:82)
August 30, 2011 at 2:16 am
someone, kata Tuhan atau Allah, adalah tafsiran saudara dari kata Aku yang tertulis di ayat, setuju???? sedangkan kata TUhan tidak ditafsirkan artinya sesuai dengan yang tertulis.
qs 70:40 Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat , sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
Mulanya adlah dua kata yang berbeda ( aku dan Tuhan ), tetapi anda tafsirkan menjadi dua kata yang sama yaitu Tuhan dengan Tuhan.
anda bicara mengenai subject dan predi0kat , coba anda belajar lagi tata bahasa, mengenai subyek dan predikat.
ayat akulah Tuhanmu yang paling tinggi. aku adalah subyek sedangkan tuhan yang paling tinggi adalah predikat. ciri predikat . bisa pertanyakan . siapakah aku?? jawab : Tuhan yang paling tinggi.
terlepas dari kekeliruan saudara menentukan subjek dan predikat , saya mengajak anda untuk melihat perbedaan ayat yang diclaim Firaun dengan ayat yang diclaim sebagai ayat Tuhan.
Siapun dia : terlepas dari claim firaun benar atau tidak , ayat sbb :
Akulah Tuhanmu yang paling tinggi. Mudah dipahami dan tidak perlu tafsir.
ayat diatas jelas tanpa tafsir , sudah bisa dipahami .
kita bandingkan dengan ayat ( Tuhan ) sbb:
Maka aku bersumpah dengan tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
ayat Tuhan ini agar bisa dimengerti, perlu tafsiran yang bermacam-macam, mengapa Tuhan menurunkan ayat yang tidak mudah dipahami( butuh penafsiran )??????
coba anda renungkan mengapa claim firaun lebih mudah dipahami daripada claim Tuhan ?????
Anda mengatakan:
Berpredikat atau tidak, jika keduanya subjek yang sama, maka keduanya memiliki predikat yang sama.( ANDA KELIRU , HAL INI TIDAK BISA DITERAPKAN PADA KEDUA SUBYEK YANG SEDANG BERSUMPAH )
Jika anda mengenal konsep berorientasi objek, Ini yang disebut pewarisan. Jika Aku tidak berpredikat dan Tuhan berpredikat menguasai timur dan barat, maka jika Aku sama dengan Tuhan, maka Aku berpredikat menguasai timur dan barat. ( INI SAMA SAJA DENGAN PENJELASANAN SAUDARA DIATAS, TIDAK BERLAKU BAGI KEDUA SUBJECK YANG SEDANG BERSUMPAH ) Ini persamaan sederhana dan logika pewarisan yang sah ( SALAH PENEMPATANNYA/TIDAK TEPAT JIKA DIMAKSUDKAN UNTUK AYAT INI )
MASUK AKAL JIKA DALAM KEADAAN AKU DAN TUHAN TIDAK BERSUMPAH:
AKU=TUHAN.
TUHAN MENGUASAI TIMUR DAN BARAT.
MAKA TIDAK DIRAGUKAN LAGI SAMA DENGAN AKU MENGUASAI TIMUR DAN BARAT.
TETAPI
kedua subjek di atas sedang bersumpah.
subjek (Aku) membuat sumpah sedang subjek (Tuhan) menerima sumpah.
MAKA PENGERTIANNYA ADA DUA OKNUM YANG BERBEDA, JIKA ANDA MEMAKSAKAN BAHWA KEDUANYA ADALAH OKNUM YANG SAMA MAKA,
ANDA PERLU REVISI AYAT DIATAS SBB:
MAKA AKU BERSUMPAH DEMI DIRIKU YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT, SESENGGUHNYA AKU BENAR-BENAR MAHA KUASA.
ANDA KATAKAN :
Maka Aku yang menguasai langit dan bumi bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi”
Allah merasa tidak perlu mengulangi atribut ( SUNGGUH SUATU PENJELASAN YANG MERENDAHKAN KEILAHIAN ALLAH ‘ ALLAH TIDAK MENGETAHUI ISI HATI CIPTAANNYA, PADA KENYATAANNYA MANUSIA MERASA PERLU DAN MENJADI BAHAN PERDEBATAN???? ) , karena sudah difahami bahwa hanya Dia Tuhan yang menguasai timur dan barat, sehingga firman-Nya berbunyi :
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi”, ( KALIMAT INI TIDAKLAH ANEH SEKALIPUN KITA MENGGANTIKAN KATA AKU DENGAN SOMEONE)
August 30, 2011 at 4:27 am
Kata Tuhan atau Allah bukan tafsiran saya, tetapi tafsiran Ibn Katsir, ahli tafsir terkenal yang diakui muslim kompetensinya. Posisi saya tidak sedang menafsirkan, tetapi menjelaskan kepada makna ayat berdasarkan tafsiran beliau dengan menggunakan pendekatan yang anda gunakan.
Sebenarnya yang menggunakan istilah predikat itu anda. Saya mengidentifikasi sesuatu Aku dan Tuhan sebagai subjek dan yang menguasai timur dan barat sebagai atribut. Penggunaan istilah subjek, predikat, dan atribur sama sekali tidak dikaitkan dengan tata SPO. Kecuali anda ingin menggiring bahasannya ke arah sana, saya bisa membukanya. Syukurlah saya tidak mengkaitkannya dengan tata SPO, karena nampaknya anda memang tidak konsisten dalam menerapkan tata SPO. Perhatikan komentar anda pada August 27, 2011 at 3:02 pm ini :
“jika kita teliti lebih dalam bahwa: Kata Tuhan Yang pertama pada ayat di atas adalah tanpa predikat sedangkan kata Tuhan yang kedua pada ayat di atas adalah berpredikat menguasai timur dan barat.”
Jika kata “Aku” yang anda sebut Tuhan pertama disebut tanpa predikat, sementara kata “Tuhan” yang anda sebut Tuhan kedua disebut memiliki predikat, yakni “menguasai timur dan barat”. Artinya anda tidak sedang mengatakan Tuhan yang kedua sebagai predikat bukan? Maka tdk salah jika saya menganggap anda sedang menjelaskan bahwa “Aku” dan “Tuhan” adalah subjek, sementara “menguasai timur dan barat” adalah predikat, lepas dari benar atau tidaknya tata SPO yang anda gunakan?
Dalam komentar August 30, 2011 at 2:16 am anda menunjukan pemahaman yang berbeda :
“aku adalah subyek sedangkan tuhan yang paling tinggi adalah predikat.”
Jadi sebenarnya yang harus belajar lagi tata bahasa itu anda, agar tidak ada pemahaman berbeda seperti ini.
Seandainya anda membaca keseluruhan ayat alQuran, hafal semuanya, atau minimalnya membaca tafsir atau meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah, maka ayat tersebut tidak membingungkan.
Saya heran dengan anda, bagaimana bisa anda menganggap Aku dan Tuhan sebagai sesuatu yang jelas berbeda padahal tidak ada pembedanya. Seandainya orang sudah memahami Tuhan yang dimaksud adalah Aku yang bersumpah, maka orang akan memahami Tuhan di sana sebagai Diri-Nya, tanpa perlu merubah kalimatnya.
Anda mengakui Allah mengetahui kondisi ciptaan-Nya yakni anda yang tidak dapat mudah memahami ayat tersebut, tetapi tidak mengakui kondisi ahli tafsir yang mudah memahami ayat tersebut. Jika Allah menyerahkan penjelasan suatu ayat kepada ahli tafsir, yang awalnya Nabi Muhammad SAW kemudian dilanjutkan perannya oleh ulama, maka seandainya anda tidak mengerti ayat alQuran, tanyakan donk sama ulama. Ada yang bilang, “malu bertanya sesat di jalan”. Kalau anda ini, sesat memahami ayat tersebut bukan karena malu bertanya, tapi memang gak mau bertanya. Seandainya anda mau bertanya kepada ulama atau menerima pendapat Ibn Katsir atau ulama lainnya, perdebatan seperti ini tidak perlu terjadi, dan kerancuan fikiran anda ini sudah lama tertolak. Terbukti benar apa yang dikatakan Ilham Othmani, perpanjangan debat ini hanya akan lebih membukakan kekurangan anda. Saya senang dengan keuntungan yang anda peroleh dari diskusi ini, yakni terlihatnya kekurangan-kekurangan anda, yang semoga saja bisa menjadikan anda menjadi lebih baik di masa depan.
August 30, 2011 at 9:48 am
someone saya justru , lebih suka anda mengcopy paste penjelasan atau penafsiran para ulama untuk saya uji, bukan pendapat pribadi anda /asumsi pribadi anda . contohnya: ” Allah merasa tidak perlu mengulangi atribut” ini penafsiran anda atau Para Ulama?? sumbernya dari mana???
yang tidak bisa salah Hanya Allah, tetapi para ulama bisa saja salah. so anda harus kritis , jika anda mengatakan anda mengikuti penafsiran para ulama.
August 30, 2011 at 10:00 am
someone mungkin saudara ilham bisa bantu anda. ada berapa ayat dalam quran yang mengandung kata aku , Tuhan dan Kami dalam 1 ayat?? Monggo
August 30, 2011 at 10:09 am
Hahaha … anda ini kemana-mana saja kalau berdiskusi. Kalau “Allah merasa tidak perlu mengulangi atribut” sih gak perlu ngutip pendapat ulama, faktanya memang Allah tidak perlu melakukan saran anda untuk mengulangi kalimat “yang menguasai langit dan bumi” sehingga kalimatnya menjadi “Maka Aku yang menguasai langit dan bumi bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi”. Sampai kapanpun pengulangan itu tidak akan terjadi dalam ayat tersebut karena Allah sudah merasa cukup dengan kalimat tanpa pengulangan berikut ini : “Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi”.
Saya kan sudah bilang, “Posisi saya tidak sedang menafsirkan, tetapi menjelaskan kepada makna ayat berdasarkan tafsiran beliau dengan menggunakan pendekatan yang anda gunakan.” Artinya saya menyusun kalimat berdasarkan tafsiran ibn katsir. Kenapa anda heran jika anda menemukan pendapat atau kesimpulan saya dalam penjelasan tersebut?
Anda bilang ulama itu bisa salah, OK saya setuju, tapi ulama yang bagaimana dulu. Ulama yang sudah teruji kompetensinya, dirujuk oleh banyak ulama kemudian, dan buah fikirnya sejalan dengan al Quran dan as Sunnah, sebagai orang awam saya mengikuti pendapat ulama demikian. Jika anda ingin mengkritisi tafsir beliau yang saya pertahankan ini, dan bermaksud melahirkan tafsir tandingan, maka anda harus mumpuni sebagaimana beliau, menjadi ahli tafsir yang disahkan oleh universitas Islam dan memiliki kitab tafsir yang dirujuk oleh banyak ulama Islam. Masa Ibn Katsir yang selevel profesor pada masa sekarang dilawan oleh kita yang tidak selevel? Kalau anda hidup dalam komunitas penelitian, sikap kritis seperti anda itu akan dicemooh, karena anda menuduh pendapat Ibn Katsir yang sekaliber profesor di bidang tafsir namun dengan argumentasi yang dibuktikan ternyata banyak cacad metode tafsir ataupun dari tata bahasa oleh orang biasa seperti saya.
August 30, 2011 at 10:23 am
Kalau tidak ada ayat semisal dalam alQuran kan malah bagus, unik. Dan yang terpenting, ayat tersebut dapat menguji keimanan seseorang pada Allah yang Esa. Orang yang tidak kokoh keimanannya, pasti terbetik dalam fikirnya untuk menentang fakta ayat lain yang menyatakan tiada tuhan selain Allah dan berfikir bahwa tuhan yang dimaksud dalam ayat tesebut adalah tuhan lain selain Allah.
