Kita juga tidak akan bertanya, mengapa Muhammad harus berhenti di Yerusalem terlebih dahulu sebelum pergi ke Surga. Apakah ada sebuah pintu gerbang surga di Yerusalem? Masalah yang ingin kita diskusikan adalah bahwa Mesjid Al Aqsa, sebagai “Mesjid Terjauh”, belum eksis pada masa Muhammad hidup.

 

Ada sebuah hadis yang melaporkan bahwa pada suatu malam, Muhammad mengendarai seekor kuda yang mempunyai sayap, yang mana kuda tersebut membawanya dari Masjidil Haram (Mesjid yang ada Ka’bah) ke Mesjid Al Aqsa (yang ada di Yerusalem), dan dari sana kemudian membawanya ke langit ke-7 dimana diperlihatkan padanya neraka dan firdaus, lalu kemudian ia dibawa ke hadapan hadirat Allah. Kisah ini – yang umumnya dipercayai oleh semua orang Muslim dan dikenal sebagai Mi’raj – juga dikonfirmasi oleh Al Qur’an.

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya…” (Quran 17:1)

Di sini kita tidak akan membahas mengenai kemustahilan dari perjalanan tersebut. Jika Tuhan itu Maha hadir (omnipresent), mengapa seseorang perlu pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengannya? Jika Muhammad bisa melakukan perjalanan dari Mekah ke istana Allah, mengendarai seekor kuda yang bersayap, dan kemudian kembali dalam satu malam, maka tahta Allah tak mungkin berada jauh dari Mekah. Saya heran, mengapa tak seorang pun telah menemukannya?

Apakah Tuhan itu berada di dalam jagat raya atau di luar jagat raya? Jika Dia ada di dalamnya, maka ia diisi dengan jagat raya itu dan karenanya tak mungkin Ia bersifat tak terbatas. Jika Dia ada di luar jagat raya, maka ia pastilah sejauh milyaran tahun cahaya dari kita dan karena itu tak ada seekor kuda bersayap manapun bisa mencapai tahtaNya dalam satu malam dan kemudian kembali pada malam itu juga. Kisah ini secara sederhana bisa kita katakan sebagai sebuah dongeng belaka.

Baca selengkapnya di Answering-Islam.org