Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah pun menipu dayakan mereka itu. Dan Allah adalah penipu daya terhebat”.

Sura 3 : 54

Sura 3:54 dalam bahasa Arab: Wa Makaru wa makara Allah wa Allah Amkaru ul Makireen.

Demikianlah kalimat tentang Allah “menjadi penipu yang terhebat”, khairul makiriin, juga digunakan untuk menjelaskan tentang Allah dalam Sura 8:30 dan 10:21. Sura 10:21 mengatakan Allah adalah yang tercepat dalam siasat perencanaan atau penipuan. Ini sedikitnya adalah nama-Allah yang sah — Asmaul Husna yang keseratus – namun yang tidak dipublikasikan Islam.

Referensi lain tentang siasat penipuan/ rekayasa sembunyi-sembunyi  atau perbuatan kotor Allah [awas tentang terjemahannya yang sering menyasar] ada dalam Sura 7:99; 27:50; 13:42; 14:46; 43:79; 7:100; 4:142; 86:15-16 yang mengakui adanya timbal balik tipu-menipu yang sebenar-benarnya: “Sesungguhnya orang kafir itu melakukan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya.
Dan Akupun melakukan tipu daya dengan sebenar-benarnya”
[They plot a plot. So I plot a plot]!

Etimologi kata Makara

Sura 3:54 mengatakan bahwa Allah itu Makara, dalam bahasa Arab berarti Allah melakukan penipuan, mempunyai rencana, siasat, atau mempunyai maksud. Dalam Alkitab bahasa Arab yaitu dalam Kejadian 3:1 menggunakan kata yang sama untuk Setan. Namun, terjemahan bahasa Arab oleh Van Dyck menggunakan asal kata hayala. 

Kata “pengatur siasat” ini (maakir) adalah sebuah kata yang sangat kuat yang Wehr dan Abdel-Nour mendefinisikan sebagai “pintar, licik, cerdik”. Munjid bahasa Arab mendifinisikannya dengan khada yang tepatnya mempunyai arti yang sama (oleh Bill Campbell dalam bukunya The Qur’an and the Bible in the Light of History and Science hal. 217-218).

Tafsiran Sura 3:54 

Seseorang yang merupakan seorang makir (sama dengan kafir) berbicara tentang sifat seseorang yang hendak memperdayakan orang lain untuk membahayakannya. Hal ini menyatakan tentang seseorang yang akan melakukan hal yang berlawanan dari yang ia rencanakan. Pada kenyataannya orang ini melakukan rencana jahat untuk orang lain. Memang benar MAKIR ada kaitan dengan sebuah perencanaan dan maksud tertentu, tapi lebih sering hal ini disebut sebagai tipu muslihat, memperdaya, dan menipu dengan tujuan untuk menguasai dan mengalahkan orang lain. Seorang makir adalah seseorang yang memikirkan suatu maksud rahasia dan sembunyi-sembunyi untuk melawan orang lain. Persamaan katanya yaitu dengan kata mencontek, menipu, penyimpangan ganda, tipu muslihat, secara keseluruhan makara memiliki pemikiran untuk mengalahkan seseorang yang sudah anda tipu.

 Konteks dari Sura 3:54

Konteks dari cerita ini sangatlah penting. Sura 3 dianggap menjadi percakapan Muhammad yang terhebat dengan umat Kristen. Al-Tabari mengatakan disini bahwa kebohongan Allah terjadi di saat dimana bangsa Yahudi ingin membunuh Isa anak dari Maria. Supaya tidak dibunuh, Allah menempatkan rupa wajah Yesus palsu pada diri orang lain, untuk disalibkan sebagai pengganti Yesus asli. Kata kuncinya adalah PALSU. Hal ini menjelaskan bagaimana cara Allah bertindak yaitu dengan cara menipu banyak orang untuk percaya kepada yang palsu, dan bahkan Yesus pun ikut kena ditipu. Kebenaran aslinya dibalikkan oleh Allah agar manusia bejad melihat ”fakta tipuan sembunyi-sembunyi” itu sebagai fakta dan kebenaran baru! Pertanyaan kita, apakah Allah yang Agung mau main sembunyi-sembunyi atau rancangan agungNya bagi pembebasan seorang Isa Al-Masih dari penyaliban?