August 30, 2011 at 11:23 am
Atas nama kasih sayang saya kepada anda, saya meminta agar anda membaca dengan baik keseluruhan kalimat dalam komentar saya ini, agar anda menjadi lebih baik dalam memahami ayat al Quran di masa depan :
Saya menunjukan pendapat Ibn Katsir kepada anda dalam komentar saya berikut ini :
Karena di dalam tafsir Ibn Katsir dijelaskan : Allah berfirman, “Maka tidak, Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari”, yaitu dengan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan bintang-bintang yang tampak dari arah-arah Timurnya dan tenggelam dari arah-arah baratnya. (August 22, 2011 at 5:21 pm)
dan saya mengulangi berkali-kali bahwa Aku itu Tuhan berdasarkan tafsir Ibn Katsir :
Di dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa Aku di sana adalah Allah. (August 27, 2011 at 6:27 pm, August 28, 2011 at 5:14 pm, August 28, 2011 at 5:29 pm)
Karenanya saat anda bertanya “someone, kata Tuhan atau Allah, adalah tafsiran saudara dari kata Aku yang tertulis di ayat, setuju???? ”
Saya jawab : “saya menuliskan “Kata Tuhan atau Allah bukan tafsiran saya, tetapi tafsiran Ibn Katsir” (August 30, 2011 at 4:27 am)
Dan tanpa anda menyadari Aku itu Allah menurut Ibn Katsir, anda sudah mengujinya. Sayangnya, hasil pengujian anda dibuktikan oleh saya memiliki banyak kekurangan sehingga diangap tidak kuat dan tidak dapat mengkoreksi tafsiran Ibn Katsir. Belum lagi anda tidak menunjukan jati diri anda kepada saya, apakah seorang ahli tafsir sebagai mana Ibn Katsir atau bukan, sehingga tidak bisa dipastikan apakah anda layak mengkoreksi pendapat ahli tafsir Ibn Katsir tidak. Tapi dengan usaha anda, saya pun pada akhirnya tahu, anda tidak sekaliber Ibn Katsir, usaha anda mengkritisi tafsiran ibn katsir dalam komunitas penelitian hanya dianggap sebagai usaha bunuh diri, membuat lelucon yang bahkan tidak menyentuh metode tafsir Ibn Katsir, menghasilkan pemandangan kekurangan diri anda yang banyak, persis seperti yang Ilhan Othmani katakan. Saran saya, jika anda tidak faham suatu ayat, jangan anda mempermalukan diri anda dengan menafsir sekehendak hati berdasar terjemah al Quran, tanya kepada ahlinya atau minimal baca buku tafsir.
Terlarang bagi saya untuk mengikuti pendapat anda yang besebrangan dengan tafsir yang sudah sejalan dengan al Quran dan as-Sunnah, karena Allah berfirman :
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (Qs. al-Nisa’: 115)
Terlarang pula bagi saya untuk memahami Tuhan yang Aku bersumpah dengan-Nya di sana dengan mengesampingkan ayat al Quran atau pun hadits yang dirujuk oleh ahli tafsir, dan mengandalkan logika dan gramer Indonesia, karena hanya membuat saya tersesat seperti anda. Hal ini sudah diterangkan oleh Nabi Muhammad SAW :
“Aku tinggalkan di tengah-tengah kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang dengan keduanya; Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik dan Hakim, dishahihkan oleh Syekh al-Albani).
Bagaimana penilaian ulama terhadap anda yang melahirkan tafsir besebrangan dengan tafsir Ibn Katsir?
Ibn Taimiyah mengatakan, “Barangsiapa menafsiri al-Qur’an dan Hadits dengan tafsir yang berbeda dari tafsir yang telah dikenal dari sahabat dan tabi’in, maka ia telah berkata dusta atas nama Allah, berbuat ilhad (ingkar) dalam ayat Allah dan menyimpangkan ucapan dari tempatnya, ini adalah membuka pintu bagi zandaqah (kesesatan) dan ilhad (kekufuran) dan ini telah dikenal kebatilannya secara aksiomatik dalam Agama Islam.
Tapi saya tidak kaget jika anda melahirkan tafsir anda tersebut, sebab memang anda dikenal melayangkan komentar yang membuka pintu bagi zandaqah (kesesatan) dan ilhad (kekufuran) dalam situs ini.
Anda sedang berusaha menafsirkan al Quran dengan pendapat sendiri, tanpa bersandar kepada pendapat al Quran, as Sunnah, Sahabat, atau memperhatikan bahasa asli al Quran. Padahal Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa saja yang berbicara mengenai Al Qur’an dengan pendapatnya sendiri kemudian benar maka ia tetap dianggap salah” (HR Abu Dawud, HR At Tirmidzi)
artiny Athiyyah berkata ,”ARtinya adalah bahwa seseorang bertanya mengenai suatu makna dalam Kitabullah kemudian dia mengemukakan pandangannya sendiri tanpa memperhatikan pendapat para ulama. Dia sendiri mengabaikan aturan-aturan disiplin ilmu, seperti ilmu Nahwu dan dasar-dasar agama. Pada hadits tersebut tidak berarti para ahli bahasa boleh menafsirkan bahasa Al Qur’an, ahli Nahwu menafsirkan dengan kemampuan Nahwunya, dan ahli fikih menafsirkan makna-maknanya hingga masing-masing darfi mereka berpendapat dengan ijtihadnya masing-masing, yang hanya bersandar pada aturan disiplin ilmu dan pendapat sendiri saja. Orang yang memberikan pendapat tidak boleh hanya berpendapat dengan pandangannya sendiri saja.
Saya (Al Qurthubi) katakan ,”Bahwa pendapat diatas adalah pendapat yang benar dan dipilih oleh lebih dari satu ulama. Orang-yang mengemukakan pendapat dari perkiraan dan apa yang terbertik dalam benaknya saja tanpa mengambil dalil dari ilmu ushul maka orang itu dinyatakan telah melakukan kesalahan. Sedangkan oran gyang menyimpulkan makna Al Qur’an dengan menyertakan dalil dari ilmu ushul yang telah disepakati maknyanya, maka orang itu dikatakan telah melakukan perbuatan yang terpuji”
Al-Hafizh Ibnu Katsir menyatakan, jalan yang paling benar dalam menafsirkan Alquran ialah :
– Alquran ditafsirkan dengan Alquran. Karena apa yang disebutkan oleh Alquran secara global di satu tempat, terkadang telah dijelaskan pula dalam Alquran secara luas di tempat yang lain.
– Jika hal itu menyusahkanmu [yakni Anda tidak mendapatkan penjelasan ayat dari ayat lainnya, Pen.], maka engkau wajib me-ruju` kepada as-Sunnah, karena ia merupakan penjelas bagi Alquran.
– Jika tidak mendapatkan tafsir di dalam Alquran dan as-Sunnah, dalam hal ini kita me-ruju` kepada perkataan para sahabat. Mereka lebih mengetahui tentang hal itu, karena mereka menyaksikan alamat-alamat dan keadaan-keadaan yang mereka mendapatkan keistimewaan tentangnya [yaitu hanya generasi sahabat yang menyaksikan turunnya wahyu dan yang menjadi penyebab turunnya. Demikian juga Rasulullah bersama mereka, sehingga para sahabat dapat menanyakan ayat-ayat yang susah difahami. Adapun generasi setelah sahabat tidak mendapatkan hal-hal seperti di atas, Pen.]. Juga karena para sahabat memiliki pemahaman yang sempurna, ilmu yang benar, dan amal yang shalih. Terlebih para ulama sahabat dan para pembesar mereka, seperti imam empat, yaitu khulafaur rasyidin, para imam yang mengikuti petunjuk dan mendapatkan petunjuk, Abdullah bin Mas’ud, juga al-habrul al-bahr (seorang ‘alim dan banyak ilmunya) Abdullah bin Abbas.
– Jika engkau tidak mendapatkan tafsir di dalam Alquran dan as-Sunnah, dan engkau tidak mendapatinya dari para sahabat, maka dalam hal ini banyak para imam me-ruju` kepada perkataan-perkataan tabi’in, seperti Mujahid bin Jabr, karena beliau merupakan ayat (tanda kebesaran Allah) dalam bidang tafsir. Juga seperti Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah maula Ibnu Abbas, ‘Atha bin Abi Rabah, al-Hasan al-Bashri, Masruq bin al Ajda’, Sa’id bin al-Musayyib, Abul ‘Aliyah, Rabii’ bin Anas, Qatadah, adh-Dhahhak bin Muzahim, dan lainnya dari kalangan tabi’in (generasi setelah sahabat), dan tabi’ut tabi’in (generasi setelah tabi’in). (Perkataan-perkataan tabi’in bukanlah hujjah jika mereka berselisih), namun jika mereka sepakat terhadap sesuatu, maka tidak diragukan bahwa itu merupakan hujjah.
– Jika mereka berselisih, maka perkataan sebagian mereka bukanlah hujjah terhadap perkataan sebagian yang lain, dan bukan hujjah atas orang-orang setelah mereka. Dalam masalah itu, maka tempat kembali ialah kepada bahasa Alquran dan as-Sunnah, atau keumumam bahasa Arab, atau perkataan para sahabat dalam masalah tersebut. Adapun menafsirkan Alquran semata-mata hanya dengan pikiran (akal), maka (hukumnya) haram.” (Tafsir al-Qur`anul Azhim, Muqaddimah, 4-5).
August 30, 2011 at 3:03 pm
SOMEONESomeone :
Anda sedang berusaha menafsirkan al Quran dengan pendapat sendiri, tanpa bersandar kepada pendapat al Quran, as Sunnah, Sahabat, atau memperhatikan bahasa asli al Quran. Padahal Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa saja yang berbicara mengenai Al Qur’an dengan pendapatnya sendiri kemudian benar maka ia tetap dianggap salah” (HR Abu Dawud, HR At Tirmidzi )
jika ini yang anda kutib : maka benar jika kekritisan anda habis , anda masuk di akal jika orang benar tetapi tetap dianggap salah???
anda tidak sadar telah diperdaya agar sikap kritismu menjadi mati. jika saudara mengutib tafsiran Ibnu katsir maka tafsiran Ibnu katsir pun menimbulkan kejanggalan sbb:
maka aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa. Menjadi :
Maka Allah bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
anda berargumentasi karena anda meyakini tiada tuhan selain allah, atau allah itu esa maka,jika aku ditafsirkan sebagai Allah, maka Allah dan Tuhan pada ayat di atas pasti oknum yang sama. ini keliru dan bertolak belakang dengan pengertian dari ayat di atas.
anda mencari alasan untuk mendukung tafsiran di atas dengan menyisipkan ayat lain albaqarah 115, pada ayat di atas , saya tidak tahu apakah Ibnu katsir juga melakukan hal serupa?
ini namanya tambal sulam, jelas keliru.
coba nada jawab dari hati nurani dengan membuang jauh prasangka buruk .
mana diantara dikedua ayat di bawah ini yang mudah dipahami dan tidak diperbedabatkan karena sudah jelas??
AKU BERSUMPAH DENGAN DIRIKU , SESUNGGUHNYA AKU MAHA KUASA.
MAKA ALLAH BERSUMPAH DENGAN TUHAN YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT SESUNGGUHNYA KAMI BENAR-BENAR MAHA KUASA.
monggo.
pendapat yang mengatakan bahwa untuk memahami Firman Allah , perlu ilmu tafsir tingkat tinggi, telah mengontradiksi claim dari alqurkan sebagai suatu petunjuk yang jelas.
mengapa Allah menurunkan firmannya, yang tidak mudah dipahami oleh semua manusia ciptaanNya. Jika anda kritis anda bisa menjawabnya.
August 30, 2011 at 4:00 pm
Di tempat lain anda bisa mendapati bahwa dalam ALKITAB anda bisa mendapati gaya bahasa yang sama :
ויאמר יהוה אל השטן יגער יהוה בך השטן ויגער יהוה בך הבחר בירושלם הלוא זה אוד מצל מאש
wy’mr yhwh ’l-hsshṭn yḡ‘r yhwh bḵ hssṭn wyḡ‘r yhwh bk hbḥr bršlm hlw’ zh ’ḏ mṣṣl m’eš:
3:2 And the LORD said unto Satan, The LORD rebuke thee, O Satan; even the LORD that hath chosen Jerusalem rebuke thee: [is] not this a brand plucked out of the fire?
3:2 Lalu berkatalah TUHAN kepada Iblis itu: “TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?”
