KESAKSIAN Mutmainah, SEORANG MUSLIMAH
Murtad dan Malu Telah Pernah Jadi Muslimah
Aku Malu Telah Pernah Jadi Muslimah

Wahai Pak Sina,

Tidak terbayangkan olehku bahwa aku akan menulis kesaksian seperti ini dalam hidupku. Untuk pertama kalinya aku membaca perdebatanmu dengan seorang Muslimah dalam artikel tentang Hak² Wanita dalam Islam.

Ketika aku masih jadi murid kelas 6 SD, aku tidak suka akan sesuatu hal sehingga aku ingin tahu bagaimana sih wanita diperlakukan dalam Islam. Hal ini juga menyangkut hak² milik dan prosedur perceraian. Tapi seumur hidup aku belum pernah tahu bahwa kenyataannya para Muslim terbiasa memperkosa para tawanan perang dan hal ini malah dihalalkan oleh sang Nabi. (Adadeh: lihat nih tafsir Q 4:24 –> Perkosaan terhadap Kafir Wanita adalah Halal dalam Islam) Seumur hidupku aku membaca berbagai buku Islam yang menyatakan para Muslim memperlakukan para tawanan dengan kebaikan ini itu. Aku tidak pernah membaca keterangan tentang perkosaan terhadap para tawanan perang wanita. Aku juga membaca bagaimana sang Nabi memperlakukan masyarakat Mekah dengan baik sewaktu menaklukkan Mekah. Mungkin para wanita Mekah tidak diperkosa karena sang Nabi lahir di Mekah dan sanak-saudara dirinya dan umatnya hidup di sana.

Ada satu hal nyata yang kuketahui. Para Imam di Pakistan memberitahu kami hal² aneh, seperti misalnya jika kau melihat kaca, kau harus melafalkan ayat ini; ketika masuk ke dalam rumah, kau harus melafalkan ayat itu; ketika kau sedang berada di perjalanan, lafalkan ayat ini dan itu, dll. Hal² kayak gini nih yang mereka ajarkan pada kami. Tapi mengapa yaa mereka menyembunyikan HAL BESAR seperti para Muslim biasa memperkosa tawanan² wanita setelah menyerang mereka? Ya, memang hal itu hanya bisa dimengerti sebagai PERKOSAAN. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa mengijinkan seorang pria bersetubuh dengannya setelah pria itu membunuhi saudara laki, suami, dan ayahnya? Aku tidak bisa membayangkan diriku sendiri atau ibuku atau saudara perempuanku mengalami hal seperti itu. Hal itu sungguh membuat aku muak. Kau telah benar² membuka mataku. Aku dulu sangat mengecam para prajurit yang memperkosa wanita² Irak. Tapi setelah tahu apa yang diperbuat Muhammad, aku lalu berpikir bahwa para Muslim pun ternyata sama jeleknya. Mereka memperkosa para wanita karena mereka mampu melakukannya. Sekarang, berdasarkan logika Islam, Irak adalah negara perang; karena itu berdasarkan logika Islam, wajar saja jika tentara penakluk memperkosa para wanita tawanan perang.

Berdasarkan logika Islam lagi, Irak sudah kalah, jadi semua orang di Irak harus jadi budak² tentara Amerika termasuk para wanita dan anak²nya. Tapi yang terjadi adalah, hanya segelintir wanita Irak yang diperkosa dan pemerkosanya malah lalu dihukum dan dimasukkan ke dalam penjara. Jika keadaan yang terjadi adalah sebaliknya dan Muslim adalah pihak penakluk negara kafir, semua wanita akan jadi barang jarahan tentara Muslim dan semua wanita² yang menarik akan habis diperkosa.

Aku sungguh muak! Aku tidak bisa membayangkan anak perempuanku yang berusia 6 tahun harus menikah dengan pria berusia 50 tahun, TIDAK PEDULI betapa relijiusnya pria tua ini.

Aku adalah wanita dan aku tidak “gampang lupa,” seperti yang dikatakan Muhammad. Aku pun tidak “kurang cerdas” seperti yang dikatakannya pula. Aku bahkan lebih cerdas dari kebanyakan pria yang kutemui dalam hidupku. Seumur hidup aku bersekolah karena meraih bea siswa (scholarship), dan sekarang aku sedang meraih suatu gelar pendidikan dan itu pun berdasarkan prestasi meraih bea siswa. Karena itu, bagaimana mungkin Nabi kita mengatakan bahwa kami kaum wanita “gampang lupa” dan “kurang cerdas”? Hal ini secara saintifik sudah terbukti salah.

Sekarang bayangkan seorang gadis diperkosa. Bagaimana mungkin gadis ini bisa menemukan 4 orang Muslim baik² yang menjadi saksi atas kasus perkosaannya? Perkosaan itu bukan pertunjukan sirkus di mana orang² diundang untuk menonton. Perkosaan biasanya terjadi di tempat terpencil di mana tiada orang yang melihatnya. Jika gadis yang diperkosa itu lalu hamil, maka dia butuh saksi 4 pria Muslim baik² untuk membuktikan dia tidak diperkosa dan biasanya tiada satu saksi pun yang ada. Dengan begitu, bukti yang menunjukkan dia berhubungan seks di luar nikah adalah janin yang ada dalam kandungannya. Lalu bagaimanakah nasib gadis ini berdasarkan Syariah Islam? Gadis ini tidak dapat mengajukan bukti bahwa dia diperkosa. Jadi dia akan dituduh melakukan zinah dan harus dirajam sampai mati. Apakah ini adil atau masuk akal? Tidak sama sekali – setidaknya begitulah pikiran orang yang masih punya nurani dan nalar.

Perdebatanmu dengan Muslimah bernama Julia Roach sungguh mengguncangkan imanku sepenuhnya. Aku merasa sangat amat malu, sedih dan marah! Apa yang telah kuikuti sepanjang hidupku? Mereka hanya memberitahu Muslim hal yang baik² dalam Islam saja, dan bukan kenyataan yang sebenarnya seperti ini.

Kami di Pakistan jarang mempelajari Qur’an secara seksama. Kami hanya tahu apa yang disampaikan di sekolah² saja. Selebihnya, kami hanya tergantung apa yang dinyatakan para ahli Islam (yang sudah jelas berdusta pada kami, hanya memberitahu hal yang baik² saja tanpa menyinggung tentang perkosaan dan perbudakan atas wanita² tawanan perang). Aku mencoba menyampaikan hal ini pada keluargaku, tapi mereka lalu mulai memakiku dengan kata² kafir dan lain sebagainya. Dulu aku bersikap sama seperti mereka. Aku dulu tidak mau mendengar kritik apapun akan Islam. Aku dulu menutup mata dan telingaku rapat². Sekarang aku tidak bisa mengumumkan terang²an bahwa aku telah menolak Islam karena orangtuaku akan merasa malu terhadap diriku. Aku tidak mengikuti Islam lagi dan jika aku punya kesempatan aku akan menunjukkan kesalahan² Islam pada teman²ku. Jika aku katakan pada mereka bahwa aku murtad, maka mereka tidak akan mau percaya padaku. Aku ingin mereka mendengar penjelasanku dan berpikir secara logis seperti yang telah kulakukan.

Salam hangat,
Mutmainah (nama samaran)