[Tampaknya ini dilakukan Allah demi untuk mencapai dua sasaran sekaligus, yaitu agar jangan terjadi bahwa Yesus disalib oleh orang-orang bejad dan mati terhina ditangan mereka; dan sekaligus Allah menunjukkan kedaulatan diriNya sebagai Penguasa Terhebat yang mampu membalas segala bentuk rancangan jahat dan tipu-daya dari manusia dengan TIPU (terbesar) dari Allah].

Secara mencolok kita melihat bahwa sasaran Allah tidak tercapai samasekali karena semua keakbaran Allah tersembunyi belaka, bahkan kosong – tidak ada atau tidak diketahui oleh siapapun! Membalas tipu-daya para kafir dengan TIPU-DAYA Allah yang begini sungguh sia-sia dan bodoh. Tak ada yang Allah menangkan melalui rancangan balasan ini. Sebaliknya, kerdillah Allahu Akbar yang terjebak meladeni komplotan kerdil ini dengan ikut-ikut meng-copy moda tipu-menipu mereka. Apalagi moda balasan ini baru diungkapkan Allah 6 abad kemudian dengan datangnya KLAIM ”wahyu-koreketif’ yang sangat terlambat dari Muhammad… Yesus sudah teraniaya dan terhina, dan tidak ter-restorasi karena kuasa pembebasan Allah kepadaNya tidak dimunculkan dimata publik. Allah malahan diam-diam membanggakan diri disebut kheir ul makarein seorang penipu yang terhebat, yang berarti bahwa Ia merupakan satu sosok yang tercerdik dan berkemampuan. Sosok Allah yang ingin menyembunyikan fakta ini ternyata sempat kalah dalam peperangan pada kayu salib, sedikitnya selama 6 abad! Disinilah sifat kesejatian Allah yang nyata, nama sah yang harus masuk menjadi bagian dari 100-Nama Allah!

Penerapan Umat Muslim tentang Sura 3:54

Selama masa Perang Teluk kedua, seorang menteri penerangan Irak memberikan alasan terhadap kesalahan laporannya mengenai kemenangan Irak, dengan mengutip dari Sura 3:54, yang mengatakan bahwa “Allah adalah seorang penipu terhebat”. Jadi hal ini menunjukkan bagaimana umat Muslim ini menerapkan firman dan ayat tersebut dalam pendalilan yang salah.

Sekitar tahun 686 SM, Za’idah bin Qudamah melihat pengaturan siasat penipuan terhadap orang lain dan mengatakan “Tuhan adalah pengatur siasat terhebat” (Sura 3:54) al-Tabari vol.20 hal.188

http://www.thereligionofpeace.com/Quran/011-taqiyya.htm mengatakan bahwa pada sebuah pengiriman pesan pada tanggal 9/11 di pesawat 93, para pembajak berkata kepada para penumpang bahwa “ada sebuah bom di dalam pesawat, tetapi para penumpang akan selamat jika permintaan mereka dipenuhi”. Hal itu tentu saja sebuah kebohongan, tetapi apakah pembajak pada peristiwa 9/11 menjadi orang yang munafik saat itu? Tidak, mereka tidak munafik, karena hadist berkata bahwa mereka dapat melakukan tipu muslihat dalam perang ! (Shahih Bukhari 4: 267-269). Tetapi sekali lagi, sampai para pembajak mengambil alih pesawat terbang, baik laki-laki dan para wanita juga anak–anak tidak berpikir bahwa teman-teman penumpang yang lain juga ada di dalam perang tersebut bersama mereka.

Sekarang ini para cendikia Muslim tidak (berani) mengatakan bahwa umat Muslim dapat berbohong setiap saat mereka inginkan, tetapi justru mereka dapat (boleh) berbohong kepada orang lain yang bukan Muslim untuk tujuan jihad, peperangan, keamanan dan kemajuan Islam. Alasan terakhir ini mungkin menjelaskan mengapa sebagian orang Muslim yang ditanyai (walaupun bukan mayoritas) akan mengatakan hal-hal yang terbalik dari aslinya hanya untuk kemajuan Islam.  “War is deceit” (Perang adalah tipu-daya), demikian kata-kata Muhammad. Dan dunia telah dibagi dalam dua wilayah: Dar al- Salam (rumah damai) dan Dar al-Harb (rumah perang) yang mana para non-Muslim –khususnya Yahudi dan Nasrani– dapat dianggap sebagai kafir yang boleh ditipu, bahkan termasuk yang dimusuhi/ dilaknati/ diperangi hingga tunduk (QS.9:29, 30 dll).