Kalau saya meniru kebodohan anda pasti saya akan katakan begini.Kan yang berfirman itu Tuhan?Jadi Tuhan yang mana lagi yang menghardik iblis?Sepantasnya Dia berfirman “Aku kiranya menghardik engkau, hai Iblis!”Tapi nyatanya Dia berfirman “Tuhan kiranya menghardik engkau, hai Iblis!”
Tuhan yang mana lagi?Inilah kebodohan anda wahai atar idiot!
August 30, 2011 at 7:39 pm
Rupanya anda tidak faham makna “pendapatnya sendiri” sehingga menganggap HR Abu Dawud dan at Tirmizi tersebut tidak masuk akal. Jika anda bicara mengenai al-Quran berdasar perkataan Allah dalam al Quran, Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabiin dst, maka anda tidak sedang berpendapat sendiri sehingga tidak akan dianggap salah. Demikianlah ahli tafsir, beliau semua tidak berbicara mengenai al Quran dengan pendapatnya sendiri, melainkan dengan berdasar kepada selain diri-Nya yang dipercaya, sehingga kitab tafsirnya tidak akan dianggap salah dan dirujuk oleh banyak ulama.
Dalam tradisi penelitian, tulisan kritis yang dipenuhi pendapat sendiri itu dianggap tidak valid, dipertanyakan, dan umumnya menjadi sampah. Sementara karya penelitian yang pendapatnya disandarkan kepada literatur yang dipercaya, dianggap layak untuk diuji, dan hasilnya boleh dirujuk oleh peneliti lainnya. Hadits tersebut relevan dengan kebiasaan keilmuan sampai saat ini. Pendapat anda bahwa berbicara tentang sesuatu dengan pendapat sendiri adalah pintu kritis, maka pintu itu hanya terbuka bagi anda dan akan ditutup oleh komunitas peneliti manapun karena subjektif dan tidak terhubung dengan literatur atau penelitian sebelumnya. Kekritisan anda akan habis oleh anda sendiri dan bukan oleh orang lain karena orang lain enggan merujuk produk subjektif.
Tentang catatan yang saya buat :
“Maka Aku (Allah yang mempunyai timur dan barat, Al Baqarah : 115) bersumpah dengan Tuhan yang menguasai langit dan bumi (Allah atau diri-Nya sendiri, Tuhan yang menguasai langit dan bumi yang dipunyai-Nya )”
Apa saya menyebutkan ini kutipan Ibn Katsir? Rupanya anda tidak faham makna “penjelasan”.
Saya kutip tafsiran Ibn Katsir terkait ayat berikut ini :
Mengapakah orang-orang kafir itu terhadapmu bergegas.(36) Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok. (37) Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan? (38) Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui. (39) Maka tidak, Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa. (40) Untuk mengganti dengan yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan. (41)
Ibn Katsir menjelaskan :
Allah tidak membenarkan sikap orang kafir yang memisahkan diri dari Rasulullah SAW menjadi beberapa kelompok, padahal mereka hidup sezaman dengannya dan menyaksikan sendiri keberadaan Rasul dan mukjizat-mukjizatnya yang luar biasa, yang didatangkan Allah untuk memperkuat kebenaran. Allah berfirman, “Mengapakah orang-orang kafir itu terhadapmu bergegas.Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok.”, yaitu berpaling, berkelompok-kelompok, bergegas ke arah kanan dan kiri, sambil mengatakan, “Apakah gerangan yang dikatakan orang ini?”
Hal ini sesuai dengan riwayat Jabir bin Samurah r.a. :
Rasulullah SAW pernah keluar untuk menemui mereka, sedangkan ketika iu mereka berada dalam beberapa lingkaran, lalu beliau mengatakan, “Heran, mengapa kalian berkelompok-kelompok (yaitu bercerai berai menjadi beberapa lingkaran): (Hadits diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud)
Firman Allah, “Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan? Sekali-kali tidak! ”
Apakah dengan sikap menjauhi Rasulullah dan menjauhi kebenaran mereka masih pula menginginkan masuk surga yang penuh kenikmatan? Sekali-kali tidak, justru tempat mereka adalah neraka jahanam (Someone : Ibn Katsir mendasarkan tempat orang kafir ini kepada ayat al Quran). Kemudian Allah berfirman seraya memastikan keberadaan hari kembali dan penyiksaan mereka yang selalu mereka ingkari dan mustahilkan itu dengan berdalih kepada mereka tentang memulai suatu hal bahwa mengembalikan mereka itu adalah lebih mudah,d an mereka mengakui anggapan ini. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui.”, yaitu dari air mani yang sangat lemah. Penggalan ini seperti firman-Nya, “Bukankah Kami telah menciptakan kamu dari air yang hina?”
Kemudian Allah berfirman, “Maka tidak, Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari”, yaitu dengan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan bintang-bintang yang tampak dari arah-arah timur dan tenggelam dari arah-arah baratnya. Yang hendak ditegaskan dalam ayat ini adalah bahwa hari berbangkit, dikumpulkan, dan penghisaban itu akan terjadi tanpa ragu lagi. Pengingaran mereka tidak berpengaruh apa-apa. Itulah sebab Allah mengungkapkannya dengan lafadz “laa” ketika hendak memulai sumpah-Nya. Persoalannya tidak seperti yang kamu duga, “Aku bersumpah…” sedang kamu menyaksikan keagungan dan kekuasaan Allah yang lebih dahsyat dari hari kiamat, yakni penciptaan langit dan bumi”, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan kamu tidak mengetahui.”
Kalimat yang ditebalkan ini adalah saat di mana Ibn Katsir menjelaskan bahwa Aku dalam ayat ini adalah Allah, sehingga tidak salah saya berkata kepada anda, “Di dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa Aku di sana adalah Allah.” (August 27, 2011 at 6:27 pm, August 28, 2011 at 5:14 pm, August 28, 2011 at 5:29 pm)
Lalu anda mengganti Aku dengan Allah sehingga ditulis seperti ini :
“Maka Allah bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.”
Dan saat saya mempertegas petunjuk Ibn Katsir bahwa Aku itu Allah dengan ayat 2:115 anda menganggapnya mencari alasan. Padahal Ibn Katsir menjelaskan Aku di sana Allah, jika saya memberi catatan “Allah yang mempunyai timur dan barat” (2:115) maka ini bukan mencari alasan, tetapi mempertegas. Bagaimana anda mengatakan saya mencari alasan agar Aku menjadi Allah, padahal saya tidak memerlukan alasan, karena Ibn Katsir telah menegaskan dalam tafsirnya bahwa Aku itu adalah Allah.
Sungguh anda ini sangat aneh, tatkala Ibn Katsir mengatakan Aku itu Allah, lalu saya memberi catatan Allah itu yang mempunyai timur dan barat (2:115), anda malah mengatakan catatan saya itu jelas keliru, tambal sulam, seakan Aku itu maknanya bukan Allah.
Cobalah anda fikirkan dengan akal yang cerdas dengan membuang prasangka buruk dan terbuka untuk menerima selain pendapat sendiri, apalagi ini pendapat ahli tafsir (Ibn Katsir).
Anda bertanya, “mana yang mudah difahami dan tidak diperdebatkan karena sudah jelas ?
AKU BERSUMPAH DENGAN DIRIKU , SESUNGGUHNYA AKU MAHA KUASA.
MAKA ALLAH BERSUMPAH DENGAN TUHAN YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT SESUNGGUHNYA KAMI BENAR-BENAR MAHA KUASA.
Saya jawab, setelah membaca tafsir, bentuk kalimat manapun menjadi jelas. Dan ahli tafsir menganggap seluruh ayat al Quran itu mudah difahami dan tidak menjadi perdebatan karena ilmu nahwu sudah tersedia.
Sungguh lucu pendapat anda ini : “Pendapat yang mengatakan bahwa untuk memahami Firman Allah , perlu ilmu tafsir tingkat tinggi, telah mengontradiksi claim dari alqurkan sebagai suatu petunjuk yang jelas. Mengapa Allah menurunkan firmannya, yang tidak mudah dipahami oleh semua manusia ciptaanNya. Jika anda kritis anda bisa menjawabnya.”
Jika al Quran bukan petunjuk yang jelas, tentu tidak akan ada kitab tafsir. Banyaknya kitab tafsir menunjukan manusia berhasil mengungkap petunjuk yang jelas dari al Quran. Jika anda berharap bisa memahami segala sesuatu secara benar dengan sendirinya, maka apalah gunanya anda berguru di sekolah. Bukankah 1+1 bagi anda sekarang sangat jelas, tapi faktanya dulu anda membutuhkan guru untuk memahami 1 itu apa dan 1+1 itu hasilnya apa? Demikian pula setelah anda membaca tafsir, maka anda akan seperti saya, mengetahui makna al Quran yang benar, dan itu jelas bagi anda.
August 31, 2011 at 2:07 am
someone : (copy ) Anda bertanya, “mana yang mudah difahami dan tidak diperdebatkan karena sudah jelas ?
AKU BERSUMPAH DENGAN DIRIKU , SESUNGGUHNYA AKU MAHA KUASA.
MAKA ALLAH BERSUMPAH DENGAN TUHAN YANG MENGUASAI TIMUR DAN BARAT SESUNGGUHNYA KAMI BENAR-BENAR MAHA KUASA.
Saya jawab, setelah membaca tafsir, bentuk kalimat manapun menjadi jelas. Dan ahli tafsir menganggap seluruh ayat al Quran itu mudah difahami dan tidak menjadi perdebatan karena ilmu nahwu sudah tersedia.
anda telah berlari dari kenyataan , anda tidak dapat memilih yang sudah jelas di depan mata anda,karena tidak perlu ahli tafsir untuk memilih mana ayat di atas yang lebih jelas.
Usaha anda dalam melakukan pembelaan, telah berlari dari kaedah umum Yaitu bersumpah dilakukan oleh dua oknum atau lebih. jika ingin memaksakan bahwa ayat diatas mempunyai pengertian allah bersumpah dengan dengan diriNya. Maka kalimatnya Hanya : AKU BERSUMPAH DENGAN DIRIKU, Aku =Allah.
so simple brother.
September 1, 2011 at 8:59 am
Anda telah berlari dari kenyataan, anda tidak dapat menerima kenyataan bahwa ayat al Quran itu tidak akan berubah sampai kapanpun hanya karena orang awam seperti anda tidak bisa memahami tanpa bantuan orang lain.
Bahasan kita mundur lagi kebelakang. Ini pertanda kemunduran intelektual anda. Sudah saya jelaskan pada komentar lalu, bahwa Tuhan itu sesuatu yang bisa berarti dirimu, diriku, atau dirinya. Bagaimana anda mempersempitnya dengan menetapkan bahwa Tuhan itu hanya dirimu atau diriku, bukan dirinya.
Coba tengok kembali pengakuan fir’aun : “Akulah Tuhanmu yang paling tinggi” (an-Naazi’at : 24)
Tengok juga pengakuan Allah kepada Nabi Musa AS : “”Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam” (28:30)
Saat seseorang mengatakan “Tuhan”, maka yang mendengar perkataan anda akan mengartikannya berbeda-beda. Pengikut fir’aun akan mengartikan Tuhan adalah dirinya (firaun), Tuhan akan mengartikannya sebagai diriku, dan yang menuhankan seseornag itu akan mengartikannya sebagai dirimu.
Oleh karenanya tidak menyalahi kebiasaan umum bahasa jika Tuhan dalam ayat tersebut diartikan mufasir sebagai Diri-Ku, sehingga ayat tersebut memiliki catatan berikut ini :
“Maka tidak, Aku bersumpah dengan Tuhan (Diri-Ku) Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa.”
so simple brother.
September 1, 2011 at 12:20 pm
someone , akhirnya saudara meREVISI juga cara penulisan ayat di atas dari penulisan awalnya tetapi mestinya kata tuhan dihapus agar makna lebih jelas dan tidak dipertanyakan lagi.
