Karir kenabian Muhammad sepenuhnya ditandai oleh darah dan peperangan, jadi tidak heran jika kitab suci yang diwariskan nabi islam bagi dunia, Quran, akan berisi pesan2 kekerasan dan kekejaman. Dan hal ini benar: Quran sangat unik dibandingkan dg tulisan2 sakral didunia dalam menasihati para pengikutnya utk berperang terhadap orang kafir.

Tebak?

* Quran memerintahkan para muslim utk memerang orang yahudi dan kristen
* Ayat Quran damai dan toleran yang sering dikutip sebenarnya telah dibatalkan, menurut teologi islamik.
* Tidak ada satupun dalam Bible yang bisa menandingi anjuran2 kekerasan dalam Quran

Quran menganjurkan perang

Ada lebih dari seratus ayat dalam Quran yg mendesak muslim utk melakukan jihad terhadap orang kafir. “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. ” (Q 9.73). (Bahasa inggrisnya: O Prophet! Strive hard against the unbelievers and the hypocrites, and be firm against them. Their abode is Hell, an evil refuge indeed”). “Strive Hard” dalam bahasa Arab adalah jahidi, sebuah bentuk lisan dari kata jihad. Jihad ini harusnya waktu dalam medan perang: “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka
pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka” (Q 47.4). Ini ditegaskan berulang-ulang: “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q 9.123).

Peperangan ini harusnya diarahkan melawan mereka yg menolak islam dan mereka yg mengaku muslim tapi tidak memegang iman mereka dg sepenuhnya: “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. (Q 9.73). Peperangan ini hanya sebagian dari konflik spiritual yg lebih besar antara Allah dan setan: “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu. (Q 4.76).

“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.” (Q 9.5). Zakat yg dimaksud ini adalah salah satu dari lima pilar islam, dan mengatur pembagian zakat tsb. Dg begitu ayat ini berkata bahwa jika para “musyrikin/pemuja berhala” menjadi muslim, jangan ganggu.

Orang yahudi dan Kristen harus diperangi, bersama dg para `musyrikin’: Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)

kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (Q 9.29). Jizya adalah pajak yg diterapkan pada kaum kafir/musyrikin.

Jihad adalah kewajiban tertinggi para muslim: “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang lalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q 9.19-20). Dalam teologi islam, Jihad fi sabil Allah secara spesifik berarti mengangkat senjata bagi islam.

Surga dijamin bagi mereka yg “membunuh dan terbunuh” demi Allah: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (Q 9.111).

Orang mungkin berusaha utk menspiritualisasi ayat2 ini, tapi tidak ragu lagi jika melihat catatan sejarah, Muhammad mengartikan ayat2 itu secara harafiah.

Mitos PC: Quran mengajarkan toleran dan damai

Tapi tunggu dulu: Bukankah Quran benar2 mengajarkan toleran dan damai? Tentu saja, ada beberapa ayat yg jelek disana sini, tapi ada juga banyak ayat yg menguatkan persaudaraan antar manusia dan kesamaan dan martabat semua orang, benar?

Tidak. Hal terdekat yg ada dalam Quran yg sebenarnya menganjurkan toleransi atau hubungan damai adalah utk menganjurkan muslim utk meninggalkan orang kafir dalam kesalahan2 mereka: “Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. (Q 109.1-6). Tentu saja, mereka harus dibiarkan agar Allah bisa berurusan dg mereka: “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang

mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri angguhlah mereka barang sebentar.” (Q 73.10-11).

Diatas semua itu, tidak ada muslim yg mesti memaksakan siapapun utk masuk islam: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (Q 2.256).

Tapi apa ini benarkah toleransi adalah toleransi dg cara yg sama yg dimengerti oleh masyarakat barat modern? Ini mungkin akan menjadi jiplakan yg masuk akal jika hanya itulah isi dari Quran tentang subjek toleransi ini. Sebenarnya tidak.

Mitos PC: Quran mengajarkan muslim utk mengangkat senjata hanya dalam pembelaan diri.

