Khosrow Parvis II dieksekusi atas perintah putranya Kaveh II pada tahun 628. Inilah tahun terjadinya Perang Khandaq. Pada saat itu, hanya dengan beberapa ratus pengikut, Muhammad tidak mempunyai keberanian untuk menulis surat yang arogan seperti itu kepada raja Persia. Jadi jelas kisah ini adalah sebuah kebohongan.

 khosrow

Kerajaan Persia Sassanian: Shahanshah Khosrow Parviz bersama Ratu Shahbanu Shirin dan Para Bangsawan Iran Tahun 7 AD

Buktidansaksi.com – Kisah Muhammad mengirim surat kepada Khosrow, raja Persia juga tidak dapat dipercayai, sama seperti kisah surat kepada Heraclius. Menurut mitologi Islam, Abdullah ibn Hudhafa menyampaikan surat Muhammad kepada Khosrow. Surat itu berbunyi:

“Demi nama Allah, Yang Maha Pengasih dan maha Penyayang! Dari Muhammad, utusan Allah, kepada Kisra Yang Agung dari Iran.[1] Damai bagi orang yang mencari kebenaran dan menunjukkan iman kepada Allah dan nabi-Nya dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Ia tidak dipersekutukan, dan yang percaya bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan nabi-Nya. Di bawah perintah Allah, aku mengundangmu kepada-Nya. Ia telah mengutus aku untuk menuntun semua umat agar aku memperingatkan mereka akan murka-Nya dan memberikan ultimatum kepada orang-orang yang tidak beriman. Peluklah Islam maka engkau akan tetap aman. Dan jika engkau menolak menerima Islam, engkau akan bertanggung-jawab atas-dosa-dosa orang Majusi”. 

Dikatakan bahwa ketika Khosrow membaca surat itu, ia merobeknya. Saat berita ini terdengar oleh Muhammad, ia berkata, “Kerajaannya akan terpecah-belah”. Ibn Ishaq meriwayatkan,

“Kemudian Khosrow menulis kepada Badhan, yang adalah gubernur Yaman, ‘Kirimlah dua orang yang terpelajar kepada orang ini di Hijaz dan katakan pada mereka untuk membawanya kepadaku’. Maka Badhan mengirim pelayannya Babawayh yang adalah seorang terpelajar bersama seorang Persia bernama Kharkhasrah untuk membawa surat kepada rasul, memerintahkannya untuk pergi bersama mereka ke Khosrow. Ketika mereka telah pergi sejauh al-Ta’if, mereka menemukan beberapa orang Quraysh di (wadi) Nakhb dan bertanya mengenai dia. Mereka mengatakan pada kedua orang itu bahwa Muhammad ada di Medinah. Mereka bersukacita telah bertemu dengan orang-orang itu, lalu berkata, ‘Ini adalah kabar baik, karena Khosrow raja segala raja tergerak menentang orang ini dan kamu akan terlepas darinya’. Kedua orang itu menemui rasul dan Babawayh mengatakan padanya bahwa Shahanshah raja atas semua raja Khosrow telah menulis surat kepada gubernur Badhan memerintahkannya untuk mengutus orang-orang untuk membawa Muhammad kepadanya dan bahwa mereka telah diutus membawanya kesana.