September 1, 2011 at 2:39 pm
someone: kelihatan anda sudah mulai mendapat pencerahan dengan mengikuti saran saya terhadap ayat di atas , thanks
September 2, 2011 at 8:52 am
Hahaha … merevisi apanya. Yang namanya terjemah bahasa Indonesia ya bentuknya bisa macam-macam. Anda meminta saya menghapus kata Tuhan yang sudah jelas keberadaannya dalam ayat dan jelas maknanya? Hanya anda saja yang memahami bahwa Tuhan tdk dapat difahami sebagai Diri-Ku, namun anehnya menganggap Tuhan dapat digantikan dengan kata Diri-Ku.
Saya tertawa terbahak-bahak membaca komentar anda berikut ini :
“someone: kelihatan anda sudah mulai mendapat pencerahan dengan mengikuti saran saya terhadap ayat di atas , thanks”
Terkait ayat 70:40, Ini terjemahan anda yang juga ditemukan hampir di semua al Quran terjemahan :
Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang menguasai timur dan barat , sesungguhnya kami benar-benar maha kuasa.
Ini adalah pilihan kata Syihabudin dalam karya terjemahnya atas kitab mukhtasar tafsir, halaman 813 :
“Maka tidak, Aku bersumpah dengan Tuhan (Diri-Ku) Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa.”
“fa laa” adalah dua kata “fa” yakni “maka” dan “laa” yakni “tidak”. Hampir semua terjemah Indonesia menghilangkan kata “tidak” nya, padahal dalam tafsir Ibn Katsir dijelaskan bahwa kata Tidak itu bermakna sesuatu :
Kemudian Allah berfirman, “Maka tidak, Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari”, yaitu dengan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan bintang-bintang yang tampak dari arah-arah timur dan tenggelam dari arah-arah baratnya. Yang hendak ditegaskan dalam ayat ini adalah bahwa hari berbangkit, dikumpulkan, dan penghisaban itu akan terjadi tanpa ragu lagi. Pengingaran mereka tidak berpengaruh apa-apa. Itulah sebab Allah mengungkapkannya dengan lafadz “laa” ketika hendak memulai sumpah-Nya. Persoalannya tidak seperti yang kamu duga, “Aku bersumpah…” sedang kamu menyaksikan keagungan dan kekuasaan Allah yang lebih dahsyat dari hari kiamat, yakni penciptaan langit dan bumi”, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan kamu tidak mengetahui.”
Jadi kata “laa” atau “tidak” yang hampir tidak dicantumkan dalam terjemah indonesia, sangat penting karena dengan kata tersebut Allah menafikan sangkaan mereka yang mengatakan bahwa tidak ada hari berbangkit, hari mahsyar, dan hari penghisaban. Semua yang berkenaan dengan sumpah-sumpah yang didahului dengan “laa” maksudnya adalah menafikan dakwaan orang-orang kafir. Kalau tidak diawali dengan “laa” atau tidak ada kata “tidak”, tentu saja artinya berbeda.
Dari sini saja terlihat bahwa jika kita berusaha menafsirkan alQuran dari terjemahnya, maka ada beberapa pengertian yang hilang, seperti dalam kasus ayat ini adalah pengertian dari kata “laa”. Karenanya tidak salah pada awal diskusi saya berkata bahwa memahami al Quran itu harus dikembalikan ke bahasa Arab, karena tidak setiap terjemah dalam bahasa lain itu sempurna. Dari ayat ini saja saya sudah menunjukan ketidaksempurnaan terjemah Indonesia, pertama “kami” yang dipilih tidak dapat merepresentasikan “kami singular” dalam gramer Arab, dan kedua tidak diterjemahkannya kata “laa” padahal mengandung makna tententu.
Semoga anda mendapar pencerahan dengan memahami penjelasan saya terhadap ayat 70:40, thanks
September 2, 2011 at 7:06 pm
Sebaiknya anda turuti nasihat Ilham Othmani, karena saya pun tidak tega melihat anda terus menerus menunjukan kesalahan di ruang publik, menetapkan sesuatu dan menuduh tanpa pengetahuan.
September 4, 2011 at 1:09 am
someone and Ilham, hendaknya kalian lebih kritis, Hakekat Firman Allah adalah mudah dimengerti dan pahami , walaupun diterjemahkan dalam bahasa manapun , tidak akan terkendala tata bahasa ,karena Allah Maha mengetahui.
Someone mempermasalahkan perbedaan tata bahasa , sehinggah tidak mudah dimengerti, hal ini tidak masuk di akal, karena bertentangan dengan hakikat Firman Allah.
jika hanya untuk mengerti satu ayat saja kita perlu ahli tafsir, bagaimana dengan orang yang tidak mengerti tafsir??
bagaimana dengan ayat lain di alquran , ada yang dengan mudah dimengerti dan dipahami dan tidak bisa diinterpretasi macam-macam karena sudah jelas??
Apakah Allah tidak konsisten dalam menurunkan firmannya? ada yang mudah dan ada yang sulit dipahami??
Hanya hati nuranimu yang bisa menjawab dengan benar.
September 4, 2011 at 3:16 am
atar, hendaknya anda lebih kritis, hakekat firman Allah adalah mudah dimengerti dan difahami oleh Nabi saja, seandainya diterjemahkan dalam bahasa apapun, tata bahasa dapat menyebabkan hilangnya sejumlah makna, karena Allah Maha mengetahui berbedanya karunia pencapaian tata bahasa setiap bangsa.
Atar, mengatakan tidak masuk akal adanya masalah tata bahasa, di saat anda melihat sendiri buktinya, hal ini tidak masuk akal, bertentangan dengan akal sehat.
Untuk orang yang tidak mengerti tafsir, maka tanyakanlah kepada ahli tafsir.
Sebenarnya semua terjemah al Quran mudah difahami sesuai dengan konteks bahasa terjemahannya, tetapi maksud yang sebenarnya, tidak begitu saja sesuai dengan pemahaman dalam konteks bahasa tersebut, sehingga harus diluruskan dengan pemahaman mufasir yang terhubung dengan pemahaman Rasulullah SAW. Karenanya Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa saja yang berbicara mengenai Al Qur’an dengan pendapatnya sendiri kemudian benar maka ia tetap dianggap salah” (HR Abu Dawud, HR At Tirmidzi)
Allah konsisten dalam menurunkan firman-Nya, buktinya mufasir tidak kesulitan memaknai firman-Nya. Prinsipnya, bagi orang yang membaca terjemah al Quran, maka seluruh pemahamannya atas ayat yang mudah atau sulit difahami dalam konteks bahasa terjemahannya, harus disesuaikan dengan pendapat mufasir. Apalagi makna ayat itu terkadang ditunjang oleh ayat pada surat lainnya, perkataan Rasulullah, gaya bahasa Arab, latar belakang turunnya wahyu, dls. Kita yang hanya bersandar kepada terjemah al Quran, tidak hafal atau lupa kepada ayat yang terhubung dengan ayat yang hendak difahami, tidak memaknai kata sesuai dengan gramer Arab, tidak mengetahui latar belakang turunnya ayat, seringkali terjebak pada penafsiran logika yang jauh dari kebenaran. Terlalu banyak contoh, anda pun dapat menjadi contoh.
Ini persoalan kejernihan berfikir dan wawasan yang memadai. Siapa yang tidak dapat berfikir dengan jernih dan tidak memiliki wawasan yang memadai, akan terkunci dalam kebingungan seperti anda.
September 4, 2011 at 4:47 am
Mari kita evaluasi, bagaimana hasilnya jika penafsiran berdasarkan pendapat sendiri.
Kekeliruan oleh sebab tidak memperhatikan ayat lain-Nya :
Anda berdasarkan pendapat sendiri dengan tanpa memperhatikan ayat lainnya di dalam al Quran mengatakan bahwa Tuhan adalah selain “Aku” atau selain Allah, sehingga menjadi kontradiktif dengan ayat lain yang menyatakan tiada Tuhan selain Allah. Sementara saya bedasarkan pendapat Ibn Katsir dan Ibn Katsir berdasarkan ayat al Quran lainnya mengatakan bahwa Tuhan adalah “Aku” atau Allah, sehingga sejalan dengan ayat lain yang menyatakan tiada Tuhan selain Allah. Karena disebutkan dalam al Quran bahwa tidak ada ayat yang kontradiktif, maka ayat yang satu tidak boleh kontradiktif dengan ayat lainnya, sehingga pendapat Ibn Katsir lah yang benar, sementara pendapat anda keliru.
Kekeliruan oleh sebab tidak memperhatikan bahasa al Quran (Arab):
Anda berdasarkan pendapat sendiri dengan memperhatikan gramer Indonesia mengatakan bahwa Kami adalah plural, menyatakan Aku dan Tuhan, sehingga Aku dan Tuhan adalah oknum berbeda. Saya dengan memperhatikan gramer Arab dan tafsir Ibn Katsir mengatakan bahwa Kami adalah singular, menyatakan kebesaran Tuhan. Karena al Quran asalnya berbahasa Arab, maka jika gramer Indonesia besebrangan dengan gramer Arab, yang dipilih sebagai makna al Quran menurut Ibn Katsir adalah gramer Arab, sehingga pendapat anda keliru.
Kekeliruan oleh sebab pemahaman bahasa yang tidak memadai :
Anda dengan pendapat sendiri mengatakan bahwa Aku dengan Tuhan adalah oknum berbeda karena Aku tidak dilengkapi atribut yang menguasai langit dan bumi, sementara Tuhan dilengkapi atribut tersebut, sehingga jika ingin sama atribut itu harus juga diberikan kepada Aku. Saya dengan memperhatikan soal pengulangan dalam tata bahasa Indonesia dan contoh perkataan firaun dalam al Quran, berpendapat bahwa pengulangan tersebut berlebih dan dianggap tidak perlu karena yang menentukan Aku dan Tuhan itu berbeda bukan sama atau berbedanya atribut, tetapi sama atau berbedanya Aku dengan Tuhan. Firaun menggunakan atribut sama dengan Allah tetapi sejatinya Firaun bukan Allah.
Anda berdasarkan pendapat sendiri mengatakan bahwa Tuhan itu tidak dapat dinisbatkan kepada Aku, sehingga Tuhan tidak bermakna sama dengan Diri-Ku, yang karenanya Aku dan Tuhan adalah oknum berbeda, besebrangan pendapat dengan mufasir. Saya berdasarkan definisi Tuhan dalam Kamus Besar mengatakan bahwa Tuhan itu berarti sesuatu, dan sesuatu itu dapat siapa saja, apakah Diri-Mu, Diri-Ku, atau Diri-Nya, sehingga Tuhan dapat bermakna sama dengan Diri-Ku, yang karenanya Aku dan Tuhan adalah oknum yang sama, sejalan dengan pendapat mufasir. Karena anda besebrangan dengan pendapat mufasir, maka menurut Ibn Taimiah anda sedang berbuat ilhad (ingkar) dalam ayat Allah dan menyimpangkan ucapan dari tempatnya.
Sampai di sini saya sudah menunjukan, betapa memahami al Quran dengan pendapat sendiri itu dapat melenceng dari kebenaran, yang membawa pelakunya kepada perbuatan ilhad, yakni perbuatan ahli kitab yang menyimpangkan ucapan dari tempatnya.
September 4, 2011 at 4:59 am
Kata someone : atar, hendaknya anda lebih kritis, hakekat firman Allah adalah mudah dimengerti dan difahami oleh Nabi saja, seandainya diterjemahkan dalam bahasa apapun, tata bahasa dapat menyebabkan hilangnya sejumlah makna, karena Allah Maha mengetahui berbedanya karunia pencapaian tata bahasa setiap bangsa. ini adalah argumentasi yang tidak sesuai dengan fakta.
jika pada kenyataan banyak orang yang tidak bisa memahami , pada tahap manakah terjadinya ketidakjelasan?? anda mestinya mengetahui 10 perintah Allah yang diberikan kepada Nabi Musa,
pada kenyataan semuanya dapat dimengeti dan dipahami , walaupun diterjemahkan kedalam seluruh bahasa di Bumi ini.
So bicara hati nurani lagi, someone.