Pada titik ini, para pembela islam mungkin menerima bahwa Quran tidak meninggalkan hubungan antara muslim dan kafir pada tahap hidup-dan-biarkan- hidup. Mereka mungkin mengakui bahwa ini mengajarkan muslim utk membela diri mereka sendiri dan akan membantah bahwa hal ini punya hubungan dg teori gereja katolik yg mengatakan “mereka Cuma mau perang”.

Ada dukungan ayat Quran mengenai pandangan ini: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q 2.191). Jadi para muslim dalam ayat ini setidaknya, tidak memulai konflik dg kafir. Sekali permusuhan dimulai, para muslim harus memeranginya dg mati-matian: “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q 2.191-192)

Dan apa kesimpulan dari perang ini? “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. (Q 2.193). Ini kelihatannya mengindikasikan bahwa pernag harus diteruskan hingga dunia islam – ketaatan semata-mata utk Allah – atau ada dibawah kepemimpinan hukum islam.

Sama seperti saat ini: Para pejihad menyebut2 Peperangan Muhammad utk membuktikan bahwa Jihad bukan hanya utk membela diri

Dalam sebuah artikel yg berjudul “Arti sejati dari Jihad,” yg dipasang pada website Khilafah.com tahun 2003 yg tergabung kedalam kelompok Pejihad Hisb ut-Tahrir, seorang Sidik Aucbur menyebutkan contoh Perang Muhammad terhadap mereka yg membantah bahwa Jihad sepenuhnya merupakan pembelaan diri:

Lagipula beberapa orang akan berkata bahwa Jihad hanya utk membela diri; ini tidak benar. Sebuah penyelidikan kedalam Kehidupan sang Nabi (SalAllahu Alaihi Wasallam) menunjukkan pada kita sesuatu yg berbeda:

* Perang Mut’ah digerakan oleh para muslim melawan Romawi; 3.000 muslim berhadapan dg 200.000 tentara Romawi.
* Perang Hunayn tak dapat dihindarkan segera setelah para muslim menaklukan Mekah.
* Perang Tabuk juga dimulai oleh muslim yg akhirnya menghancurkan Romawi.

Kita lihat dari ijmaa (konsensus) dari Sahaba (sahabat2 nabi), bahwa mereka juga melakukan jihad, di As-Sham, Irak, Iran, Mesir dan Afrika Utara. Selain itu, status martir dalam islam adalah status paling tinggi, jadi bagaimana bisa bahwa jihad itu direndahkan menjadi serendah itu. [2].

Maka dari itu, ada masalah dalam penafsiran bahwa Perang Jihad hanya bisa utk pembelaan diri. Mufti Ebrahim Desai dari Afrika Utara mengulangi ajaran Islam yg umum ketika dia ditanya dalam “Islam Q & A Online.” Pertanyaannya, “Saya telah menanyakan tentang Jihad yg ofensif. Apa ini artinya bahwa kita harus menyerang non muslim yg tidak melakukan apapun yg melawan Islam hanya karena kita harus menyebarkan Islam?” Desai menjawab:

Anda harus mengerti bahwa kami sebagai muslim benar2 percaya bahwa orang yg tidak percaya pada Allah seperti yg sudah diwajibkan baginya, adalah seorang kafir yg akan dikutuk selamanya dineraka. Dg begitu salah satu tanggung jawab utama dari penguasa muslim adalah utk menyebarkan islam keseluruh dunia, dan dg begitu menyelamatkan orang2 dari kutukan abadi. Dg begitu apa yg dimaksud ayat2 dalam Tafsir Uthmani (seorang kommentary Quran) adalah bahwa jika sebuah negara tidak membiarkan penyebaran islam bagi penduduknya dalam cara yg sesuai atau menciptakan halangan utk ini, maka penguasa muslim akan dibenarkan melakukan perang Jihad terhadap negara ini, agar pesan2 islam dapat mencapai penduduknya, dg begitu menyelamatkan mereka dari neraka Jahanam. Jika para kafir mengijinkan kita menyebarkan islam secara damai, maka kita tidak akan berperang jihad terhadap mereka. [1]