 Dilain hal, saya melihat suatu kebohongan yang menyolok yang dikatakan oleh umat Muslim tentang agama Kristen. Tetapi ketika fakta – fakta yang keliru itu ditunjukkan, mereka tetap menyimpan hal–hal yang sama tersebut dalam jaringan situs mereka. Mereka bahkan tidak memperbaiki atau menyebutkan kesalahan mereka secara gentleman, dan juga tidak menjelaskan mengapa mereka berpikir hal tersebut bukanlah sebuah kesalahan.

Hadist Muhamad menyokong kebohongan

Mengatakan pujian yang pura-pura demi untuk membuat perdamaian juga diperbolehkan oleh Muhammad. Rasul Allah ini menyampaikan,  “Dia yang membuat perdamaian antara orang–orang dengan menciptakan informasi yang baik atau mengatakan hal–hal yang baik, bukanlah seorang pendusta. “Bukhari vol.3 buku 49 no.857.

 Lihat juga dalam Ibn-i-Majah vol.4 buku 20 bag.5 no.2544,

 “Abu Huraira melaporkan bahwa Rasul Allah berata, jika seseorang menyembunyikan (dosa) dari seorang Muslim, Allah akan menyembunyikan (dosanya) di dunia ini dan di alam baka. (1)”

 Catatan kaki (1) oleh seorang penerjemah mengatakan, “Terjemahan lain dari kutipan ini adalah merujuk kepada memberikan pakaian kepada seorang Muslim untuk menutupi bagian–bagian pribadinya. Hadist no. 2546 mendukung terjemahan ini.”.

“Diceritakan oleh Jabir: Nabi bertanya, ‘Siapakah yang siap untuk membunuh Ka’b bin Ashraf? (yaitu seorang Yahudi).’ Dijawab oleh Muhammad bin Maslama, ‘Apakah kamu menyetujui saya untuk membunuhnya?’ Dan Nabi menjawabnya dengan tanda setuju. Muhammad bin Maslama berkata, ‘ijinkanlah saya untuk mengatakan apa yang saya suka.’ [seperti berbohong]. Nabi menjawabnya ‘saya setuju‘ (saya mengijinkan kamu).’”
Bukhari vol.4 buku 52 bag.159 no.271. al-Tabari vol.7.

 “Diceritakan oleh Jabir bin ‘Abdullah, Rasul Allah berkata, ‘Siapa yang akan membunuh Ka’b bin Al-Ashraf karena kejahatan yang dia lakukan terhadap Allah dan rasulNya? Muhammad bin Maslama (bangkit dan) berkata, ‘Aku akan membunuhnya.’ Jadi, Muhammad bin Maslama pergi kepada Ka’b dan berkata, ‘Aku akan meminjam salah satu atau dua ikat padi-padian.’….. [setelah melakukan tawar-menawar atas apa yang akan dijaminkan untuk pinjaman tsb, mereka setuju bahwa Muhammad bin Maslama akan menggadaikan senjata-senjatanya]. Lalu Muhammad bin Maslama berjanji kepadanya bahwa dia akan datang dengan senjatanya pada hari berikutnya. Kemudian dia dan kawan-kawan datang kembali, pada saat Ka’b bin Al-Ashraf mengharapkannya untuk datang secara damai, ternyata Muhammad bin Maslama dengan tipu daya membunuhnya. Kemudian mereka menemui Nabi dan menceritakan segala sesuatunya kepada beliau.  Bukhari vol.3 buku 45 no.687.

Berikut ini juga diriwayatkan tentang pembunuhan Ka’b bin Al-Ashraf, dan semua cerita mereka yang sama. Bukhari vol.5 buku 59 bag.14 no.369; Sahih Muslim vol.3 buku 17 bag.744 no.4436; Abu Dawud vol.2 buku 9 bag.1015 no.2762; Abu Dawud vol.2 buku 13 bag.1110 no.2994. al-Tabari vol.9 hal.121 mengatakan kejadian ini terjadi antara  peperangan Badar dan Uhud.

Muhammad berkata terus terang: “Perang adalah tipu muslihat”. Ibn-i-Majah vol.4 buku 24 (Jihad) bag.27 no.2833. Perang adalah penipuan menurut Bukhari vol.4 buku 52 bag.157 no.268, 269. Permasalahan dengan menyatakan hal ini dalam Ka’b bin Al-Ashraf adalah bahwa Ka’b tidak berpikir Muhammad bin Maslama sedang berperang dengannya. Demikian juga jika seorang Muslim memutuskan bahwa dia  sedang “dalam peperangan” dengan anda (seorang kafir), dia dapat dengan lancar berdusta  kepada anda saat anda berpikir dia adalah teman anda dan dia datang untuk meminjam sesuatu dari anda.