September 4, 2011 at 5:28 am
Pada kenyataannya banyak orang yang mengetahui sesuatu dari ahlinya sehingga sesuatu itu menjadi jelas. Kalau anda suruh saya melihat terjemah 10 perintah Allah, maka kata-katanya jelas sebagaimana kata-kata terjemah al Quran. Tetapi kalau anda suruh saya memahami mencuri, maka pemahaman saya belum tentu sama dengan anda. Buktinya sudah ada, anda berdasarkan pendapat sendiri memahami rampasan perang itu pencurian yang dimaksud 10 perintah Tuhan tersebut, sementara saya berdasarkan ayat rampasan perang dalam al Kitab memahami rampasan perang bukan pencurian yang dimaksud 10 peruntah Tuhan tersebut. Apakah rampasan perang itu curian? Tergantung bagaimana anda memperlakukan al Kitab anda. Jika menurut anda ayat al Kitab boleh kontadiktif atau Musa melanggar 10 perintah tuhan, maka rampasan perang itu boleh diangap curian. Saya yang terbiasa melihat ayat suatu Kitab tidak boleh kontradiktif (sekalipun faktanya al Kitab dipenuhi ayat kontradiktif), menganggap ayat al Kitab tidak boleh difahami kontradiktif dan Musa tidak melanggar 10 perintah Tuhan, sehingga rampasan perang bukan curian.
So bicara akal sehat lagi, atar.
August 25, 2011 at 7:56 am
atar Says:
August 24, 2011 at 3:42 pm
someone, penjelasanmu di atas adalah terlalu dipaksakan, Firman Allah adalah tetap dan kekal, tidak terkendala bahasa dan jika diterjemahkan kedalam beragam bahasa maknanya adalah tetap sama, ini baru disebut Firman Allah.
APENDAPAT ANDA GIMANA DENGAN AL KITAB YANG DIUBAH UBAH TURUN MENURUN LALU DIKATAKAN ITU KITAB DARI TUHAN YANG ASLI CONTOHNYA KITAB KIDUNG AGUNG.YANG BIKIN NGERES ITU.?
ANDA PLIN PLAN ATAU BODOH BENERAN SEPERTI cs ANDA NIH.
berakhlaq Says:
August 14, 2011 at 4:12 am
lebih baik nyembah yesus,bahkan masih lebih baik nyembah batu daripada nyembah nabi phedofil,
nabi kok ngesex ama bocah 9 tahun……
otak pemberiaan tuhan tolong dipakai mas…
he he he TERNYATA ANDA BODOH JUGA NYEMBAH JESUS.
MAKHLUK NYEMBAH MAKHLUK.XI XI XI TONGOL KAGAK PANDAI PANDAI.
KALO JESUS DISURUH MAKAN SAMA MURIDNYA.
“AYO DONG MAS JESUS MAKAN NI KACANG GORENG!”.JESUS BILANG “OGAH AH SAYA LAGI SAKIT GIGI”.NGGA ENAK LIUR.
NAH .. JESUS SEBAGAI TUHAN UNTUK MAKAN MASIH BERHAJAT PADA GIGI DAN MASIH BERHAJAT PADA LIURNYA.
DASAR KEBLINGER MAKHLUK KOK DISEMBAH.JESUS BILANG KAMU NI BODOH AMAT AKU KOK DISEMBAH.SEMBAH DONG YANG AKU SEMBAH.BACA KITAB TUUUUH!!!!! ALLAH.YANG DISEMBAH JANGAN SEMBAH AKU BEGO..
SAKING KESALNYA JESUS AKHIR ZAMAN BAKAL NYEMBELIH KRISTEN KHATOL YANG MENJADIKANNYA TUHAN.
MENGENAI NABI MUHAMMAD.ALLAH TELAH MEMUJINYA.ITU SUDAH JELAS DI QURAN.PAKE ITU SAJA..
KALO CERITA, TAFSIR ATAU HADIS SAHIIH HE HE HE KAGAK JAMIN DAH APALAGI CETAKAN KELUARAN YAHUDI.NGAPAIN DIIKUTI.
CUKUP PEGANGAN KITA AL QURAN.
SESUNGGUHNYA AKHLAQ NABI SANGAT MULIA.
August 25, 2011 at 6:25 pm
sebaiknya kita tidak menggunakan kata-kata kasar atau makian
August 26, 2011 at 3:33 am
atar Says:
August 25, 2011 at 6:25 pm
sebaiknya kita tidak menggunakan kata-kata kasar atau makian
Reply
tul betul
YEHEZKIEL 23
TB (20) Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda. (20) BS.Ia sangat bergairah terhadap laki-laki yang meluap nafsu berahinya, dan yang gejolak berahinya sebesar nafsu kuda jantan. (20) For she doted upon her paramours there, whose lust was sensuous and vulgar like that of asses or stallions.
TB(21) Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu
APAKAH KATA KATA SAYA KASAR DIBANDING KITAB ANDA?YANG “HOLY” INI
agama adalah akal tidak ada agama bagi yang tidak berakal.dimana akal anda sekarang apa sudah agak seha, atar?
August 26, 2011 at 7:10 pm
mazmur adalah , bagian dari perjajnjian lama, dimana terdapat kisa-kisah sejarah para Nabi. kami tidak melihatnya sebagai suatu yang porno, karena disitu hanya sebuah cerita dan tidak mengajak orang melakukan hal yang porno. Tetapi setelah Kedatangn Tuhan Yesus ke Dunia , Yesus mengajarkan kasih mengasihi, hormat-menghormati, kedamaian dalam kehidupan kita.
August 27, 2011 at 4:19 pm
nah, menurut sdr atar siapa contoh terbaik atau teladan dalam agama anda??
August 28, 2011 at 12:56 pm
Jesus Crist
August 28, 2011 at 3:47 pm
apakah sdr atar sdr merasa atau bahkan yakin melaksanakan semua perintah yesus dan bukan perintah yang lain??
September 4, 2011 at 5:02 am
Yakin , saudaraku jack.
August 26, 2011 at 3:35 am
PELAJARAN APA YANG ANDA DAPAT DARI AYAT DIATAS???KEBENARAN ATAU KESESATAN.
August 26, 2011 at 7:16 pm
Pelajaran? kami tidak melihatnya sebagai sesuatu yang porno.
jika anda melihat seseorang wanita dan menginginkan dalam hatimu maka anda telah berbuat Zina.
artinya bukan mamtamu yang membuat kamu berdosa tetapi hatimu. dan juga bukan apa yang masuk ke dalam mulutmu yang membuat haram tetapi apa yang keluar dari mulutmu yang membuat haram.
August 26, 2011 at 8:32 pm
Yang cikk tanya apa pelajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat porno dalam bible itu.Soal anda melihatnya porno atau tidak itu soal lain.Tapi apa pelajaran yang coba disampaikan Tuhan dalam ayat-ayat yang seperti itu?Siapa bilang mata tidak menyebabkan dosa?Bukankah dosa hati salah satu penyebabnya ialah mata?
Bukankah hati anda mula-mulanya lalai daripada wanita tapi jadi teringat kepada wanita setelah melihat wanita?Makanya ada peribahasa yang mengatakan “dari mana datangnya cinta.Dari mata turun ke hati”
Berarti soal ini sebenarnya telah menjadi suatu pengetahuan dan pendapat umum dan ini adalah jelas kepada semua manusia.Anda mahu menentang pengetahuan umum hanya semata-mata mau mempertahankan kepalsuan bible?
August 30, 2011 at 10:11 am
bisa anda tunjukan bukti kepalsuan itu??? silakan
August 30, 2011 at 2:58 pm
Buktinya orang kristian tidak bisa jawab antara bible katolik dan bible protestan yang mana satu kitab yang benar datang dari Tuhan?Kalau anda bisa silahkan dijawab.
August 31, 2011 at 4:32 pm
saudara Ilham, anda ditanya kok malah balik bertanya???
coba anda buktikan tuduhan anda , kapan dan dimana dipalsukan??
jika anda tidak bisa menjawab maka, pembaca yang akan menilai anda.
August 31, 2011 at 7:39 pm
@atar
apakah relevansinya pertanyaan kapan dan dimana dalam mengetahui sesuatu itu palsu atau tidak?Anda tidak perlu tau kapan atau dimana utk mengetahui sesuatu wang itu misalnya palsu atau tidak.
Tujuan agama ialah menghampirkan diri kepada Allah.Kalau agama itu tidak menghampirkan seseorang kepada Tuhan itulah tandanya agama itu agama palsu.Tanda seseorang telah hampir kepada Allah ialah hatinya tidak melekat kepada dunia.Hanya Islam sahaja agama yang berjalan ke arah itu.Misalnya sembahyang dalam Islam 5 kali sehari semalam ialah supaya seseorang jangan dilekakan oleh kesibukan duniawi secara berterusan tetapi dilatih utk sentiasa kembali kepada Allah.Puasa utk melatih mengawal hawa nafsu karena hawa nafsulah sebesar-besar halangan manusia mngingat Allah.Zakat supaya hati jangan melekat pada harta.Haji utk mengingatkan suatu saat kita akan meninggalkan dunia kita utk mengadap Allah.Ini tidak ada dalam kekristinan dan agama-agama lain.
September 1, 2011 at 2:32 pm
Mr. Ilham, jika anda melempar tuduhan harap anda menyediakan bukti-bukti , jangan hanya melempar tuduhan tapi ga bisa menunjukan bukti, jika demikian maka nada dikatakan penyebar berita bohong.
kami menghargai kebebasan berpikir anda, tentunya harus ada fakta, kita mestinya membongkar habis ajaran yang membahayakan kemanusiaan , jika itu yang anda lakukan saya salut.
September 1, 2011 at 3:01 pm
Fakta apa lagi yang anda mahukan kalau orang kristian sendiri tidak sependapat yang mana satu kitab Allah.Adakah 66 bible protestant atau 73 bible katholik?Kedua-dua sekte mengakui kitab yang benar adalah apa yang ditangan masing-masing.Padahal hakikatnya salah satu pasti salah atau kedua-duanya salah.Tidak mungkinlah kedua-duanya benar.Kita hanya mahu membuktikan bible adalah kitab palsu.Iya kan?Jadi dengan bukti itu sudah memadai.Lain kalau kita mahu menangkap pemalsunya lalu menghukumnya.Ketika itu barulah bukti seperti yang anda minta itu relevan.Mesti tahu siapa pemalsunya dan dimana dia melakukan.Sekarang kita hanya mahu membuktikan bible adalah palsu.Jadi bukti yang saya kemukakan adalah memadai.Anda sendiri tidak dapat memastikan yang mana satu kitab yang benar-benar daripada Tuhan.Lagipun kepalsuan bible telah banyak dibahas oleh sarjana-sarjana kristian sendiri.Malah banyak ayat-ayat yang direvisi dan dihilangkan dengan alasan ianya tidak terdapat dalam naskhah yang lebih lama.Itu maknanya apa?Maknanya bible telah banyak kemasukan ayat-ayat sisipan.Hanya yang menyelamatkan bible sekarang hanyalah semata-mata iman buta terhadap dogma yang sebenarnya tidak pernah ada dalam bible yang lebih awal tapi hanya ujud dalam surat-surat paulus yang disisipkan belakangan.
August 28, 2011 at 5:51 pm
Saya sih jadi percaya kristen juga karena peranan orang-orang Islam dan ayat2 Qurannya, bukannya kenapa, saya banyak tanya sm tmn2 Rohis SMA dulu, di Quran dibahas loh ttg Allah itu satu, celakalah yang menganggap Allah diperanakan dan Yang menganggap Isa itu Tuhan, tp entah knp hati kecil saya malah bertanya, mengapa pengikut Isa dipersalahkan seperti ini tapi pengikut sidartha gautama tidak dibahas, pengikut krisna tidak dibahas di quran, pdhal katanya Islam untuk keselamatan dunia, jika demikian sudah sangat jelas ada kejanggalan di sini, sekalipun quran dikatakan sempurna dan segala peraturan ada. Jadi terima kasih, saya lebih tertarik kepada apa yang dipersalahkan di Quran daripada yang diklaim benar 😀
August 29, 2011 at 2:23 pm
Kenapa alQuran membahas Isa dan mengkritisi penuhanan yang dilakukan segolongan Nasrani terhadap Isa? Karena Isa menurut Allah terhubung dengan ajaran Ibrahim dan mengajarkan konsep ketuhanan yang sama, yakni tuhan tanpa sekutu. Sebagai Tuhan yang pernah menurunkan wahyu kepada Isa, wajar jika Dia hendak meluruskan kembali apa yang pernah diwahyukan-Nya kepada Isa yang telah dibengkokan oleh segolongan umatnya.