Dg kata lain, jika sebuah negara dirasa menghalang-halangi penyebaran islam, para muslim berkewajiban utk memeranginya. Ini tentu saja menjadi sebuah konflik pembelaan diri, karena penghalang-halangan tsb muncul lebih dulu. Ini adalah penggambaran lain mengenai betapa elastisnya dan sangat tak berarti arti konsep tempur pembelaan diri itu jadinya. Provokasi yg bagaimana yg dirasa cukup utk itu? Haruskah pihak yg membela diri menunggu hingga militer musuh yg pertama menyerang? Pertanyaan2 ini tidak jelas atau tidak punya jawaban yg pasti dalam hukum islam, hingga membuat tiap orang bisa menggambarkan semua perjuangannya sebagai pembelaan diri tanpa melanggar norma2 yg pasti dari hukum bela diri tsb. Tapi hal ini juga menjadikan tak berartinya klaim2 yg sering diulang2 muslim bahwa Perang Jihad hanya bisa dalam bentuk pembelaan diri.

Ayat toleran dalam Quran: “Dibatalkan”

Ada lagi. Perkataan terakhir Quran mengenai Jihad bukanlah utk membela diri tapi utk menyerang. Srat dari Quran tidak disusun secara kronologis, tapi menurut panjangnya. Tapi, teologi islam membagi Quran menjadi surat “Mekah” dan Surat “Medina”. Surat2 Mekah datang dari segmen pertama dalam karir Muhammad sebagai nabi, ketika dia hanya mengajak orang2 Mekah utk memeluk Islam. Belakangan, setelah dia lari ke Medina, posisinya menguat. Surat2 Medina berkurang selera puitisnya dan umumnya lebih panjang dari surat2 Mekah; surat ini juga berisi masalah2 hukum dan ritual – dan desakan utk berjihad melawan kafir. Ayat2 yg relatif toleran yg dikutip diatas dan yg serupa dg itu umumnya berasal dari periode Mekah, sementara ayat2 yg lebih berisi kekerasan dan intoleransi kebanyakan dari Medinah.

Kenapa pembedaan ini perlu? Karena adanya doktrin islam mengenai pembatalan/penggant ian (naskh) ayat. Ini adalah sebuah ide yg mengatakan bahwa Allah sendiri dapat mengubah atau membatalkan apa yg dia katakan pada para muslim: “Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?” (Q 2:106). Menurut ide ini, ayat2 kekerasan dalam surat sembilan, termasuk ayat2 Pedang (9:5), menggantikan ayat2 damai, kaerna mereka diturunkan belakangan dalam karir kenabian Muhammad: malah, banyak otoritas muslim setuju bahwa surat kesembilan adalah bagian yg paling akhir dari Quran yg diturunkan.

Sejalan dg ini, beberapa teolog islam menyatakan bahwa ayat pedang menggantikan sedikitnya 124 ayat toleran dan damai dalam Quran. [2]. Tafsir al-Jalalayn, sebuah penjelasan akan Quran oleh imam terkenal Jalal al-Din Muhammad ibn Ahmad al-Mahalli (1389-1459) dan Jalal al-Din `Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti (1445-1505), menyatakan bahwa surat kesembilan “diturunkan ketika keamanan digantikan oleh pedang.” [4]. Penafsir Quran terkenal lain Ismail bin Amr bin Kathir al Dimashqi (1301-1372), yg dikenal dg nama Ibn Kathir, menyatakan bahwa surat 9:5 “menggantikan setiap persetujuan damai antara nabi dan para pemuja berhala, setiap perjanjian, dan setiap syarat2… Tidak ada satu pemuja berhalapun punya perjanjian atau pakta keamanan sejak Surat Bara’ah (surat kesembilan) diturunkan.” [3]. Ibn Juzayy (d.1340), penafsir Quran lain yg karyanya masih dibaca didunia islam, setuju: Tujuan Ayat Pedang adalah “Menggantikan setiap perjanjian damai dalam Quran.” [6].

