Berikut ini adalah kesaksian dari Nabeel Qureshi dari yang saya nonton dalam bentuk video dari http://www.acts17.net Berikut ini terjemahan bebas saya:

Pada waktu aku masih kecil, orang tuaku sangat taat beribadah. Akupun jadi sangat taat karenanya. Orang tuaku selalu mengajarkan aku sembahyang kepada “Allah“ lima kali sehari. Setidak-tidaknya aku harus mengikuti sembahyang wajib dan selain itu aku bebas berdoa apapun pada waktu luangku. Sembahyang adalah bagian esensial dari hidupku. Aku bangun pagi, aku mengucapkan doa pagiku tepat setelah aku membuka mata. Kalau aku pergi ke kamar mandi ada doa yang aku harus kubacakan sebelum cuci tangan. Ada doa yang kubacakan sebelum dan setelah membaca Kuran tiap hari. Kemudian pergi ke sekolah setelah doa pagi lalu pada sore hari membaca doa sore. Jadi Islam tertanam dalam diriku dan karena itu orang tuaku sangat sangat bangga terhadap aku. Aku adalah seorang anak muslim yang mereka harapkan. Aku berasal dari garis keturunan pendakwah dan keluargaku memperlakukan Islam sebagai bagian integral dari hidup mereka dan bukan sesuatu hal sampingan. Jadi “Allah“ dan nabi Islam yaitu Muhammad sangat dihormati dan setiap saat kami sangat menyembah “Allah“. (more…)

Before you read my story below, I would like you to know that a lot of details are omitted to prevent people finding out who I am, etc. Some individuals and organizations may use my detailed info to hurt me in some way – just because I do not think Islam is right for me.

My parents made Malaysia their permanent home and that is where I was born and raised. By the laws in Malaysia, whoever is Malay or has a Malay ethnic background, they have to be Moslem. Since, my dad is Malay, our whole family in Malaysia was registered as Moslem and had no other choice but to be Moslem.

In regular school (from grade 1 to university), we had to learn Islam over and over. From age 8-11, I was also sent to religious school (every day except weekends) in addition to regular school, which I hated! I hate to wear the veil because it is hot and humid all year long in Malaysia. I recall making fun of the teacher in religious school at the age of 11 because she kept on talking about nonsense (which she seemed to believe in). At least I just went to religious school from age 8-11 (other kids go from age 7-12). I probably started late because my parents wanted to see if I could handle regular school alone. And I quit at age 11 because I wanted to do sports and the religious school’s headmaster didn’t want to let me take leave for sports practice. So, my parents said, “Hey! quit then”, which is good. My siblings had to go up to age 12. But they were in a religious school that was only 3 times a week and only 2 hours a day instead of 4-5 hours. (more…)

oleh Barbara G Baker,  Compass Direct News Service, 29 Mei 2008

www.CWN.org – Polisi di selatan Iran, di kota Shiraz, pada bulan ini memberangus Muslim yang diketahui murtad ke Kristen, yaitu menahan anggota dari tiga keluarga Kristen dan menyita buku dan komputer mereka.

Penahanan dimulai pada jam 5 pagi, tanggal 11 Mei , menjelang dua pasangan Murtad tersebut naik pesawat di bandara internasional Shiraz dan langsung dipenjara. Keempat orang diinterogasi berjam-jam, tentang iman mereka dan kegiatan persekutuan gereja mereka, info ini diperoleh Compass dari seorang Iran.

Murtadin/ah Kristen yang ditahan diketahui bernama Homayon Shokohie Gholamzadeh, 48 dan istrinya Fariba Nazemiyan Pur, 46 dan Amir Hussein Bab Anari, 25 dan istrinya Fatemeh Shenasa, 25.

Meskipun istri-istri telah dibebaskan langsung dihari saat penahanan, Anari tetap ditahan hingga 14 Mei, sedang Gholamzadeh baru dilepaskan minggu berikutnya. (more…)