Tidak setiap Nabi disebut di dalam alQuran, apalagi orang yang tidak disebut sebagai Nabi oleh Tuhan, seperti Krisna atau Sang Budha. Namun penuhanan mereka oleh segolongan pengikutnya sudah dijawab Allah melalui ajaran umum agama Ibrahim, yakni tiada sekutu bagi Tuhan.
Urusan apalah anda percaya isi al Quran sebagai firman Tuhan atau tidak, terserah kepada petunjuk Tuhan. Hanya saja Allah menginsyaratkan, al Quran sebagai petunjuk-Nya yang benar dibuktikan dengan tidak adanya pertentangan di dalamnya. Semua tuduhan yang menyatakan adanya pertentangan dalam alQuran sudah diperlihatkan kesalahannya oleh banyak muslim baik di dunia nyata atau di dunia maya. Anggapan al Quran itu bertentangan karena pengabaian terhadap ayat al Quran lainnya dan lebih memilih pendapat sendiri yang bahkan besebrangan dengan ayat al Quran.
August 29, 2011 at 4:49 pm
@sdr ayud
bisakah anda bayangkan jika setiap ajaran dibahas dalam Al Quran??
saya kira karena manusia mempunyai kelebihan dibandigkan dengan makhluk lainnya yaitu berupa akal, jadi selayaknya akal itu dipergunakan dengan sebaiknya sehingga cukuplah Al Quran memberi penjelasan secara garis besarnya, tidak perlu membahas seluruh ajaran yang ada di dunia, dan saya yakin anda juga bukan anak Tk lagi yang memerlukan penjelasan yang terlalu detail akan sesuatu hal
August 30, 2011 at 9:53 am
Yakin saudaraku Jack , mengapaengkau ragu??
August 30, 2011 at 9:56 am
jika demikian anda ingin mengatakan keterbatasan kitab tersebut? atau ketidaksempurnaan kitab tersebut??
August 30, 2011 at 3:28 pm
Al Quran bila dibaca oleh orang yang benar-benar alim dan berjiwa bersih,sekali baca dapat satu kefahaman.Dua kali baca akan dapat dua kefahaman.Baca lagi dap0at kefahaman yang lain pula.Begitulah seterusnya tidak habis-habis.
Jika seseorang tidak dapat memahami Al Quran yang sebenarnya dirinya sendirilah yang terbatas.Bukan Al Quran yang terbatas.Seperti matahari walaupun cahayanya sangat terang namun bagi orang yang buta dia tidak bisa melihat.Yang terbatas orangnya bukan mataharinya.
August 31, 2011 at 1:26 am
wow, ilham, penjelasan saudara di atas untuk zaman ahulu kala, taoi di jaman modern dengan semakin tingginya kebebasan berpikir apapun buku tetap akan diuji, jadi apa yang anda katakan saat ini hanya claim kosong.
September 1, 2011 at 8:39 am
Memangnya kebebasan berfikir itu jaman sekarag saja. al Kitab kan produk kebebasan berfikir, makanya banyak penulis yang bahkan tidak dikenal jati dirinya mengisi al Kitab.
September 1, 2011 at 2:42 pm
inilah pebedaannya : yang satu ada saksinya dan yang lain tak ada saksinya.
September 2, 2011 at 9:00 am
Saksi yang meragukan, LOL
September 4, 2011 at 1:14 am
Mr. someone, tolong jelaskan mengapa anda katakan saksi yang meragukan? Monggo
September 4, 2011 at 3:21 am
Mr. atar, tolong jelaskan mengapa anda katakan yang lain tak ada saksinya? Monggo
September 4, 2011 at 5:11 am
jika ada saksinya , monggo disebutkan namanya.
September 4, 2011 at 5:31 am
Jika ada saksinya monggo disebutkan namanya
September 4, 2011 at 5:36 am
Turunnya ayat al Quran / firman Allah ada saksinya berdasarkan riwayat yang dapat ditelusuri orang-orangnya, sehingga dapat dipastikan riwayat tersebut sahih atau tidak. Misalnya ayat al Anfal ayat 1 :
Abu Daud, Tirmizi dan Nasai telah meriwayatkan melalui Saad yang telah menceritakan, “Ketika perang Badar aku datang (kepada Rasulullah saw.) seraya membawa pedang rampasan, lalu aku berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah meredakan dendam yang membara di dadaku terhadap orang-orang musyrik, maka berikanlah pedang ini kepadaku.’ Rasulullah saw. menjawab, “Pedang ini bukan milikku dan bukan pula milikmu.” Lalu aku berkata, “Barangkali pedang ini akan diberikan kepada seseorang yang belum pernah tertimpa musibah seperti diriku ini.” Rasulullah saw. datang kepadaku seraya bersabda, “Sesungguhnya engkau telah meminta kepadaku apa yang bukan menjadi milikku, dan sekarang ia telah menjadi milikku, engkau sekarang boleh mengambilnya, ia buatmu.” Selanjutnya Saad menceritakan bahwa pada saat itu turunlah firman-Nya, “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang….” (Q.S. Al-Anfaal 1) Ibnu Jabir telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Mujahid, bahwa para sahabat bertanya kepada Nabi saw. mengenai khumus (seperlima ganimah) sesudah terbaginya empat perlima yang lainnya, maka turunlah firman-Nya, “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang….” (Q.S. Al-Anfaal 1).
Coba tunjukan perkataan Yesus dalam al Kitab dan saksinya berdasarkan riwayat yang dapat ditelusuri orang-orangnya, sehingga dapat dipastikan riawayat tersebut sahih !
September 4, 2011 at 3:00 pm
someone, anda mempertotonkan suatu argumentasi yang lemah< penjelasan di atas tidak sama sekali menceritakan bagaiman prosese
September 4, 2011 at 3:06 pm
somenone : dimanakah malaikat jibril pada saat itu, mengapa tidak disebutkan??. bukankah Allah selalu mengirim malaikat jibril untuk menyampaikan firmannya?? megapa tidak disebutkan pada riwayat tadi??
September 4, 2011 at 3:39 pm
Sebelum saya jawab, untuk melihat argumentasi anda, coba tunjukan perkataan Yesus dalam al Kitab dan saksinya berdasarkan riwayat yang dapat ditelusuri orang-orangnya, sehingga dapat dipastikan riawayat tersebut sahih !
September 4, 2011 at 4:18 pm
Hadist tersebut menjelaskan saksi yang mendengar saat wahyu itu dibacakan. Tentang proses wahyu itu sampai kepada Nabi, dijelaskan oleh Aisyah Ummul Mukminin r.a. bahwa Harits bin Hisyam r.a. bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada Anda?” Rasulullah menjawab, “kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku seperti bunyi lonceng. Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti, aku baru mengerti apa yang disampaikannya. Kadang-kadang malaikat menjelma seperti seorang laki-laki menyampaikan kepadaku dan aku mengerti apa yang disampaikannya,”
Adapun contoh ketika dalam keadaan tidur, yaitu sebagaimana diceritakan dalam hadits dari Ibnu Abbas dan Mu’adz bin Jabal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَتَانِي رَبِّي فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ قُلْتُ لَبَّيْكَ رَبِّ وَسَعْدَيْكَ قَالَ فِيمَ يَخْتَصِمُ الْمَلَأُ الْأَعْلَى قُلْتُ رَبِّ لَا أَدْرِي فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ فَوَجَدْتُ بَرْدَهَا بَيْنَ ثَدْيَيَّ فَعَلِمْتُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ فَقُلْتُ لَبَّيْكَ رَبِّ وَسَعْدَيْكَ قَالَ فِيمَ يَخْتَصِمُ الْمَلَأُ الْأَعْلَى قُلْتُ …
“Aku didatangi (dalam mimpi) oleh Rabb-ku dalam bentuk terbaik, lalu Dia berfirman : “Wahai, Muhammad!”
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika.”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”Wahai, Rabb-ku, aku tidak tahu,” lalu Dia meletakkan tanganNya di kedua pundakku, sampai aku merasakan dingin di dadaku. Kemudian, aku dapat mengetahui semua yang ada di antara timur dan barat.
Allah Azza wa Jalla berfirman,”Wahai, Muhammad!”
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika!”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”………”. (Al hadits).
Setiap orang yang dekat beliau faham, dalam kondisi apa beliau menerima wahyu.
Aisyah berkata, “Aku pernah melihat Nabi ketika turunnya wahyu kepadanya pada suatu hari yang amat dingin. Setelah wahyu itu berhenti turun, kelihatan dahi Nabi bersimpah peluh.”
Zaid bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : “Allah Azza wa Jalla menurunkan wahyu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara itu paha beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berada di atas pahaku. Lalu paha beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi berat, sampai aku khawatir pahaku akan hancur”.
September 5, 2011 at 4:31 pm
Ternyata anda tidak bisa menunjukan perkataan Yesus dalam al Kitab dan saksinya berdasarkan riwayat yang dapat ditelusuri orang-orangnya, sehingga dapat dipastikan riawayat tersebut sahih.
September 5, 2011 at 4:55 pm
someone,
“Aku didatangi (dalam mimpi) oleh Rabb-ku dalam bentuk terbaik, lalu Dia berfirman : “Wahai, Muhammad!”
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika.”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”Wahai, Rabb-ku, aku tidak tahu,” lalu Dia meletakkan tanganNya di kedua pundakku, sampai aku merasakan dingin di dadaku. Kemudian, aku dapat mengetahui semua yang ada di antara timur dan barat.
Allah Azza wa Jalla berfirman,”Wahai, Muhammad!”
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika!”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”………”. (Al hadits).:
saudaraku : someone , itulah anda gajah dipelupuk mata tak terlihat. SIAPAKAH YANG MELETAKAN TANGAN DI KEDUA PUNDAKNYA?
APAKAH ALLAH YANG MENJELMA MENJADI MANUSIA SEHINGGAH MEMPUNYAI TANGAN SEPERTI MANUSIA?????? ATAUKAH SEBENARNYA MANUSIA YANG MEMPUNYAI TANGAN YANG MELETAKAN
DIPUNDAKNYA SEHINGGAH TERASA DINGIN.
SILAHKAN DI JAWAB
;
September 6, 2011 at 2:37 am
Baiklah, dengan beralihnya anda kepada pertanyaan baru, artinya anda benar-benar tidak dapat menunjukan perkataan Yesus dalam alKitab dan saksinya berdasarkan riwayat yang dapat ditelusuri orang-orangnya sehingga riwayat tersebut sahih. Ternyata informasi dalam al Kitab tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Soal tangan ini sudah menjadi bahasan lama dalam situs ini. Anda terlambat menghadirkan isu ini. Apakah untuk memiliki tangan sesuatu harus menjadi manusia? Dalam hadits mana anda menemukan bahwa tangan Tuhan seperti manusia dalam hal rupa?
SILAHKAN DIJAWAB
;
September 4, 2011 at 1:22 am
Pak Yudi, tolong jelaskan faktor-faktor menyebabkan dikatakan sempurna, thanks.
September 4, 2011 at 2:45 pm
apa maksud saudara bahwa injil tidak murni lagi?? harap membuat pertanyaan yang jelas.
September 5, 2011 at 4:26 pm
tidak Pak Yudi, silahkan kalau anda punya bukti yang bisa dipertanggung jawabkan tunjukan.
September 6, 2011 at 2:26 pm
saudara Yudi, saya menyukai ajaran :
1. tidak melarang kita berteman dengan siapa pun termasuk yahudi dan nasarani.