Alexis de Tocqueville mengenai Islam:

“Saya mati-matian belajar Islam. Saya lalu menjauh dari pembelajaran tsb dg pendirian bahwa secara keseluruhan, sedikit sekali agama didunia yg semaut itu terhadap manusia seperti agamanya Muhammad. Sejauh yg dapat saya lihat, hal tsb adalah penyebab utama dari kemunduran dunia muslim yg jelas2 kelihatan saat ini dan meski agak kurang mustahil dibanding polyteisme kuno, dalam pendapat saya kecenderungan sosial dan politisnyalah yg harus lebih ditakuti, dan saya dg begitu menganggapnya sebagai suatu bentuk kemunduran daripada sebuah bentuk kemajuan dalam hubungan paganisme itu sendiri.”

Ibn Kathir menjelaskan dalam uraiannya mengenai “ayat toleran” lain: “dan (Allah mengetahui) ucapan Muhammad: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman”. Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah: “Salam (damai/selamat tinggal).” Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). (Q 43.88-89). Ibn Kathir menjelaskan: “mengatakan Salam (damai/selamat tinggal) artinya, `jangan menjawab pd mereka dg cara yg sama jahat yg mereka lakukan padamu; tapi cobalah melunakan hati mereka dan memaafkan mereka dalam kata2 dan perbuatan.'” Tapi, ini bukan akhir dari uraiannya. Ibn Kathir lalu mengatakan uraian terakhirnya: “Tapi mereka akan jadi tahu. Ini sebuah peringatan dari Allah bagi mereka. AzabNya, yg tidak dapat dihindarkan, akan menimpa mereka, dan agamaNya dan perkataanNya adalah yg tertinggi. Kemudian Jihad dan penyerangan dipastikan hinga orang2 memeluk agama Allah dan Islam tersebar sepanjang timur dan barat.” [7].

Kerja itu sendiri belum selesai

Semua ini berarti bahwa perang melawan kafir hingga mereka menjadi muslim atau membayar jizya – pajak khusus utk kafir dalam hukum islam – “dg penundukan sukarela” (Q 9:29) adalah perkataan terakhir Quran mengenai Jihad. Tradisi utama islamik telah menafsirkan ini sebagai perintah maju dari Allah bagi umat manusia : Ummat Islam harus berada dalam keadaan siap perang terus menerus dg dunia kafir, hanya disela dg gencatan senjata sementara.

Beberapa teolog islam saat ini berusaha membangun pandangan2 alternatif islam berdasarkan pengertian yg berbeda tentang abrogasi (pembatalan/ penggantian) ; tapi, usaha2 tsb hanya sedikit diminati dan didukung didunia muslim – ini karena mereka mencoba membangun hal itu dihadapan tafsiran yg telah jadi aliran utama muslim selama berabad-abad.

Mitos PC: Quran dan Bible sama-sama berisi kekerasan
Sama seperti saat ini : Ayat damai tetap digantikan/diabroga si

Doktrin abrogasi bukanlah wewenang para mufti yg telah lama meninggal itu yg karyanya tidak lagi berpengaruh didunia islam. Seorang Sheikh Saudi, Sheikh Muhammad Saalih al-Munajib (lahir 1962), yg kuliah dan fatwa islamiknya beredar luas didunia islam mendemonstrasikan hal ini dalam sebuah diskusi mengenai apa muslim harus memaksa orang lain menerima islam atau tidak. Dalam pertimbangan ayat Quran 2:256 (“Tidak ada pemaksaan dalam agama,”) sang Sheikh mengutip ayat Quran 9.29, 8.39, “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” Dan ayat pedang. Mengenai yg terakhir, Sheikh muhammad cukup dg berkata: “Ayat ini dikenal sebagai Ayat al-Sayf (Ayat pedang). Ini dan ayat2 yg serupa menggantikan ayat2 yg mengatakan tidak ada pemaksaan utk menjadi muslim” [8].

All right, jadi Quran mengajarkan peperangan. Tapi begitu juga Bible, benar? Para pembela islam dan sekutu non muslim mereka sering mencoba membuat kasus persamaan moral antara islam dan kristen: “Muslim berlaku kejam? Kristen juga. Muslim melakukan Jihad? Well, bagaimana tentang Perang Salib? Quran mengajar peran? Well, saya dapat saja memilih ayat2 perang dari Bible.” Anda dapat menemukan hal2 tersebut dalam semua tradisi agama yg diajarkan. Tapi tak satupun dari antara agama2 tsb yg memerintahkan pengikutnya utk melakukan kekerasan, itu kita yakin.