Umat Muslim dapat merekayasa sumpahnya
yang telah terlanjur diucapkan demi nama Allah

Jangankan siasat-siasat biasa, bahkan  apa yang telah diteguhkan Muslim lewat bersumpah demi Allahnya ternyata masih bisa di-manuver (menunda/ menebus/ meniadakan)dengan pelbagai rekayasa dan kondisional dunia. Bukhari vol.7 buku 67 bag.26, Muhammad berkata,

“Dengan Allah, dan kehendak Allah, Jika aku bersumpah dan ternyata kemudian menemukan sesuatu yang lebih baik dari pada hal sebelumnya, maka aku melakukan yang lebih baik dan menebus sumpahku.”

Sura 5:89 Dia (Allah) menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja; maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar).

Dusta juga dibukakan oleh Islam dalam situasi kepepet. Muslim dapat menyangkal iman Islamnya sebagai taktik-dusta ketika ia merasa dipaksa oleh keadaan. Dalam hal ini dia dinyatakan  bebas dari dosa. Sura 16: 106, “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (maka dia mendapat kemurkaan Allah), KECUALI orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (maka dia ini tidak berdosa)…”

Al Rabi Ibnu Sulaiman berkata, mengutip dari Umi Kalthum Ibnu Uqba,
“Hanya karena tiga alasan inilah aku mendengar Utusan Allah memperingatkan tentang berbohong: Katanya, ‘Aku tidak menganggap seorang pembohong jika tujuannya untuk menyatukan orang, dan tidak pula terhadap mereka yang berbohong selama perang, atau mereka yang berbohong pada istri atau suaminya dengan tujuan untuk tetap bersatu’”
(Muslim, Birr 101; Musnad Ahmad Ibnu Hanbal 6:403, 404, 459, 461).

Siapa yang Allah Perdayakan? Orang Yahudi? Orang Kristen
Sejak Abad-Kesatu? Atau Orang Muslim Saat Ini?

Allah dikatakan hanya menampilkan kematian Yesus-palsu pada kayu salib, yang menipu orang Yahudi dimana berpikir bahwa mereka sudah menyalibkannya. Sekarang jika Allah memang telah membuat tipuan tentang “pahlawan pengganti yang hebat” ini, anda seharusnya setuju bahwa pengaruh dari ini tidak hanya menipu bangsa Yahudi, tapi juga bangsa Romawi yang meng-eksekusi Yesus,  dan para murid Yesus — termasuk Maria dan Yesus sendiri – dan bahkan bermiliar manusia Kristiani sejak dulu hingga sekarang.

Anehnya tipuan ini tidak ada keabsahannya samasekali, karena hanya klaim satu ayat (QS.4: 157) dari Muhammad yang tanpa bukti dan saksi apapun, melawan fakta yang muttawatir dari semua saksi mata (termasuk sejarawan non-Kristen), tentara Romawi yang menyalibkanNya, semua rasul-rasul pengikut Yesus, nubuat-nubuat Ilahi, maklumat malaikat, dan Injil Yesus sendiri. Ditambah dengan bukti kebangkitan Yesus yang hidup kembali seperti yang telah dinubuatkanNya berkali-kali. Adakah fakta dan saksi mata yang lain diabad ke-1hingga ke-6 yang menyodorkan bukti lain yang lebih shahih?

Atas dasar apa teks Quran 4:157 bisa membatalkan segudang kebenaran ilahiah yang dibuktikan?
Maka siapa yang telah Allah tipu-dayakan disini?

Allah “Penyebab dari Kekeliruan”

Sura 40:32-33: “Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk”.

 Ayat-ayat ini mengatakan bahwa Allah memimpin orang yang peragu ini. Konteksnya disini adalah mengenai akan pergi ke Surga atau Neraka. Maka jika seseorang ke neraka karena berpaling percaya kepada dewa-berhala, maka Allah  murka kepadanya dengan menyesatkannya tanpa ada yang bisa memberi petunjuk lagi.

Akan tetapi mengapakah Allah harus marah kepada orang-orang yang memang mengikuti jalan yang Allah sesatkan baginya? Bukankah Ia berfirman bahwa Dia telah Maha Bijaksana sekalipun menyesatkan umatNya, ”Allah menyesatkansiapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” (QS.14:4).