2. tidak menyuruh untuk membunuh kafir apapun situasi dan kondisinya. karena setiap manusia adalah sama-sama ciptaan Allah.
September 6, 2011 at 3:27 pm
Terserah anda, LOL
September 8, 2011 at 3:51 pm
someone : janganlah anda mengatakan terserah , tetapi anda harus kritis, setiap pernyataan atau pendapat perlu diuji.
Yudi anda harus lebih banyak membaca , agar wawasanmu bisa lebih luas.
September 8, 2011 at 3:56 pm
Suka-suka donk, LOL.
September 5, 2011 at 7:26 am
atar Says:
September 4, 2011 at 2:45 pm
apa maksud saudara bahwa injil tidak murni lagi?? harap membuat pertanyaan yang jelas.
MAS KIDUNG AGUNG ASLI KAGAK YAH?HE HE HE .
SIAPA YANG BUAT TUH ?
UNTUK APA AYAT TUH?XI XI X I XI
KOK DIBACA DIMALAM PASKAH KIK KIK KIK UNTUK APA MAS?
ORANG BERAKAL MAU NGGA NERIMA AYAT NTU TUH?
NGGA MALU MUKA TUH KEMANA MANA BAWA AYAT PORNO.
ANDA MENERIMA INJIL MENOLAK QURAN.MENUNJUKKAN KERENDAHAN AKAL ANDA.DEMI UANG ANDA RELA MENUTUPI KEBENARAN.BERAPA SIIH ANDA DIB AYAR JADI PENDETA??
DR.YAHYA WALONI RELA MENINGGALKAN SEGALA KEKAYAANNYA YANG DIDAPAT DENGAN JALAN MENYESATKAN MANUSIA KETIKA JADI PENDETA.IKA LEBIH TAKUT PADA ALLAH DARIPADA DUNIA.
MENDAPATKAN ALLAH SAMA DENGAN MENDAPATKAN SEGALA GALANYA.
KEHILANGAN ALLAH SAMA DENGAN KEHILANGAN SEGALA GALANYA.
DENGA ISLAM ANDA AKAN MENDAPATKAN SEGALA GALANYA DI AKHIRAT KELAK.
September 5, 2011 at 5:02 pm
SAUDARA cikk, anda berbicara mengenai Allah. siapakah Allah menurut anda???
jika Dia tidak Maha pengasih dan Maha penyayang serta Maha Adil maka Dia Bukan Allah.
Bagaimana anda menjelaskan Allah itu Maha kasih sekaligus Maha Adil, sesuai keyakinan anda???
Monggo.
September 5, 2011 at 4:51 pm
someone,
“Aku didatangi (dalam mimpi) oleh Rabb-ku dalam bentuk terbaik, lalu Dia berfirman : “Wahai, Muhammad!”
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika.”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”Wahai, Rabb-ku, aku tidak tahu,” lalu Dia meletakkan tanganNya di kedua pundakku, sampai aku merasakan dingin di dadaku. Kemudian, aku dapat mengetahui semua yang ada di antara timur dan barat.
Allah Azza wa Jalla berfirman,”Wahai, Muhammad!”
Aku menjawab,”Labbaik wa sa’daika!”
Dia berfirman,”Apa yang diperdebatkan oleh para malaikat itu?”
Aku menjawab,”………”. (Al hadits).:
saudaraku : someone , itulah anda gajah dipelupuk mata tak terlihat. SIAPAKAH YANG MELETAKAN TANGAN DI KEDUA PUNDAKNYA?
APAKAH ALLAH YANG MENJELMA MENJADI MANUSIA SEHINGGAH MEMPUNYAI TANGAN SEPERTI MANUSIA?????? ATAUKAH SEBENARNYA MANUSIA YANG MEMPUNYAI TANGAN YANG MELETAKAN
DIPUNDAKNYA SEHINGGAH TERASA DINGIN.
SILAHKAN DI JAWAB
September 6, 2011 at 2:39 am
Baiklah, dengan beralihnya anda kepada pertanyaan baru, artinya anda benar-benar tidak dapat menunjukan perkataan Yesus dalam alKitab dan saksinya berdasarkan riwayat yang dapat ditelusuri orang-orangnya sehingga riwayat tersebut sahih. Ternyata informasi dalam al Kitab tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Soal tangan ini sudah menjadi bahasan lama dalam situs ini. Anda terlambat menghadirkan isu ini. Apakah untuk memiliki tangan sesuatu harus menjadi manusia? Dalam hadits mana anda menemukan bahwa tangan Tuhan seperti manusia dalam hal rupa?
SILAHKAN DIJAWAB
September 6, 2011 at 6:56 am
Saya kutip penjelasan Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed sebagai penjelasan bagi anda:
Pengenalan kepada Allah (ma’rifatullah) merupakan prinsip aqidah yang paling penting yang akan mempengaruhi seluruh amalan, ucapan dan perbuatan seseorang. Oleh karena itu mengenali Allah dan sifat-sifatNya dari sumber yang pasti yaitu Al Qur’an dan hadits yang shahih merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
Dalam masalah ini, manusia telah terpecah menjadi sekian aliran dan kelompok-kelompok yang menyimpang. Diantaranya:
Ahlu ta’thil yaitu para penolak sifat Allah, seperti mu’tazilah dan jahmiyah. Mereka menolak adanya seluruh sifat-sifat Allah dengan alasan agar tidak sama dengan makhlukNya.
Ahlu tasybih yaitu kelompok yang berpendapat sebaliknya. Mereka menganggap semua sifat-sifat Allah sama dengan makhluk-Nya.
Ahlu ta’wil yaitu para pentakwil sifat-sifat Allah seperti Asy’ariyah. Mereka menyelewengkan makna dari sifat-sifat Allah tersebut kepada makna-makna lain yang sama sekali tidak berkaitan dengan lafadnya.
Ahlu tafwidh yaitu kelompok yang tidak mau memahami dan menterjemahkan makna kalimat-kalimat tersebut. Mereka menyatakan bahwa kita serahkan saja maknanya kepada Allah.
Sebagai contoh ketika disebutkan dalam al-Qur’an bahwa Allah سبحانه وتعالى memiliki tangan dalam ayat Allah (yang artinya): “Hai iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan Kedua TanganKu. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”. (Shad: 75)
Sebagian kelompok mengira bahwa menetapkan adanya tangan bagi Allah merupakan penyerupaan Allah dengan makhlukNya, maka merekapun menolak adanya tangan pada ayat ini. Sebagian ada yang menolak dengan terang-terangan, ada pula yang menyatakan bahwa maknanya tidak diketahui. Dan sebagian lagi dengan menyelewengkan artinya dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat di atas bukan tangan tetapi “kekuatan (kekuasaan -red)” atau “kenikmatan”. Adapun golongan yang lain, mereka menetapkan sifat tangan ini, namun dengan menyamakan dengan tangan makhluk-Nya.
Mereka yang menolak bahwa Allah mempunyai Tangan, berarti ia menentang Al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahihah yang telah dengan tegas menetapkan sifat Tangan bagi Allah.
Mereka yang menyamakan Tangan Allah dengan tangan makhluk-Nya, berarti menentang ayat (yang artinya): Tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan Ia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (asy-Syura: 11)
Dan mereka yang tidak mau memahami makna lafadh “Yad” dari ayat tersebut berarti ia adalah orang yang mengajak kepada kebodohan, sehingga Ibnu Taimiyah menggelari ahlu tafwidh dengan ahlu tajhil (golongan yang mengajak kepada kebodohan). Karena Allah menurunkan al-Qur’an dengan bahasa arab untuk dipahami maknanya.
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memahaminya.” (az-Zukhruf: 3)
Adapun mereka yang menyatakan penolakan tersebut dengan ta’wil tidak memiliki dalil dan bukti-bukti yang jelas. Siapa yang menerangkan kepada mereka bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah “kekuatan” atau “kenikmatan”. Padahal tidak ada satu ulama pun menyatakan demikian sejak zaman shahabat, tabi’in, dan pengikut mereka dari ulama Ahlus Sunnah wal jama’ah sampai hari ini. Ucapan seperti itu bermula dari kaum mu’tazilah, kemudian diikuti oleh Asy’ariyah.
Adapun Ahlus Sunnah, sejak zaman para Shahabat, Tabi’in, Atbau’t Tabi’in dan diikuti oleh para ulama ahlul hadits sampai hari ini, mereka mengimani dan meyakini adanya nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah, dengan menerima makna lafadz secara dhahirnya, tanpa tahrif (penyimpangan maknanya), tanpa ta’thil (penolakan terhadap sebagian maupun keseluruhannya), tanpa tafwidh (tidak mau menerjemahkannya secara dhahir dengan alasan menyerahkannya kepada Allah), tanpa tasybih atau tamtsil, yaitu tidak menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dan tanpa Takyif, yaitu tidak menanyakan seperti apa dan bagaimananya.
Berkata Imam Abu Utsman ash-Shabuni: “Para ulama ashhabul hadits mempersaksikan dan meyakini bahwa Allah menciptakan Adam dengan Kedua Tangan-Nya sebagaimana disebutkan dalam ucapan-Nya (yang artinya):”Hai iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan Kedua Tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”. (Shad: 75)
Mereka tidak menyelewengkan makna ayat ini kepada makna-makna lain. Tidak menarik maknanya kepada makna “dua kenikmatan”, atau “dua kekuatan” seperti penyelewengan yang dilakukan mu’tazilah dan jahmiyyah –semoga Allah membinasakan keduanya-. Ashhabul hadits tidak mempertanyakan seperti apa bentuk tangan Allah. Tidak pula menyerupakan dua tangan Allah dengan tangan makhluk-makhluk-Nya, seperti penyerupaan yang dilakukan oleh golongan musyabihah –semoga Allah menghinakan mereka-. (Aqidatus Salaf AshHabul Hadits, hal. 161).
Dengan demikian Ahlus Sunnah wal jama’ah seluruhnya mengimani dan meyakini bahwa Allah memiliki tangan dan menciptakan Adam dengan kedua tangan-Nya. Mereka tidak menolak sifat tersebut, tidak menolak berita tersebut, tidak menyelewengkan maknanya kepada makna yang lain dan tidak pula mempertanyakan seperti apa bentuk tangan Allah? Yang pasti, mereka meyakini bahwa tangan Allah tidak sama dengan tangan makhluk-Nya berdasarkan firman Allah (yang artinya):”Tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan Ia Maha Mendengar lagi maha Melihat”. (asy-Syura: 11)
DALIL-DALIL TENTANG PENETAPAN ADANYA TANGAN BAGI ALLAH
Allah سبحانه وتعالى berfirman dalam ayatnya (yang artinya): “Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), bahkan Kedua Tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki….” (al-Maidah: 64)
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه tentang hadits syafaat, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:” … Mereka menemui Adam dan berkata: “Wahai Adam engkau adalah Bapaknya manusia, Allah telah menciptakan engkau dengan Tangan-Nya, meniupkan ruh dalam dirimu, dan Allah telah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, mintakanlah syafaat untuk kami kepada Rabbmu…” (HR. Bukhari Muslim)
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): “Allah سبحانه وتعالى berfirman: “Anak Adam selalu mencaci-maki masa, padahal Akulah masa. Siang dan malam berada di Tangan-Ku”. (HR. Bukhari Muslim)
Dari Musa al-‘Asyari رضي الله عنه, berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم (yang artinya), “Sesungguhnya Allah ta’ala membentangkan Tangannya pada malam hari untuk menerima taubat sampai siang harinya, dan dari siang hari sampai malam harinya hingga matahari terbit dari arah tenggelamnya”. (HR. Muslim)
Disebutkan pula dalam riwayat do’a istiftah, di antaranya beliau صلى الله عليه وسلم mengucapkan (yang artinya):”Aku penuhi panggilan-Mu dengan kerelaan. Dan kebaikan seluruhnya di Tangan-Mu…” (HR. Muslim)
Juga amat sering kita mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersumpah dengan mengatakan (yang artinya): “Demi Allah yang jiwaku ada di Tangan-Nya”.