Tapi apa semua ini benar? Beberapa pembela islam dan non muslim penyetor persamaan moral mengklaim menemukan hal tsb bahkan perjanjian Baru pun mendesak pengikutnya utk melakukan kekerasan. Mereka sering menunjuk pada dua ayat.

* “Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.” (Lukas 19:26-27). Tentu saja fallacy disini adalah bahwa dalam ini adalah perkataan seorang raja dalam sebuah perumpamaan, bukan instruksi Yesus pada pengikutnya, tapi penjelasan demikian sering diabaikan dalam jaman komunikasi modern ini.

* “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya” (Matius 10:34-35). Jika ayat ini sungguh2 menyerukan kekerasan secara lisan, kelihatannya hanya akan menjadi jihad antar keluarga. Tapi utk menyamakannya dg ayat2 Jihad dalam Quran, yg berjumlah ratusan, adalah sangat tidak masuk akal: Bahkan Para pejuang Perang Salibpun disaat-saat terlemah dan menggapai-gapai tidak menyebut-nyebut ayat2 seperti ini. Juga, melihat keseluruhan pesan damai dari Yesus, jelas sekali yg dimaksud Dia dg “pedang” adalah sebuah kiasan dan perumpamaan. Untuk menafsirkan teks ini secara harafiah adalah sama dengan tidak mengerti pesan Yesus, yg, tidak seperti Muhammad, tidak pernah berperang sekalipun. Hal ini menunjukkan kegagalan utk mengenal kepuitisan dari pesan2 Bible, yg berada dimana-mana.

Mungkin karena mereka sadar betapa tidak masuk akalnya argumen Perjanjian Baru mereka, para pembela Islam sering cenderung fokus pada ayat2 Perjanjian Lama.

* Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. (Ulangan 7:1-2)

* Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya. Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu. Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya; dan setelah TUHAN, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, boleh kaupergunakan. Demikianlah harus kaulakukan terhadap segala kota yang sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota bangsa-bangsa di sini. Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apa pun yang bernafas, melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu (Ulangan 20:10-17)

Muhammad vs. Yesus

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirim” (Mat 5:39)

“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Q 9.13)

Maka sekarang bunuhlah semua laki-laki di antara anak-anak mereka, dan juga semua perempuan yang pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu bunuh. Tetapi semua orang muda di antara perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu biarkan hidup bagimu. (Bilangan 31:17-18 ).

Ayat keras, heh? Sama kerasnya dg “bunuh kafir dimanapun kau temukan mereka” (Q 9:5) dan “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka.” (Q 47.4) dan yg lainnya, benar?

Salah. Kecuali anda kebetulan seorang kaum Hittite, Girgashite, Amorite, Canaanite, Perizzite, Hivite atau Jebusite, ayat2 bible ini tidak berlaku bagi anda. Quran menyuruh muslim utk memerangi kafir tanpa menetapkan dimanapun dalam ayatnya bahwa hanya kafir tertentu yg harus diperangi, atau hanya utk perioda waktu tertentu, atau perbedaan2 lain. Dg mengambil arti teksnya secara langsung, perintah utk berperang melawan kafir adalah perintah yg terbuka dan universal. Perjanjian baru, sebaliknya, mencatat perintah2 Tuhan kepada kaum israel utk berperang melawan orang2 tertentu saja. Ini mengejutkan bagi perasaan2 modernitas, tapi tidak menjadikan hal itu sama. Itu sebabnya kenapa yahudi dan kristen tidak membentuk kelompok2 teror diseluruh dunia dan mengutip ayat2 Bible utk membenarkan pembunuhan penduduk sipil.