Maka Allah telah menjadikan diriNya ”penyebab dari kekeliruan dan kesesatan”, bahkan telah menetapkan semua umatNya sejak semula untuk memenuhi neraka jahanam bersama para Jinn,

 Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan:
sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia semuanya”….
“Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap- tiap jiwa petunjuk,
akan tetapi telah tetaplah perkataan dari padaKu: “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka
jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama.”
(QS.11:119, 32:13).

Relasi Antara Allah dan Satan

Apa pekerjaan utama si jahat , Iblis atau Satan? Jawabannya ada dalam  Al-A’raf  7:16,17,  yaitu untuk menggoda manusia agar berbuat dosa, atau untuk menyesatkan manusia. Bagaimana dengan Allah? Percaya atau tidak, Allah juga melakukan hal yang sama yaitu untuk menyesatkan manusia seperti yang telah dikutib sebagian ayatNya diatas ! Perhatikan Quran Sura  berikut ini: Al-Nahl 16:93, Al-Ra’d 13:27, Ibrahim 14:4, semuanya menegaskan bahwa Allah membimbing mereka yang Ia kehendaki, dan menyesatkan mereka yang Ia kehendaki.
Dalam Al-Nisa’ 4:88 dan 143, Al-Shura 42:46, Al-Kahf 18:17, dikatakan bahwa engkau tidak akan bisa membimbing mereka yang telah disesatkan oleh Allah. Dan simak Al Baqara 2:10, dikatakan bahwa orang-orang tidak beriman mempunyai penyakit di dalam hati mereka dan Allah memperparah penyakit mereka. Percayakah anda pada hal itu?

Bukannya membimbing mereka, malahan Allah memperparah penyakit mereka!! Allah bahkan menjadi marah pada orang-orang yang mencoba untuk membimbing mereka yang telah disesatkan olehNya! Lihat Al-Nisa’ 4:88: “Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah?

Satan menyesatkan manusia sebagaimana di atas (Al-Araf 7:16,17), sementara dalam ayat berikutnya, Allah akan memenuhi neraka dengan mereka yang telah disesatkan oleh Satan. Bukankah telah nyata di sini bahwa ada kerjasama yang kuat antara Satan dan Allah, dimana Iblis akan menyesatkan dan Allah akan memenuhi neraka dengan mereka yang telah disesatkan?

Dan perhatikan ayat-ayat ini dalam Quran bahasa Arab untuk memastikannya di dalam pemahaman  anda. Jika anda tidak bisa membaca bahasa Arab, lihatlah dalam terjemahan Picktall dan Arberry, sebab orang-orang lain termasuk Depag juga menggunakan penyesatan dalam terjemahannya sebab mereka merasa sangat malu untuk menceritakan kebenaran mengenai relasi yang aneh antara Satan dan Allah! ( Seif Abdallah Turki).

 

Tapi apakah yang dikatakan oleh Alkitab?

Tak ada satupun dalam Alkitab bahwa Tuhan Elohim merancang perbohongan, menipu, atau menciptakan sebuah kesesatan, walaupun Tuhan dapat mengizinkan kirim suatu kesesatan dan mengeraskan hati seseorang. Ketika Tuhan mengeraskan hati Firaun, Firaun sebelumnya memang sudah mnegeraskan hatinya juga. Seperti halnya orang-orang saat ini yang memilih untuk mengeraskan hati mereka untuk melawan Tuhan, satu konsekuensinya yaitu Tuhan nantinya akan mengeraskan hati mereka juga. Bagi siapapun yang memilih untuk merubah kebenaran Tuhan untuk sebuah kebohongan, dalam Roma 1:25-31, Tuhan menyerahkan mereka kepada keinginan yang kotor. Dalam 2 Tesalonika 2:10-11 bagi mereka yang tidak mengasihi kebenaran, Tuhan mengizinkan kesesatan yang lebih kuat terjadi atas mereka. Jadi Tuhan tidak menciptakan kesesatan, tetapi Dia dengan sengaja membiarkannya dikirimkan pada jalan mereka. Anda dapat membaca secara detail bagian ini dalam 1 Raja-Raja 22:19-23.

Bagi umat Muslim ada juga kesamaan konsep yang mengijinkan orang yang tidak percaya berada dalam kebohongan, atau membiarkan orang-orang yang tidak percaya berada dalam kesesatan lebih jauh lagi. Tetapi lebih dari itu, Allah-lah yang berkehendak mengingini hal tersebut! Sura 5:41 mengatakan “Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka”.