Bahkan lebih tegas lagi disebutkan bahwa Tangan Allah keduanya adalah Kanan, yang berarti tidak mungkin dapat dita’wilkan pada “kekuatan” atau “kenikmatan”, karena keduanya tidak bisa disebut dengan “kanan”. (Baca: Sifat Kedua Tangan Allah Ta’ala -red)
Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Amr رضي الله عنه Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah (mereka berada) di atas mimbar dari cahaya dari sisi kanan Allah azza wa jalla. Dan kedua tangan Allah adalah kanan …” (HR. Muslim)
Demikianlah sikap ahlul sunnah dalam mengimani, meyakini dan menetapkan bahwa Allah mempunyai tangan dengan tetap meyakini bahwa tangan Allah tidak sama dengan tangan mahluk-Nya. Hal ini pulalah yang semestinya harus menjadi keimanan bagi setiap muslim, agar menjadi benar pula aqidah mereka. Wallahu a’lam.
Sumber: http://www.salafy.or.id
Judul asli: “Mengimani bahwa Allah Memiliki Tangan”
September 6, 2011 at 2:56 pm
semakin aneh kedengarannya, kedua tangan allah adalah kanan?
jika tangan dinyatakan sebagai kiasan masih bisa masuk akal, tetapi jika tangan diartikan sesungguhnya maka, pernyataan diatas hanya sekedar asumsi saja.
September 6, 2011 at 3:22 pm
Ya aneh klo difikirkan tangan Allah itu mirip tangan anda, hahaha. Mau anda katakan kiasan, kau dikatakan sesungguhnya, terserah anda saja.
September 8, 2011 at 3:43 pm
someone : kutiban anda di atas adalah aneh ; tuhan mempunyai tangan kedua-duanya kanan, bisa anda jelaskan maksudnya??
September 8, 2011 at 3:55 pm
Hanya yang pernah melihat Tuhan saja yang bisa menjelaskan.
September 5, 2011 at 11:48 pm
Someone :
Zaid bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : “Allah Azza wa Jalla menurunkan wahyu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara itu paha beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berada di atas pahaku. Lalu paha beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi berat, sampai aku khawatir pahaku akan hancur”.;
Apa maksudnya paha sedang berada di atas paha??
dimanakah malaikat jibril? si pembawa wahyu? mengapa tidak disebutkan?
September 6, 2011 at 2:43 am
Saya rasa anda bukan anak kecil sehingga harus diberi tahu paha di atas paha itu apa.
Anda bertanya di mana Jibril?
Bukankah telah jelas tanda keberadaannya dengan menjadi beratnya tubuh Rasulullah SAW. Apakah Jibril harus terlihat oleh manusia saat bekerja?
Anda bertanya, mengapa tidak disebutkan keberadaan Jibril tersebut?
Anda saja yang tidak mengetahui keberadaan Jibril tersebut dari teks tersebut, LOL.
September 6, 2011 at 2:12 pm
Saudarapun tidak bisa menjawab, mengapa? dalam bahasa indonesia tidak ada kiasan paha diatas paha bukan?
inilah contoh ayat multi tafsir.
September 6, 2011 at 3:20 pm
Paha di atas paha kok kiasan, hadits kok di bilang ayat, LOL
September 8, 2011 at 3:24 pm
someone anda telah mengutib hadits di atas tetapi anda sendiri tidak mengerti apa maksud paha berada di atas paha, apakah sedang dipangku?? atau sedang apa???
lagi-lagi anda memberi contoh yang tidak jelas.
anda mengatakan jibril harus bisa dilihat, saya mengatakan ya. karena untuk membuktikan bahwa itu benar-benar wahyu Allah.
jika tidak setiap orang bisa mengclaim bahwa apa yang dikatakannya adalah wahyu Allah, pada kenyataan hanya claim kosong.
September 8, 2011 at 3:43 pm
Loh yang bertanya soal paha di atas paha anda, kok malah bilang saya tidak mengerti maksudnya, LOL.
Yang mengharuskan siapa? Apa ada keterangan dari Tuhan bahwa Jibril itu pasti selalu terlihat oleh manusia. Masa anda gak lihat Jibril sekarang?
Kenabian seseorang itu dibuktikan banyak caranya kok, gak harus orang lihat JIbril si pembawa wahyu. Apalagi tidak semua wahyu dibawakan Jibril, ada juga yang dimasukan langsung oleh Allah ke pada Nabi.
September 8, 2011 at 4:01 pm
someone : andalah yang mula-mula mengutib “paha berada diatas paha” lalu saya bertanya karena tidak lazim kata-kata di atas, pengertiannya menurut anda apa? apakah anda mesti menunggu ahli tafsir??
September 8, 2011 at 4:07 pm
Udah sadar anda yang bertanya karena gak mengerti, anda malah bilang saya tidak mengerti. Paha di atas paha kok perlu ahli tafsir, anda ini ANEH.
September 8, 2011 at 4:25 pm
jika tidak perlu ahli tafsir silakan anda menjelaskan pengertannya “paha diatas paha”, itulah someone, kita perlu kritis, agar setiap kalimat atau pernyataan bisa kita uji.
jangan kita asal kutib tetapi , tidak memahami pengertiannya.
September 8, 2011 at 4:43 pm
Oh, maksudnya anda tidak mengerti?
September 6, 2011 at 2:15 pm
yudi , anda ditanya kok balik bertanya? apakah andapun yidak bisa menjawab maksudnya?
September 8, 2011 at 3:30 pm
sedang apakah yudi jika paha diatas paha? mohon penjelasannya
September 16, 2011 at 5:13 pm
sungguh suatu interprestasi yang aneh, paha diatas paha mengindikasikan sedang makan. butuh hati nurani dan sikap kritis, bukan asal percaya saja.
September 16, 2011 at 8:11 pm
Di dalam majlis RasuluLlah biasanya hadirin akan duduk rapat-rapat sehingga jasad-jasad mereka saling bersentuhan.Jadi tidak mustahil kalau kadang-kadang paha akan tertindih paha sewaktu mereka berkalih-kalih duduk.Barangkali juga RasuluLlah sengaja menindih paha sahabat-sahabat tertentu utk menunjukkan kepada mereka bagaimanakah keadaannya sewaktu wahyu turun.
September 6, 2011 at 12:53 am
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku sekali-kali bukanlah pemelihara (mu). (QS 6:104)
Someone, Ilham,jack , yudi SIAPAKAH AKU DI AYAT DI ATAS?
September 6, 2011 at 2:44 am
Bagaimana menurut anda?
September 6, 2011 at 2:36 pm
anda ditanya kok balik bertanya? apakah anda memang tidak bisa memahami? trims
September 6, 2011 at 3:26 pm
Setelah diskusi kita sebelumnya tentang Aku, Tuhan, dan Kami, apa tidak terbalik?
September 8, 2011 at 3:15 pm
jadi menurut someone Aku di ayat di atas adalah Allah.
Yudi anda sama dengan someone?
September 8, 2011 at 3:38 pm
Yang bilang seperti itu siapa?
September 8, 2011 at 4:06 pm
jadi menurut someone, siapakah Aku pada ayat di atas??
September 8, 2011 at 4:09 pm
Menurut anda siapa?
September 6, 2011 at 2:32 pm
belum ada yang menjelaskan tentang ayat di atas. silahkan di jawab trims.
September 6, 2011 at 7:54 am
atar Says:
September 5, 2011 at 5:02 pm
SAUDARA cikk, anda berbicara mengenai Allah. siapakah Allah menurut anda???
jika Dia tidak Maha pengasih dan Maha penyayang serta Maha Adil maka Dia Bukan Allah.
Bagaimana anda menjelaskan Allah itu Maha kasih sekaligus Maha Adil, sesuai keyakinan anda???
Monggo.
NYEMBAH YESUS DIA MANUSIA
MAKAN, MINUM, BERAK, INGUSAN
HANYA ORANG TAK BEROTAK MAU NYEMBAH YESUS.
SAYANGNYA ALLAH PADA MANUSIA DIA UTUS NABI MUHAMMAD AGAR MANUSIA MENGGUNAKAN OTAKNYA DAN HATINYA AGAR JANGAN MENYEMBAH MANUSIA TAPI SEMBAHLAH ALLAH. SAJA.
LALU ALLAH BERI AL QURAN SEBAGAI HUJJAH YANG KUAT, SEP SURAH AL IKHLAS YANG MENYEBABKAN ORANG2 PADA KEMBALI KE ISLAM TERMASUK IRENE HANDONO, DR YAHYA WALONI.
112:1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
112:2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
112:3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
112:4. dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”.
DENGAN AGAMA ISLAM YANG LURUS INI ORANG BISA SELAMAT.INILAH KEADILAN ALLAH. SURGA TEMPATNYA
BANDINGKAN ORANG YANG MENJADIKAN HAWA NAFSU SEBAGAI TUHANNYA. AGAMA YANG MENGIKUTI HAWA NAFSU.DISURUH SUNAT KAGAK MAU , BABI HANTAM TERUS, AGAMA MENGIKUTI NAFSU. MAKA NERAKA TEMPATNYA.
atar Says:
September 6, 2011 at 12:53 am
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku sekali-kali bukanlah pemelihara (mu). (QS 6:104)
Someone, Ilham,jack , yudi SIAPAKAH AKU DI AYAT DI ATAS?
Reply
ATAR BELAJAR AYAT2 YANG JELAS2 SAJA (MUHKAM).SEPERTI DI AL KITAB KALO DISURUH SUNAT YA SUNAT.BABI DILARANG YA JANGAN MAKAN.ITU JELAS KOK. JANGAN NAK BELAJAR TAFSIR TINGGI AMAT.
September 6, 2011 at 2:40 pm
andapun tidak besa menjawab, lalu mengalihkan kepada persoalan lain, mengapa??????
September 6, 2011 at 3:29 pm
Kenapa semua orang begitu terhadap anda? Fikirkan baik-baik …
September 7, 2011 at 4:26 am
ATAR ANAK SD NGGA PERLU DIAJAR PROFESOR, MUBAZIR.
S U R A T A L – H A J J
22:3. Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap setan yang sangat jahat,
22:8. Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,
22:54. dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
September 7, 2011 at 6:15 am
atar Says:
August 13, 2011 at 7:21 pm
saudaraku someone untuk alinea terakhir penjelasamu di atas , saya melihat pikiran jernihmu mulai kelihatan saya tertarik anda mengatakan Yesus menang dengan caranya memberikan kehidupan Nya bagi semua umat manusia. Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup. dan Yesus juga mengajarkan kepada umatnya agar saling mengasihi dan saling memaafkan antar sesama manusia. Terima kasih.
ATAR ANDA BERTERIMA KASIH UNTUK APA??
KARENA IA MENGAJARKAN KASIH SAYANG DAN SALING MEMAAFKAN?? XI XI XI
AKHIR ZAMAN IA JESUS(NABI ISA)AKAN TURUN UNTUK MENYABIT ANDA SERTA ORANG2 YANG MENJADIKAN DIRINYA TUHAN.TAK ADA KASIH TAK ADA MAAF.
(19) Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah.
(20) Dan buah-buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil.
14) Dan aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya.
KEMBALILAH KE ISLAM ANDA AKAN SELAMAT.INGATT ANAK ,ISTRI DAN KETURUNAN ANDA, MEREKA AKAN MENUNTUT ANDA KARENA MENYESATKAN MEREKA.
September 7, 2011 at 6:21 am
Saat itu atar akan mengingkari Yesus, LOL.
September 8, 2011 at 3:35 pm
Mengapa mesti mengingkari Yesus?? Dialah firman Allah yang hidup.
September 8, 2011 at 4:45 pm
Karena anda tidak percaya jika Yesus membawa sebilah sabit tajam di tangannya.
September 8, 2011 at 4:18 pm
Cikk, bukannya kebalik????
September 9, 2011 at 3:40 am
ATAR terserah anda , SAYA HANYA MENYAMPAIKAN.PIKIRKAN NASIB ANDA DAN KELUARGA SETELAH MATI.TIDAK MENGENAL ALLAH. RUGI SEKALI.