Banyak ayat dimulai dengan “Katakanlah”, yang dimaksud adalah Allah sedang berfirman. Penciptaan dimulai dengan kalimat “Allah berfirman”, tanpa berfirman Allah tidak dapat berkarya, dan tidak ada yang dapat ditulis dalam kitab-kitab para nabi. Tidak tercatat kalimat “kun faya kun” kalau Allah tidak berfirman.

Beberapa ayat lainnya menyatakan “roh-Ku” (QS 38:72), “roh-Nya” (QS 32:9), “roh-Kami” (QS 19:17), “ruhul Qudus” (QS 2:253), dan Allah merupakan sumber pengetahuan tentang roh (QS 17:85). Walaupun dalam ayat-ayat tersebut “roh” ditafsirkan sebagai ciptaan Tuhan atau malaikat jibril, namun kata “Allah” tidak dapat dipisahkan dari kata “roh”. Tanpa tiupan roh dari Nya, makhluk ciptaan-Nya tidak ada yang hidup.

Allah mewahyukan bahwa Dia adalah Zat yang kekal (QS 55:27). Zat yang Yang Awal Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin (QS 57:3). Zat yang tidak terpikirkan oleh manusia.

Di samping itu Allah menyatakan diri-Nya bahwa Dia adalah “Allah yang esa” yang menciptakan langit dan bumi. Kalimat tersebut muncul untuk membedakan dengan berhala-berhalanya zaman nabi Ibrahim, dan juga berhala-berhalanya orang Mekah.

Demikianlah Allah mewahyukan, “Dia yang esa itu adalah Zat yang kekal dan berfirman dan sumber pengetahuan tentang roh”. Pemahaman ini berbeda bila kita menyebutkan “Allah salah satu dari yang tiga” (QS 5:73). Kalimat pertama berarti “tiga dalam kesatuan”, kalimat kedua berarti “tiga”.

Sebagaimana Allah tidak dapat dipahami, demikian pun “Tritunggal”. Allah yang dapat dipahami adalah Allah yang ada diotak manusia, dan itu bukan Allah sebenarnya. Jadi tepatlah orang berkata,“trinitas itu tidak masuk akal”.