Ketika Allah menghendaki seseorang tersesat, maka kehendak tsb tidak ada pihak lainnya yang mungkin berwenang untuknya melawan Allah. Demikianlah orang itu telah menjadi keinginan Allah untuk tidak mau menyucikan hati mereka.

Sura 74:31 “…Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri”.

Namun menurut Islam Allah bahkan telah menipu para pengikutnya pada zaman Yesus hidup. Pada bagian berikutnya, Allah secara pribadi menipu bahkan umat Islam juga.

Dibawah ini adalah bagaimana Tuhan dan Setan  menangani kebohongan dalam Alkitab

Tuhan Setan
Tidak pernah berbohong (Bilangan 23:19; 1 Samuel 15:29) Berbohong dari awal(Kejadian 3:4)
Tidak mungkin Allah berbohong (Ibrani 6:18) Bapak Kebohongan
(Yoh 8:44)
Tidak menggoda (Yakobus 1:13) Menggoda (Mat 4:1-10)
Adalah Terang (Yohanes 1:8; 1 Yohanes 1:5) Menjelmakan dirinya menajdi malaikat terang (2 Korintus 11:14)
Malaikat – malaikat adalah pelayannya (Ibrani 1:5) Pelayan-pelayan menyamarkan diri sebagai pelayan kebenaran (2 Korintus 11:15)

Alkitab memperingatkan kita untuk tidak mempercayai setiap roh, tetapi justru harus menguji roh-roh (1 Yohanes 4:1) dan waspada terhadap nabi–nabi palsu (Matius 7:15). Dan sangat aneh, bahwa Quran justru meredam tindak pengujian terhadap roh, sehingga siapa ”roh Jibril” (yang menteror Muhammad digua Hira) itu juga tidak pernah di-test dan di-riset oleh Muslim. Allah secara wanti-wanti dan eksklusif telah memberi larangan tentang testing roh:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS.17:85).

Pelbagai jenis Roh dan Jinn bergentayangan untuk menipu dan menyesatkan manusia, tetapi Allah berkeberatan kalau manusia mengujinya. Jadi bagaimana seseorang dapat mengatakan jika mereka keliru mengikuti suatu roh yang telah sengaja berbohong?

 Allah SWT Bahkan Menipu Umat Muslim

Ya, Allah SWT tidak merasa risi untuk menyampaikan kepada umatNya bahwa Dialah Tuhan mereka, padahal sengaja menampilkan sosok diriNya yang dipalsukan.

 “…dan kemudian hanya bangsa inilah (yaitu Muslim) yang akan tersisa, termasuk didalamnya orang-orang munafik. Allah akan datang pada mereka dalam bentuk lain dari yang mereka kenal (allah-palsu) dan akan berkata, ’Aku adalah Tuhanmu’ . Dan mereka akan berkata, ’Kami berlindung dengan Allah terhadap kamu. Kami tidak akan mengikutimu sampai Tuhan kami datang kepada kami, dan disaat Tuhan kami datang kepada kami, maka kami akan mengenali-Nya. Kemudian Allah akan datang (lagi) kepada mereka dalam bentuk yang mereka kenal dan akan berkata, ‘Aku adalah Tuhanmu’. Merekapun akan berkata, “ (Tak ada keraguan) Engkaulah Tuhan kami”, dan mereka akan mengikutiNya…
(Bukhari vol.8 buku 76 no.577. Lihat juga Sahih Muslim vol.1 buku 1 bag.81 no.349).

Sekarang ini seorang Muslim menunjukkan pada saya bahwa kata “menipu” tidak ada dalam kutipan tsb, Allah tidak berbicara dengan bohong dan hal ini terjadi di Surga, bukan di bumi. Namun, ini tidak dibutuhkan kata “menipu” yang digunakan untuk menipu manusia, seperti ketika Allah menirukan seseorang yang bukan Allah. Bagi mereka yang percaya firman Allah ketika Allah memilih untuk berada dalam sesuatu kesalahan akan pergi ke neraka. Jika ini bukan lagi penipuan, maka apakah ini? Hadist ini mengajarkan bahwa di masa depan Allah akan secara sengaja menampakkan diri yang SALAH pada umat Islam dalam sebuah “bentuk lain yang mereka tidak kenal”.

