Surat yang paling diagungkan Islam ini – yang digelari Ummul Kitab, al-Kafiyah, bahkan al-Asas, justru tidak punya silsilah kapan dan dimana ia diturunkan Allah kepada Muhammad, atau diturunkan setelah surat yang mana juga tidak diketahui dengan pasti! Oleh: Kalangi

Gambar yang memperlihatkan Muhammad tatkala menerima wahyu yang pertama dari malaikat Jibril. Dari buku Jami’ al-Tawarikh oleh Rashid al-Din, dipublikasikan di Tabriz, Persia, pada tahun 1307 A.D. 

BacaBacaQuran.com – Dibalik kemasyurannya yang hebat – karena dihebat-hebatkan manusia – namun ternyata sehebat itu pulalah Surat Pembukaan Al-Fatihah ini menyandang sejumlah masalah intrinsik yang menggoyahkan iman Muslim sebagai sebuah wahyu otentik dari Allah! Surat yang paling diagungkan Islam ini – yang digelari Ummul Kitab, al-Kafiyah, bahkan al-Asas, justru tidak punya silsilah kapan dan dimana ia diturunkan Allah kepada Muhammad, atau diturunkan setelah surat yang mana juga tidak diketahui dengan pasti! Dinamai Surat Pertama tetapi bukan Surat yang diturunkan pertama!

Itu sebabnya para pakar Islam hanya sanggup berspekulasi “sebaik-baiknya” bahwa surat ini termasuk surat Makkiyah, tetapi mau memahami bahwa ada pihak-pihak lain yang mengakuinya sebagai surat Madaniyah. (lihat pelbagai ensiklopedi Islam, atau Muqaddimah Terjemah Quran oleh Moh. Rifai). Ibn al-Hassar malahan telah memastikan bahwa komposisi surat-surat Quran adalah terdiri dari 20 surat Madaniyah dan 82 surat Makkiyah, dan menyisakan 12 surat yang dipertentangkan makki-madani-nya (!), dan salah satu diantara adalah surat al-Fatihah! (lihat al-Itqan I/ 44-45). Dalam mushaf versi Ibn Abbas (yang sebagian surat-suratnya tersusun secara kronologis) didapati Al-Fatihah ditempatkan dalam urutan surat ke-6, diantara surat 74 dan surat 111. Lebih kacau lagi karena ada pihak lain yang meyakini surat itu diturunkan di kedua tempat tersebut: Mekah maupun Medinah. Sedangkan sejumlah ulama kesohor termasuk Syeik Allamah Thabathaba’i malahan mengatakan surat istimewa itu telah diturunkan berulang-ulang, ya di Mekah, ya di Medinah …

Orang-orang yang bernalar agaknya akan menafikannya dengan berkata: “Kalau begitu, tentu kasus ini menjadikan Jibril hampir tak ada kerjaan lain kecuali mengurusi Surat ajaib ini bolak-balik berulang-ulang!”

Surah Al-Fatihah

Tetapi nanti dulu (!), jangan buru-buru menuduh, karena itulah sungguh kerjanya Jibril as. yang bolak-balik membisikkan kepada Muhammad satu unit-wahyu disatu waktu, tetapi diwaktu yang lain Jibril yang sama turun lagi untuk membisikkan bahwa wahyu tersebut dibatalkan dan digantikan (nasikh-mansukh, Qs 2:106)! Dan diwaktu yang lain lagi ia juga membisikkan (atau membiarkan Muhammad?) agar ayat (ayat-ayat) itu dipindahkan letaknya, “tidak usah lagi” menurut kronologi asli ketika ayat tersebut pertama kali diturunkan!

Inilah yang menyebabkan berantakannya penempatan urutan asli surat dan ayat diseluruh Quran yang semestinya mengikuti urutan tertib kronologi ketika Jibril menurunkan wahyu awalnya, yaitu berturut-turut untuk surat Al-Alaq (96), Al-Qalam (68), Al-Muzzammil (73), Al-Muddatstsir (74), dst. (menurut Allamah MH. Thabathaba’i,. Mengungkapkan Rahasia al-Quran, p 124). Namun kini urutan tersebut telah diduduki secara tidak jelas dan tanpa alasan dari Allah SWT, menjadi surat 1 (Al-Fatihah), surat 2 (Al-Baqarah) dan seterusnya, seperti halnya yang Muslim adopsi sekarang ini. Adakah Muslim cukup bertanya, “kenapa sesudah jibril menurunkan Quran awal dengan tertib urut kronologi lalu harus mendadak mengubahnya dengan urutan acak? Apakah kerja demikian adalah ciri kerja Allah yang tertib seperti yang Dia klaim tentang diriNya, “…(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci” (Surat 11:1)?

Artikel Lengkap Silahkan Download DI SINI