(Ilustrasi Ibadah haji)

Berdasarkan sejarah, Haji Umra’ adalah upacara agama Jin Arab yang berkisar pada dua dukun utama agama itu.

Kita akan menelaah Haji kecil yang disebut Umra’, dan perdukunan (okultisme = aliran kepercayaan gaib) di Mekah yang menyertainya. Di daerah sekitar Mekah, masyarakat mempraktekkan ibadah agama yang disebut Umra’, atau “kunjungan.” Ini merupakan ibadah haji kecil, yang dilakukan sejak jaman pra-Islam. Umra’ ini berhubungan dengan upacara-upacara agama Jin Arab, terutama karena bersangkutan dengan penyembahan terhadap batu-batu dan patung-patung berhala. Dua patung berhala yang disembah adalah patung-patung dua dukun agama Jin, yakni patung Isaf (berkelamin pria), dan Naila (berkelamin wanita). Menurut kisahnya, dua dukun ini berhubungan seks di dalam Ka’bah, di Mekah, sehingga para dewa menghukum mereka menjadi dua buah patung batu.

Masyarakat Arab membuat banyak replika dari kedua patung ini untuk disembah. Patung-patung mereka yang terpenting diletakkan di Safa dan Marwa, dan dua patung lainnya diletakkan di bukit dekat sumur Zamzam. Sejarawan Islam bernama Al-Shahrastani mengatakan bahwa Amru bin Lahi meletakkan patung-patung di Safa dan Marwa. [Baca: Al Shahrastani, Al Milal Wal Nahel, hal. 578] Tapi Amru bin Lahi hanyalah tokoh karangan Muslim saja. Umat Muslim berusaha menyalahkan semua faktor paganisme Arab padanya, menuduhnya membawa semua patung-patung, berhala-berhala, dan ibadah pagan ke Arabia. Ini semua hanyalah alasan saja, karena paganisme dan penyembahan terhadap bintang-bintang dan bulan di Arabia sudah dilakukan sejak jaman kuno, seperti keterangan yang tercantum di Alkitab dan berbagai prasasti Assyria, yakni sejak abad ke-9 SM. Keterangan sejarah kuno ini menjabarkan berbagai dewa berhala yang disembah suku-suku Arab yang berhubungan dengan bangsa Assyria. Para sejarawan Yunani yang mengunjungi Arabia, dimulai dari Herodotus di abad ke-5 SM, juga membenarkan keterangan yang tercantum di Alkitab dan prasasti Assyria. Dengan begitu, Islam secara sia-sia berusaha memisahkan ibadah Islam dari latar belakang asli pagannya dengan cara menciptakan tokoh dongeng Amru bin Lahi yang sebenarnya tidak pernah ada.

Di jaman pra-Islam, patung-patung Isaf dan Naila diletakkan di batu-batu utama Ka’bah di Mekah dan pada dua batu di Safa dan Marwa. Dalam ibadah Haji Umra’, para peziarah harus mengelilingi patung-patung ini tujuh kali. Hal ini menerangkan pada kita ibadah asli di Mekah jaman pra-Islam, dan Haji Umra’ yang berhubungan dengannya.

Ibadah agama di Mekah merupakan kombinasi dari dua kepercayaan: ibadah Dewa-dewa Bintang Arab dan ibadah perdukunan Arab. Ibadah Dewa-dewa Bintang Arab diselenggarakan oleh para Kahin (Kahin = tunggal, Kahun = jamak), yang adalah para dukun agama Jin Arab, dan mereka adalah satu-satunya badan organisasi agama pagan di Arabia. Tiada dukun dalam ibadah Dewa-dewa Bintang Arab. Para Kahin mendominasi berbagai Ka’bah dan kuil pemujaan bagi para dewa Keluarga Bintang Arab. Ka’bah di Mekah memiliki Kahin-kahin yang bertanggungjawab atas kegiatan di sekitar Ka’bah. Salah satu dukun Kahin yang terkenal bernama Waki’a وكيع. Waki’a melafalkan ayat-ayat berirama yang serupa dengan ayat-ayat berirama dalam Qur’an.

Selain itu juga terdapat seekor ular di Ka’bah yang hidup di dalam sumur di tengah Ka’bah, di mana para umat melemparkan pemberian-pemberian mereka. [Baca: Tarikh al-Tabari, I, hal. 525] Bangsa Arab menganggap ular sebagai Jin atau setan. [Baca: Taj Al Aruss, I, hal. 147, 284] Hal ini menerangkan bahwa ular alias Jin tersebut disembah para peziarah yang mengunjungi Mekah. Pemberian-pemberian mereka dilemparkan kepada sang ular sebagai tanda penghormatan, penyembahan dan rasa takut karena ular itu dianggap sebagai Jin atau setan. Hal serupa juga kita dapatkan di berbagai kuil India di mana terdapat ular yang diberi persembahan makanan atau barang berharga karena binatang itu dianggap sebagai dewa utama di kuil tersebut.

Hipotesa kami tentang ibadah Jin di kuil Ka’bah ditunjang dengan fakta nama Allah, yang menurut penulis-penulis Arab kuno, berasal dari Allaha, yang merupakan gelar bagi sang ular [Baca: Taj Al Aruss, 9: 410]

Baca selengkapnya