Lebih dari itu, Allah sendiri mengakui telah menipu Muhammad dan umatNya sebelumnya. Ini tercermin dalam peristiwa perang Badar. Disitu, dalam usaha Allah untuk menaikkan moral perang para pejuang Muslim, lalu Allah memperlihatkan kepada Muhammad lewat mimpi bahwa musuh yang akan dihadapinya hanyalah sejumlah kecil, padahal jumlah yang sebenarnya 3x jauh lebih besar yang kalau dikatakan terus terang oleh Allah SWT, akan menciutkan nyali para pejuang (surat 8: 42). Disini penipu-dayaan Allah telah ditujukan 100% kepada orang-orang beriman. Dan setelah menang perang, bagaimanapun  Muslim akan sadar bahwa jumlah musuh sesungguhnya tidak sekecil yang telah Muhammad dan Allah katakan kepada mereka! Tetapi heran, hal ini tidak dipersoalkan Islam sebagai isyu bermasalah!  Mereka hanya melihat mukjizat Allah bagi kemenangan Islam, namun tidak menggugat Allahnya yang telah menipu secara tersembunyi demi untuk menang!

Terlebih mereka tidak tahu bahwa Alkitab sesungguhnya SUDAH mengabadikan  berita dimana tentara  Israel yang hanya berjumlah sedikit dibawah pimpinan Yonatan (1000 orang)  justru telah mengalahkan pasukan Filistin yang maha besar (6000 pasukan berkuda, 3000 kereta perang, dan puluhan ribu pasukan berjalan kaki). TUHAN Alkitab tidak akan (dan haram!) menggunakan tipu-daya untuk dipakai umat Israel dalam melawan musuhnya. Dia cukup membuat kekacauan dipihak lawan hingga mereka saling menikam temannya sendiri dengan pedang! (Kitab Samuel ps.13 dan 14)  … Meninggalkan pertanyaan abadi kepada setiap Muslim, kenapa “Allah” yang katanya sama itu LUPA memakai cara adikodrati yang sama terhormat atau yang lebih dahsyat lagi untuk memenangkan perang Badr bagi Muhammad dan Islam? Melainkan malah mengakali Muhammad untuk diteruskan kepada umatnya? Pastilah Allah Penipu ini pantas dikelirukan sebagai manusia saja, yang kehabisan sumber dayanya, bukan??

Jangan Mengikuti Bagian Yang Salah Dari Al’Quran

 Bukhari vol.6 buku 60 no 8, “’Umar mengatakan, ‘ahli baca Qur’an terbaik kami adalah Ubai dan hakim terbaik kami adalah Ali. Dan meskipun begitu, kami melupakan beberapa pernyataan  dari Ubai karena Ubai mengatakan ‘Aku tidak melupakan apapun yang aku telah dengar dari Rasul Allah ketika Allah mengatakan, “Ayat (Wahyu) mana saja yang dituliskan Kami batalkan atau Kami buatkan (manusia) lupa kepadanya, kemudian Kami datangkan ayat  yang lebih baik atau yang mirip, untuk Qur’an… (2:106)”

Inilah yang disebut sebagai doktrin pembatalan ayat, Nasikh dan Mansukh, yang sering diperdebatkan dalam Islam tapi tak terselesaikan.  Sebagai contoh tradisi yang dicabut (dibatalkan) yaitu semua ayat-ayat “toleran” yang merangkul orang-orang non-Muslim sebagai sesama sederajad dengan Muslim. Kelak ini semua dibatalkan oleh satu ”ayat-pedang”  yang turun sesudahnya yaitu SURA 9:5 yang dianggap lebih baik, benar, dan in-force, walau sungguh mengerikan kesadisan ayatnya.
Contoh lain yang kacau adalah Nikah Mut’ah — menikah sementara untuk jangka waktu singkat seperti sehari atau seminggu, ini diijinkan oleh Muhammad, tetapi menurut Kaum Sunni, kemudian tradisi itu dicabut juga. Namun, kaum Syiah percaya dan tetap memegang bahwa tradisi itu tidak dicabut.

Muslim tampaknya kurang tahu bahwa doktrin ini sesungguhnya sudah dinubuatkan oleh Tuhan Elohim kepada Musa agar diteruskan kepada umatNya. Dan hal itu justru dipakai oleh Tuhan sebagai KRITERIA untuk menguji seorang Nabi (nabi palsu yang akan datang) apakah ia menyampaikan Firman TUHAN, atau firman-dirinya sendiri dengan mengucapkan Bismillah,

“Jika sekiranya kamu (Musa) berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? —
(Yaitu)  apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.” (Keluaran 18:21-22).