Jika ia patuh, Badhan akan menulis kepada raja segala raja atas namanya dan menahannya bagi raja; tetapi jika ia menolak untuk datang maka ia tahu orang seperti apakah Muhammad itu: ia akan menghancurkan umatnya dan membiarkan negerinya porak poranda. Mereka telah datang ke hadapan rasul dengan janggut yang telah dicukur dan kumis yang panjang, sehingga ia tidak sanggup menatap mereka. Ia mendekati mereka dan berkata, ‘Siapakah yang telah memerintahkan kalian untuk melakukan hal ini?’ Mereka menjawab, ‘Tuanku’; yang berarti Khosrow. Rasul berkata, ‘Tetapi Tuanku telah memerintahkan aku untuk memanjangkan janggutku dan mencukur kumisku’. Kemudian ia berkata kepada mereka untuk kembali esok pagi. ‘Berita datang dari surga kepada rasul bahwa Allah telah memberikan Shirawayh kuasa atas ayahnya Khosrow dan ia telah membunuhnya pada suatu malam, pada suatu bulan, pada jam tertentu’. Oleh karena itu ia memanggil mereka dan mengatakannya kepada mereka. Mereka berkata, ‘Tahukah engkau apa yang engkau katakan? Kami dapat membalas dendam kepadamu. Manakah yang lebih mudah?  Akankah kami menulis hal ini sebagai perkataanmu dan mengatakan kepadanya bahwa agamaku dan kekuasaanku akan mencapai batas yang tidak pernah dicapai kerajaan Khosrow’. Katakanlah kepadanya, ‘Jika engkau tunduk maka aku akan memberikan padamu apa yang telah engkau kuasai dan mengangkat engkau sebagai raja atas umatmu di Yaman’. Kemudian ia memberi Kharkhasrah sebuah sabuk yang berisi emas dan perak yang telah diberikan salah seorang dari para raja kepadanya. Mereka meninggalkannya dan menemui Badhan untuk memberi laporan. Ia berkata, ‘Ini bukanlah perkataan seorang raja. Menurut pendapatku ia adalah seorang nabi seperti yang dikatakannya. Kita akan melihat apa yang akan terjadi. Jika apa yang dikatakannya itu benar, maka ia adalah nabi yang telah diutus Tuhan; jika tidak, kita harus memikirkan perkara ini lebih jauh lagi’. Ia belum lagi selesai berbicara ketika datang surat dari Shirawayh yang mengatakan bahwa ia telah membunuh Khosrow karena telah membangkitkan amarah orang Persia dengan membunuh para bangsawan mereka dan membiarkan mereka di perbatasan. Ia harus melihat bahwa orang-orangnya telah bersumpah menaati raja yang baru. Ia harus melihat orang yang telah ditulis Khosrow, tetapi tidak mengomporinya untuk berperang hingga datang perintah selanjutnya. Ketika Badhan menerima surat ini ia berkata, ‘tidak diragukan lagi orang ini adalah rasul’. Lalu ia menjadi Muslim seperti yang dilakukan orang Persia dengannya di Yaman”.[2]

Apakah kisah ini benar?

Jika Khosrow adalah raja, ia tentu mempunyai cukup pengetahuan bahwa seorang pemberontak yang merasa dirinya sedemikian penting sehingga menulis surat yang sangat tidak pantas itu tentunya mempunyai tukang pukul yang lumayan banyak untuk melindunginya, dan ia tidak akan menyerah jika ia mengutus dua orang terpelajar untuk menangkapnya. Ini seperti mengirim dua orang terpelajar untuk meminta Pablo Escobar, sang raja narkoba Kolombia yang legendaris itu, untuk menyerahkan diri. Itu sangat menggelikan. Akankah ada bedanya jika kedua orang itu bukanlah orang yang terpelajar? Apakah raja benar-benar mengharapkan kedua orang itu dapat mengintimidasi seorang penjahat yang dilindungi oleh ratusan orang?

Khosrow Parvis II dieksekusi atas perintah putranya Kaveh II pada tahun 628. Inilah tahun terjadinya Perang Khandaq. Pada saat itu, hanya dengan beberapa ratus pengikut, Muhammad tidak mempunyai keberanian untuk menulis surat yang arogan seperti itu kepada raja Persia.

Kisah ini mengatakan bahwa nama utusan raja itu adalah Kharkhasrah. Khar dalam bahasa Persia berarti keledai dan saya tidak yakin bila ada seorang Iran yang terpandang seperti itu mau mempunyai nama yang demikian. Dan diskusi mendalam mengenai superioritas janggut terhadap kumis hanya merupakan kesenangan orang Muslim.

Seluruh kisah ini adalah fiksi, hasil rekayasa selama bertahun-tahun setelah kematian Muhammad. Kisah ini memberikan kesan bahwa Muhammad mempunyai pengetahuan rahasia.  Tetapi itu tidak benar. Ada juga beberapa ayat dalam Quran yang seakan-akan memprediksi masa depan: “Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang”  (Sura 30:2-3).

 Orang Muslim menggunakan ini sebagai bukti bahwa Muhammad dapat menubuatkan masa depan, karena hanya setelah kematiannyalah orang Roma mengalahkan orang Persia. Saya telah menjelaskan kesalahan argumen ini dalam bab yang mendiskusikan perpindahan Muhammad ke Medinah. Satu-satunya nubuatan yang tergenapi dalam Quran dibuat setelah peristiwa itu terjadi. Semua orang Muslim mengakui bahwa banyak hadith yang palsu. Kisah-kisah mengenai Heraclius dan Khosrow termasuk ke dalam kategori itu.

1 Arabic for Khosrow, meskipun Khosrow juga bisa berarti raja. Dalam kasus ini, itu adalah nama orang

2 Ibn Ishaq 658