Sama seperti saat ini: Menggunakan Quran utk membenarkan terorisme

Dalam sebuah khotbah yg disiarkan secara resmi dalam Televisi Palestina tahun 2000, Dr. Ahmad abu Halabiya, seorang anggota Dewan Fatwa Otoritas Palestina, mengumumkan: “Allah yg maha kuasa telah memanggil kita agar jangan bersekutu dg orang yahudi atau kristen, jangan seperti mereka, jangan menjadi partner mereka, jangan mendukung mereka, dan jangan menanda tangani perjanjian dg mereka. Dan ia yg melakukan hal itu adalah menjadi bagian dari mereka, seperti yg Allah katakan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi sekutu (mu); sebahagian mereka adalah sekutu bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi sekutu, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” .. Jangan memberi ampun pada yahudi, dimanapun mereka berada, dinegara manapun. Lawan mereka, dimanapun kau berada. Dimanapun kau bertemu mereka, bunuh mereka.”

Dalam khotbahnya ini Abu Halabiya mengutip Quran Ayat 5.51 (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi teman dan pelindung(mu) ; sebahagian mereka adalah teman dan pelindung bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi teman dan pelindung, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.) dan ayat 9:5 (bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian) . Dia terapkan perkataan ini dalam situasi politis saat itu: “Dimanapun kau berada, bunuh yahudi dan amerika yg seperti mereka – yg berdiri bersama mereka – mereka semua satu golongan, melawan arab dan muslim – karena mereka mendirikan israel disini, dijantung dunia arab, di Palestina. Mereka menciptakan itu sebagai pos terakhir keberadaban – dan barisan depan dari tentara mereka, dan menjadi pedang barat dan perang salib, yg mengancam leher para monoteisme, para muslim ditanah ini.” [9].

Sebaliknya, Osama bin Laden, satu2nya eksponen jaringan teror yg paling jelas yg menyebar dari Indonesia hingga ke Nigeria dan hingga ke Eropa barat dan Amerika, mengutip banyak ayat Quran dalam komunikenya “Pengumuman Perang melawan Amerika yg menjajah tanah dua tempat suci,” dia mengutip Surat 3.145; 47.4-6; 2.154; 9.14; 47.19; 8.2; dan tentu saja “Ayat pedang” yg terkenal jahat Ayat 9.5 [10]. Ditahun 2003, hari pertama para muslim merayakan Idul Adha, dia memulai khotbahnya: “Puji Allah yg menurunkan ayat pedang pada hambanya dan utusannya (Nabi Muhammad), demi mendirikan kebenaran dan memusnahkan kepalsuan.” [11]

Buku yg seharusnya jangan dibaca

Jangan percaya apa yg saya katakan tentang Quran? Baca sendiri. Terjemahan Inggris yg paling jelas dan paling akurat adalah the Koran, oleh N.J. Dawood, terbitan Penguin, tapi para muslim cenderung tidak menyukainya karena Dawood bukan seorang muslim. Terjemahan yg hampir sama akurasinya adalah dua hasil karya muslim, yaitu hasil karya Abdullah Yusuf Ali dan Mohammed Marmaduke Pickthall, keduanya tersedia dalam edisi macam2. keduanya sama dg Bible versi King James, yg membuat jengkel pembacanya.

Tentu saja, setanpun dapat mengutip ayat suci utk tujuannya sendiri, tapi penggunaan ayat2 ini oleh Osama dalam pesan2nya adalah bersesuaian (seperti yg kita lihat) dg pengertian tradisional islam mengenai Quran. Ketika yahudi modern dan kristen membaca bible mereka, mereka tidak begitu saja menafsirkan tulisan2 yg ada sebagai pemaksaan utk melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka yg tidak percaya. Ini karena pengaruh tradisi penafsiran selama berabad-abad yg telah menjauh dari pengertian harafiah mengenai ayat2 kitab suci. Tapi dalam Islam, tidak ada tradisi pembandingan tafsir. Ayat2 Jihad dalam Quran tidak lain hanya berupa huruf2 yg mati. Di Arab Saudi, Pakistan, dan dimana-mana, kunci utk mendapatkan tenaga2 baru utk kelompok jihad teroris adalah sekolah2 islam: Para pelajar belajar bahwa mereka harus melakukan pernag Jihad, dan lalu kelompok2 ini akan memberi mereka kesempatan utk itu.