Demikianlah, Firman yang “tidak terjadi dan tidak sampai” dikala Musa itu, kini digenapi oleh kasus pembatalan/ pencabutan ayat-ayat Quran (dalam doktrin Nasikh-Mansukh). Firman yang dicabut (sehingga tidak sampai) , ayat dan nubuat palsu (sehingga tidak terjadi), wahyu yang keliru dan salah, itu semua adalah bagian dari “perkataan yang tidak difirmankan TUHAN”.  Itu hanyalah bualan manusia yang berani-beraninya mengatas namakan Allah. Contohnya banyak sekali dalam Quran, misalnya Ibrahim dan Ismail didongengkan pernah pergi ke Mekah dan mendirikan Baitullah. Atau Ismail (dan juga Muhammad!) itu dinyatakan sebagai Nabi Allah, padahal Allah tak pernah berbicara langsung kepadanya, dan tak ada pengangkatan ilahiah baginya sebagai nabi!  Dengan mencabut Firman, maka Muhammad menyalahi sifat fundamental dari Firman Tuhan yang selalu tegar dan kekal selamanya: “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Rlohim kita tetap untuk selama-lamanya.” (Yesaya 40:8)!

Bahkan Yesus mengkonfirmasikan perkataan-perkataanNya yang tak akan tercabut lewat waktu, melainkan semuanya “terjadi dan sampai” :
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35 ).

Setan Tidak Akan Berkedok Seperti Muhamad –
Tapi Mengapa?

Jadi walaupun Allah dapat datang dalam bentuk yang menipu, dan umat Muslim ghulat mungkin tertipu dengan menyembah Allah yang salah, berpikir bahwa Ali dan Muhammad merupakan titisan Allah dan bagian dari Allah, sebuah hadist mengatakan Setan tidak dapat menirukan Muhamad.

“…dan siapapun yang melihatku (Muhamad) dalam mimpinya, dia benar-benar melihatku, karena Setan tidak dapat menirukanku (muncul dalam bentuk tubuhku). Dan siapapun yang dengan sengaja menganggap dengan salah sesuatu yang daripadaku, dia sesungguhnya akan mendapatkan tempat di Api Neraka.” Bukhari vol.8 buku 73 bag.109 no.217 hal.139-140. (juga Sahih Muslim vol.4 buku 27 bag.948 no.5635-5639 hal.1225-1226)

Seseorang menjawab yang mana saya tidak pernah mendengar sebelumnya dari seorang Muslim, yaitu mengapa orang Muslim berpikir Tuhan akan memilih untuk muncul dalam bentuk yang menipu? Manusia dapat tertipu dalam menyembah bentuk yang salah dari Tuhan, dan itu memang yang setan lakukan. Setan  bisa muncul seperti ular difirdaus, atau sebagai bentuk malaikat, atau sebagai Isa-isa-an yang tersalib, tetapi kenapa Setan tidak mungkin berkedok seperti Muhamad? Kapan Quran mengatakan Muhammad ada kuasa ilahi dalam wajahnya?
Atau ia berkuasa mengusir setan? Bukankah semua nabi manusia dan Muhammad pun sempat berbuat dosa, dan Muhammad justru sempat terkecoh oleh ayat-ayat setan walau sesaat?

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. Allah menghilangkan apa yang (telah) dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayatNya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang (telah) dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya….” (Qs.22:52-53).

Roh setan justru bisa muncul sebagai Malaikat Terang yang menipu-daya (2Korintus 11:14). Apalagi bilamana roh tsb tidak boleh diuji oleh Muslim (QS.17:85). Kunjungilah www.muslimhope.com.

Terlalu luas dimensinya yang masih dapat kita paparkan tentang sosok Khairul Makiriin – Penipu Terhebat—dalam setiap dimensi kehidupan manusia.
PengakuanNya sendiri dengan gelar “Penipu Terhebat” yang diabadikan dalam Quran ini, namun entah kenapa tidak berani ditampilkan oleh para ulama Islam  sebagai bagian dari Asmaul Husna – Nama-nama Mulia Allah– yang akan menjadikan gelarNya yang ke-100.
Namun Yesus cukup memperingatkan umat manusia akan dua ayat profetikNya agar kita bersiaga terhadap nabi-nabi palsu yang datang dalam bualan dusta dan pembunuhan atas kemanusiaan:

Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu.
Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.
(Yoh.8:44)

“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak.
Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat
(Mat 5:37) .